Anda di halaman 1dari 4

Yan haryo budiharto F1308595

Rahandono gilang rahmanto F1308584

Aris suryawan F1308515

ANALISIS PENGARUH KOMITE AUDIT DAN KOMISARIS INDEPENDEN TERHADAP


PERUBAHAN WAKTU PENYERAHAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KE BURSA
EFEK JAKARTA

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997 diduga akibat lemahnya mekanisme corporate
governance yang ada dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia. Badan Pengawas Pasar Modal mulai
menggalakkan pembentukan komite audit dan pengangkatan komisaris independen bagi perusahaan-
perusahaan terbuka di Indonesia. Komite audit terdiri setidaknya salah satu komisaris independen yang
ada dalam dewan komisaris perusahaan. Pembentukan komite audit diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas mekanisme pemonitoran internal perusahaan, karena komite audit merupakan bagian integral
dalam pengendalian internal perusahaan. Pembentukan komite audit tentunya akan berdampak pada
peningkatan relevansi dan reabilitas informasi keuangan perusahaan. Pada penelitian ini berfokus pada isu
peningkatan relevansi informasi keuangan dengan adanya komite audit dan komisaris independen dalam
perusahaan. Informasi akuntansi yang dibutuhkan investor dalam pengambilan keputusan adalah laporan
keuangan. Penyerahan laporan keuangan kebursa saham merupakan titik resmi publikasi informasi
akuntansi untuk dapat digunakan secara umum oleh para investor dalam pengambilan keputusan.

Landasan Teori

Kajian mengenai corporate governance dilandasi oleh teori keagenan. Perusahaan dianggap sebagai
kumpulan kontrak antar factor-faktor produksi individual. Peraturan Bapepam nomor IX.1.5 mengenai
pembentukan komite audit dan pedoman kerja komite audit menjelaskan bahwa komisaris independen
merupakan anggota komisaris yang: (a) berasal dari luar emiten, (b) tidak memiliki saham baik langsung
maupun tidak langsung pada emiten, (c) tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten, komisaris,
direksi, atau pemegang saham utama emiten, (d) tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun
tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten. Bahwa semakin besar jumlah dewan
komisaris independen mereflesikan reputasi yang semakin baik sebagai pemonitor. Independensi dewan
komisaris diharapkan akan meningkat seiring dengan semakin besarnya jumlah komisaris independen
yang ada dalam keanggotaan dewan komisaris. Dengan demikian semakin besar jumlah komisaris
independen maka dewan komisaris akan semakin independen, sehingga pengendalian internal perusahaan
menjadi lebih baik dan pengangkatan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan relevansi
informasi akuntansi. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah H1 : jumlah komisaris independen
berpengaruh positif terhadap penyerahan lebih cepat laporan keuangan auditan ke bursa saham.

Pengumuman BEJ nomor : Peng-1178/BEJ-PEM/03-2002 tanggal 20 maret 2002 menunjukkan bahwa


per 18 maret 2002, 68% perusahaan (213 dari 315 perusahaan yang terdaftar di BEJ) telah membentuk
komite audit dan 12 perusahaan diantaranya telah membentuk komite audit namun belim sesuai dengan
ketentuan. Perusahaan yang telah mengangkat komisaris independen sebanyak 88% perusahaan (atau 276
dari 315 perusahaan yang terdaftar) dan 31 perusahaan diantaranya belum sesuai ketentuan karena
memiliki jumlah komisaris independen kurang dari 30% dari jumlah dewan komisaris. Dengan demikian
pembentukan komite audit yang sesuai peraturan Bapepam diharapkan dapat meningkatkan relevansi
informasi akuntansi, maka hipotesis yang diajukan H2 : komite audit yang dibentuk sesuai dengan
peraturan Bapepam berpengaruh positif terhadap penyerahan lebih cepat laporan keuangan
auditan ke bursa saham.

Komite audit yang lebih lama dibentuk tentunya telah lebih banyak melakukan pemonitoran pelaporan
keuangan, sehingga pengendalian internal perusahaan menjadi relative lebih baik. Auditor eksternal yang
mengaudit perusahaan itu diharapkan dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi. Oleh karena itu,
hipotesis yang diajukan adalah H3 : waktu pembentukan komite audit berpengaruh positif terhadap
penyerahan lebih cepat laporan keuangan auditan ke bursa saham.

Metode Penelitian

Data laporan keuangan tahunan 2003 diperoleh dari website BEJ http://www.jsx.co.id. Data komisaris
independen, komite audit, auditor eksternal diperoleh dari laporan keuangan tahunan 2003 dari masing-
masing perusahaan. Data pendukung mengenai informasi komisaris independen dan komite audit
diperoleh dari berbagai pengumuman dalam website. Data tanggal pembentukan komite audit diperoleh
dari pusat referensi pasar modal (PRPM) Jakarta.

Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi berupa perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di BEJ. Penyampelan dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling. Criteria yang digunakan dalam proses penyampelan adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ
dalam periode 2002-2004, perusahaan yang menyerahkan laporan keuangan tahunan 2003 ke BEJ per 2
agustus 2004. Laporan keuangan di download dari website BEJ pada 2 Agustus 2004. Dengan demikian
sampling frame yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang ada di website BEJ pada 2 Agustus
2004 yang telah menyerahkan laporan keuangan auditan 2003. Jumlah perusahaan yang telah
menyerahkan laporan keuangan auditan 2003 ke BEJ dan berada diwebsite per 2 Agustus 2004 sebanyak
157 perusahaan dari 315 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Sampel yang dapat disertakan dalam analisis
berjumlah 112 perusahaan karena 45 perusahaan tidak memiliki data lengkap.

