Anda di halaman 1dari 6

1

SHALAT DI BERBAGAI KEADAAN


A. Shalat Safar
Mengenai sholat orang dalam bepergian/perjalanan yang juga disebut Sholat Safar, banyak kesimpang siuran pendapat di kalangan umat sehingga menimbulkan keraguan. Sehingga timbulah pendapat-pendapat yang tidak berdasar kepada Al-Qur'an dan Al Hadits. Dalam suatu Hadits diriwayatkan "Sholatlah seperti Sholatku", maka dengan menjalankan sholat yang tidak sesuai tuntunan Rasulullah saw atau karena ragu-ragu akhirnya malah memilih untuk meninggalkan aturan-aturan yang berkaitan , ini dapat berakibat "tertolaknya" ibadah Sholat tersebut. Adapun ketentuan yang mengatur terdapat pokok-pokok sebagai berikut : Batasan Jarak. Batasan waktu Sholat Musafir/Safar. Kewajiban menyempurnakan Sholat Musafir/Safar

1. Batasan Jarak untuk Sahnya Sholat Musafir/Safar. Menurut Imam Ibnu Mundzir ada sekitar 20 pendapat/firqah yang memperselisihkan jarak sholat safar mulai dapat dilakukan, sebagai berikut. Salah satu dalil yang menjadi alasan/hujjah ketentuan jarak yang ditempuh dalam perjalanan untuk melaksanakan Sholat Musafir adalah minimal 4 barid (sekitar 77.520 m atau 78 Km) atau sejauh Mekkah ke Usfan. Artinya : Dari Ibnu Abbas, Rasulullah berkata : "Jangan kamu meng-qashar sholat dalam perjalanan kurang dari 4 barid, yaitu dari Mekkah hingga Usfan" (Ad-daraquthni dengan isnad dla'if) Hadits diatas mempunyai cacat karena dalam penyampaiannya ada musnad (orang yang menyampaikan hadits ini) yaitu Abdul Wahad bin Mujahid yang dituduh pendusta/tukang karang hadits. Sedangkan Hadits yang menjadi alasan/hujjah untuk ketentuan jarak tempuh dengan batas minimal 3 mil adalah :

Artinya : Syau'bah dari Yayah bin Yazid Hannafi, memberitakan "Saya bertanya kepada Anas bin Malik mengenai sholat Qashar, maka Anas menjawab: Rasullullah SAW bila bepergian sejauh 3 mil atau 3 farsakh, maka Rasulullah SAW sholat dua raka'at (HSR. Ahmad dan Muslim) Kata-kata 3 mil atau farsah diatas tidak jelas karena perawi (Syau'bah) tidak jelas/ragu-ragu meriwayatkannya, antara mil atau farsakh. Padahal 1 farsakh = 3 mil dan 3 farsakh = 9 mil. Kekaburan ini diperjelas dengan berita (dari Abu Sa'id AlKhudri) sebagai berikut :

