Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

ACARA 7 KARBON DAN BAHAN ORGANIK TANAH

Disusun Oleh : Nama NPM Dosen Pembimbing Co.Ass : Paulina Situmorang : E1J012151 : Ir.Hasanudin, M.P : - Pebrin Odityaningsih - Agustina Maryani Hari Pelaksanaan Kelompok Prodi : Rabu, 04 Des 2013 :5 : Agroekoteknologi

LABORATORIUM ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh sifat-sifat kesuburan tanahnya yakni kesuburan fisik, kesuburan kimia dan kesuburan biologis. Kalau kesuburan fisik lebih mengutamakan tentang keadaan fisik tanah yang banyak kaitannya dengan penyediaan air dan udara tanaah, maka kesuburan tanah kimia yang menyangkut dalam masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan kesuburan tanah yang menyangkut kesuburan biologi tanahaa adalah kaitan nya dengan keadaan atau aktivitas suatu organism didalam tanah, organism tersebut dapat membantu dalam system vegetasi tanah yang bertindak sebagai sumber dan pemakai C-organik, tergantung kepada kecepatan dekomposisi dan pembentukan C-organik tanah. Bahan organic tanah dalam berbagai bentuk dapat memperbaiki kesuburan tanah melalui pengaruhnya terhadap struktur tanah, sumber energy dalam oksidasi biologis, menyediakan atau meningkatkan ketersediaan hara tanaman. Dan memenuhi efek meracumn dari almunium. Corganik tanah merupakan sifat tanah yang dijadikan indicator sumber daya alam berkelanjutan. Dengan mempelajari tentang karbon dan bahan organic tanah ini dapat membantu dalam proses pengolahan tanah untuk lahan pertanian sehingga dengan pemilihan lahan pertanaman yang baik dapat meningkatkan sumber daya alam atau hasil produksi yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan. 1.2 Tujuan Praktikum 1. Menentukan kandungan karbon dan bahan organic didalam tanah. 2. Membandingkan kandungan karbon dan bahan organic dari beberapa contoh tanah. 3. Melihat secara kualitatif hubungan antara kandungan karbon dan bahan organic tanah dengan hasil pengamatan morfologi profil dilapangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kandungan karbon dalam tanah mencerminkan kandungan bahan organic dalam tanah yang merupakan tolak ukur yang palung penting untuk pengelolaan tanah. Bahkan bahan organic dipercaya sebagai kunci ketahanan terhadap kekeringan dan kelestarian produksi pangan. Bahan organic di lahan tropika berperan menyediakan unsure hara N,P, dan S yang dilepaskan secara lambat, meningkatakaan kapaasitas ukur kation (KTK) tanah masam, menurut fiksasi P karena pemblikan sisi fiksasi oleh radikal organic, membantu menetapkan aagregat tanah, memodifikasi retensi air, dan membentuk kompleks dengan unsure mikro. Meskipun kandungan bahan organic kebanyakan tanah hanya berkisar 2-10%, sehingga peranannya sangat penting. Bahan organic tanah terstabilkan oleh berbagaai proses yang kompleks yang menghalangi dekomposisi termasuk selain karena kualitas senyawa organic, kondisi tanah juga kondisi biologi mikrorganisme. Bahan organic tanah terdiri dari dua komponen utama yaitu : (1) komponen inert atau yang tahan terhadap mineralisasi; tergantung pada tipe tanah, iklim, riwayat pengguna lahan dan posisi bentang lahan; (2) fraksi labil atau aktif yang tergantung pada pengelolaan tanah. Perubahan pool karbon bahan organic karena perubahan penggunaan lahan dan pengelolaan terutama karena perubahan di fraksi labil. Ada korelasi erat antara konsentrasi fraksi labil karbon organic tanah dan kualitas tanah, terutama di tanah miskin wilayah tropika dan subtropika, yang karbon organicnya 60-80% telah hilang karena pertanian subsisten (Slamet Supriyadi,2008). Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan

sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi. Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen buatan secara terus menerus dalam jumlah besar. Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan sulfur coated turun dengan drastic (Anonima,2012). Pengaruh kualitas bahan organik terhadap dekomposisi dapat digunakan sebagai acuan dalam seleksi bahan organik yang tepat. Komponen kualitas bahan organik yang penting meliputi nisbah C/N, kandungan lignin, kandungan polifenol, dan kapasitas polifenol mengikat protein. Jika bahan organik mempunyai kandungan lignin tinggi kecepatan mineralisasi N akan terhambat. Lignin adalah senyawa polimer pada jaringan tanaman berkayu, yang mengisi rongga antar sel tanaman, sehingga menyebabkan jaringan tanaman menjadi keras dan sulit untuk dirombak oleh organisme tanah. Pada jaringan berkayu, kandungan lignin bisa mencapai 38 %. Perombakan lignin akan berpengaruh pada kualitas tanah dalam kaitannya dengan susunan humus tanah. Dalam perombakan lignin ini, di samping jamur (fungi-ligninolytic) juga melibatkan kerja enzim seperti enzim lignin peroxidase.Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang tinggi. Pengaturan jumlah karbon di dalam tanah meningkatkan produktivitas tanaman dan keberlanjutan umur tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien. Pengukuran C-organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir (Atmojo,2003). 6 urea) yang terus menerus

selama 20 tahun dapat menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan

Kandungan karbon dalam tanah berkisar antara 1,22,5%. Rata-rata bahahn organik tanah mempunyai kandungan 58% C, oleh karena itu rata-rata bahan organik tanah pertanian berkisar 26%. Metode penetapan kandungan bahan organik tanah ada 3 Metode: 1. Metode Langsung 2. Metode tidak langsung 3. Metode yang berdasarkan reduksi bahan organik Di dalam tanah, bahan organik selalu mengalami perombakan sebagai aktivitas dari mikroba tanah. Proses ini dapat menghasilkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman serta senyawa lainnya yang semuanya itu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun

metode penetapan bahan organik tanah ada tiga cara, yaitu metode langsung (berdasarkan hilangnya berat), metode tidak langsung, dan metode yang didasarkan pada proses reduksi oleh bahan organik. Adapun sumber-sumber bahan organik adalah: 1. Sumber primer Diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah. Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah. 2. Sumber sekunder Sumbernya adalah binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus

menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan organiknya. Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan. (Handayani, S. 2009 ). Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloid, dan berasal dari jaringan tumbuhan, dan jaringan tumbuhan yang telah didekomposisikan oleh jasad mikro. Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa. Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain. Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut. Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik (Anonimb,2012).

BAB III BAHAN DAN METODELOGI 3.1 3.2 Bahan Dan Alat Bahan : K2Cr2O7 1 N (larutan 49,04 g K2Cr2O7 kering oven selama 30 menitdalam 1000 ml aquades), H2O pekat (96%), H3PO4 (85%), diphenyl dan FeSO4 1 N. Alat : Buret, labu ukur 1000 ml, ayakan 0,5 mm, stopwatch, timbangan dan oven.

Cara Kerja Timbang sampel tanah 0,5 mm sebanyak 0,5 gr. Masukkan sampel tanah ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 2N. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, kemudian homogenkan. Diamkan selama 30 menit sampai larutan dingin. Setelah dingin tambahkan H2O sampai volume 100 ml. Kemudian labu ukur dikocok sampai larutan homogen. Keesokan harinya diukur absorbansi dengan spektrohytometer pada panjang gelombang 561 nm. Sebagai pembanding dibuat standar 0 ppm dan 250 ppm C dengan mempipet 0 dan 5 ml larutan standar 5000 ppm C ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlajuan yang sama dengan pengerjaan contoh.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Data absorbansi sampel: Top soil Sub soil = 0,176 = 0,150

