Anda di halaman 1dari 5

Kipas udara mempunyai rotor bersudu dengan diameter luar 12-in. dan diameter dalam 10-in.

seperti yang diilustrasikan pada Gambar C5.19a. Ketinggian setiap sudu rotor adalah konstan dari sisi masuk sampai sisi keluar sudu sebesar 1 in. Laju alirannya tunak berdasarkan rata-rata waktu pada 230 ft^min, dan kecepatan mutlak dari udara pada sisi masuk sudu, V,, dalam arah radial. Sudut keluar sudu sebesar 30 dari arah tangensial. Jika rotor berputar pada kecepatan konstan 1725 rpm, pertarakan daya yang dibutuhkan untuk menjalankan kipas tersebut. Kita memilih sebuah volume atur yang tetap dan tak berdeformasi yang memuat rotor berputar dan fluida di dalam barisan sudu pada suatu saat, seperti yang ditunjukkan dengan garis putus-putus pada Gambar C5.19a. Aliran di dalam volume atur ini siklis, tetapi tunak secara rata-rata. Satu-satunya torsi yang kita tinjau adalah torsi poros penggerak, T ,. Torsi ini diberikan oleh sebuah motor. Kita asumsikan bahwa aliran masuk dan keluar masing-imasing diwakili oleh

kecepatan-kccepatan dan sifat fluida yang terdistribusi secara seragam dan sifat aliran. Kareiui daya poros yang dicari, Persamaan 5.53 cocok untuk digiinakan. Penerapan Pcrsaiiiaaii 5.53 terhadap kandungan volume atur dalam Gambm C5.19 memberikan ? 0(Vi radial) ^,, - (- mi)(t/iV$) + m,(t^V^) (1) Dari Persamaan 1 kita lihat bahwa untuk menghitung daya kipas, kita memerlukitn laju aliran massa, m, kecepatan sudu pada sisi keluar rotor, (/ dan kcrcpiiiiin

tangensial pada sisi keluar sudut, Vy^. Laju aliran massa, m, dengnn iiiudah diperoleh dari Persamaan 5.6 sebagai m = pQ = (2.38 x 10-3 slug/ft^Oft^min) , ^^ ^ ^ (60 s/min) Kecepatan sudu pada sisi keluar rotor, U^, adalah 7- = r,o = (6in.)(1725rpm)(2^rad/putaran) ^ ^3 ^ s/min) Untuk menentukan kecepatan tangensial fluida pada sisi keluar rotor kipas, Vy, kita menggunakan Persamaan 5.43 untuk mendapatkan V^ = W, + U, ^ (4) ^ (12 in./ft)(60

Penjumlahan vektor pada Persamaan 4 ditunjukkan dalam bentuk sd'iiiili "segitiga kecepatan" pada Gambar C5.l9b. Dari Gambar C5.19& kita liliul Imliwa V^ = t/2 - W^ cos 30 " (5)

Untuk menyelesaikan Persamaan 5 bagi Vgy kita memerlukan nlliii dari Wy di samping nilai U^ yang telah ditentukan (Psrsamaan 3). Untuk nicndapatkan Wy kita ketahui bahwa W^ sin 30 = Vm (6) di mana V^ adalah komponen radial dari baik W; maupun V^. Juga, dengan menggunakan Persamaan 5.6 kita bisa dapatkan m = pA^ (7)

atau karena A; = 2w-2/i (8) di inunu h adalah ketinggian sudu, kombinasi Persamaan 7 dan 8 membentuk m = plJO-yhV^ bersama-samu, hisa kita dapatkan W,= m (10) pin-^h sin 30 (9) Dungaii inciiggunakan Persamaan 6 dan 9

@@@@@@@@@@@@@@@@@ 5.3 Hukum Pertama TennodinamikaPersamaan Energi 293 Dengan mensubstitusikan nilai-nilai yang diketahui ke dalam Persamaan 10, kita memperoleh ^ (0.00912 slug/s)(12 in./ft)(12 in./ft) = 79 3 fy 2 (2,38 x 10~3 slug/ft3 )27T(6 in.)(l in.) sin 30 Dengan menggunakan nilai W^ ini ke dalam Persamaan 5, kita mendapatkan V^=

I/,- W^cos 30 = 90,3 ft/s - (29,3 ft/s)(0,866) = 64,9 ft/s Persamaan 1 sekarang dapat diperoleh W ^^UV = (0,00912 slug/s)(90.3 ft/s)(64,9 ft/s) pro5 (slug ft/s )/lb][550(ft lb)/(hp s)] atau ^poros = 00972 hp (Jawaban) Perhatikan bahwa tanda "+" digunakan pada hasil perkalian U^Vg^ karena (7; dan Vy^ berada dalam arah yang sama. Hasil ini, 0,0972 hp, adalah daya yang dibutuhkan untuk disalurkan melalui poros kipas bagi kondisi yang diberikan. Idealnya, seluruh daya ini akan diberikan kepada udara yang mengalir. Namun, karena ada gesekaq fluida, hanya sebagian dari daya ini yang akan menghasilkan efek yang berguna (yaitu kenaikan tekanan) pada udara. Seberapa besar efek yang berguna ini tergantung pada efisiensi perpindahan energi antara sudu-sudu kipas dan fluida. Aspek penting dari perpindahan energi ini akan dibahas dalam subbab 5.3.5. 5.3.1 Penurunan Persamaan Energi Hukum pertama tennodinamika untuk sebuah sistem dinyatakan dengan kata-kata adalah Laju pertambahan terhadap waktu dan energi tersimpan total dari suatu sistem Laju netto Laju netto pertambanga pertambahan + simbolik, pemyataan ini Dalam bentuk n energi dari kerja menjadi perpindahan yang energi dari dipindahkan ke kalor ke dalam sistem dalam sistem
2 2 e2