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

Artinya : Ia memberitakan Rasulullah SAW bila bepergian sejauh satu farsakh, maka mengqashar sholat menjadi dua raka'at (diberitakan oleh Said bin Mansur dan AlHafidz, yang menyebutkannya dalam Kitab At-Talkhis dan ia mendiamkan hadits ini sebagai tanda pengakuannya). Sedangkan kekaburan antara mil atau farsakh, itu dapat dijelaskan dengan hadits yang diberitakan Abu Said Al-Khudri. Mil yang dipakai dalam penerapan Hadits ini bukan mil yang dipakai adalah mil hasyimi yaitu 1 (satu) mil sama dengan 1847 meter. Jadi kesimpulan dari pendapat Abu Said Al-Khuduri adalah 1 farsakh = 3 mil atau 5541 meter (kira-kira 6 km). Lebih lanjut mengenai Satuan Farsakh itu (menurut sejarah dan stadart baku) adalah berasal dari Satuan Persia Kuno, yaitu perjalanan dengan kuda selama 1 jam menempuh jarak 3 mil. Mengenai perjalanan itu baik itu jalan kaki, dengan kuda atau naik pesawat sekalipun tidak menjadi pertimbangan/ketentuan, dengan dasar bahwa baik Hadits Shohih ataupun yang Dla'if hanya menerangkan masalah jarak tempuh saja. Dengan artian bahwa kemudahan-kemudahan perjalanan itu baik karena faktor ekonomi, perkembangan jaman atau pun lainnya hendaknya tidak menjadikan gugurnya ketentuan Sholat Musafir/Safar ini. Sebagai contoh bepergian dengan mobil atau pesawat terbang yang memang dirasakan tidak memberatkan untuk melaksanakan Sholat secara lengkap (tetap 4 roka'at), bukan berarti itu menjadi benar adanya bila Sholat itu tetap dijalankan 4 roka'at karena merasa sanggup melaksanakan secara lengkap. Atau bila ada suatu pendapat kalau jaman dulu bepergian begitu terasa sulitnya maka sholat 4 roka'at adalah wajar bila ada rukhsho sehingga menjadi 2 roka'at, maka tentunya saat ini sholat 4 roka'at itu harusnya berlipat menjadi 8 roka'at karena mudahnya perjalanan. Tentunya hal ini menjadikan kabur/rancunya ketentuan sholat musafir ini (bahkan tidak mustahil ketentuan-ketentuan ibadah lainnya juga) dengan suatu "pendapat" yang tidak ada dasar menurut Tuntunan Allah dan RasulNya. 2. Batasan Waktu Shalat Safar Batas waktu pelaksanaan ketentuan hukum musafir mengacu pada Hadits berikut: Artinya: Dari Umar ra, diberitakan: Rasulullah SAW bersabda "Sholat dalam bepergian adalah dua raka'at hingga ia kembali ke keluarganya atau ia mati. (HSR Khatib) 3. Kewajiban menyempurnakan sholat-bagi musafir Pengertian bahwa sholat 2 raka'at (sholat qashar) dianggap sebagai boleh di ringankan (boleh dikerjakan atau lebih baik tidak dikerjakan) didasarkan dengan hadits di bawah ini: Artinya : Dari A'isyah ra. Ia berkata : "Bahwa Nabi SAW meringkas sholat apabila dalam bepergian, dan menyempurnakan 4 (empat) rakaat, juga berpuasa dan tidak berpuasa". Diberitakan oleh Ad-Daraquthni, dan perawinya bisa dipercaya, tetapi masih dinilai cacat.

