Anda di halaman 1dari 10

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

melalui Problem Based Learning di Kelas XI


SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School Banda Aceh

Cut Yuni Nurul Hajjina
1
, Rahmah Johar
1
, dan Anwar Ramli
1

1
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Email: siiwoncute92@gmail.com
Abstrak. Komunikasi siswa dalam matematika merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian penting dari seluruh elemen pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran tentang bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa
kelas XI SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School Banda Aceh pada materi
statistika dan peluang melalui problem based learning. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Data diperoleh dari hasil jawaban tes siswa secara kelompok dan individual baik tertulis
maupun lisan (presentasi) dalam menyelesaikan permasalahan matematika sesuai
dengan Problem Based Learning. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam kelompok pada materi peluang baik
sekali, sedangkan secara lisan masih rendah. Kemampuan komunikasi matematis siswa
secara tertulis dan lisan(presentasi) dalam kelompok pada materi statistika masih
rendah. Pada materi peluang secara berkelompok, hasil tes komunikasi tertulis
memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan hasil tes secara lisan. Pada hasil
kemampuan komunikasi tertulis secara individu, kemampuan komunikasi matematis
siswa pada materi peluang lebih baik dibandingkan pada materi statistika.

Kata kunci : Komunikasi Matematis, Problem Based Learning.


1. Pendahuluan

Mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali
siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam
mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau
masalah. NCTM (2000:128) menyatakan bahwa program pembelajaran matematika di sekolah
harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk :
a. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi.
b. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas kepada teman-
temannya, guru, dan orang lain.
c. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain.
d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Komunikasi siswa dalam matematika merupakan hal yang perlu mendapat perhatian penting
dari seluruh elemen pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006
menyatakan bahwa melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah.
Fachrurazi (2011:78) menyebutkan bahwa rendahnya kemampuan komunikasi matematis
ditunjukkan dalam studi Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis
siswa berada dalam kualifikasi kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan masalah dan
komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikannya dan guru dalam pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan



dengan skema yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk
menemukan kembali dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika.

Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari adalah
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL). Menurut Depdikbud
(Gunawan, 2010:2), PBL bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas
kepada siswa untuk mencari konsep dan penyelesaian masalah yang terkait dengan materi yang
diajarkan guru di sekolah karena pada dasarnya ilmu matematika bertujuan agar siswa
memahami konsep matematika dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki
keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang proses alam
sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep matematika untuk menjelaskan gejala alam dan
mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan analisis penulis terhadap buku paket matematika yang diterbitkan oleh Zambak
Publishing dan digunakan oleh seluruh siswa SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School,
peneliti memperhatikan bahwa dalam buku tersebut jarang terdapat soal-soal latihan yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa misalnya soal-soal yang berkaitan dengan salju
pada materi peluang. Di Indonesia yang beriklim tropis, tentu soal-soal tersebut tidak akan
akrab bagi siswa. Selanjutnya berdasarkan pengamatan yang peneliti dapatkan ketika
mengajarkan materi persiapan SNMPTN 2012 untuk beberapa siswa SMA Teuku Nyak Arif
Fatih Bilingual School di salah satu bimbingan belajar di Banda Aceh, ternyata beberapa dari
mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami beberapa konsep dalam matematika.
Penulis menduga bahwa hal tersebut disebabkan oleh kurangnya keterkaitan antara materi yang
dipelajari siswa dengan kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam memecahkan permasalahan matematika masih cukup rendah. Oleh karena itu,
untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
berjudul Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Problem Based Learning di
Kelas XI SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School Banda Aceh.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:a) bagaimana kemampuan komunikasi
matematis siswa secara tertulis dan lisan pada materi statistika dan peluang melalui PBL ? dan
b) bagaimana kemampuan komunikasi matematis siswa saat belajar secara berkelompok dan
individu pada materi statistika dan peluang melalui PBL?

2. Tinjauan Pustaka

Belajar dan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Perubahan tingkah laku yang terjadi harus mengacu kepada kesadaran, niat,
tujuan belajar, berlangsung secara terus menerus dan menimbulkan perubahan positif dalam
moralitas, mental, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem pendidikan nasional,
pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat
berlaku di manapun dan kapanpun. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.





Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut Saputra (2011:16), komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam
menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan
yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan yang berisi tentang materi
matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian
masalah. Berdasarkan standar kurikulum matematika untuk kelas 9-12 (tingkat SMA)
diungkapkan bahwa, matematika sebagai alat komunikasi dapat :
1. Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematik dan
hubungannya.
2. Merumuskan definisi matematik dan membuat generalisasi yang diperoleh melalui
investigasi.
3. Mengungkapkan ide matematik secara lisan dan tulisan.
4. Menyajikan matematika yang dibaca dan ditulis dengan pengertian.
5. Menjelaskan dan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan matematika yang telah
dibaca atau didengar.
6. Menghargai nilai ekonomis, daya dan keindahan notasi matematika, serta perannya dalam
mengembangkan ide matematik.

Adapun indikator komunikasi matematis dalam penelitian ini yang diukur pada materi
statistika dan peluang adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam mengajukan suatu permasalahan berdasarkan konsep yang
diberikan.
2. Kemampuan siswa dalam menulis pernyataan dan simbol matematika.
3. Kemampuan siswa dalam menjelaskan ide secara gambar/grafik/diagram secara tertulis.
4. Kemampuan siswa dalam menafsirkan solusi yang diperoleh secara tertulis.
5. Kemampuan siswa dalam menulis solusi secara aljabar.
6. Kemampuan siswa dalam menjelaskan kesimpulan yang diperolehnya secara lisan.
7. Kemampuan siswa dalam memilih cara yang tepat dalam menyampaikan penyelesaiannya
secara lisan.
8. Kemampuan siswa dalam merespon suatu pernyataan atau persoalan dari siswa lain dalam
bentuk argumen.
9. Kemampuan siswa dalam menggunakan gambar/grafik/diagram dalam menyampaikan
penjelasannya secara lisan.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Menurut Arends (2008:67),
Problem Based Learning menjadi alternatif yang atraktif bagi guru yang ingin menjangkau
lebih jauh di luar pendekatan-pendekatan yang berpusat pada guru, untuk menantang siswa
dengan aspek belajar aktif model ini.

3. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pre Experimental dengan jenis One-Shot Case Study. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen berupa tes kemampuan komunikasi matematis dan lembar
observasi aktivitas belajar siswa.




Penilaian terhadap tes kemampuan komunikasi matematis siswa dilakukan berdasarkan
indikator yang telah peneliti susun di dalam rubrik kemampuan komunikasi matematis. Rubrik
tersebut dibagikan kepada setiap siswa agar siswa mengetahui apa yang akan dinilai oleh guru.
Seluruh Indikator dituliskan dalam bahasa inggris karena tempat peneliti melakukan penelitian
adalah sekolah berstandar internasional dimana seluruh proses pembelajaran dan perangkat-
perangkat pembelajaran menggunakan bahasa inggris. Indikator komunikasi matematis yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Indicators of Rubric of Mathematical Communication Ability.
Research
Indicators
Group Individual
Writing Orally Writing
I
1. Propose a
problem based on
the given concept
2. Students' skills in
writing a statement
and mathematical
symbols
3. Students'
calculating ability
in solving the
problem
4. Students' ability to
explain the idea
using illustration in
solving the
problem
5. Students' ability to
make conclusion of
the obtained
solutions.
1. Eye contact
2. Elocution
3. Students' ability to choose
the way in delivering
solution
4. Students' ability in
response a statement or
question from the other
students by giving
arguments
5. Students' ability to explain
the obtained solutions
using illustration
1. Propose a problem
based on the given
concept
2. Students' skills in
writing a statement
and mathematical
symbols
3. Students'
calculating ability
in solving the
problem
4. Students' ability to
explain the idea
using illustration in
solving the problem
5. Students' ability to
make conclusion of
the obtained
solutions.
II
1. Students' ability to
analyze the data
2. Students' ability to
display the data
3. Students' ability to
make conclusion of
the obtained
solutions
1. Eye contact
2. Elocution
3. Students' ability to choose
the way in delivering
solution
4. Students' ability to
interpret the data display
that had chosen by
students
5. Students' ability in
response a statement or
question from the other
students by giving
arguments
1. Students' skills in
interpret the data
display
2. Students' skills in
describing the
reason of choosing
the data display
3. Students' ability to
make conclusion of
the interpretation