Perhitungan C-organik : Top soil = ppm kurva x = x x Fk

x x x x

=
= 3,35 %

= 167,61 x 0,1 x 0,2 x 1,0008

Sub soil

= ppm kurva x =

x Fk

x x x x

=
= 2,85 %

= 142,85 x 0,1 x 0,2 x 1,0008

Perhitungan kadar bahan organik : Top soil = C-organik x = 3,35 % x 1,72 = 5,77 % Sub soil = C-organik x = 2,85 % x 1,72 = 4,90 %

4.2 Pembahasan Dalam praktikum tentang karbon dan bahan organic tanah ini menggunakan larutan K2Cr2O7 dan H2SO4, dimana larutan tersebut berfungsi sebagai bahan pembanding untuk membandingkan kandungan karbon dan bahan organic dai beberapa sampel tanah. Hasil yang didapat dalam pengamatan ini adalah data pada suatu sampel tanah yaitu sebagai berikut : Data absorbance : Top soil Sub soil = 0,176 = 0,150

Data tersebut kami dapat degan menggunakan alat yang disebut dengan spektrohytometer dengan panjang gelombang 561 nm. Setelah data tersebut didapat dari masing-masing contoh sampel tanah, maka dapat dicari kandungan Karbon dan Bahan organik dengan menggunakan rumus sebagai berikut : C-Organik = ppm kurva x Kadar bahan organik = C-organik x x x Fk

Setelah data kami peroleh, barulah kami melakukan perhitungan jumlah C-organik dan bahan organik yang terkandung didalam contoh tanah. Sehingga dari masing-masing contoh sampel tanah diperoleh hasil yaitu: untuk sampel tanah top soil kandungan C-organiknya adalah 3,35 % sedangkan bahan organiknya adalah 5,77 %. Untuk sampel tanah sub soil diperoleh hasil C-Organiknya adalah 2,58 % sedangkan bahan organiknya adalah 4,90 %. Dengan demikian bahan organic berperan sangat penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organic tanah menurun kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Jumlah C-organik dan bahan organik pada tanah lapisan top soil lebih banyak bila dibandingkan sengan tanah pada lapisan sub soil.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada pengamatan C-Organik ini pada contoh sampel tang memilki kandungan C-organik yang tertinggi adalah pada sampel top soil 2. Pada pengamaatan C-organik ini pada suatu contoh sampel yang memilki kandungan COrganik terendah adalah pada sampel sub soil 2. Untuk melakukan pengukuran data pada contoh sampel yang akan digukan untuk mencari kandungan C-Organik nya dapat menggunakan alat yang disebut

spekrtohytometer. Rumus untuk mencari kandungan carbon dan bahan organic pada suatu tanah dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

ppm kurva x

x Fk

DAFTAR PUSTAKA Anonima.2012. Bahan Organik Tanah. http://www.damandiri.or.id/file/anisuryaniipbbab2.pdf. Diakses Pada Tanggal 06 Desember 2013. Anonimb.2012.Metode Penetapan Bahan Organik Tanah. http://drsoeyo.blogspot.com/2012/06/laporan-ddit-bahan-organik-tanah.html.Diakses Pada Tanggal 06 Desember 2013. Atmojo.2003.Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengelolaannya. http://chezclona.blogspot.com/2012/07/penetapan-karbon-organik-cara-kurmis.html. Diakses Pada Tanggal 06 Desember 2013 Handayani, S. 2009. Panduan Praktikum dan Bahan Asistensi Dasar-dasar Ilmu Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada :Yogyakarta. Supriyadi,Slamet.2008.Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah Di Lahan Kering Madura. http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/6-KANDUNGANSLAMET.pdf. Diakses Pada Tanggal 06 Desember 2013. Tim Dasar-Dasar Ilmu Tanah. 2013. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UNIB: Bengkulu. Tanah.

Anda mungkin juga menyukai