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

Artinya: Dari A'isyah ra. Ia berkata: "Saya pergi bersama Rasulullah SAW melakukan umrah di bulan ramadhan , Rasulullah SAW tidak berpuasa dan saya berpuasa dan Rasulullah SAW sholat (2 rakaat) dan saya menyempurnakan (4 rakaat), kemudian saya berkata: Ayahku dan ibuku, mereka tidak berpuasa dan saya berpuasa dan mereka mengqashar sholat dan saya menyempurnakan. Maka Rasulullah SAW menjawab: Kamu berbuat baik, hai A'isyah. Demikian diberitakan oleh Ad-daraquthni. Hadits di atas dipandang cacat meskipun orang yang memberitakan(rijal) terpercaya, hal ini dikarenakan bersambungnya berita oleh Abdurrahman dari A'isyah, yang saat itu Abdurrahman masih kecil dan sekaligus tidak mendengarkan langsung dari A'isyah, selain itu berita di atas tidak sesuai dengan: Artinya: Syaik lbnu Taimiyah menyatakan : "Berita ini (hadits tersebut di atas) adalah bathil, tidaklah mungkin terjadi bila Ummul-Muminin (A'isyah) menyalahi Rasulullah serta seluruh sahabat" Sedang berita shahih dari A'isyah menyatakan: Bahwa Allah mem-fardlu-kan sholat awalnya adalah 2 (dua) rakaat. Kemudian ketika (Rasulullah) hijrah ke Madinah, barulah ditambah menjadi empat rakaat disaat muqim/hadlar (tidak bepergian) dan dua rakaat seperti permulaan diwajibkannya sholat disaat bepergian (musafir/muttafaqa alaihi). Adalah sangat utamanya qashar/sholat 2 rakaat diwaktu bepergian seperti pada hadits berikut : Artinya : Dari Ibnu Umar ra, Ia berkata : " Saya menyertai Rasulullah SAW (dalam bepergian), dan Rasulullah SAW tidak pernah lebih 2 rakaat (menambah) hingga nyawa Rasulullah SAW dicabut oleh Allah. Dan saya menyertai Abu Bakar ra, Abu Bakar ra tidak pernah lebih 2 rakaat (menambah) hingga nyawa Abu Bakar ra dicabut oleh Allah. Dan aku menyertai Umar ra, tidak pernah lebih 2 rakaat (menambah) hingga nyawa Umar ra dicabut oleh Allah. Dan saya menyertai Utsman ra, tidak pernah lebih 2 rakaat (menambah) hingga nyawa Utsman ra dicabut oleh Allah. Keterangan tambahan : Hadits di atas sudah sangat jelas bahwa Nabi tidak pernah satu kalipun mengerjakan sholat pada saat musafir/dalam perjalanan itu lebih dari 2 rakaat begitu juga para sahabat-sahabatnya. Hingga demikian dalil tersebut menjadi dalil Qaidah (bukan dalil nash) seperti halnya dengan Sholat subuh, Sholat Jum'at, Sholat 2 Hari Raya semuanya wajib 2 rakaat. Dalil-dalil yang menguatkan pelaksanaan sholat saat bepergian itu 2 rakaat adalah berikut ini : Artinya : Dari lbnu Umar, Ia berkata : "Saya bersama Rasulullah SAW 2 rakaat dan bersama Abu bakar ra dua rakaat, dan bersama Umar ra dua rakaat, kemudian sesudah itu syariat menjadi pecah. Maka alangkah baiknya bagianku dua rakaat dari pada empat rakaat (Al Bukhari). Artinya : Dari Abdurrahman bin Yazid, Ia berkata : "Utsman ra sholat bersama kami di Mina 4 rakaat, kemudian kejadian itu disampaikan kepada Abdullah Bin Mas'ud maka Beliau beristirja' (membaca "innalillahi wa inna ilahi Raji'un) kemudian Beliau berkata : "saya sholat bersama Rasulullah SAW di Mina 2 rakaat, dan sholat bersama Abu Bakar ra di Mina juga 2 rakaat, dan saya sholat bersama Umar ra di Mina juga 2 rakaat maka alangkah baiknya bagianku 2 rakaat yang diterima daripada 4 rakaat. (HSR. Al-Bukhari). Hadist ini diperkuat dengan hadits-hadits berikut : Artinya: Dari lbnu Abbas, Ia berkata: "Allah memfardlukan sholat pada lisan Nabimu atas orang bepergian 2 rakaat, atas orang mukim 4 rakaat dan Khauf 1 rakaat (HSR. Muslim) Artinya: Dari Umar Ibnu Khattab ra, Ia berkata: "Sholat Idul Adha 2 rakaat, sholat Shubuh 2 rakaat, sholat Idul Fithri 2 rakaat, sholat bepergian 2 rakaat. (Semua 2 rakaat

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

itu) adalah sempurna/tamam, bukan qashar, itu menurut lisan Muhammad SAW (HSR Ahmad dan An-Nasa'iy dan Ibnu Majah). Artinya : Dari Ibnu Umar, Ia memberitakan : Rasulullah bersabda : Bahwa Allah senang rukhsahnya dilakukan dan Ia benci pada melakukan durhaka/tidak mengerjakan. Dengan demikian jelaslah barang siapa yang mau mengerjakan rukhsahnya Allah dengan senang hati maka Allah pun akan sangat senang kepadanya, meskipun ia merasa tidak sreg dalam melaksanakannya karena menjadi ringannya pelaksanaan ibadah itu. Jadi jelaslah Sholat Musafir/Safar 2 rakaat harus dijalankan sebagai mana perintahperintah Allah lainya yang wajib diikuti, dan bukan dihindari, diabaikan atas dasar kemauannya sendiri ataupun karena ragu-ragu. Bahwa ketentuan Sholat Musafir ini hanya membahas ruksha karena jarak saja, dan tidak dibatalkan ketentuannya ini karena sebab-sebab lain misalnya sarana transportasi yang dipakai, ringannya perjalanan, dll. (Hal ini diperkuat dengan tidak adanya Hadits yang Sahih atau Dhaifpun yang menyinggung batalnya ketentuan Sholat Musafir/Safar ini karena alasan ini).

