2.1.
2.1.1. Defenisi Psikologi Secara harafiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala gejala kejiwaan. Menurut Freud dalam Dirgagunarso (1996:124) kehidupan psikis itu pada hakikatnya tidak disadari, lagipula pengaruh pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan besar sekali. Mengenai struktur kepribadian, Freud membedakan beberapa unsur dalamkehidupan psikis yaitu, Das Es yaitu ketidaksadaran, Das Ich yang memilki unsur kesadaran, Uber Ich atau aku ideal yang berfungsi sebagai hati nurani, yang mengkritik dan mengontrol kehidupan sendiri. Menurut H. Abu Ahmadi (1991: 1) psikologi berasal dari perkataan yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai jenis gejalanya, proses, maupun latar belakangnya. Bimo Walgito (2002: 4) psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan dalam hal ini menyangkut tingkah laku manusia. Menurut Freud dalam Pengantar Umum Psikoanalisis (2006:38),
kehidupan manusi dipengaruhi oleh alam ketidaksadarannya. Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karena faktor faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang, kita harus
menganalisa jiwa orang tesebut sampai kita dapat melihat alam ketidaksadarannya yang terletak jauh didalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran. Karena sifatnya yang menganalisa dan melihat jauh kedalam jiwa orang tersebut, maka psokologi Freud disebut juga dengan psikologi dalam. Disamping itu, Freud juga percaya bahwa faktor faktor yang berada dalam ketidaksadaran bukan merupakan faktor yang statis melainkan masing masing mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis. Jadi didalam alam ketidaksadaran, selalu terdapat pergeseran pergeseran, gerakan gerakan akibat saling mempengaruhi antara alam sadar dan ketidaksadaran tersebut. Karena itu alam ketidaksadaran bersifat dinamis dan dari sudut pandang ini psikologi Freud dapat juga disebut dengan psikologi dinamik. Sehubungan dengan eksperimen dan teori yang dikemukakan Freud, maka dalam psikoanalisa dikenal ada tiga aspek yaitu, psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi.
2.1.2 Psikologi Sosial Psikologi sosial menganalisis aspek-aspek kejiwaan manusia dalam masyarakat sampai kepada diri sendiri. Study psikologi berkaitan dengan sosiologi sastra karena kaitan psikologi sosial dengan karya sastra tersebut, maka Freud dan Milner dalam Nyoman (1992: 32 38) juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja, misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh,
maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 93) dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Oleh karena itu, tugas peniliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan pada karya sastra tersebut. Menurut Shaw dan Constanzo dalam Sarwono 1987 ada 3 wilayah study psikologi sosial : 1. Study tentang pengaruh sosial terhadap proses individu 2. Study tentang proses proses individu bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya. 3. Study tentang interaksi kelompok misalnya kepemimpinan, konformitas, kerjasama, persaingan, peran sosial dan sebagainya. Sementara menurut Michener dan Delamater (1999) sebagai ilmu yang perhatian utamanya pada perilaku manusia dalam konteks sosial, ada 4 fokus utama dalam psikologi sosial : 1. Pengaruh individu terhadap orang lain 2. Pengaruh kelompok pada individu individu anggotanya 3. Pengaruh individu anggota anggota terhadap kelompoknya sendiri 4. Pengaruh 1 kelompok terhadap kelompok lainnya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat utama psikologi sosial adalah mencari pemahaman tentang sebab sebab atau faktor faktor yang membentuk perilaku, pikiran atau perasaan individu dalam latar atau setting sosial.
