Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Dalam praktek keperawatan profesional perawat memegang tanggung jawab yang sangat besar, dimana perawat dituntut untuk melaksanakan perannya selama 24 jam berada disamping pasien dan keluarganya. Pasien bersama keluarganya yang masuk rumah sakit (MR ! akan mengalami perasaan "emas atau yang sering disebut ansietas. Perasaan "emas atau ansietas ini akan lebih jelas ditemukan pada pasien dan keluarga yang MR dalam Critical Care Unit. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga akan mengalami ansietas dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya MR dengan penyakit kritis atau terminal, ini disebabkan mereka tidak mampu untuk membangun dukungan bagi klien dan mereka sering terlihat kesulitan bekerja sama dengan perawat. Perasaan frustasi dan permusuhan dengan staf perawatan pada prinsipnya akan selalu berada bersama pasien dan keluarganya selama 24 jam. #al ini menimbulkan kebingungan dan meningkatkan stress dan kemarahan dalam diri keluarga terhadap staf perawat. ebenarnya hal demikian tidak akan terjadi

apabila sejak dari pertama kali pasien MR , perawat mampu memberikan pengertian dan pendekatan yang terapeutik kepada pasien dan keluarganya yang diwujudkan dengan pelaksanaan komunikasi yang efektif antara perawat dengan pasien dan keluarganya berupa komunikasi terapeutik. $api ternyata dari beberapa riset dinyatakan bahwa komunikasi terapeutik perawat masih kurang baik (%art met, &''4( aelan, &'')!.

&

2 Dr. Makmur entosa di R * +ardinah pada seminar PP,- yang dimuat #arian *mum uara Merdeka &) .uni 2//&, mengatakan bahwa salah satu

permasalahan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi yang kurang baik antara tenaga kesehatan dan pasien. Dari riset %art met tahun &''4, kurangnya komunikasi antara staf rumah sakit dengan pasien merupakan salah satu alasan keluhan umum pasien di rumah sakit. Pasien sering tidak puas dengan kualitas dan jumlah informasi yang diterima dari tenaga kesehatan. $iga puluh lima

sampai dengan empat puluh persen pasien tidak puas berkomunikasi dengan dokter dan perawat, aspek yang paling membuat ketidakpuasan adalah jumlah dan jenis informasi yang diterima (%art met, &''4!. Dalam penelitian 0nderson (&')1! mendapatkan bahwa jumlah informasi yang diberikan oleh dokter kepada pasien rata2rata &) jenis informasi untuk diingat, ternyata hanya mampu mengingat 3&4. 5ey dan pelman (&'16!

menemukan bahwa lebih dari 1/4 yang diwawan"arai setelah bertemu dengan dokter dan perawat salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. #al ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah2istilah medis (sulit untuk dimengerti! dan banyaknya instruksi yang harus diingat oleh pasien. Penelitian Palangkaraya ri 0sih Rusmini tahun &''1 pada R * Doris bahwa perilaku perawat khususnya yl7anus dalam

didapatkan

berkomunikasi kurang baik. .uga penelitian yang dilakukan #j. -ndirawaty di R * #aji ukolilo urabaya bahwa kepuasan pasien terhadap komunikasi

perawat 84, 2 4 tidak puas, &1, 6 4 "ukup puas dan 2', 2 4 sangat puas.

3 ebuah studi pembahasan tentang tiga puluh lima tipe 9 tipe pasien yang berbeda menunjukkan ) 9 )2 4 pasien yang tidak puas (%art met, &''4!.

Menurut 5ey yang dikutip oleh %art met sbb : &! Pasien tidak puas dengan aspek komunikasi dari pertemuan klinis, 2! ,ampaknya memberi informasi saja

tidaklah "ukup. Mereka harus diberitahu dalam "ara sehingga dapat mengerti dan mengingatnya. +arena kurangnya umpan balik dalam bentuk pertanyaan dan komentar dari pasien, sehingga sukar bagi para tenaga kesehatan untuk memperbaiki komunikasi. #asil penelitian aelan (&'')!, menyatakan bahwa dalam hal komunikasi dengan pasien, pendekatan komunikasi terapeutik, dari semua perawat yang diteliti sebanyak 3) orang mendapatkan nilai kurang. #al ini disebabkan karena kurang disadari pentingnya komunikasi oleh perawat dan rendahnya pengalaman perawat akan teori, konsep dan arti penting komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan. Dari hasil penelitian aelan tersebut, tidak

