DAS BRANTAS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Etik Siswanti Ica Elismetika Komra Padma Sekar Annisa Nur Wiryanti Sih A Latifatul Khoiriya Warastri Laksmiasri Nurshima Neza Putri Sukma Impian R.
11/313128/GE/06994
11/313367/GE/07012
11/313504/GE/07027 11/316560/GE/07134 11/316573/GE/07146 11/316601/GE/07169 11/316644/GE/07206 11/320194/GE/07235
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013
WS Brantas
terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah, DAS Ringin Bandulan, dan DAS Kondang Merak.
MASALAH
BIOGEOFISIK
KELEMBAGAAN
SOSIALEKONOMI
Gambar 2. Lapangan kerja yang sempit menjadikan adanya eksploitasi sumberdaya alam
HULU
sesuai
3. Perambahan Hutan
Aktivitas perambahan hutan di DAS Brantas antara lain di Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo, Malang. Kayu hasil hutan yang diambil tanpa ijin ini antara lain kayu bakar, tumbuhan obat, kayu perkakas, dan lain sebagainya.
TENGAH
Suplai pasir dan batu berasal dari gunung di hulu Brantas seperti Gunung Kelud, Gunung Kawi, Gunung Arjuno, Gunung Wilis, dan Gunung Semeru.
HILIR
1. Bencana Lapindo Brantas
Kapasitas tampungan Sungai Porong (anak Sungai Brantas) berkurang akibat penggelontoran endapan lumpur Lapindo Brantas. Endapan lumpur juga menyebabkan penurunan kualitas air sungai.
3. Kegiatan Industri
Gambar 10. Banyaknya kawasan industri di sekitar sungai Brantas seperti di Kab. Jombang, Kab. Mojokerto, Kab. Sidoarjo, dan Kota Surabaya
Gambar 11 dan 12. Rasio Kapasitas Sungai dengan Banjir Terkendali Pra Semburan Lumpur dan Pasca Semburan Lumpur Sumber: Kuntjoro (2009)
GEOMORFOLOGI
Gunungapi yang ada di DAS Brantas mempengaruhi pembentukan lahan yang ada seperti pegunungan, perbukitan,dan lembah. Kemiringan lerengnya mulai datar hingga bergunung.
GEOLOGI
Alluvium Andesit Hasil Gunungapi Kwarter Muda Hasil Gunungapi Kwarter Tua Hasil Gunungapi Tak Terurai Miosen Fasies Batu Gamping Miosen Fasies Batu Sedimen Pliosen Fasies Batu Gamping Pliosen Fasies Batu Sedimen Pleistosen Fasies Gunungapi Pleistosen Fasies Batu Sedimen
TANAH
Tanah yang ada di DAS Brantas bervariasi, yaitu: Andosol Alluvial Mediteran Latosol Litosol Sumber: Grumusol Balai Besar Wilayah Sungai Brantas
PENGGUNAAN LAHAN
Penggunaan lahan di Kab. adalah sawah lahan kering, hutan, dan non pertanian. Penggunaan lahan di Kota adalah sawah lahan kering dan non pertanian. Di daerah puncak gunung terdapat rumput dan semak, di lereng curam dimanfaatkan untuk kebun, di lereng bawah digunakan untuk tegalan, dan di dataran aluvial digunakan untuk permukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan empang.
1. Menurunnya debit airtanah. Perubahan lahan dari hutan menjadi tegalan dan permukiman menyebabkan berkurangnya daerah resapan. 2.Menurunnya kapasitas waduk. Di sepanjang aliran Kali Brantas dan anak-anak sungai terdapat bendungan dan waduk serba guna seperti Waduk Selorejo, Waduk Sengguruh dan Karangkates. Menurut data dari Kemen. Kehutanan DAS Brantas kritis dengan erosi permukaan mencapai 5000 km3/km2/th dan sedimentasi 30.000 km3/km2.
3. Menyusutnya sumber air DAS Brantas. Data WALHI menyebutkan sumber air di hulu Brantas menyusut. Pada tahun 2005 ada 215 sumber mata air, 2010 turun menjadi 111 sumber mata air, dan 2012 tersisa 13 mata air. Mati karena kerusakan hutan konservasi. 4. Kekeringan Menurunnya kandungan sumber daya air tanah, pendangkalan waduk, dan tingginya erosi menyebabkan beberapa wilayah ini dilanda kekeringan pada musim kemarau.
5. Pencemaran Air Sumber pencemaran air diantaranya: Pembuangan limbah cair rumah tangga. Bahan organic yang terdapat dalam sampah cair mengalami dekomposisi anaerobic dengan menghasilkan hydrogen sulfide (H2S) dan aminia (NH3) yang keduannya merupakan racun bagi organisme dalam air. Buangan sisa irigasi sawah. Pembuangan sampah padat. Sisa aktivitas industri.