B. Solat Jamak
Yang dimaksud dengan sholat jama adalah menggabungkan 2 sholat dalam 1 waktu. Sebagai contoh menggabungkan sholat Dhuhur dan Ashar, serta sholat Maghrib dan Isya. Bila dalam keadaan normal sholat wajib harus dikerjakan sesuai waktunya, tapi bila dalam keadaan bepergian (antara + 81 Km) atau dalam keadaan masyaqot/kesulitan keadaan, boleh dilakukan dengan cara Jama dengan ketentuan jumlah rakaatnya tidak berkurang. Jama terbagi dua yaitu : 1. Jama Taqdim : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan menarik waktu yang terbelakang, seperti : sholat Ashar dilakukan pada waktu sholat Lohor (Dhuhur), dan sholat Isya dilakukan pada waktu sholat Maghrib, kesemuanya itu dilakukan secara bersama-sama. 2. Jama Takhir : sholat yang dikerjakan dalam satu waktu dengan mengakhirkan waktu yang pertama, seperti : sholat Lohor dilakukan pada waktu sholat Ashar dan sholat Maghrib dilakukan pada waktu sholat Isya. Dalil yang digunakan adalah: 1. Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi). 2. Rasululloh SAW menjamak sholat magrib dan isya pada malam yang hujan. Dalil lainnya yaitu salah satu perbuatan sahabat, dari Nafi: bahwa Abdulloh Ibnu Umar sholat bersama para umara (pemimpin) apabila para umara tersebut menjamak sholat magrib dan isya pada waktu hujan. (HR Bukhori) 3. Rasululloh SAW menjamak antara sholat zuhur dan ashar dan antara sholat magrib dan Isya bukan karena rasa takut dan hujan. (HR Muslim)

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

4. Adalah Rasululloh SAW dalam peperangan Tabuk, apabila hendak berangkat sebelum tergelincir matahari, maka beliau mengakhirkan Dzuhur hingga beliau mengumpulkannya dengan Ashar, lalu beliau melakukan dua shalat itu sekalian. Dan apabila beliau hendak berangkat setelah tergelincir matahari, maka beliau menyegerakan Ashar bersama Dzuhur dan melakukan shalat Dzuhur dan Ashar sekalian. Kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau hendak berangkat sebelum Maghrib maka beliau mengakhirkan Maghrib sehingga mengerjakan bersama Isya, dan apabila beliau berangkat setelah Maghrib maka beliau menyegerakan Isya dan melakukan shalat Isya bersama Maghrib. (HR Tirmidzi) 5. Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah menjama antara Zhuhur dan Ashar jika berada dalam perjalanan, juga menjama antara Maghrib dan Isya. (HR Bukhari) Ada beberapa syarat melakukan sholat jama, yaitu: 1. Bepergian jauh dan tujuannya bukan untuk bermaksiat. 2. Apabila melakukan sholat berjamaah, maka imamnya harus musafir juga. 3. Karena sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang betul-betul sulit ditinggalkan. Misalnya seorang dokter yang mesti melakukan operasi. Ada 2 jenis sholat jama, yakni: 1. Jama Taqdim Jama taqdim adalah menarik lebih awal waktu sholat. Jadi, apabila kita hendak bepergian yg kira2 cukup jauh di waktu Dhuhur, usai sholat Dhuhur kita lanjutkan dengan sholat Ashar. Hal yang sama berlaku untuk sholat Isya, yang dilakukan di saat Magrib. Yang tidak diperbolehkan dijama taqdim adalah Dhuhur di waktu Subuh, ataupun Magrib di waktu Ashar. Selain itu tidak boleh menjama Ashar dg sholat Jumat (di hari Jumat). Untuk melaksanakan sholat jama taqdim, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan: a) Kerjakan dulu sholat Dhuhur baru Ashar (atau Magrib dulu baru Isya). b) Niat jama dilakukan saat hendak sholat Dhuhur atau Magrib. Dengan demikian, tidak sah jika niat jama dilakukan saat sholat Ashar atau Isya. c) Dilakukan menyambung, dalam artian, tidak melakukan sholat sunnah setelah sholat Dhuhur atau Magrib. 2. Jama Takhir Jama takhir kebalikan dari jamak taqdim. Dengan demikian, kita mengulur sholat di waktu berikutnya. Berdasarkan poin 1, maka kita bisa simpulkan bahwa jama takhir itu berarti sholat Dhuhur & Ashar di waktu Ashar, dan sholat Maghrib & Isya di waktu Isya. Hal yg tidak diperbolehkan adalah Isya di saat Subuh dan Ashar di saat Maghrib. Untuk melaksanakan sholat jama takhir, maka ada hal-hal yg mesti diperhatikan: a) Niat jama tetap dilakukan di saat sholat Dhuhur atau Magrib. b) Kita masih berada dalam perjalanan pada saat Ashar atau Isya. Khusus untuk sholat jama takhir, kita mesti mendahulukan waktu sholat yg terakhir. Sebagai contoh, jika kita jama takhir Dhuhur dan Ashar, maka kita sholat Ashar dahulu barulah sholat Dhuhur.

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

C. SALAT QASAR
Sementara itu, yang dimaksud dengan sholat qashar adalah menyingkat sholat. Sholat yang bisa disingkat hanya sholat dengan jumlah rakaat 4, yakni Dhuhur, Ashar, dan Isya. Sementara Magrib, terlebih lagi Subuh, tidak bisa disingkat. Dalil-dalilnya: 1) Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalatmu jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang n yata bagimu. (An Nisa 101). 2) Saya telah bertanya kepada Anas tentang mengqashar shalat. Jawabnya: Rasululloh SAW apabila ia berjalan jauh 3 mil atau 33 farskah (25,92 km), maka beliau shalat dua rakaat (Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud dari Yahya bin Mazid r.a) 3) Telah berkata Ibnu Abbas: Rasululloh SAW pernah sembahyang jama antara Dhuhur dan Ashar, dan antara Maghrib dan Isya, bukan diwaktu ketakutan dan bukan di dalam pelayaran (safa). Lantas ada orang bertanya kepada Ibnu Abbas: mengapa Nabi SAW berbuat begitu? Ia menjawab: Nabi SAW berbuat bgitu karena tidak mau memberatkan seorangpun daripada umatnya. (HR Imam Muslim) 4) Dari Muhammad bin Jafar : Telah bercerita kepadaku Syubah, dari Yahya bin Yazid Al-Hannai yang menuturkan : Aku bertanya kepada Anas bin Malik tentang mengqashar shalat. Sedangkan aku pergi ke Kufah maka aku shalat dua rakaat hingga aku kembali. Kemudian Anas berkata : Artinya : Adalah Rasululloh SAW manakala keluar sejauh tiga mil atau tiga farskah (Syubah ragu), dia mengqashar shalat. (Dalam suatu riwayat) : Dia shalat dua rakaat. (HR Imam Ahmad (3/129) dan Al-Baihaqi (2/146). 5) Dari Yala bin Umayyah bahwasanya dia bertanya kepada Umar ibnul Kaththab radhiallahu anhu tentang ayat ini seraya berkata: Jika kamu takut di serang orang-orang kafir, padahal manusia telah aman ?!. Sahabat Umar radhiallahu anhu menjawab: Aku sempat heran seperti keherananmu itu lalu akupun bertanya kepada Rasululloh SAW tentang hal itu dan beliau menjawab: (Qashar itu) adalah sedekah dari ALLOH SWT kepadamu, maka terimahlah sedekah ALLOH SWT tersebut. (HR. Muslim, Abu Dawud) Untuk melakukan sholat Qashar, maka kita mesti berniat untuk sholat Qashar. Karena disingkat menjadi 2 rakaat, maka perlakuannya serupa dengan sholat Shubuh. Selain itu ada juga syarat-syarat yang mesti diperhatikan: 1. Orang yang melakukan qashar = musafir. 2. Seseorang dikatakan musafir jika menempuh lebih kurang 88 km (atau lebih). Di hadits lain disebutkan bahwa Rasululloh SAW jika bepergian lebih dari 15 km, beliau juga melakukan qashar, seperti hadits berikut,Dari Yahya bin Yazid al-Hana?i berkata, saya bertanya pada Anas bin Malik tentang jarak shalat Qashar. Anas menjawab: Adalah Rasululloh SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh beliau shalat dua rakaat. (HR Muslim)

Sholat di Berbagai Keadaan Kelompok 6

Agama Islam Kemuhammadiyahan II

Anda mungkin juga menyukai