Analisis terhadap hasil jawaban tertulis siswa dilakukan berdasarkan rubrik skoring
kemampuan komunikasi matematis yang terdiri dari 4 level dengan rumus :

Skor yang diperoleh = Level x Bobot (1)
Hasil skor yang diperoleh dikonversikan ke dalam skala 0-100 dengan rumus :
H =
Skor Total
Skor Maksimum
100 (2)



Keterangan :
H = Skor akhir
Skor total = total skor yang diperoleh siswa
Skor maksimum = skor tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

Skor akhir dari kemampuan komunikasi matematis dianalisis berdasarkan tabel kriteria nilai
total dalam skala 0-100 berikut.

Tabel 2. Kriteria Nilai Total dalam Skala 0-100
Skor Akhir Kriteria
80 H100 Tinggi Sekali
66 H<80 Tinggi
56 H<66 Cukup Tinggi
< 56 Rendah

Penentuan kriteria di atas disesuaikan dengan nilai ketuntasan yang digunakan oleh guru
matematika di SMA Teuku Nyak Arif Fatih Bilingual School yaitu 70. Secara klasikal,
kemampuan komunikasi dikatakan baik sekali jika persentase siswa yang memperoleh nilai
rendah dan berada di bawah nilai rata-rata 10% , sangat baik jika persentase siswa yang
memperoleh nilai rendah dan berada di bawah nilai rata-rata terletak di antara 10%-30%, cukup
baik jika persentase siswa yang memperoleh nilai rendah dan berada di bawah nilai rata-rata
terletak pada 30%-45%, rendah jika persentase siswa yang memperoleh nilai rendah dan
berada di bawah nilai rata-rata lebih dari 45%.

Berikut contoh soal yang berkaitan dengan komunikasi matematis.
A Student of Syiah Kuala University has the homework from his lecturer. The lecturer
asks him to choose one of three data displays and then interpret it. Help him to choose
one of three data displays below and then interpret it !



























Source : http://aceh.bps.go.id/





Source : http://michaelsaputra88.blogspot.com


Passing Grade Result
N
u
m
b
e
r

o
f

S
t
u
d
e
n
t
s

Graph of passing grade result in a junior high school in indonesia















Gambar 1. Penyajian Data


4. Hasil dan Pembahasan

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis terhadap hasil jawaban tertulis dan
presentasi siswa secara berkelompok dan analisis terhadap hasil jawaban tertulis siswa secara
individual yang diperoleh dari pemberian tes kemampuan komunikasi matematis pada materi
statistika dan peluang.

Kemampuan Komunikasi Matematis pada Materi Peluang

1) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis dalam Kelompok pada Materi
Peluang
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam
kelompok pada materi peluang adalah 52. Hasil skor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis dalam
Kelompok pada Materi Peluang
Kelompok Skor Total Nilai Kriteria
A 39 75 Tinggi
B 41 79 Tinggi
C 33 64 Cukup Tinggi
D 41 79 Tinggi

Berdasarkan hasil skor kemampuan komunikasi di atas, terdapat 75% yaitu 3 dari 4 kelompok
memperoleh nilai yang tinggi. Masing-masing dari nilai kelompok tersebut berada di atas rata-
rata. Hanya 25% yaitu 1 kelompok memperoleh nilai di bawah rata-rata namun nilai tersebut
tergolong cukup tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa secara tertulis dalam kelompok pada materi peluang baik sekali.

2) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi) dalam Kelompok
pada Materi Peluang
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam
kelompok pada materi peluang adalah 40. Hasil skor dapat dilihat pada tabel berikut.