Data dari BLH Provinsi Jawa Timur (2009) menyebutkan limbah cair industri dan limbah cair domestik dibuang di Kali Brantas mencapai 150 ton per hari dengan komposisi 60% dari limbah domestik dan 40% dari limbah industri.
6. Punahnya organisme di kawasan DAS Brantas Data Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) (2013) menyebutkan sebanyak lima jenis ikan endemik Sungai Brantas mulai punah. Kelima jenis ikan itu antara lain ikan Jambal, Lempuk, Ulo, Remes, dan Cragal. Lutung Jawa (Trachipithecus auratus) dan monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis) yang hidup di kawasan Taman Nasional Bromo-TenggerSemeru terancam punah (ProFauna, 2013).
7. Banjir yang intensif Besarnya air yang menjadi limpasan saat hujan menyebabkan air sungai cepat meluap apabila intensitas hujan tinggi dan durasinya lama.
9. Erosi dan longsor Penyebabnya ada 2, yaitu: Penggunaan lahan yang tidak sesuai
Pemangku Kepentingan
Nasional
Pemangku Kepentingan
Lokal
Pemangku Kepentingan
Pendukung
Proper merupakan Program Penilaian Peningkat Kineja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Gambar 16. Jumlah perusahaan yang mengikuti proper dari tahun ke tahun.
KEMENTRIAN PEKERJAAN UMUMBALAI BESAR WILAYAH SUNGAI BRANTAS Pengaktifan posko banjir siaga 24 jam untuk memantau ketinggian air di berbagai pintu. Pembagian peta rawan banjir dan longsor kepada Pemda agar dapat waspada. Penghijauan dengan penanaman bibit Durian sebanyak 500 pohon dan penanaman bibit pohon bamboo di kiri kanan Kali Dawuan sebanyak 500 pohon untuk mencegah erosi.
Perbaikan saluran drainase. Pembuatan biogas. Perbaikan sarana air baku. Pemberdayaan ekonomi melalui pendirian koperasi serba usaha, memelihara kambing, dan memelihara ikan di tambak. Peningkatan jaringan irigasi. Pembangunan jaringan perpipaan untuk penyediaan air baku. Urban Flood Control System InSelected City Kali WonokromoBrangkal untuk meningkatkan kapasitas sungai dan perbaikan sistem drainase.
BUMN - PERUM JASA TIRTA 1 Pemantauan terhadap elevasi waduk. BPPT (BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI) Pelaksanaan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Menanggulangi Defisit Air di DAS Brantas.
LSM Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON) Pembuatan Kawasan Edukasi Ekosistem Sungai pada lokasi Kawasan Suaka Perikanan Wringinanom dan SMAN 1 Driyorejo. Suaka Ikan Kali Surabaya. Biotilik DAS Brantas. Pemantauan Kualitas Air Brantas. Teknik Bioengginering untuk menahan tebing sungai. Kongres Anak Sungai Brantas.
SUAK A PERIKANAN
Kondisi terkini Kali Surabaya Hulu Desa Perning, Kedunganyar, Sumberame, Wringinanom, Lebaniwaras dan Sumengko perlu segera diselamatkan karena lokasi ini merupakan habitat alami ikan papar Notopterus yang statusnya dilindungi.
Gambar 18. Ikan hasil tangakapan di lokasi Suaka Ikan di Kali Surabaya
Kelompok nelayan jala Sekar Mulya di Kali Brantas mulai beroperasi sejak tahun 1965 hingga saat ini hanya tersisa 12 orang nelayan saja. Tahun 1985 ditemukan ikan papar dengan berat 17 kg panjang 1,5 meter. Bahkan tahun 1972 ditemukan ikan pacal dengan berat 25 kg dan ikan jambal 15 kg. Saat ini ikan pacal diduga telah punah karena nelayan tidak pernah menemukan ikan ini lagi sejak tahun 1980an (Muntawi, nelayan jala kali brantas sejak tahun 1972).
BIOTILIK
Biotilik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi kualitas air Sungai Brantas dan organisme yang ada.
TEKNIK BIOENGGINERING
Teknik bioengineering menggunakan tumpukan batu beragam variasi ukuran dan diselingi dengan semaksemak tumbuhan air dan pohon besar dapat mencegah erosi tebing sungai, meningkatkan kekasaran tebing, memelihara kualitas dan kuantitas air serta dapat menjadi habitat biota sungai.
LSM ProFauna
ProFauna aktif membantu pemerintah untuk pengamanan hutan dengan melakukan patroli hutan untuk mencegah penebangan hutan dan perburuan liar.
PENGELOLAAN SAMPAH
PENGELOLAAN DAS
DAS BRANTAS
TERIMAKASIH
Sungai adalah penghidupan kita
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013