Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

SKENARIO Risma (25 tahun) mengeluhkan gusi depan bawah yang membesardan merasa kurang percaya diri ketika berbicara atau tertawa. Tidak ada gigi yang lubang disekitar gusi yang membesar tersebut dan tidak sakit. Dia sudah lama tidak memeriksakan giginya ke dokter gigi dan tidak ada kelainan sistemik yang diderita. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter giginya, terdapat beberapa gambaran klinis: - Pembesaran gingiva pada margin dan interdental regio 41,42, dan 43 ke arah koronal dan anterior dengan scoring : grade II - Warna kemerahan pada margin dan interdental dan 47, gingiva 17,

16,15,24,25,26,37,36,35,34,33,32,31,42,42,43,46, kenyal - Terdapat kalkulus pada regio atas dan bawah - Poket gingiva 5 mm pada interdental 41,42, dan 43

konsistensinya

- Bleeding on probing (+) pada 17,16,26,37,36,35,34,32,31,41,42,43, dan 46 Pada rontgenologis tidak terdapat kerusakan tulang alveolar pada 41,42, dan 43.

1.1 Latar Belakang Plak merupakan etiologi utama dalam penyakit periodontal dan pada akhirnya akan mengalami mineralisasi membentuk kalkulus yang menjadi media berkumpulnya bakteri penyebab penyakit periodontal tersebut. Pada beberapa pasien terutama pada anak muda usia, deposit kalsifikasi tersebut mungkin tidak terlihat dan perawatan inflamasi gingiva lebih banyak bersifat pengontrolan plak.

Namun apabila perawatan tersebut tidak dapat menghentikan penyakit periodontal dan menunjukkan ketidakberhasilan yang ditandai degan penyakit periodontal yang berulang serta perbaikan jaringan yang diharapkan tidak tercapai, maka perlu dilakukan suatu perawatan bedah periodontal yang hanya melibatkan gingiva tanpa mengikutsertakan jaringan tulang dalam perawatannya, yang biasa disebut dengan perawatan bedah periodontal sederhana. Ada beberapa macam perawatan yang dimasukkan dalam kategori perawatan bedah periodontal sederhana, yaitu gingivektomi, kuretase, dan operkulektomi. Mengetahui dasar pemikiran dari tiap perawatan bedah periodontal tersebut, akan dapat memudahkan para klinisi untuk menentukan tindakan yang adekuat terhadap kasus yang dihadapi, sehingga perbaikan jaringan yang diharapkan dapat maksimal. Indikasi dan kontraindikasi tiap perawatan, tekhnik, instrumentasi, standar prosedur, respon jaringan post perawatan beserta komplikasi yang mungkin terjadi menjadi dasar yang harus dimiliki para klinisi dalam melakukan perawatan bedah periodontal sederhana. Sehingga pada aplikasinya, kita dapat menggunakan segala dasar tersebut dengan cara tepat dalam prakteknya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja macam-macam bedah periodontal sederhana? 2. Apa rencana perawatan yang tepat untuk kasus pada skenario tersebut? 3. Bagaimana scoring pembesaran gingiva? 4. Bagaimana proses penyembuhan pasca bedah periodontal? 5. Apa saja perawatan pasca bedah periodontal?