Sementara menurut Baron dan Byrne (1994), faktor faktor yang mempengaruhi perilaku sosial dapat dikategorikan ke dalam 5 faktor utama yaitu : 1. Aksi atau tindakan dan karakteristik dari orang lain 2. Proses kognitif dasar, seperti ingatan dan penalaran yakni proses yang mendasari pikiran, keyakinan, ide dan penilaian tentang orang lain yang dimiliki lingkungan 3. Pengaruh lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung 4. Konteks kebudayaan dimana perilaku sosial itu terjadi
Objek Psikologi modern adalah manusia dan kegiatan kegiatannya dalam hubungannya dengan lingkungan. Hal ini berhubungan erat dengan 3 segi utama manusia, yaitu bahwa manusia secara hakiki sekaligus merupakan : a. Manusia sebagai makhluk individual. Yang berarti manusia itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi bagi. Manusia juga merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing masing bekierja sendiri, seperti kemampuan kemampuan vegetatif dan kemampuan intelektif. Salah seorang ahli psikologi modern Wilhelm Woundt menegaskan bahwa jiwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan. Ia juga menegaskan bahwa apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan indra mata kita tapi juga dengan seluruh minat dan perhatian yang sangat dipengaruhi oleh niat. Psikologi zaman modern ini menegaskan bahwa kegiatan jiwa manusia dalam kehidupan sehari harinya merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raga, dan
bukan kegiatan alat alat tubuh saja atau kemampuan kemampuan jiwa satu persatu yang terlepas dari orang lain. Manusia sebagai makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya termasuk kecakapan kecakapan sendiri. Perkembangan manusia yang wajar harus memperhatikan segi individualitas manusia dalam arti bahwa pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai struktur dan kecakapan yang khas.
b Manusia Sebagai Makhluk Sosial Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya yaitu makanan,
minuman dan lain lain. Akan tetapi pada usia 2 bulan hubungannya dengan ib unya sudah mulain berlangsung secara psikis tidak hanya secara biologis. Munurut Freud, super ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika ia berumur 5 6 tahun dan perkembangan super ego tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup. super ego yang terdiri atas hati nurani, norma norma, dan cita cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia tidak dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya. Pada dasarnya, pribadi manusia tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif. Segi
sosial manusia itu terutama dipelajari dalam psikologi sosial, tetapi yang sulit dipahami dengan sewajarnya apabila dalam mempelajarinya kita melalaikan segi individualitas pribadi manusia.
c. Manusia Sebagai Makhluk Berketuhanan. Segi terakhir ini sebenarnya termasuk dalam cabang psikologi keagamaan sehingga tidak diuraikan secara khusus. Walaupun demikian segi ini dihubingkan dengan psikologi sosial karena ada pengaruhnya dalam pembicaraan ilmu pengetahuan tentang manusia. Manusia, selain makhluk individual yang sebenarnya tidak perlu dibuktikan kebenarannya, sekaligus juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk beketuhanan juga tidak perlu dibuktikan kebenarannya sebab manusia yang sudah dewasa dan sadar akan dirinya sudah jelas tidak dapat menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan, sebagai segi hakiki dalam prikehidupan manusia, dan segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya. Bahwasanya Tuhan itu sukar dibuktikan secara empiris eksperimental bagi manusia yang belum berketuhanan, tidak berarti bahwa Tuhan itu tidak ada. Orang atheis yang belum sadar akan hal ini, tanpa disadarinya sebenarnya juga sudah berkrtuhanan tetapi dalam bentuk benda benda, orang orang maupun gagasan gagasan tertentu. walapun demikian secara psikologis dapat diakui bahwa segi manusia sebagai makhluk berketuhanan itu dapat pula dengan sadar atau tidak sadar ditujukan dan digerakkan oleh suatu objek yang bukan merupakan Tuhan Yang Maha Esa.
Psikologi sosial atau ilimu jiwa sosial memerlukan sedikit pengetahuan pendahuluan agar isinya mudah dipahami. Sebagaimana psikologi, maka psikologi sosial juga merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru timbul dalam masyarakat modern.
3.
Konsep Psikologi Sosial Dan Hubungannya Dengan Moral Proses sosial sebenarnya timbul bila terjadi pertemuan antara dua orang
atau kelompok serta membentuk sistem-sistem hubungan atau terjadi perubahanperubahan bila cara hidup yang telah ada diganggu. Masyarakat dan aspek dinamikanya terdiri atas individu dan kelompok dalam interaksi. Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja, misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 93) dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Psikologi sosial sangat mempengaruhi keberadaannya ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
4.
Peristiwa-peristiwa kejiwaan Yang termasuk dalam peristiwa kejiwaan (psikologi) adalah: 1 Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. 2. Bayangan Istilah bayangan sering disebut dengan istilah tanggapan. Dalam persepsi telah dikemukakan bahwa dengan perantara alat indera, orang dapat menyadari tentang hal-hal atau keadaan yang ada disekitarnya. 3. Fantasi Yang dimaksud dengan fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. 4. Ingatan Ingatan dipandang sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman- pengalamann yang dialaminya. 5. Berpikir Merupakan kemampuan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian akan sesuatu. 6. Perasaan dan emosi Perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi baik external maupun internal.
Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan. 7. Motif Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
2.2. Moral 2.2.1 Defenisi moral Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan, kata-kata yang secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain. Zaman ini ditandai oleh perubahan pesat dalam banyak bidang kehidupan masyarakat. Perubahan itu embawa kemajuan maupun kegelisahan pada banyak orang. Yang paling mencolok adalah bahwa komunikasi dan informasi antardaerah dan antar-bangsa berkembang begitu pesat sehingga dunia terasa semakin kecil. Orang bahkan sudah kerap meliha keadaan ruang angkasa yang dahulu hanya dapat dibayangkan dan diimpikan. Salah satu hal yang menggelisahkan adalah masalah moral. Perubahan pesat dibanyak bidang menimbulkan banyak perubahan sekitar moral. Banyak orang merasa tidak pegangan lagi tentang norma kebaikan, terutama dibidang -
bidang yang paling dilanda perubahan pesat. Norma norma lama terasa tidak menyenangkan lagi, atau bahkan dirasa usang dan tidak dapat dijadikan pegangan sama sekali. Oang juga tidak dapat hanya lari pada hati nurani, karena hati nuranipun merasa tidak berdaya menemukan kebenaran apabila norma norma yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan menjadi serba tidak pasti. Dalam situasi seperti itu kita harus dapat mengambil sikap. Seseorang harus bisa merumuskan kembali norma- norma tradisional di bidang norma. Bagaimana kita harus merumuskan kembali norma norma lama maupun perkembangan perkembangan baru untuk menemukan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma yang berlaku dan dianggap benar dalm kehidupan sehari-hari. Di dalam kehidupan sehari-hari ada tiga system norma moral yang ada didalm kehidupan, adapun ketiga sistem norma moral yang secara tradisional ditawarkan, yakni norma berdasarkan keyakinan atau kewajiban mutlak, norma berdasarkan tujuan perbuatan atau norma berdasarkan hubungan hubungan dengan orang lain. Untuk mencari kebenaran moral secara tepat, ketiga sistem nilai moral tersebut harus dipadukan. Penilaian moral atas sikap maupun perbuatan harus dilihat dari kewajiban yang muncul dari halnya sendiri, dari tujuan yang hendak dicapai, dan dari mutu hubungan hubungan dengan sesama yang tersangkut dalam sikap atau tindakan tersebut. Dengan demikian penilaian moral menjadi teliti dan seimbang, bahkan mampu melayani hidup bersama. Hak lain yang perlu disadari sejak awal penilaian moral adalah bahwa moral yang menyangkut individu mesti dibedakan dari moral yang menyangkut hidup dan urusan orang banyak. Memang moral yang menyangkut individu pun
punya kaitan dengan orang lain. Tetapi kaitan itu tidak sekuat pada moral sosial yang langsung menyangkut orang banyak. Salah satu contoh moralitas, masturbasi misalnya, tidak menyangkut begitu banyak orang lain bila dibandingkan dengan moralitas sistem politik atau sistem ekonomi. Karena itu tuntutan terhadap
moralitas sistem sistem sosial mesti lebih diperhatikan dibandingkan dengan tuntutan terhadap moral seksual individual. Untuk membicarakan masalah masalah moral yang begitu luas, dibutuhkan pembagian perhatian langkah demi langkah menurut bidang bidang yang berbeda. Setelah melihat dasar dasar moral yang paling penting, kita dapat melangkah ke moral hidup, moral seksual, moral perkawinan dan akhirnya moral sosial. Dengan cara itu dapat dibicarakan banyak masalah moral tanpa tenggelam didalamnya sehingga tidak mampu lagi melihat arah pembicaraan. Yang penting ialah bahwa kita tetap sadar, pembagian perhatian itu dalam kenyataan konkret hanya berkaitan pada segi segi saja. Sebab pada kenyataan kehidupan sehari hari manusia mengalami semua itu bersama sama: soal hidup, soal seks, soal perkawinan dan soal sosial. Norma moral memang harus dikembalikan sampai pada nilai nilai yang hakiki, tidak hanya pada soal kepraktisan. Agar lebih memahami dan ikut berpikir tentang suatu masalah, maka kita harus berfikir secara rasional. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah yang menyangkut kehendak Tuhan sendiri. Sebagai orang yang berketuhanan dan berprikemanusiaan, mau tidak mau rasionalitas kita diperkaya oleh keyakinan iman dan keyakinan tentang martabat luhur manusia. Karena itu, disana sini beberapa masalah juga disoroti dengan landasan
keTuhanan dan perikemanusiaan secara esplisit, terutama bila masalahnya menyangkut martabat manusia yang paling inti sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2.2.2. Jenis-jenis Moral 2.2.2.1. Moral Hidup Hidup selayaknya dilihat sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharaga. Karena itu kita terpanggil untuk memelihara dan melindungi kehidupan sejauh mungkin. Pemeliharaan kehidupan juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas anugerah tersebut. Maka manusia dalam keadaan manapun, harus kita hargai sesuai dengan martabatnya yang luhur itu. a. Awal Hidup Seorang Manusia Dewasa ini ada beberapa pendapat yang berbeda tentang saat yang tepat mulainya hidup seorang manusia. Diantara pendpat pendapat itu ada 3 pendapat yang mempunyai argumentasi kuat, sehingga cukup sulit kita tentukan manakah pendapat yang paling sesuai dengan kebenaran. Pendapat pertama menyatakan bahwa hidup seorang manusia sudah dimulai sejak terbentuknya sel pertama hasil pertemuan sperma suami dan sel telur istri. Pendapat kedua menyatakan bahwa hidup seorang manusia barulah mulai sekitar 11 hari setelah pembuahan, yakni ketka muncul individualitas yang jelas, ketika kumpulan sel sel itu tidak mungkin lagi terpisah menjadi beberapa anak kembar. Sedangkan pendapat ketiga menyatakan bahwa hidup khas manusia barulah muncul ketika embrio berusia sekitar 20-40 hari, yakni bila embrio itu sudah berhasil membentuk otak dalam dirinya.
b. Pengadaan Anak Secara Buatan Kemajuan teknologi tidak hanya dimanfaatkan untuk mencegah kehamilan, melainkan juga untk mengadakan anaka secara buatan, artinya: tanpa hubungan seks antara suami dan istri. Masalah pokok dari segi moral seringkali sudah muncul pada kenyataan utama itu, apakah dapat dibenarkan bahwa manusia mengadakan anak tanpa hubungan seks suami-istri. Bukankah hubungan seks merupakan cara yang sesuai dengan kodrat yang sudah ditentukan oleh Tuhan sendiri bila Ia memanggil pria-wanita menjadi suamistri. Cara pertama untuk mengadakan anak tanpa hubungan seks adalah dengan inseminasi, yakni dengna memasukkan sperma kedalam rahim wanita ketika ia sedang subur, ketika ada sel telur yang masak didalam saluran telurnya. Cukup banyak moaralis yang tidak keberatan terhadap inseminasi buatan asal sperma diambil dari suami sendiri dan suami-istri itu memang tidak mampu memperoleh anak dengan hubungan seksual. c. Pemeliharaan Kehidupan dalam Rahim Sejak pembuahan atau paling lambat setelah embrio berhasil membentuk otak pada hari ke-20 sampai ke-40 setelah pembuahan, hidup manusia baru itu harus dilindungi sebaik mungkin. Yang paling berhak dan berkewajiban melindungi anak tersebut adalah ibunya sendiri, yang mengandungnya. Kecuali itu, ia juga harus dilindungi oleh ayahnya, oleh negara, agama, dan seluruh masyarakat. Seorang wanita hamil, seringkali tidak tahu dengan tepat cara memlihara janin yang dikandungnya. Karena itu masyarakat terutama yang
mampu perlu membantunya. Tenaga medis misalnya, terpanggil untuk membantu para ibu agar mereka mampu memelihara kehamilan sebaik mungkin. Mereka layak dibantu untuk mengetahui dengan tepat hal hal yang dapat membahayakan kehidupan janin misalnya merokok atau alcohol yang berlebihan, buah buahan yang memuat zat yang keras dan dapat merusak janin, obat obat keras yang dapat menimbulkan cacat.
d. Pemeliharan Kehidupan Sejak lahir, bahkan sudah sejak dalam kandungan manusia hanya dapat hidup dengan baik apabila ia sehat secara fisik maupun secara psikis. Karena itu perlu kita sadari bahwa rasa syukur atas anugerah kehidupan yang dihadiahkan oleh Tuhan itu harus tampak pula dalam usaha memelihara kehidupan itu. Usaha itu meliputi berbagai tingkatan yakni memelihara kesehatan, mencegah penyakit dan rasa sakit menyembuhkan penyakit dn mengurangi rasa sakit, memulihkan kesehatan sesudah mendertia sakit, dn mencegah kematian dalam bahaya maut. Kiranya Tuhan tidak akan menuntut dari manusia untuk berbuat baik melebihi kemampuannya yang senyatanya. Maka dapat kita rumuskan prinsip umum tentang batas batas usaha memelihara kehidupan kita dan kehidupan sesama kita dengan usaha usaha yang sesuai dengan kemampuan kita. Kita bahkan bisa tetapi tidak tdak wajib secara moral memelihara kehidupan kita atau kehidupan sesama dengan usaha merugikan pihak ketiga. - usaha luar biasa, asala tidak
e. Menghayati akhir Kehidupan Betapapun orang menjaga kesehatan dan menjaga segala penyakit akhirnya ia juga akan mati. Karena keterbatasannyasebgi makhluk, manusia harus menerima kenyataan yang tidak membahagiakannya itu. Justru dari keniscayaan kematian itulah manusia menyadari diri sebagai makhluk ciptaan yang terbatas, tergantung pada kehendak Pencipta. Tuhan itulah yang berkuasa atas hidup dan kematian kita. Secara sederhana orang menyebut kematian sebagai saat orang menghembuskan nafasnya yang terakhir, atau saat jantungnya berhenti berdetak. Pernyataan sederhana itu secara ilmiah kurang tepat. Sebab orang yang berhenti bernafas dapat tetap hidup bila ia dibantu dengan pernafasan buatan, sedang orang yang jantungnya berhenti berdetakpun dapat tetap hidup dengan bantuan alat pacu jantung atau dengan transplantasi jantung. Karena itu secara ilmiah para ahli mengambil norma kematian manusia yang lebih tegas dan pasti, yakni saat berhentinya fungsi otak. Bila otak mati, orang tak mungkin hidup terus atau hidup lagi, walaupun para ahli menggunakan alat bantu yang paling canggihpun. Beberapa ahli baru mau menegaskan kematian seseoran bila seluruh otaknya sudah tidak berfungsi sama sekali. Tetapi ada juga ahli yang sudah mau menyatakan kematian seseorang apabila bagian otak yang khas manusia sudah mati, wlaupun bagianotak lainnya masih berfungsi.
2.2.2.2. Moral Seksual Akhir akhir ini, hampir diseluruh dunia, tampak kecenderungan masyarakat, terutama kaum muda untuk membebaskan diri dari norma norma lama dibidang seksual. Mereka menganggap bahwa masalah seks bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dimuka umum, dan sebagian lagi bahkan merasa bahwa orang boleh saja menunjukan kemesraan ditempat ramai. Media masa pun secara gencar membebaskan diri dari kekangan kekangan tradisional dan mulai mengekspos berbagai skandal maupun pandangan pandangan baru dibidang seks. Karena itu perlu dicari norma baru dibidang ini, yang lebih mengutamakan isi daripada rumusan. Nilai nilai luhur dari seks perlu tetapi dilestarikan, sedang rumusannya dapat saja dibaharui agar lebih mudah dipahami. Sebaiknya seks dan seksualitas dibedakan meskipun sangat berhubungan erat. Purwa Hadiwardoyo dalam moral dan masalahnya (1990: 42) Seks adalah alat kelamin dan hal hal yang menyangkut alat kelamin itu. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian sebagai pria atau sebagai wanita. Maka seksualitas jauh lebih luas daripada seks. Seks hanyalah salah satu bagian dari seksualitas. Seperti halnya kehidupan manusia seluruhnya adalah anugerah Tuhan yang layak dihayati menurut kehendakNya, demikian pula seksualitas merupakan hadiah Tuhan yang perlu kita hayati sesuai dengan maksud Tuhan ketika menciptakan seksualitas bagi kita . Sejak dalam kandungan sampai kematian, manusia adalah pria atau wanita.
Seks juga merupakan hadiah dari Tuhan. Tanpa seks, manusia tidak dapat hidup sewajarnya, bahkan tidak dapat hidup secara sehat. Alat kelamin sudah penting peranannya sejak kita lahir. Maka layaklah bahwa manusia berusaha untuk setia pada rencana Tuhan itu. Seks dan seksualitas berguna untuk kebahagian pribadi maupun untuk kepentingan sesame, bahkan untuk seluruh umat manusia. Seksualitas, termasuk seks didalamnya,
dianugerahkan untuk membahagiakan sesama sebagai ungkapan kasih sayang dan untuk memungkinkan penerusangenerasi manusia. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, moral manusia juga mengalami kemerosotan. Demikian juga halnya dengan seksualitas. Terutama pada saat sekarang banyak terjadi penyimpangan seks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan seseorang sebagai makhluk sosial.
2.2.2.3. Moral Perkawinan. Sebagian besar dari umat manusia sepanjang sejarah hidup dalam lembaga perkawinan. Mereka yang tidak menikah pun pada umumnya cukup lama hidup dalam keluarga. Karena itu masalah perkawinan menyangkut kepentingan semua orang. Maka moral perkawinan juga layak menjadi salah satu sasaran perhatian kita. Perkawinan Sebagai Lembaga Masyarakat Sudah sejak lama perkawinan menjadi lembaga masyarakat, yakni kenyataan diakui, diatur, dan dilindungi oleh masyarakat. Dahulu aturan masyarakat mungkin lebih sedikit tetapi lebih ketat. Tapi akhir akhir ini tampak mulai melonggar. Pada umumnya aturan
masyarakat
terhadap
lembaga
perkawinan
bercorak
dinamis.,
mengikuti perkembangan masyarakat dibidang bidang lain. Peraturan atau ketentuan masyarakat tentang lembaga perkawinan pertama tama menyangkut hakikat perkawinan. Masyarakat juga menentukan ciri ciri perkawinan yang mereka anggap baik. Sebagian besar masyarakat modern lebih menghargai suami-istri yang perawinannya monogam dan tidak terputus oleh perceraiaan. Memang tetap ada kemungkinan bagi suami-istri untuk bertindak lain, tetapi kemungkinan itu juga hanya dibuka dengan syarat syarat khusus dan seringkali dikenei sanksi khusus pula.