menutup kemungkinan kondisi yang sama terjadi pula di rumah sakit lain. Menurut + Menkes ,o.11/;Menkes; +;-<;&')6 yang dilengkapi urat =daran Dirjen Pelayanan Medik ,omor &/8;yan.med;R .*mdik;Raw;-;)) tentang tandar Praktek +eperawatan +esehatan di Rumah akit memenuhi kebutuhan dari komunikasi pasien adalah merupakan salah satu standar inter7ensi keperawatan. Dari hasil pengamatan penulis selama berpraktek di R *D 0 ke"enderungan yang terjadi yaitu nampak pada hubungan interpersonal perawat dengan pasien dan keluarganya ditunjukkan dengan komunikasi antara perawat yang sering tidak terapeutik saat berinteraksi dengan pasien dan keluarganya, ada

4 beberapa keluhan pasien dan keluarganya terhadap pelayanan yang diberikan yang seharusnya bisa diatasi dengan komunikasi terapeutik dari perawat. %anyak faktor penyebab terjadinya ke"emasan atau ansietas dalam diri pasien dan keluarganya selama pasien di rumah sakit, salah satunya adalah faktor komunikasi terapeutik perawat. +eluarga akan mengalami ansietas dan disorganisasi perasaan ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan ini akan lebih jelas ditemukan di unit perawatan kritis. Pasien yang dirawat dalam Critical Care Unit tidak hanya membutuhkan tehnologi dan terapi tapi juga memerlukan perawatan humanistik dari keluarganya. Pada umumnya pasien yang datang di unit perawatan kritis ini adalah dalam keadaan mendadak dan tidak diren"anakan, hal ini yang menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan wajah yang sarat dengan berma"am2ma"am stressor yaitu ketakutan akan kematian, ketidakpastian hasil, perubahan pola, kekhawatiran akan biaya perawatan, situasi dan keputusan antara hidup dan mati, rutinitas yang tidak beraturan, ketidakberdayaan untuk tetap atau selalu berada disamping orang yang disayangi sehubungan dengan peraturan kunjungan yang ketat, tidak terbiasa dengan perlengkapan atau lingkungan di unit perawatan kritis, personel atau staf di ruang perawatan, dan rutinitas ruangan. emua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana koping mekanisme yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah atau apatis dan ke"emasan akan mendominasi perilaku keluarga. Dan pada saat demikian perawat kurang atau tidak dapat melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif sehingga keluarga akan terus terpuruk dalam situasi yang demikian

8 dan pada akhirnya asuhan keperawatan yang kita berikan se"ara komperhensif dan holistik tidak akan ter"apai dengan baik. Dalam kaitan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat ke"emasan keluarga pasien maka sangat diperlukan solusi9solusi yang dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi perawat dan juga yang dapat menhilangkan berbagai hambatan9hambatan terhadap komunikasi terapeutik yang dilaksanakan perawat. +etrampilan berkomunikasi bukan merupakan kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan juga tidak akan mun"ul se"ara tiba 9 tiba saat kita memerlukannya. +etrampilan tersebut harus dipelajari dan dilatih se"ara terus menerus melalui kemampuan belajar mandiri, penyegaran dan pelatihan terutama berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan ( ulli7an, et all, &''8!. elain itu, faktor2faktor

penghambat komunikasi merupakan faktor yang dapat mengganggu atau sama sekali bisa membuat perawat tidak mampu berkomunikasi se"ara terapeutik. olusi9solusi ini dapat dijadikan pilihan karena bertujuan membantu tenaga kesehatan profesional (termasuk perawat! memperbaiki penampilan kerja guna memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Dari pemikiran dan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan komunikasi yang dilakukan perawat terhadap penurunan tingkat ke"emasan keluarga pasien yang menjalani perawatan di *nit Perawatan +ritis R *D 0.