Total People in jakarta is 10.187.595 people.
Source : http://dki.kependudukancapil.go.id
Graph of Jakarta People Population on November 2011




Tabel 4. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi)
dalam Kelompok pada Materi Peluang
Kelompok Skor Total Nilai Kriteria
A 20 50 Rendah
B 17 43 Rendah
C 21 53 Rendah
D 17 43 Rendah

Berdasarkan hasil skor kemampuan komunikasi di atas, keseluruhan kelompok memperoleh
nilai yang rendah dan hanya 50% yaitu 2 dari 4 kelompok yang memperoleh nilai di atas nilai
rata-rata. Namun kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan dalam kelompok pada
materi peluang masih rendah.

3) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis (Individual) pada Materi
Peluang
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara individual pada materi
peluang adalah 43. Hasil skor dapat dilihat pada tabel halaman berikut.

Tabel 5. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis (Individual) pada Materi Peluang
Subjek Skor Total Nilai Kriteria
1 23 54 Rendah
2 28 65 Cukup Tinggi
3 34 79 Tinggi
4 15 39 Rendah
5 23 54 Rendah
6 25 58 Cukup Tinggi
7 23 54 Rendah
8 17 40 Rendah
9 31 72 Tinggi
10 20 47 Rendah
11 35 81 Tinggi Sekali
12 25 58 Cukup Tinggi
13 29 67 Tinggi
14 25 58 Cukup Tinggi
15 35 81 Tinggi Sekali
16 23 54 Rendah
17 26 61 Cukup Tinggi
18 23 54 Rendah

Berdasarkan hasil skor kemampuan komunikasi di atas, terdapat 38% siswa dengan nilai di
atas rata-rata. Meskipun 61% siswa lainnya memperoleh nilai di bawah rata-rata namun tidak
keseluruhan berada pada nilai yang rendah. Jumlah siswa yang memperoleh nilai rendah dan
berada di bawah rata-rata yaitu sebanyak 44%. Berdasarkan persentase tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa secara individu pada
materi peluang sudah cukup baik.


Kemampuan Komunikasi Matematis pada Materi Statistika
1) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis dalam Kelompok pada Materi
Statistika
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam
kelompok pada materi statistika adalah 36. Hasil skor dapat dilihat pada tabel berikut.



Tabel 6. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis
dalam Kelompok pada Materi Statistika
Kelompok Skor Total Nilai Kriteria
A 18 50 Rendah
B 14 39 Rendah
C 18 50 Rendah
D 27 75 Tinggi

Berdasarkan hasil skor kemampuan komunikasi tersebut, terdapat 25% yaitu 1 kelompok
memperoleh nilai yang tinggi dan berada di atas rata-rata. 75% lainnya memperoleh nilai yang
rendah dan berada di bawah nilai rata-rata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam kelompok pada materi statistika
masih rendah.

2) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi) dalam Kelompok
pada Materi Statistika
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan (presentasi)
dalam kelompok pada materi statistika adalah 40. Hasil skor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi)
dalam Kelompok pada Materi Statistika
Kelompok Skor Total Nilai Kriteria
A 20 50 Rendah
B 22 55 Rendah
C 24 60 Cukup Tinggi
D 26 65 Cukup Tinggi

Berdasarkan hasil skor kemampuan komunikasi tersebut, 50 % yaitu 2 dari 4 kelompok
memperoleh nilai yang cukup tinggi dan berada di atas nilai rata-rata. 50% lainnya
memperoleh nilai yang rendah dan berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan dalam kelompok
pada materi statistika masih rendah.

3) Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis (Individual) pada Materi
Statistika
Skor maksimum untuk kemampuan komunikasi matematis siswa secara individual pada materi
statistika adalah 24. Hasil skor dapat dilihat pada tabel 10. Berdasarkan hasil skor kemampuan
komunikasi pada Tabel 10, terdapat 67% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata. 6%
diantaranya memperoleh nilai yang tinggi. Sebanyak 33% siswa memperoleh nilai yang rendah
dan berada di bawah nilai rata-rata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa secara individu pada materi statistika cukup baik.