[I

ep dV = (fikedai^ + W,^,i)sistem ^g Ut 'Blitom oetto netto Beberapa dari variabel ini memerlukan penjelasan ringkas sebelum kliii incnuJu ke pembahasan yang lebih lanjut lagi. Energi tersimpan total per satumi IIIIINNU dari setiap partikel di dalam sistem, e, dihubungkan dengan energi diiliini per satuan massa, ft, energi kinetik per satuan massa V2/!, dan energi potciisiul per satuan massa, gz, menurut persamaan ^

e = fi + L. + gz (g,S6) 2 Laju netto dari perpindahan kalor ke dalam sistem dinyatakun dongan Qke dalam iieao' ^a)11 nett0 perpindahan kerja ke dalam sistem dinyatnknn dengan ^ke dalam netto- Perpindahan kalor dan perpindahan kerja dianggap "+" jika beriangsung ke dalam sistem dan "-" jika ke luar sistem. Persamaan 5.5 berlaku untuk sistem acuan inersial maupun tak iiwrNinl. Kita akan mengembangkan pemyataan volume atur untuk hukum perliiinii lurmo-dinamika. Untuk volume atur yang berimpit dengan sistem tersebul pudu suatu saat (Qke dalam + -ke dalam )sistem (5.57) netto , neno berlnipit
=

(Ske dalam netto

'ke dalam ^volumt netto kontrol

Lebih lanjut lagi, untuk sistem dan kandungan volume atur beriinpK yung tetap dan tak berdeformasi, teorema transport Reynolds (Persamaan 4.1') dengan parameter b ditetapkan sama dengan e), memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa
0

ep dV = \ ep dV + f epV a dA Dt 'sistem M Jcv

(5.58) Jcs

atau dengan kata-kata, Laju pertambahan Laju pertambahan Laju iiliran netto terhadap waktu terhadap waktu dari energi dari energi = dari energi + tersimpan total tersimpan total tersimpan total keluar volume dari suatu sistem pada kandungan atur melalui volume atur permukaan atur @@@@@@@@@@@@@

yang terlibat dalam persamaan ini adalah sebagai berikut. Laju perpindahan kalor Q, mewakili seluruh cara dengan mana energi dipertukarkan antara kandungan volume atur dengan lingkungan sekitamya akibat perbedaan temperatur. Jadi, radiasi, konduksi dan/atau konveksi merupakan cara-cara yang mungkin terjadi. Perpindahan kalor ke dalam volume atur dianggap positif, perpindahan ke luar volume atur dianggap negatif. Dalam banyak penerapan keteknikan, proses adalah adiabalik; laju perpindahan kalor, Q, adalah nol. Laju netto perpindahan kalir, Q^ ^^ ^,y dapat juga menjadi nol apabila S Qke dalam ~ S Ckeluar = 0Laju perpindahan kerja, W, disebut juga daya, adalah positif jika kerja dilakukan oleh lingkungan sekitar pada kandungan volume atur. Jika sebaliknya, kerja dianggap negatif. Kerja dapat dipindahkan melintasi permukaan atur dengan beberapa cara. Dalam paragraf-paragraf berikut, kita meninjau beberapa bentuk

yang penting dari perpindahan kerja. Dalam banyak kasus, kerja dipindahkan melintasi permukaan atur melalui sebuah poros yang bergerak. Dalam peralatan yang berputar seperti turbin, kipas, dan baling-baling, sebuah poros yang berputar memindahkan kerja melintasi bagian permukaan atur yang mengiris poros tersebut. Bahkan di dalam mesin bolak-balik seperti kompresor dan motor pembakaran dalam tipe perpindahan positif yang menggunakan susunan piston-silinder, digunakan sebuah engkol poros yang berputar. Karena kerja adalah hasi! perkalian titik dari gaya dengan perpindahan yang berkaitan, laju kerja (atau daya) adalah hasil perkalian titik dari gaya dengan perpindahan per satuan waktu yang berkaitan. Untuk sebuah poros berotasi, perpindahan daya, W g, berkaitan dengan torsi poros yang menyebab-kan putaran, T 5, dan kecepatan angular dari poros, <u, dengan hubungan W^=T^co Ketika permukaan atur memotong material poros, torsi poros diberikan oleh material poros pada permukaan atur. Untuk memungkinkan pertimbangan terhadap persoalan yang melibatkan lebih dari satu poros, kita gunakan notasi ^ros ke dalam ke dalam =Sw P0, keluar -Sw-.,,,,, P0 Qe(to (5.60)

Perpindahan kerja juga dapat terjadi pada permukaan atur apabila sebuah gaya yang berkaitan dengan tegangan normal fluida bekerja pada suatu jarak. Tinjaulah sebuah aliran pipa seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.6 dan volume atur yang ditunjukkan. Untuk situasi ini, tegangan normal fluida, o, sama dengan nilai negatif dari tekanan fluida, p, dalam semua arah; artinya, <T = -p (5.61)

Hubungan tersebut dapat digunakan dengan berbagai perkiraan untuk banyak persoalan keteknikan (lihat Bab 6.) Perpindahan daya yang berkaitan dengan tegangan-tegangan normal yang bekerja pada sebuah partikel fluida tunggal, dW ^ normal' (^P^ dievaluasi sebagai perkalian titik antara gaya tegang normal, 5F^^ normal c*an kecepatan partikel fluida, V, sebagai.

Anda mungkin juga menyukai