1 1.2 Perumusan masalah &.2.& Pernyataan masalah Dalam praktek keperawatan profesional yang dilakukan di rumah sakit ternyata masih banyak berbagai keluhan pasien dan keluarganya yang seharusnya bisa diatasi dengan komunikasi terapeutik perawat. ehingga, dalam hal ini dapat mempengaruhi "itra perawat dan juga "itra suatu rumah sakit. &.2.2 Pertanyaan penelitian : %erdasarkan pernyataan masalah, maka perumusan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : &. %agaimanakah komunikasi 7erbal yang dilakukan perawat di *nit Perawatan +ritis R *D 0> 2. %agaimanakah komunikasi non 7erbal yang dilakukan perawat di *nit Perawatan +ritis R *D 0> 3. 0pakah ada hubungan komunikasi 7erbal yang dilakukan perawat dan tingkat ke"emasan keluarga pada pasien yang diarawat di unit perawatan kritis R *D 0> 4. 0pakah ada hubungan komunikasi 7erbal yang dilakukan perawat dan tingkat ke"emasan keluarga pada pasien yang diarawat di unit perawatan kritis R *D 0> 8. 0dakah hubungan +omunikasi 7erbal dan non 7erbal yang dilakukan perawat dan tingkat ke"emasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis R *D 0 >

6 1.3 Tujuan Penelitian &.3.& $ujuan *mum *ntuk mempelajari hubungan komunikasi terapeutik perawat baik 7erbal maupun non 7erbal dengan tingkat ke"emasan keluarga dari pasien yang menjalani perawatan di *nit Perawatan +ritis R *D 0. &.3.2 $ujuan khusus

&. *ntuk mengidentifikasi komunikasi 7erbal yang dilakukan perawat di *nit Perawatan +ritis R *D 0. 2. *ntuk mengidentifikasi komunikasi non 7erbal yang dilakukan perawat di *nit Perawatan +ritis R *D 0. 3. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi 7erbal perawat dan tingkat ke"emasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis R *D 0. 4. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi non 7erbal perawat dan tingkat ke"emasan keluarga pada pasien yang dirawat di unit perawatan kritis R *D 0. 8. Mengidentifikasi apakah ada hubungan antara komunikasi 7erbal maupun non 7erbal yang dilakukan perawat dan tingkat ke"emasan keluarga dari pasien yang menjalani perawatan di *nit Perawatan +ritis R *D 0. 1.4 Man aat Penelitian &.4.& %agi rumah sakit &. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan khususnya terhadap sikap dan ketrampilan dalam berkomunikasi.

) 2. Memberikan informasi terntang pentingnya pelatihan komunikasi terapeutik sebagai salah satu upaya yang harus terus menerus dilaksanakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan keluarganya serta masyarakat. 3. Mendorong peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang dilakukan khususnya sikap dan kemampuan komunikasi terapeutik perawat. 4. *ntuk meningkatkan pendapatan rumah sakit pada akhirnya karena dengan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan dalam bentuk komunikasi yang terapeutik dapat meningkatkan kepuasan pasien yang pada akhirnya pasien tetap loyal terhadap rumah sakit yang bersangkutan dan tidak berpindah ke tempat pelayanan jasa yang lain. &.4.2 %agi perawat

&. Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat sebagai ?care giver. 2. Dapat memberi gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya. 3. Memberi informasi terhadap perawat tentang pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat ke"emasan kelurga dari pasien dan didalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 4. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. &.4.3 %agi pasien dan keluarga

&. 0gar dapat menerima pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas khususnya dalam penerapan komunikasi terapeutik.

' 2. upaya klien dan keluarga merasa lebih aman, tenang dan nyaman selama proses perawatan di rumah sakit yang akan membantu terhadap penyembuhan pasien terhadap sakitnya.

1.! "ele#ansi Perawat harus menyadari bahwa komunikasi terapeutik adalah elemen penting dari kemampuan terapeutik perawat. ehingga berkomunikasi yang asertif dalam praktek keperawatan profesional sangat berpengaruh atau membantu pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan atau dalam memenuhi kebutuhan dasarnya serta memberikan perasaan tenang tanpa ke"emasan selama dirawat di rumah sakit. Disisi lain pasien dan keluarga sebagai komunikan dapat memberikan respon atau persepsi yang obyektif terhadap nilai2nilai sikap atau ketrampilan yang ada dalam komunikasi terapeutik yang ditampilkan oleh perawat selama terjadinya interaksi dengan pasien dan keluarganya. =7aluasi yang dibangun atas dasar persepsi yang benar dari pasien dan keluarganya akan membantu memperbaiki kinerja perawat dalam asuhan keperawatan yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan menuju profesionalisme keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai