Askep
Askep
PANGAU 95 VERONICA PINEDENDI 106 WENDA R. PANGEMANAN 114 SALMA MILO 115
Patofisiologi Trauma uretral pada pria lokasi : penis, bulbar, membranosa b kausa dan mekanisme : ureta bulbar , kuasa terjatuh mengangkang (missal pada stang sepeda, kecelakaan lau lintas ,penutup lubang selokan ,dsb). Pukulan langsung ( penganiayaan sepak bola rugby) Uretra mebranosa _ posterior Kuasa kecelakaan lalu lindas jatuh dari ketinggian rudapaksa menggilas
mekanisme regangan uretra akibat pergeseran posisi struktur fiksasinya ,ligamenta puboprostatik dan perlekatan kospus karvenosum ke rami isio pubik.
Klasifikasi : straddle injury ini sering ditemukan ; dibedakan menjadi tiga macam : ringan (grade 1 ) sedang (grade II) berat (gradeIII)
- ringan a. pada tingkat ini yang rusak adalah dinding uretra b. fasia buck masih utuh.
- sedang Pada tingkat ini terjadi : ruptura dinding uretra fasia buck tetap utuh - Berat Pada tingkat ini terjadi : ruptura uretra facia buck robek. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
gejala kliniknya adalah perdarahan per uretra yang bukan suatu hematuria tetapi darah langsung keluar dari uretra . sedang
gejala kliniknya adalah adanya hematom yang besar tapi tidak progresif karena hematom tetap dalam bulbus karvenosus. berat
gejala kliniknya darah akan mengalir keluar dan terus menjular kebawah kulit (subkutis) oleh karena itu terbentuk hematom progresif , mula-mula didaerah perinium , terus ke skrotum ,daerah ingunal,suprapubik sampai di penis . bila dari anamnesis diketahui ada trauma dan pada peadaan klinik ditemukan hematom progresif demikian ini jeals straddle injury berat tidak perlu foto rontgen lagi bila tidak segera diobati penderita dapat meninggal akibat perdarahan atau urosepsis. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982) Penatalaksanan ringan
selalu konservativ ,lakukan sistostomi dan antibiotika untuk profilaksi ada bahaya striktura dikemudian hari . sedang
bila hematom kecil dilakukan terapi konservatif, yaitu kateter dover selama 1-2 minggu dan antibiotika untuk profilaksis bila hematom besar , dilakukan prosedur yang sama dengan yan gberat , karena kadang-kadang dalam hematom terjadi infeksi sekunder sehingga terbentuksuatu lubang dan kateter terlihat dari luar .sebelum terjadi kerusakan demikian lebih baik dilakukan operasi. berat
dilakukan operasi peneotomi (dari kuit samapi daerah yang robek atau hematom) dan : semua bekuan darah dikeluarkan kateter dipasang di uretra ,akan tampak ujung kateter menonjol kedaerah operasi dan kateter akan dibelokkan masuk uretra bagian proksimal . hemostatis sebaik-baiknya. Dinding uretra dijahit interrupted dengan catgut dan non traumatic neddle Tinggalkan drain di daerah operasi Karena ada bahaya striktura dikemudian hari setiap kali denganbogule. (Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, 1982)
Terapi dan penatalaksanaan Kemungkin trauma uretra dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter yang ukurannya tepat. Kateter terlebih dahulu dilumasi secara adekuat sehingga dapat dimasukan kedalam uretra dengan mudah dan lancar.penyisipan kateter ini dilakukan sejauh mungkin kedalam kandung kemih untuk mencegah trauma jaringan uretra pada saat balon retensi pada kateter dikembangkan.manipulasi kateter paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada pasien yang mendapat kateterisasi.Dengan demikian infeksi akan terjadi tanpa terelakan ketika urin mengenai mukosa yang rusak itu.Kateter harus difiksasi dengan tepat untuk mencegahgerakan kateteryang menyebabkan regangan atau tarikan pada uretra atau yang membuat kateter terlepas tanpa sngaha.perhatianharus diberikan untuk memastikan agar setiap pasien yang berada dalam kondisi kebingungan tidak melepaskan kateter tanpa disadari pada saat
balon retensi masih mengembang karena kejadian ini akan menyebabkan perdarahan dan trauma yang cukup luas pada uretra. Pada pasien laki-laki ,selang drainase (bukab kateter) diplester disebelah lateral pada pasien untuk mencegah penekanan uretra pada sambungan penoskrotal yang akhirnya dapat menyebabkan pembentukan fistula uretrokutaneus. Pada pasien wanita, selang drainase yang dihubungkan dengan kateter diplester pada paha pasien untuk mencegah tekanan dan tarikan pada kandung kemih. (Bruner and suddarth, 2002)
Komplikasi 1. 2. 3. Syok, perdarahan ,dan peritonitis. Infeksi saluran kemih. Striktur uretra.
( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006) Gambaran klinis Tertdapat perdarahan per-uretram yaitu darah yang keluar dari meatus uretra eksternum setelah mengalami terauma (harus di bedakan dengan hematuri,yaitu urine bercampur darah ) Pada trauma uretre yang berat,pasien tidak dapat miksi sehingga terjadi retensi urine. ( Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.Ners,2006) Prosedur diagnostic. Diagnosis ditegakan melalui foto oretrografi dengan memasukan kontras melalui uretra,sehingga dapat diketahui adanya ruftur uretra dan lokasinya. Pemeiksaan radiologi pelvis menggambarkan beberapa bagian luasnya fraktur panggul. Pemeriksaan rectal untuk mengetahui hematoma pada kandung kemih yang tinggi. Urethrography tidakan untuk pencegahan aseptic Infus urography untuk mengevaluasi status renal dan level dari bladder ( alken carl-eric,sokeland jurgen,M.Eengel, 1982)
Asuhan keperawatan 1. pengkajian pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan trauma uretra meliputi : a. identitas pasien : b. riwayat kesehatan umum meliputi berbagai ganguan penyakit yang lalu ,berhubungan dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang. - riwayat kesehatan keluarga - riwayat kesehatan pasien c. riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini 1. bagaimana frekkuensi miksi , apakah terdapat ; 1. poliuri 2. oliguri 3. miksi ke luar sedikit-sedikit tetapi sering 4. urgensi 5. nocturi 6. tempo berhentinya arus urine selama miksi 7. pasien mengalami keraguan/kesukaran sewaktu memulai miksi. 8. urine keluar secara menetes 9 inkontinentia urine. d. adakah kelainan waktu miksi seperti 1. disuri 2. ada rasa panas 3. hematuri 4. piuri
5 lithuri e. adakah ras sakit terdapat pada daerah setempat atay secara umum f. apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain g. apakah terdapat, mual, muntah h. apakah terdapat oedema i. bagaimana keadaan urinen(volume,warna,bau,berat, jenis,jumlah urine,dalam 24 jam ) j. rasa nyeri ( lokasi ,identitas , saat timbulya nyeri). k. riwayat kecelakaan ( patah tulang panggul staddle injury) - data fisik Inpeksi Secara umum dan secara khusus pada daerah genital. Palpasi : Pada daerah abdomen , buli-buli ,lipat paha. Auskultasi : daerah abdomen Perkusi : daerah abdomen ginjal Keadaan umum pasien : o tingkat kesdaran o tinggi badan /berat badan o TTV meliputi tensi , nadi, suhu, pernafasan . - data psikologis v Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit v Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit v Persepsi pasien terhadap penyakit v Penanggulangan masalah .
Diagnosa keperawatan 1 : gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih dibuktikan oleh : gangguan eksterm, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapakan pasien mengalami eliminasi urine normal urine tidak berbau, mengeluarkan urine tanpa nyeri Intervensi 1 : - observasi pengeluaran urine - Catat keluaran urine pada pasien - atur Posisi selang dan drainase kantung - ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih - Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala infeksi saluran kemih terjadi Rasional - Untuk mengetahui bau, warna urin pd klien - untuk mengetahui penurunan /penghentian aliran urine tiba-tiba. - untuk memungkinkan tidak terhambatnya aliran urine, - Agar pasien mengetahui tanda dan gejala infeksi saluran kemih - Untuk menghentikan tanda dan gejala infeksi saluran kemih terjadi Diagnosa keperawatan 2 Nyeri akut berhubungan dengan trauma uretra Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang atau hilang. Dengan kriteria hasil : Skala nyeri 2-3 Intervensi 2 - kaji intensitas dan karakteristik nyeri (skala 0-10) - atur posisi nyaman pasien - ajarkan penggunaan teknik relaksasi contoh pedoman imajinasi dan visualisasi aktivitas terapeutik - kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian obat sesuai indikasi contoh analgesik . Rasional - untuk mengetahui tingkat nyeri pa klien - untuk mengurangi pergerakan berlebihan yang menyebabkan terjadinya nyeri - agar dapat memeberikan rasa nyaman pada klien - obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri Diagnosa Keperawatan 3
Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh karena trauma uretra. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan terhadap kecitraan tubuhnya, dengan kriteria hasil : Klien bisa menerima keadaannya Kepercayaan diri klien kembali Intervensi 3 - kaji tingkat kepercayaan diri klien - bantu pasien untuk beradaptasi dengan keadaan yang terjadi - berikan motivasi kepada klien - kolaborasi dengan ahli psikologis Rasional - agar dapat mengetahui sampai dimana kurangnya kepercayaan diri klien - agar pasien dapat menerima keadaan yang terjadi sekarang - agar klien tidak terpuruk dengan keadaan yang ada - untuk mengembalikan kepercayaan diri klien dan memperbaiki gangguan yang terjadi pada klien
Daftar pustaka 1. Bruner and suddarth, keperawatan medikal bedah vol. 2, jakarta, EGC, 2002. 2. Dr. Nursalam ,M.nurs, Fransisca B.B.Spd., S.kep.,Ners , Sistem perkemihan , jakarta, salemba medika, 2006, 3. Purnawan junadi , Atiek S Soesmanto, Husna Amelz, Kapita selekta kedokteran edisi II, Media aesculapsus fak.kedokteran UI,jakarta, 1982 4. Doenges E.Marilyn, Rencana asuhan keperawatan , Jakarta ,EGC, 2000. 5. carl-erich alken,jurgen aokeland,rainer M.E.Engel ,Urology guide for diagnosis and therapy, 1982. 6. Asuhan keperwatan pasien dengan ganguan /penyakit sistem urogenital, DEPKES RI pusat tenaga kesehatan , jakarta, 1995. 7. Badenoch,David.urologi,1987,Bina rupa aksara :jakarta.