1.3 Tujuan 1. Mengetahui macam-macam bedah periodontal sederhana 2. Mengetahui rencana perawatan yang tepat untuk kasus pada skenario tersebut 3. Mengetahui scoring pembesaran gingiva 4. Mengetahui proses penyembuhan pasca bedah periodontal 5. Mengetahui perawatan pasca bedah periodontal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tipe perawatan periodontal tergantung pada bentuk lesi sebagai berikut : a. Lesi sederhana atau supraboni, di mana semua dinding lesi terletak pada jaringan lunak dan tidak diperumit dengan adanaya masalah mukogingival. b. Lesi intraboni di mana dasar poket terletak di apical dari tepi tulang oleh sebab itu satu atau beberapa dinding poket dibatasi oleh tulang. c. Poket yang disertai dengan kerusakan mukogingiva seperti misalnya perlekatan otot yang tinggi atau absennya perlekatan gingival. Lesi yang paling susah disembuhkan adalah kerusakan infraboni yang disertai problem mukogingival termasuk furkasi. Kontraindikasi operasi. Dapat oral atau sistemik. a. Pada pasien berusia lanjut dimana gigigeligi dapat bertahan tanpa perlu melakukan perawata yang radikal. Prosedur perawata yang merupakan indikasi pada pasien yang berusia 60 tahun belum tentu dapat diterapkan untuk pasien yang berusia 70 tahun. b. Adanya penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskuler yang parah, keganasan, penyakit ginjal dan penyakit hati, penyakit darah dan gangguan pembekuan darah serta diabetes yang tidak terkontrol dst. Di sini perlu dilakukan rujukan ke dokter yang merawat pasien. c. Bila skaling subgingival dan pembersihan gigi di rumah yang menyeluruh dapat menghilangkan dan mengontrol lesi. d. Bila motivasi pasien jelas kurang adekuat. e. Bila ada infeksi akut. f. Bila estetik pascaoperasi sangat buruk sehingga mengganggu kejiwaan pasien. g. Bila prognosa sangat buruk sehingga tanggalnya gigi tidak mungkin dicegah. Pada beberapa situasi tertentu diperlukan penundaan operasi atau perhatian praoperasi yang khusus. Penderita diabetes yang kurang terkontrol mungkin perlu diperbaiki kondisinya terlebih dahulu. Operasi pada pasien yang sedang hamil

sebaiknya ditunda sampai setelah persalinan kecuali bila lesi akut. ( Manson.1993.hal: 176-177) Prosedur operasi periodontal yang digunakan untuk merawat periodontitis kronis dan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok : 1. Prosedur yang ditujukan untuk menghilangkan atau mengurangi poket a. Gingivektomi b. Gingivektomi bevel terbalik c. Reposisi flap apical 2. Prosedur yang ditujukan untuk mendapat perlekatan ulangreplaced flap ( metode modifikasi Widman), dengan atau tanpa kondisioner asam sitrat. Perlekatan ulang dalam konteks ini berarti perlekatan epithelium jungsional yang panjang terhadap akar gigi, bukan perlekatan jaringan ikat yang tidak dapat diperoleh dengan prosedur perawatan ini ( Caton dan Nyman,1980; Caton dkk,1980). Poket supraboni sederhana dapat dirawat dengan kedua prosedur tersebut tergantung pada situasi Eley,1993.hal:177-178). Pasien harus sudah menjalani perawatan dasar yang menyeluruh dan kondisinya sudah diperiksa ulang serta mempunyai standar kebersihan mulut yang baik sebelum dilakukan operasi. Pasien juga harus diberi informasi tentang apa yang dapat diperoleh dari operasi atau tindakan bedah tersebut, prognosa, keterbatasan, atau komplikasi operasi dan kendala pasca operasi. Juga harus diberikan informasi tentang anastesi dan analgesia yang akan digunakan. Metode yang paling sering digunakan dalam pelaksanaan operasi adalah melakukan operasi pertahap pada bagian per bagian dari mulut, baik satu segmen atau satu kuadran pada satu kali operasi, dengan bantuan anastesi local di kursi unit. Bila perlu diperlukan operasi seluruh mulut, pasien biasanya harus menjalani beberapa kali operasi dalam waktu beberapa minggu. Atau, operasi seluruh mulut dapat dilakukan dengan bantuan anastesi umum di ruang rumah sakit. Operasi seluruh mulut merupakan prosedur yang sangat memakan waktu, mencakup pemberian anastesi umum yang lama sehingga pasien sebaiknya dirawat inap setelah operasi selesai. Pilihan ke tiga untuk yang ada. (Manson dan

mengjindari operasi bertahap adalah dengan melakukan operasi dibawah anastesi local dan sedasi intravena. Alternative manapun yang digunakan, umumnya tergantung pada pribadi pasien, status emosional, pekerjaan dan pertimbangan pribadi pasien. Informasi yang menyeluruh dan diskusi perlu dilakukan untuk dapat mengetahui apa yang dibutuhkan pasien.

(Manson dan Eley,1993.hal:177).

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Macam-Macam Bedah Periodontal Sederhana a. Gingivektomi Dasar pemikiran gingivektomi Merupakan tindakan pemotongan gingival untuk mendapatkan

visibilitas dan aksesibilitas untuk skaling dan rootplaning, sehingga membentuk lingkungan yang menguntungkan bagi proses

penyembuhan dan untuk memperbaiki kontur gingival. Indikasi Gingivektomi: 1) Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm, yang tetap ada walaupun sudah dilakukan skaling dan pembersihan mulut yang cermat berkali-kali, dan keadaan dimana prosedur

gingivektomi akan menghasilkan daerah perlekatan gingival yang adekuat. 2) Adanya pembengkakan gingival yang menetap dimana poket sesungguhnya dangkal namun terlihat pembesaran dan deformitas gingival yang cukup besar. Bila jaringan gingival merupakan jaringan fibrosa, keras, gingivektomi merupakan cara perawatan yang paling cocok dan memberikan hasil yang memuaskan. 3) Adanya kerusakan furkasi ( tanpa disertai cacat tulang ) dimana terdapat daerah perlekatan gingival yang cukup lebar. 4) Abses gingival yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak (eliminasi suprabony periodontal abses). 5) Flap perikoronal.

Kontraindikasi gingivektomi: - Apabila kedalaman dasar poket lebih ke apical dari pertautan mukogingiva. - Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa alveolar. - Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak didaerah yang akan dibedah. - Apabila ada indikasi perawatan cacat infraboni. - Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik. - Apabila gingival cekat atau berkeratin tidak cukup tersedia. Teknik Gingivektomi 1. Isolasi dan pemberian anestesi lokal, infiltrasi atau blok anestesi 2. Menanndai kedalaman poket dengan poket marker yaitu dengan PMF (poket marking forcep) a) Mula-mula gunakan probe untuk mendeteksi poket, kemudian dengan PMF tandai kedalaman poket tersebut, caranya masukkan ujung yang tajam dari PMF ke dalam poket b) Tekan ujung yang runcing ke gingiva sehingga menimbulkan bercak darah (bleeding point) c) Lakukan hal tersebut secara sistematis pada daerah- daerah yang terdapat periodontal poket. 3. Eksisi ( pemotongan) gingiva: Eksisi gingiva dapat dilakukan dengan pisau periodontal

(periodontal knife), skalpel atau gunting, tergantung pada keadaan sebagai berikut: a) Sebelum dilakukan eksisi, buat eksisi yang dimulai agak kearah apikal dari bleeding point. Bila gingivektomi dilakukan pada beberapa gigi, maka insisi dapat dilakukan secara kontinu atau diskontinu. b) Eksisi sesuai dengan insisi yang telah dibuat, dan dengan menggunakan skalpel atau pisau dilakukan eksisi sedemikian

rupa sehingga membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu gigi dan sampai mencapai bagian apikal dari dasar poket. 4. Membersihkan deposit yang terdapat pada akar gigi 5. Irigasi dengan larutan hidrogen peroksida kemudian tekan dengan kasa kering 6. Luka ditutup dengan periodontal pack 7. Instruksi post operative dan apabila tak ada keluhan penderita diminta kembali 1 minggu kemudian 8. Kontrol Dilakukan pengecekan pada: a) Keadaan post gingivektomi b) Kebersihan mulut c) Pack dilepas

b. Kuretase Tindakan kuretase meliputi 3 hal yaitu: - Scaping atau mengerok dinding poket, untuk menghilangkan penyakit pada jaringan lunak. - Scaling, menghilangkan deposit pada permukaan akar gigi - Root Planning, menghaluskan permukaan akar gigi untuk

menghilangkan substansi yang terinfeksi dan nekrotik Dasar pemikiran - Kuretase mempercepat penyembuhan dengan jalan mengurangi tugas enzim-enzim tubuh dan fagosit-fagosit yang biasanya berperan menghilangkan debris jaringan. - Dengan hilangnya epitel lining poket, berarti kuretase mnghilangkan hambatan untuk reattachment (perlekatan kembali) serat-serat periodontal ke permukaan akar gigi.

Indikasi - Menghilangkan suprabony poket yang lokasinya mudah terjangkau dan memiliki dinding yang terinflamasi, oedematus, dan dapat

mengkerut sehingga kedalaman sulkus menjadi normal setelah perawatan - Untuk tujuan reattachment pada infrabony poket dengan kedalaman sedang, yang lokasinya terjangkau, dimana jenis closed surgery dipertimbangkan dianjurkan. - Juga dilakukan sebagai tindakan definitif yng bertujuan unutk mengurangi inflamasi sebelum dilakukan eliminasi dengan metode lain. Atau pada pasien-pasien yang apabila dilakukan prosedur surgikal lain yang lebih lanjut (misalnya flap operation)

kontraindikasi, karena masalah umur, problem sistemik, psikologik, dan lain-lainnya. - Kuretase juga sering digunakan pada prosedur kontrol, sebagai metode untuk pemeliharaan daerah yang sering mengalami kekambuhan inflamasi dan poket, khususnya bila sebelumnya telah dilakukan reduksi poket. Kontraindikasi - Periodontal poket dengan dinding fibrotik - Periosontal poket yang dalam dan meluas ke mukosa alveolar - Periodontal poket dengan dinding yang tipis Teknik - Isolasi dan pemberian antiseptik Isolasi daerah kerja dengan cotton roll atau kassa. Kemudian ulas dengan antiseptik. Pemberian anestetikum dapat dilakukan secara topikal atau infiltrasi tergantung kebutuhan. Pemberian anestesi dapat dilakukan sebelum atau sesudah skaling, tergantung keadaan. Skaling kalkulus supragingiva mungkin dapat

dilakukan sebelum anestesi, tetapi untuk skaling subgingiva dapat dilakukan setelah anestesi. Menghilangkan kalkulus baik supra maupun subgingival Root planing : membersihkan semen nekrotik, dentin dan iritan lokal Kuret dinding poket: Dengan alat kuret, dinding serta dasar poket dibersihkan/dikerok Jaringan yang perlu diambil: 1) Epitel lining pada dinding poket 2) Epitel attachment pada dasar poket Untuk menghindari terkoyaknya dinding poket sewaktu dilakukan kuret, maka pada bagian luar dinding poket sebaiknya ditahan dengan jari operator. Memolis (polishing) permukaan akar gigi: 1) Pulas permukaan akar gigi dengan pumice dan rubber cusp 2) Irigasi dengan air hangat 3) Tekan gingiva ke permukaan gigi 4) Untuk melindungi luka diaplikasikan periodontal pack 5) Instruksi pada penderita: makan seperti biasa, menjaga kebersihan mulut Kontrol : apabila tak ada keluhan pasien diminta datang seminggu kemudian, selanjutnya dilakukan pengecekan kebersihan mulut, keadaan post kuret, pack dilepas.

c. Operkulektomi Operkulektomi Merupakan tindakan bedah periodontal sederhana yang bertujuan untuk menghilangkan port de entry mikroorganisme dengan cara memotong operkulum yang menutupi gigi. Indikasi dari operculektomi 1. Terdapat operculum atau flap koronal pada gigi yang mau dipertahankan. 2. Gigi telah erupsi sempurna.

10

Kontra Indikasi dari operculektomi 1. Perikoronitis masih terasa sakit. 2. Adanya penyakit sistemik. 3. Indikasi untuk dilakukan odntektomi. Teknik : 1. Menentukan perluasan dan keparahan struktur jaringan yang terlibat serta komplikasi toksisitas sistemik yang ditimbulkan. 2. Menghilangkan debris dan eksudat yang terdapat pada permukaan operkulum dengan aliran air hangat atau aquades steril. 3. 4. Usap dengan antiseptik. Operkulum/pericoronal flap diangkat dari gigi dengan menggunakan scaler dan debris di bawah operkulum dibersihkan. 5. Irigasi dengan air hangat/aquades steril. Catatan :

Pada kondisi akut sebelum dilakukan pembersihan debris dapat diberikan anastesi topikal. Pada kondisi akut juga tidak boleh dilakukan kuretase maupun surgikal.

Bila operkulum membengkak dan terdapat fluktuasi, lakukan insisi guna mendapatkan drainase. Bila perlu pasang drain dan pasien diminta datang kembali setelah 24 jam untuk melepas/mengganti drainnya. Jika kondisi akut, maka perawatan selanjutnya diberikan di kunjungan kedua. Pasien diinstruksikan agar : a. Kumur-kumur air hangat tiap 1 jam b. Banyak istirahat c. Makan yang banyak dan bergizi d. Menjaga kebersihan mulutnya Pemberian antibiotik dapat dilakukan jika diperlukan (bila ada gejala-gejala konstisional dan kemungkinan adanya penyebaran infeksi). Demikian pula analgesik dapat diberikan kepada pasien jika diperlukan.

11

Kondisi pasien kemudian dievaluasi di kunjungan berikutnya dan dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya bila kondisi pasien telah membaik dan keadaan akut telah reda. 6. Cek pocket periodontal yang ada untuk mengetahui apakah tipe pocket (false pocket atau true pocket). Lakukan probing debt pada semua sisi. 7. Anastesi daerah yang ingin dilakukan operkulektomi. Anastesi tidak perlu mencapai sampai tulang, hanya sampai periosteal. 8. Lakukan operkulektomi (eksisi periodontal flap) dengan memotong bagian distal M3. Jaringan di bagian distal M3 (retromolar pad) perlu dipotong untuk menghindari terjadinya kekambuhan perikoronitis. Ambil seadekuat mungkin. Penjahitan dilakukan jika trauma terlalu besar atau bleeding terlalu banyak.

Teknik operkulektomi yang lain dapat dilakukan secara partial thickness mucogingival flap pada daerah lingual. Untuk daerah bukal juga dibuat insisi partial thickness flap dengan meninggalkan selapis jaringan. Partial thickness flap adalah flap yang dibuat dengan jalan menyingkap hanya sebagian ketebalan jaringan lunak yakni epitel dan selapis jaringan ikat, tulang masih ditutupi jaringan ikat termasuk periosteum. Indikasi untuk dilakukannya teknik ini adalah flap yang akan ditempatkan ke arah apikal atau operator tidak bermaksud membuka tulang. Setelah dilakukan flap dapat dilakukan eksisi seluruh jaringan retromolar pad kemudian menyatukan flap bukal dan lingual dengan melakukan penjahitan. 9. Bersihkan daerah operasi dengan air hangat/aquades steril.

10. Keringkan agar periodontal pack yang akan diaplikasikan tidak mudah lepas. 11. Aplikasikan periodontal pack. Penggunaan periodontal pack bukan medikasi, namun menutupi luka (dressing) agar proses penyembuhan tidak terganggu. Dressing periodontal dulu mengandung zinc-oxide eugenol, namun sekarang

12

kurang disukai karena dapat mengiritasi. Karena alasan itu, sekarang ini digunakan bahan dressing periodontal bebas eugenol. Dalam mengaplikasikannya harus hati-hati sehingga dapat menutupi daerah luka dan mengisi seluruh ruang interdental karena di situlah letak retensinya. Pada daerah apikal, periodontal pack diaplikasikan jangan melebihi batas epitel bergerak dan epitel tak bergerak dan mengikuti kontur. Pada daerah koronal jangan sampai mengganggu oklusi. Dengan demikian, retensi periodontal pack menjadi baik. 12. Instuksikan pada pasien agar datang kembali pada kunjungan berikutnya (kalau tidak ada keluhan, satu minggu kemudian) 13. Pada kunjungan berikutnya, pack dibuka dan dievaluasi keadaannya.

3.2 Rencana Perawatan Yang Tepat Untuk Kasus Pada Skenario Tersebut Diagnosa Dari hasil pemeriksaan klinis yang telah dilakukan oleh gigi, - Pembesaran gingival pada margin dan interdental regio 41, 42 dan 43 ke arah koronal dan anterior dengan scoring grade II - Warna kemerahan pada margin dan interdental gingiva 41, 42 dan 43, konsistensi - Kalkulus pada regio atas dan bawah - Poket gingiva 5 mm pada interdental 41, 42 dan 43 - Bleeding of probing (+) pada 41, 42 dan 43 - Pada rontgenologis tidak terdapat kerusakan tulang alveolar pada 41, 42 dan 43 Maka penyakit periodontal yang terjadi untuk regio gigi 41, 42 dan 43 di diagnosa sebagai Gingival Enlargement oleh karena hasil

pemeriksaan klinis tersebut diatas menunjuk ke arah ciri ciri klinis dari pembesaran gingiva Selain itu, dokter juga melakukan pemeriksaan klinis untuk regio gigi geligi yang lain; - Warna kemerahan pada margin dan interdental gingiva17, 16, 15, 24, 25, 26, 37, 36 35, 34, 33, 32, 31, 46 dan 47, konsistensi kenyal

13

- Terdapat kalkulus pada regio atas dan bawah - Bleeding of probing (+) pada 17, 16, 26, 37, 36, 35, 34, 32, ,31 dan 46

Maka penyakit periodontal yang terjadi bedasarkan pemeriksaan klinis diatas di diagnosa sebagai Gingivitis Marginalis Kronis Rencana perawatan Suatu rencana perawatan ditentukan oleh dokter gigi setelah dokter tersebut telah mendapatkan suatu diagnosis pada pasiennya. Adapun rencana perawatan tersebut berfungsi untuk membantu sang dokter dalam melakukan suatu perawatan yang tepat dan efiesien serta perawatan yang adekuat pada pasiennya. a. Maka dari hasil diagnosa Gingivitis Marginalis Kronis, direncanakanlah suatu perawatan berupa: - Terapi Fase I, yaitu suatu terapi yang ditujukan untuk menghilangkan faktor faktor etiologi dari kelainan/ penyakit periodontal yang terjadi Terapi fase I tersebut berupa : Kontrol Plak (DHE) Scalling dan Root Planning Dan bila perlu dapat ditambahkan suatu kontrol diet Dari hasil rencana perawatan tersebut, diharapkan Gingivitis Marginalis Kronis yang terjadi dapat mengalami penyembuhan secara sempurna

b. Untuk hasil diagnosa Gingival Enlargement, rencana perawatan yang disusun berupa: - Terapi Fase I yang juga bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi. Terapi tersebut berupa Skalling dan Root Planing - Dilanjutkan Terapi Fase II (Fase Pembedahan) yang bertujuan untuk menghilangkan pembesaran gingiva dan poket yang terjadi. Terapi fase II yang dilakukan tersebut berupa Gingivektomi (pembuangan menghilangkan jaringan poket gingiva). dan Hal ini dimaksudkan terjadi untuk

keradangan

yang

sehingga

14

didapatkanlah suatu gingiva yang fisiologis, fungsional dan estetik baik. Terapi fase II tersebut harus ditambahkan setelah dilakukannya terapi fase I (skalling dan root planing) oleh karena ditakutkan jika hanya dilakukan suatu skalling dan root planing, maka akan terjadi suatu kekambuhan/ perawatan yang tidak adekuat ( gingiva sulit mengalami penyembuhan dari keradangan oleh karena adanya poket yang terlalu dalam, sehingga menjadi tempat untuk aku mulasi sisa sisa makanana dan mempersulit proses pembersihan tersebut. Atau dapat dikatakan daya regenerasi yang terjadi pada gingiva tersebut tidak didukung oleh keadaan lingkungan OH yang baik )

3.3 Scoring Pembesaran Gingiva Tingkat pembesaran gingiva dapat dinilai sebagai berikut: Grade 0: tidak ada tanda-tanda pembesaran gingiva. Grade 1: pembesaran terbatas pada papilla interdental. Grade 2: pembesaran melibatkan papila gingiva marginal. Grade 3: pembesaran mencakup atau lebih dari mahkota.

3.4 Proses Penyembuhan Pasca Bedah Periodontal Setelah dilakukan eksisi pada sebagian gingival, akan terbentuk bekuan darah di atas jaringan ikat yang terbuka. Dalam beberapa jam jaringan ikat mulai membentuk jaringan granulasi (yaitu jaringan ikat yang berproliferasi, ditandai dengan akvitas mitosis pada fibroblas, sel-sel endotelial dan kapiler, serta sel-sel mesenkim yang tidak terdiferensiasi). Jaringan granulasi ini muncul ke permukaan dan segera diinfiltrasi dan dipenuhi sel-sel neutrofil. Permukaan luka yang sedang menyembuh terdiri atas lapisan dasar jaringan ikat terinflamasi yang dilapisi berturut-turut oleh jaringan granulasi, selapis zona neutrofil dan bekuan darah. Epitel berproliferasi dari tepi luka dan bermigrasi sel demi sel (0,5 mm per hari) di bawah bekuan darah, melewati zona neutrofil dan di atas jaringan granulasi. Selapis tipis epitel terus berproliferasi hingga mencapai permukaan gigi. Sementara proses ini terjadi, fibroblas yang terdapat pada jaringan granulasi mulai memproduksi kolagen

15

terpolimerisasi yang masih belum sempurna dan imatur. Pada saat ini bekuan darah terkelupas, setelah selama ini berfungsi sebagai semacam pembalut. Baik kolagen maupun epitel terus berproliferasi dan menjadi matur hingga beberapa lapis epitel mampu menutupi kolagen matur. Sulkus gingiva terbentuk kembali setelah eksisi gingiva melalui pertumbuhan jaringan ikat ke arah koronal dan migrasi epitel jungsional ke apikal. Jaringan granulasi menjadi matur sampai kolagen yang baru terbentuk tidak dapat dibedakan lagi dengan serabut kolagen dari gingiva cekat. Secara klinis, jaringan gingiva akan menyerupai gingiva normal dalam beberapa minggu, tetapi dibutuhkan waktu beberapa bulan agar bundel-bundel serabut sembuh dengan sempurna dan teratur.

3.5 Perawatan Pasca Bedah Periodontal Pasien perlu diberi informasi secara lengkap tentang cara-cara perawatan pascaoperasi, diantaranya yaitu: 1. Hindari makan atau minum selama 1 jam 2. Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan berkumur-kumur satu hari setelah operasi. 3. Jangan makan-makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyalah makanan dengan sisi yang tidak dioperasi. 4. Minumlah analgesik bila anda merasa sakit setelah efek enestesi hilang. Aspirin merupakan kontraindikasi selama 24 jam 5. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari. Gunakan larutan kumur klorheksidin di pagi hari atau malam hari bila anda tidak dapat melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan terlalu kuat di dalam mulut. Teh, kopi, dan rokok harus dihindari bila anda menggunakan larutan kumur klorheksidin untuk mengurangi stain. 6. Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan, jangan berkumur, hubungi dokter bila perdarahan tidak juga berhenti. 7. Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja

16

8. Bila tahap pasca operasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter. Antibiotik pasca operasi sebaiknya hanya digunakan untuk kasus tertentu saja misalnya untuk penderita diabetes dan penderita cacat.

17

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan 1. Bedah periodontal sederhana ada 3 macam yaitu gingivektomi, kuretase dan operkulektomi 2. Rencana perawatan yang tepat untuk kasus pada skenario tersebut adalah a. Untuk Gingivitis Marginalis Kronis, direncanakanlah suatu perawatan berupa: - Terapi Fase I, yaitu suatu terapi yang ditujukan untuk menghilangkan faktor faktor etiologi dari kelainan/ penyakit periodontal yang terjadi. b. Untuk hasil diagnosa Gingival Enlargement, rencana perawatan yang disusun berupa: - Terapi Fase I yang juga bertujuan untuk menghilangkan faktor etiologi. Terapi tersebut berupa Skalling dan Root Planing - Dilanjutkan Terapi Fase II (Fase Pembedahan) yang bertujuan untuk menghilangkan pembesaran gingiva dan poket yang terjadi. 3. Scoring pembesaran gingiva ada 4 yaitu grade 0,1,2, dan 3. 4. Proses penyembuhan pasca bedah periodontal sederhana memerlukan waktu beberapa minggu untuk menyerupai gingiva normal, tetapi dibutuhkan waktu beberapa bulan agar bundel-bundel serabut sembuh dengan sempurna dan teratur. 5. Pasien perlu diberi informasi secara lengkap tentang cara-cara perawatan pascaoperasi agar proses penyembuhan tidak terganggu

18

DAFTAR PUSTAKA Eley, BM, Manson,JD.1993.Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates Newman,MG dkk.2006.Carranzas Clinical Periodontology. Tenth Edition. ST.Louis:Sounders Elsevier. Tim Penyusun Periodonsia. Buku Praktikum Periodonsia FKG UNEJ Fedi P.F. Vernino AR dan Gray JL. 2005 . Silabus Periodonti ( The Periodontic Syllabus ). Jakarta : EGC

19

Anda mungkin juga menyukai