Pengukuran Variabel

Variable dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan waktu penyerahan laporan
keuangan auditan, disimbolkan dengan notasi CHANGE. Variable ini diukur dengan cara menghitung
jumlah selisih hari dari perbedaan tanggal penyerahan laporan keuangan auditan 2002 dan 2003 masing-
masing perusahaan. Variable independen yang digunakan :

1. Komite audit disimbolkan dengan notasi AC. Variable ini adalah variable dummy. Jika perusahaan
memiliki komite audit dan sesuai dengan peraturan Bapepam, maka variable AC diberi nilai 1, jika
perusahaan tidak memiliki komite audit, atau memiliki komite audit namun belum sesuai dengan
peraturan Bapepam, maka variable AC diberi nilai 0.

2. Jumlah komisaris independen, disimbolkan dengan notasi SIZE_IC. Variable ini diukur dengan cara
menghitung jumlah komisaris independen yang ada dalam dewan komisaris masing- masing.

3. Waktu pembentukan komisaris audit, disimbolkan dengan notasi TIME_AC. Variable ini diukur
berdasarkan jumlah hari yang ada sejak tanggal pembentukan komite audit masing-masing perusahaan
sampai dengan akhir tahun fiscal 2003, yaitu 31 desember 2003.

Penelitian ini menggunakan variable kendali untuk melihat apakah perubahan waktu disebabkan oleh
tidak adanya perubahan akuntan public yang mengaudit perusahaan tersebut. Vaiabel peerubahan auditor
eksternal yang mengaudit laporan keuangan perusahaan, disimbolkan dengan notasi AUDITOR. Variable
ini merupakan variable dummy.

Metode Analisis

Analisis dilakukan secara cross section dengan menggunakan motode regresi linier berganda. Data diolah
dengan menggunakan program Eviews versi 3.0.

Analisis Hasil Penelitian

Statistik Deskriptif

Perubahan waktu penyerahan laporan keuangan auditan 2003 berkisar antara lebih cepat 213 hari sampai
lebih lambat 39 hari dibandingkan tahun 2002, mean 28,6 dan median 17. Jumlah komisaris independen
yang ada dalam dewan komisaris bervariasi antara 6 orang sampai tidak ada sama sekali komisaris
independen, dengan mean 1,5 dan median 1. Waktu pembentukan komite audit bervariasi antara 750 hari
sebelum tanggal 31 desember 2003 sampai ada perusahaan yang belum membentuk komite audit per 31
desember 2003, dengan mean 193,39 dan median 90.

Pengujian asumsi klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis regresi. Asumsi klasik
yang diuji berupa multikolinieritas, hateroskedastisitas, otokorelasi, normalitas, dan linieritas. Tetapi
berdasar hasil penelitian bahwa penelitian ini tidak ada multikolonieritas sempurna, hateroskedastisitas,
otokorelasi. Tetapi penelitian ini berdistribusi normal dan model regresi ini linier.

Pengujian Hipotesis

H1 menduga bahwa jumlah komisaris independen berpengaruh positif terhadap penyerahan lebih cepat
laporan keuangan auditan ke bursa saham. Hasil regresi pada table 3 menunjukkan bahwa koefisien dari
jumlah komisaris independen (ßı) sebesar 6,510647 signifikan secara statistic (p = 0,0757) pada level
signifikan 10%. Hasil ini menunjukkan bahwa H1 terdukung, artinya semakin banyak komisaris
independen yang ada dalam dewan komisaris, semakin cepat penyerahan laporan keuangan auditan ke
bursa saham.

H2 menduga bahwa pembentukan komite audit yang sesuai ketentuan Bapepam berpengaruh positif
terhadap penyerahan lebih cepat laporan keuangan auditan ke bursa saham. Hasil regresi menunjukkan
bahwa koefisien dari komite audit yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Bapepam (ß2) sebesar
18,71115 signifikan secara statistic (p = 0,0480) pada level signifikan 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa
H2 terdukung, artinya komite audit yang dibentuk sesuai dengan peraturan Bapepam memberikan
pengaruh positif terhadap penyerahan lebih cepat laporan keuangan auditan ke Bursa saham.

H3 menduga bahwa waktu pembentukan komite audit yang relative lebih dulu akan berbengaruh positif
terhadap penyerahan lebih cepat laporan keuangan auditan ke bursa saham. Hasil regresi menunjukkan
bahwa koefisien dari komite audit yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Bapepam (ß3) sebesar
-0,028573 signifikan secara statistic (p = 0,0965) pada level signifikan 10%. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis null 3 tidak dapat ditolak, karena koefisien ß3 berlawanan arah (negative) dan signifikan
secara statistic.

Hasil regresi pada table 2 menunjukkan bahwa nilai R² sebesar 0,078192. Nilai F- statistic signifikan
pada level 10% (F = 2,269060, p = 0,066507). Hal ini berarti bahwa variable independen dalam
persamaan regresi secara serentak mempengaruhi variable dependen.

Anda mungkin juga menyukai