Tabel 8. Skor Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis (Individual)
pada Materi Statistika
Subjek Skor Total Nilai Kriteria
1 14 58 Cukup Tinggi
2 10 42 Rendah
3 14 58 Cukup Tinggi
4 14 58 Cukup Tinggi
5 13 54 Rendah
6 14 58 Cukup Tinggi
7 14 58 Cukup Tinggi
8 10 42 Rendah
9 15 63 Cukup Tinggi
10 14 58 Cukup Tinggi
11 17 71 Tinggi
12 14 58 Cukup Tinggi
13 14 58 Cukup Tinggi
14 10 42 Rendah
15 14 58 Cukup Tinggi
16 12 50 Rendah
17 14 58 Cukup Tinggi
18 13 54 Rendah

Berikut diagram nilai rata-rata siswa pada materi statistika dan peluang.







Gambar 2. Nilai Rata-Rata Siswa pada Materi Statistika dan Peluang
Keterangan Gambar:
(I) Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis dalam Kelompok pada Materi
Peluang
(II) Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis dalam Kelompok pada Materi
Statistika
(III) Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi) dalam Kelompok pada
Materi Peluang
(IV) Kemampuan Komunikasi Matematis secara Lisan (Presentasi) dalam Kelompok pada
Materi Statistika
(V) Kemampuan Komunikasi Matematis (Individual) pada Materi Peluang
(VI) Kemampuan Komunikasi Matematis secara Tertulis (Individual) pada Materi Statistika

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 siswa yang mengikuti tes kemampuan
komunikasi matematis pada materi statistik dan peluang dengan PBL, kemampuan komunikasi
matematis siswa pada tes tertulis lebih tinggi dibandingkan secara lisan (presentasi). Hal ini
terlihat pada banyaknya kelompok yang memperoleh nilai di atas rata-rata. Namun kemampuan
komunikasi tertulis dan lisan secara berkelompok pada materi statistika kedua-duanya masih
tergolong rendah, sedangkan kemampuan komunikasi matematis tertulis secara berkelompok
pada materi peluang sudah baik tetapi kemampuan komunikasi matematis lisan secara
berkelompok pada materi peluang masih rendah. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
kelemahan di atas, yaitu sebagai berikut.





1. Pemahaman siswa terhadap materi yang masih rendah
2. Kemampuan siswa bekerja dalam kelompok dan masih rendah.
3. Kemampuan siswa dalam menggunakan microsoft excel masih lemah
4. Kemampuan siswa dalam memberikan alasan akademis masih rendah
5. Instruksi soal yang diberikan kurang jelas.
6. Kemampuan peneliti sebagai guru dalam pembelajaran.

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis dalam kelompok pada materi
peluang baik sekali, sedangkan kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan
dalam kelompok pada materi peluang masih rendah. Kemampuan komunikasi matematis
siswa secara tertulis dan lisan(presentasi) dalam kelompok pada materi statistika masih
rendah.
b. Pada materi peluang secara berkelompok, hasil tes komunikasi tertulis memperoleh nilai
rata-rata lebih tinggi dibandingkan hasil tes secara lisan. Namun pada materi statistika,
walaupun kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara tertulis maupun lisan masih
rendah.
c. Kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa secara individu pada materi statistika dan
peluang sudah cukup baik namun pada materi peluang kemampuan komunikasi matematis
tertulis siswa lebih baik dibandingkan pada materi statistika.

Daftar Pustaka

Arends, Richard L. 2008. Learning to Teach. University of Maryland : Pustaka Pelajar.

Fachrurazi. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. 2011. Edisi Khusus
No 1 tahun 2011

Fatimah. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Statistika elementer
melalui problem based learning. Jurnal Pendidikan. vol. 31 No 2

Gunawan, Ali. (2010). Penerapan Metode PBL Berbasis Performance Assessment Terhadap
Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Kelas X SMA N 1 Kajen Kabupaten
Pekalongan T.P. 2010/2011. Diakses pada 18 Januari 2013, dari alamat
www.forumpenelitian.blogspot.com

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston VA : NCTM
Saputra, Edi. 2011. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Anchored Instruction
terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self-Concept Siswa. Tesis
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh : tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai