LATAR BELAKANG LAHIRNYA KONVENSI HAKHAK ANAK Latar belakang lahirnya konvensi hak anak adalah merupakan suatu upaya kemanusiaan untuk mewujudkan perlindungan dan jaminan nyata atas hak-hak anak di seluruh dunia. Kronologisnya gagasan hak anak bermula sejak berakhirnya perang Dunia ke1 sebagai reaksi atas penderitaan yang timbul akibat dari bencana peperangan terutama yang dialami oleh kaum perempuan dan anakanak.Liga Bangsa-Bangsa saat itu tergerak karena besarnya jumlah anak yatim piatu akibat perang. Awal bergeraknya ide hak anak bermula dari gerakan para aktivis perempuan yang melakukan protes dan meminta perhatian atas nasib anakanak yang menjadi korban perang. Salah seorang aktivis tersebut bernama Eglantyne Jebb (pendiri Save the childrent), kemudian mengembangkan sepuluh butir pernyataan hak anak atau rancangan deklarasi hak anak (Declaration of the right of the child) yang pada tahun 1923 diadopsi oleh save the children Fund Internasional Union. Pada tahun 1924 untuk pertama kalinya Deklarasi Hak Anak diadopsi secara Internasional oleh liga Bangsa-Bangsa,yang dikenal dengan Deklarasi Jenewa. Pada tahun 1948 setelah berakhirnya perang Dunia ke II, pada pada tanggal 10 Desember Majlis PBB mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Peristiwa ini setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia se- Dunia. Hal ini menandai perkembanga penting dalam sejarah HAM. Pada tahun 1959 Majlis Umum PBB kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan deklarasi internasional kedua bagi hak anak. tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, pemerintah Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis, pada tahun1989, rancangan konvensi hak anak diselesaikan dan naskah akhir tersebut disahkan oleh Majlis Umum PBB. pada tanggal 20 November konvensi ini dirativikasi oleh setiap bangsa kecuali Somalia dan Amerika Serikat.
B. DESKRIPSI NASKAH KONVENSI HAK-HAK ANAK Semua pihak yang menyatakan diri terlibat dengan anak, hendaklah membekali dengan memahami hak-hak anak, gambaran tentang hak anak dapat di peroleh melalui berbagai naskah,yang komprehensif deklarasinya dapat dijumpai dalam rumusan naskah Konvensi Hak Anak perserikatan Bangsa-Bangsa(KHA PBB). Rumusan yang tertuang dalam konvensi ini terdiri dari 54 pasal. konvensi ini hingga sekarang dikenal sebaga satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi sosial dan budaya.
Untuk memahami rumusan konvevsi ini dapat melalui dua tinjauan pertama berdasarkan strukturnya dan kedua berdasrakan isinya.berdasarkan strukturnya konvensi ini di bagi menjadi 4 bagian yakni; 1. preambule (mukadimah) yang berisi konteks konvensi hak anak bagian satu (pasal 1-4) yang mengatur hak bagi semua anak 2. bagian dua (pasal 42-45) yang mengatur masalah pemantauan dan pelaksanaan Konvensi Hak Anak 3. bagian tiga (pasal46-54) yang mengatur masalah pemberlakuan konvensi Sedangkan menurut isinya, ada empat katagori konvensi hak anak yakni; 1. berdasarkan Induk Hak Asasi Manusia, dikatakan bahwa konvensi hak anak mengandung hak-hak sipil politik dan hak-hak ekonomi, sosial budaya. 2. Ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak Anak yaitu negara bertanggungjawab memenuhi hak anak yakni orang dewasa pada umumnya. 3. Hak atas kelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang (development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (partisipation) 4. Menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak PBB yang mengelompokan Konvensi Hak Anak menjadi delapan katagori.
Beberapa hal utama dan penting terkait dengan rumusan isi konvensi hak-hak anak ini diantaranya yaitu:
1. Definisi anak Pasal 1 Konvensi Hak Anak scara umum mendefinisikan anak sebagai orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam perundang undangan dari tiap-tiap negara peserta.
2. Prinsip-prinsip umum Ada empat prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak yakni sebagai berikut a. Prinsip non-diskriminasi. b. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child). c. Prinsip atas hak hidup, kelengsungan dan perkembangan (the right to life survival and development). d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak(respect for thr view of the child).
3. Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan keluarga memperoleh perhatian khusus dalam Konvensi Hak Anak.bagi anak-anak yang hidup dan berkembang di luar keluarga alami, di berikan ketentuan-ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak tergantug pada orang dewasa. Inlah yang disebut dengan pengasuh pengganti. 4. Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar Kesehatan dan kesejahteraan dasar bersisi berbagai ketentuan yang pada prinsipnya memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan
yang layak agar mereka berkembang. baik fisik, mental spiritual, moral maupun sosial dengan baik, termasuk layanan kesehatan dan jaminan sosial 5. Pendidikna Waktu Luang dan kegiatan Budaya Kelompok ini memberikan hak anak untuk berkembang. pendidikan disini termasuk juga latihan dan bimbimgan kejujuran. perlu juga diperhatikan bahwa kegiatan waktu luang dan budaya dianggap penting pengaruhnya bagi perkembangan anak. 6. Langkah-langkah Perlindungan khusus Langkah perlindungan khusus ini diperlukan karena anak merupakan individu yang belum matang baik secara fisik, mental, maupun sosial, dan kondidsinya rentan terhadap eksploitasi, kekerasan, penerlantaran dan lain-lainnya. Ancaman terhadap anak pada saat ini baik ancaman fisik, mental maupun sosial ternyata lebih serius dibandingkan dilindungi dari: a. Keadaan darurat atau keadan yang membahayakan. b. Kesewenanga-wenangan hukum. c. Eksploitasi termasuk tindakan kekerasan(abouse) dan penelantaran. d. Diskriminasi. Komite Hak Anak PBB, dalam pedoman laporan untuk Negara peserta mengatagorikan anak-anak yang membutuhkan upaya perlindugan khusus tersebut yakni sebagai berikut: a. Anak yang berada situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata. b. Anak yang mengalami masalah dalam hukum. c. Anak yang mengalami situasi eksploitasi d. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat pada waktu-waktu yang lalu. Secara umum anak
7. Pihak-pihak Terkait dengan Konvensi Hak Anak Kekhususan konvensi-konvensi dibidang Hak Asasi Manusia sebagai suatu bentuk perjanjian Internasional ialah bahwa negara yang melakukan retivikasi konvensi berjanji untuk saling berjanji untuk terikat pada kewajiban guna
memberikan hak kepada manusia yang berada dalam wilayah hukum negara bersangkutan, dalam konteks tersebut, pihak pihak yang terkait dengan konvensi Hak Anak pada dasarnya meliputi; a. Anak sebagai pemegang hak dan b. Negara sebagai pihak yang berkewajiban memenuhi hak anak.
8. Langkah-langkah Implementasi Umum Langakah-langkah implementasi umum antara lain meliputi hal-hal berikut: a. Niat untuk menarik reservasi. b. Upaya menyesuaikan legistasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan Konvensi Hak Anak. c. Upaya perumusan strategi nasional bagi anak yang secara komprehensip mengacu pada kerangka Konvensi Hak Anak berikut penetapan tujuantujuanya. d. Penerjamahan Konvensi Hak Anak kedalam bahasa nasional dan bahasa daerah serta penyebarluasan konvensi. e. Penyebarluasan laporan yang disiapkan oleh pemerintah berikut
kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan olah Komite Hak Anak terhadap laporan pemerintah f. Dan lain-lain.
9. Pelanggaran Hak Anak Yang dimaksud Pelanggaran di dalam konteks Konvensi Hak Anak berarti dua macam diantaranya yaitu:
a. Jika negra melakukan tindakan baik tindakan legislatif, administratif atau tindakan yang seharusnya tidak dilakukan, misalnya melakukan
penyiksaan atau menginterpretasi hak anak untuk memperoleh informasi, ini suatu bentuk pelanggaran yang nyata. b. Non compliance, yaitu Negara tidak melakukan tindakan, baik tindakan legislative, administrative atau tindakan lain yang diisyaratkan oleh Konvensi Hak Anak bagi pemenuhan Hak anak, khususnya yang berhubungan dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.secar umum yang dimaksud dengan pelanggaran dalam Konvensi Hak Anak diukur dari compliance atau pemenuhan Negara terhadap kewajiban-kewajibannya.
C. IMPLIKASI KHA DALAM BIDANG PENDIDIKAN, KHUSUSNYA TERHADAP PAUD Implikasi Konvensi Hak Anak dalam bidang penddikan , khususnya terhadap Pendidikan anak usia dini yaitu: 1. Himbauan Dunia dalam penegakan Hak-hak anak. Sejak dilahirkan KHA di PBB, langsung diikuti dengan berbagai upaya yang dapat segera diwujudkan yaitu dengan membuat himbauan kepada seluruh Negara anggota, terutama yang telah dan dan hendak meretivikasi KHA di negaranya. intinya adalah menggiring agar tindakan Negara-negara di dunia dapat selaras dengan substansi yang diharapkan oleh KHA.
2. Konvensi Bagi Indonesia dalam penegakan Hak-hak Anak Konvensi dan kewajiban Indonesia yang secara tegas ikut merativikasi KHA memang cukup luas, beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh Negara, antara lain sebagai berikut: a. Mengakui hak anak yang dirumuskan dalam konvensi.
b. Melakukan langkah-langa langkah lagislatif (menyempurnakan peraturan/ perundangan agar sesuai dengan prinsip dan ketentuan konvensi atau membuat perturan perundangan baru yang harus selaras dengan kinvensi).
c. Melakukan langkah-langkah administrative (untuk erealisasian hak anak). d. Melkukan langkah-langakah budgetair (untuk mengimplementasikan hak anak terutama hak-hak ekonomi, sosial dan budaya). e. Melakukan langkah-langkah pendidikan (untuk merombak praktek-praktek sosial yang tidak sejalan dengan prinsip dan ketentuan konvensi dan mencpitakan lingkungan yang kondusif bagi penentuah hak anak) f. Melakukan kerja sama internasional, bilateral maupun multilatelar g. Melibatkan dan bekerja sama dengan badan-badan PBB, organisasiorganisasi non-pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional h. Tidak melakukan tindakan-tindakan berkaitan dengan hak-hak yang bersifat negatif (menahan atau memenjarakan anak secara sewenangwenang dan menyalahi prosedur hukum, menimbulkan ketakutan, melakukan penyiksaan, penghukuman yang keji, tidak manusiawi dan yang merendahkan martabat, dan tidak mengintersepsi kehidupan pribadi anak
3.
a. Kondisi pemenuhan hak-hak anak di Indonesia Sudah cukup lama Indonesia meratifikasi KHA. Resminya sejak dikeluarkannya kepurusan presiden No.36/1990 tanggal 25 Agustus 1990 yang berisi bahwa Indonesia secara formal meratifikasikan hasil-hasil konvensi hak anak. namun komitmen nampaknya belum membawa dampak positif terhadap keseluruhan penenganan hak asasi anak Indonesia.berdasarkan data resmi Komisi Nasional Perlindungan Anak sepanjang tahun 2007, sebanyak 40,3 juta anak telah dilanggar haknya yaitu dalam kebutuhan dasarnya anak belum terpenuhi. pelangaran tertinggi adalah hak anak menempuh pendidikan sebanyak 33,9 juta anak, hak jaminan kesahatan sebanyak 3,2 juta anak, dan eksplotasi anak sebanyak 3,16 juta anak. Bahkan menurut ketua Komite Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi (2007), sekitar 80-90 persen anak-anak Indonesia masih belum mendapatkan hak-haknya. Itu berarti fakta di
lapangan 15 persen lebih tinggi dari 40,3 juta, penyebabnya adalah karena banyak data yang tidak tercatat dikarenakan keterbatasan aksen pencatatan dan ketidaktahuan masyarakat untuk melaporkan kasus pelanggaran. b. Implikasi terhadap layanan pendidikan anak usia dini 1) Pergeseran fokus pembangunan pendidikan di Indonesia Perubahan pandangan dalam di dunia pendidikan dan berbagai perkembangan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Iptek) membawa dampak pada berbagai aspek pendidikan, termasuk pada kebijakan pendidikan. Jika pada awal-awal kemerdekaan, fokus perhatian pemerintah lebih tertuju pada jenjang pendidikan dasar, menengah , dan tinggi, maka secara berangsur-angsur perhatian pemerintah juga tertuju pada pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melelui pengasuhan, pembimbingan, da pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut(undang-undang nomor 20/2003 tentang system pendidian nasonal). Pemahaman yang dimilki orang tua barangkali terbatas pada kebutuhan agar anaknya sebelum masuk SD harus masuk TK terlebih dahulu dan mengharuskan anaknya sebelum masuk SD, anak harus pandai membaca, menulis dan berhitung, padahal pendidkan TK tidak mengaharuskan pencapaian kemampuan membaca dan menulis dan berhitung. Melihat kondasi tersebut, maka perlu dilakukan upayaupaya pengendalian dan pelurusan, sebab jika diabaikan yang akan terjadi justru bukanlah pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak, melainkan pelenggaran terhadap hak-hak anak usia dini. 2) Implikasi pada PAUD; Tujuan dan Strategi a. Tujuan penyelenggaraan PAUD Bredasarkan KHA Pendidikna anak usia dini memilki fungsi utama
perkembangan kognitif, bahasa, fisik, (motorik kasar dan halus) sosial dan emosional. tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang
memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya. (2) Mengidentifikasikan penyimpangan yang mugkin terjadi sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini. (3) Menyediakan pengalaman yang beraneka ragam dan mengasyikan bagi anak usia, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar. b. Strategi Penyelenggaraan PAUD Berdasarkan KHA Untuk membangun dan mengembangkan PAUD, berbagai kebijakan tekah dilakukan olah pemerintah , mulai dari system perundang-undangan, sampai dengan hal-hal yang bersifat teknis oprasional dan kebijakan pemerintah berkanaan dengan tugas guru dan ekspekstasinya kinerja guru PAUD. Pada pasal 28 di tetapkan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal dan informal. pendidikan anak usia dini dalam pendidikan formal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan
pendidikan anak dalam jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga, atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
MODOL 2 IMPLIKASI KONVENSI HAK ANAK TERHADAP PAUD JALUR INFORMAL Perwujudan atas setiap isi yang terkandung dalam naskah KHA sangtlah penting untuk segara direalisasikan. Salah satu sasaran yang harus perlu dijangkau adalah sasaran penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan pada jalur informal. Pendidikan usia dini jalur informal sacara umum adalah yang diselenggarakan oleh keluarga-keluarga yang ada di Indonesia. Dengan penerapan anak usia dini jalur informal berlandaskan pada rumusan-rumusan yang tertuang dalam KHA, maka diharapkan setiap anak yang dibina dalam pendidikan keluarga dapat tumbuh dan berkembanag secara optimal. Kegiata belajar 1 BATASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JALUR INFORMAL A. PENGERTIAN PENDIDIKAN INFORMAL Salah satu pengertian utama tentang pendidikan informal terutama dalam UU No 20 tahun 2003 tentang sidknas pada pasal 28 dinyatakan bahwa pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan. Terdapat dua makna dari pengertian di atas pertama yaitu adanya pengakuan akan pentingnya pendidkan di keluarga dan lingkungan bagi anak, kedua yaitu menyiratkan adanya tuntutan tertentu atas penyelengaraan pendidikan keluarga dan lingkungan yang mengikuti standar atas ketentuan yang sepatutnya. 1. Pengakuan Akan Pentingnya Pendidkan DI Keluarga dan Lingkungan Pendidikan informal perlu diakui keberadaannya secara penuh, karena pendidikan kelurga dan lingkungan merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, mengandung pengertian bahawa sejak seorang anak dilahirkan, bahkan sejak
dalam kandungan orang tua mengawali pemberian stimulus atau rangsanganrangsangan bagi kebutuhan tumbuh kembang anak, berbagai aspek kecerdasan anak. 2. Tuntutan Akan Standar Penyelenggaraan Pendidikan di Keluarga dan Lingkungan. Penyelenggaraan pendidikan di keluarga dan lingkungan tidak boleh sembarangan atau asal-asalan; melainkan harus memenuhi standar yang layak dan berdampak positif bagi anak. karena harus disadari bahwa anak adalah praktisi dan investasi masa depan, dan kaitannya dengan pendidikan di lingkungan, maka sikap dan prilaku oarng tua dapat menentukan gagal atau berhasilnya anak, kedua alasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Anak adalah praktisi dan investasi masa depan Makna dari anak merupakan praktisi masa depan yaitu anaklah yang mengisi baik buruknya hari esok. Keberhasilan membina anak sejak dini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pengasuhan, dan peralakuan akan menjadi bencana bagi kehidupan anak di kehidupan kelak. orang tua hendaknyamemahami perkembanagn anak secara meneyeluruh berkaitan dengan menyiapkan generasi, serta pengembangan program perlakuan yang efektif disebut juga kemampuan memproyeksi masa depan yang berupa peluang tantangan-tantangan maupun feomena-fenomena yang akan berkembang kemmapuan ini sanhat berguna dalam mebuat program asuhan dan bimbingan terhadap anak, sehingga menjadi lebih berarti dan tepat sasaran. b. Sikap dan perilaku orang tua dapat menentukan gagal atau berhasilnya anak. Dr maria Montessori melalui serangkaian penelitiannya yang dilakukan terhadap anak dan proses pendidikannya yang dikenal dengan casa dei bambini (children house) di Roma, menyimpulkan bahwa anak sejak lahir hingga 6 tahun adalah termasuk rangsangan
tahun formatif yaitu usia terpenting dalam pembentukan kepribadian individu. Oleh karena itu orang tua harus memahami perkembangan dan cara belajar anak, sesungguhnya anak lebih senang belajar, mencari sesuatu yang baru dan menantang untuk dikerjakan dari pada dihibur dan dimanja semata. Semakin optimal dan luas orang tua mengembangkan otak anak akan makin menantangnya untuk belajar dan mencari pengalaman baru. Dengan demikian sikap dan perilaku orang tua akan sangat menentukan perubahan pada prilaku dan sikap anak.