WALIKOTA PONTIANAK
SEKAPUR SIRIH
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas terbitnya publikasi Buku Putih Kota Pontianak oleh Tim Pokja Sanitasi Kota Pontianak. Publikasi ini secara umum dapat menggambarkan realisasi program pembangunan Kota Pontianak khususnya di Bidang Sanitasi Perkotaan. Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak di fasilitasi oleh Tim Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dari tingkat pusat, propinsi sampai tingkat kabupaten/kota bersama-sama dengan Pokja Sanitasi Kota Pontianak. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak ini merupakan gambaran dan potret realitas dari tingkat layanan, potensi, kendala, serta permasalahan yang ada saat ini pada sector sanitasi Kota Pontianak yang mencakup sub sektor air limbah, persampahan, drainase dan air bersih. Saya menyampaikan apresiasi atas terpublikasikannya Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak yang dapat dimanfaatkan sebagai basis data dan acuan bagi perencanaan strategi sanitasi Kota Pontianak dimasa depan. Harapan saya adanya respon positif dari berbagai pihak yang terkait dalam rangka upaya peningkatan pembangunan khususnya sektor sanitasi di Kota Pontianak yang kita cintai ini. Semoga niat baik dan hati yang tulus dari kita semua senantiasa mendapatkan ridho dari Allah SWT. Wassalamualaikum Wr.Wb.
WALIKOTA PONTIANAK
KATA PENGANTAR
uku Putih Sanitasi Kota Pontianak ini berisi penilaian dan pemetaan kondisi eksisting riil sanitasi kota. Kegiatan ini penting karena menjadi basis untuk penyusunan Strategi Sanitasi Kota yang merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan. Melihat pada kenyataan bahwa secara umum database sanitasi di perkotaan masih sangat lemah, dalam manual ini dikembangkan beberapa cara untuk memperoleh informasi mendalam baik menyangkut aspek teknis maupun non-teknis. Melihat kenyataan bahwa secara umum kelemahan yang dimiliki oleh institusi-institusi pelaksana sanitasi adalah database sanitasi perkotaan belum cukup baik dikelola, sehingga mempersulit proses penyusunan rencana penanganannya secara tepat. Dengan adanya Buku Putih ini, diharapkan potret data dan informasi baik yang berkaitan dengan kebijakan maupun hal-hal teknis akan tersedia sehingga penyusunan proram dan kegiatan untuk penanganan sektor sanitasi akan lebih baik. Mudah-mudahan dengan diterbitkannya Buku Putih ini, Pemerintah Kota Pontianak melalui kinerja Pokja Sanitasi Kota Pontianak mampu meningkatkan kualitas layanan sanitasi sehingga dapat memenuhi upaya pencapaian target pembangunan sanitasi, khususnya pencapaian target Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman dan Lingkungan.
DAFTAR SINGKATAN
APBD ASKESKIN BAB Bappeda BAPPERMAS BKKBN BLT BOD BORDA BPS CI CL CSR CTPS DBD Dispenda DKP DLH DPKAD DPRD DSCR DSS EHP EHRA Enu FGD GIS HU IPAL IPLT Kemenkes KFM KK KLUI Korcam KSM KTP LH LNP
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin Buang Air Besar Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pemberdayaan Masyarakat Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Bantuan Langsung Tunai Biological Oxygen Demand Bremen Overseas Research and Development Agency Badan Pusat Statistik Confidence Interval Confidence Level Corporate Social Responsibility Cuci Tangan Pakai Sabun Demam Berdarah Dengue Dinas Pendapatan Daerah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Debt-Service Coverage Ratio Diagram Sistem Sanitasi Environmental Health Project Environment and Health Risk Assessment Enumerator (petugas pengumpulan data) Focus Group Discussion Geographical Information System Hidran Umum Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kementerian Kesehatan Kebutuhan Fisik Minimum Kepala Keluarga Kelompok Lapangan Usaha Industri Koordinator Kecamatan Kelompok Swadaya Masyarakat Kartu Tanda Penduduk Lingkungan Hidup Lembaga Non Pemerintah
LSM MCK MDGs Monev MPA Musrenbang NGO NSPK Ortala PDAL PDAM PDRB PHBS PKK PMJK PNS Pokja Posyandu PRA PT PU RDTRK Renstra RKPD RPH RPJMD RT RW SANIMAS SD SDM Sekda SKPD SMA SMP Spv SR SSK TPA TPS TTPS Tupoksi UMR Unicef USAID WHO
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Lembaga Swadaya Masyarakat Mandi Cuci Kakus Millennium Development Goals Monitoring dan Evaluasi Methodology for Participatory Assessment Musyawarah Perencanaan Pembangunan Non-Governmental Organization Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria Organisasi dan Tata Laksana Perusahaan daerah Air Limbah Perusahaan Daerah Air Minum Produk Domestik Regional Bruto Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Partisipasi Masyarakat, Jender, dan Kemiskinan Pegawai Negeri Sipil Kelompok Kerja Pos Pelayanan Terpadu Partiicipatory Rapid Assessment Perguruan Tinggi Pekerjaan Umum Rencana Detail Tata Ruang Kota Rencana Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah Rumah Pemotongan Hewan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rukun Tetangga Rukun Warga Sanitasi Berbasis Masyarakat Sekolah Dasar Sumber Daya Manusia Sekretaris Daerah Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama Supervisor pengumpulan data Sambungan Rumah Strategi Sanitasi Kota Tempat Pengolahan Akhir Tempat Penampungan Sementara Tim Teknis Pembangunan Sanitasi Tugas Pokok dan Fungsi Upah Minimum Regional United Nations Childrens Fund United States Agency for International Development World Health Organization
DAFTAR ISI
Sekapur Sirih ......................................................................................................................................... i
Kata Pengantar ...................................................................................................... Daftar Singkatan ..................................................................................................... Daftar isi ................................................................................................................ Daftar Tabel ........................................................................................................... Daftar gambar ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1.2. Pengertian Dasar Sanitasi ................................................................... 1.3. Maksud dan Tujuan ............................................................................ 1.4. Pendekatan dan Metodologi ............................................................. 1.4.1. Metode Penyusunan Buku Putih ........................................... 1.4.2. Tahapan Penyusunan Buku Putih .......................................... 1.4.3. Sumber Data .......................................................................... 1.5. Kedudukan Buku Putih ....................................................................... 1.6. Dasar Hukum Penyusunan ................................................................. 1.7. Sistematika Laporan ............................................................................
ii iii iv viii xi 1 1 3 3 4 4 4 5 6 6 8 10 10 14 17 18 18 20 21 22 23 29 37 40 43 46 46
BAB II
BAB
GAMBARAN UMUM KOTA ..................................................................... 2.1. Batas Administrasi .............................................................................. 2.2. Kondisi Demografis ............................................................................. 2.3. Kondisi Geografis ................................................................................ 2.4. Kondisi Topografi ................................................................................ 2.5. Kondisi Tanah dan Hidrologi .............................................................. 2.6. Klimatologi ......................................................................................... 2.7. Sistem Hidrologi Kota ......................................................................... 2.8. Karakteristik Sistem Lahan .................................................................. 2.9. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................... 2.10. Kondisi Kesehatan dan Pendidikan ..................................................... 2.11. Visi, Misi dan Organisasi Perangkat Pemerintah Daerah ................... 2.12. Tinjauan Tata Ruang Wilayah dan Kebijakan RTRW ............................ 2.13. Sistem Pengembangan Kota Pontianak dan Sekitarnya ..................... III PROFIL SANITASI KOTA PONTIANAK ....................................................... 3.1. Kondisi Umum Sanitasi .......................................................................
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.1.1. Kesehatan Lingkungan ........................................................... 3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat ................................. 3.1.3. Kuantitas dan kualitas air ....................................................... 3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga .................................................... 3.1.5. Limbah Padat (Sampah) ......................................................... 3.1.6. Drainase Lingkungan .............................................................. 3.1.7. Pencemaran Udara ................................................................ 3.1.8. Limbah Industri ...................................................................... 3.1.9. Limbah Medis ......................................................................... Pengelolaan Limbah Cair ..................................................................... 3.2.1. Landasan Hukum .................................................................... 3.2.2. Aspek Kelembagaan ............................................................... 3.2.3. Cakupan Pelayanan ................................................................ 3.2.4. Aspek Teknis dan Opersional ................................................. 3.2.5. Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair ............................................................................ 3.2.6. Permasalahan ......................................................................... Pengelolaan Persampahan ................................................................. 3.3.1. Landasan Hukum .................................................................... 3.3.2. Aspek Kelembagaan ............................................................... 3.3.3. Cakupan Pelayanan ................................................................ 3.3.4. Aspek Teknis dan Operasional ............................................... 3.3.5. Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah ................................................................................... 3.3.6. Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah ........................... Pengelolaan Drainase ......................................................................... 3.4.1. Landasan Hukum .................................................................... 3.4.2. Aspek Kelembagaan ............................................................... 3.4.3. Cakupan Pelayanan ................................................................ 3.4.4. Aspek Teknis dan Operasional .............................................. 3.4.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase .................................................................................. 3.4.6. Permasalahan Pengelolaan Drainase ........................................ Penyediaan Air Bersih ......................................................................... 3.5.1. Landasan Hukum .................................................................... 3.5.2. Aspek Kelembagaan ............................................................... 3.5.3. Cakupan Pelayanan ................................................................ 3.5.4. Aspek Teknis dan Operasional ............................................... 3.5.5. Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penyediaan Air Bersih ................................................................................ 3.5.6. Permasalahan ......................................................................... Komponen Sanitasi Lainnya ................................................................
3.7.
3.6.1. Penanganan Limbah Industri ................................................. 3.6.2. Penanganan Limbah Medis .................................................... 3.6.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah ............................................. 3.6.4. Kampanye PHBS ..................................................................... Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Kota .............................................. 3.7.1. Kelembagaan dan Regulasi Pengelolaan Sanitasi .................. 3.7.2. Perkembangan APBD ............................................................. 3.7.3. Besaran dan Proporsi Pendanaan Sanitasi Per Tahun ........... 3.7.4. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi 3.7.5. Besarab Pendanaan Sanitasi Per Kapita ................................. 3.7.6. Pinjaman Daerah .................................................................... 3.7.7. Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota ................................
108 110 115 117 119 119 120 121 126 127 127 127 129 129 130 130 131 133 135 135 140 141 142 144 144 144 153 211 217 219 222 227 231
BAB IV
RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI .................................. 4.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota .................................................................. 4.2. Strategi Penanganan Sanitasi ............................................................. 4.3. Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair ................................. 4.3.1. Sistem Terpusat (Off Site) ...................................................... 4.3.2. Sistem On Site ....................................................................... 4.3.3. Sistem Sanimas ...................................................................... 4.4. Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah ....................................... 4.5. Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan ..... 4.6. Rencana Pembangunan/Penyediaan Air Minum ................................ 4.7. Rencana Peningkatan Kampanye PHBS .............................................. INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI .......... 5.1. Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya ............................ 5.1.1. Pemetaan Area Beresiko Tinggi di Kota Pontianak ................ 5.1.2. Hasil Pengumpulan Data Primer ............................................ 5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Gender di Area Prioritas .................................................................................. 5.3. Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi ...................................... 5.3.1. Persepsi SKPD ......................................................................... 5.3.2. Peran Media Massa Lokal ...................................................... 5.4. Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi .......................... 5.5. Sub Sektor Limbah Cair Domestik ....................................................... PENUTUP 6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 6.2. Rekomendasi .......................................................................................
BAB
BAB VI
233 234
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Tabel 2-2 Tabel 2-3 Tabel 2-4 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 2-5 2-6 2-7 2-8 2-9 Jumlah Kelurahan, RW dan RT menurut Kecamatan ............................ Administratif Kelurahan Dan Luas Wilayah ........................................... Jumlah Penduduk Kota Pontianak Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009 ............................................................................................ Jumlah Penduduk Pontianak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008 ..................................................................... Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Tahu 2008 .......... Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan .................................... Komposisi Lahan di Kota Pontianak Tahun 2008 .................................. Komposisi Luasan Sistem Lahan Di Kota Pontianak, tahun 2008 .......... Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2009 di Kota Pontianak .............................................................. PDRB Kota Pontianak Tahun 2004-2008 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha ................................................ Jumlah Perusahaan Usaha Perdaganagn Dan Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008 ..................................................... Mata Pencarian Dan Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008 ................................................................................... Jumlah Perusahaan Dan Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008 ................................................................................... Penduduk menurut Sektor Kegiatan Usaha Di kota pontianak tahun 2004-2008 ................................................................................... Penduduk menurut Sektor Pendidikan Di kota pontianak tahun 2004-2008 ................................................................................... Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pontianak Tahun 2004-2009 ............ Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pontianak Tahun 2004-2009 Menurut Kelurahan ............................................................................... Penduduk Berumur 5 (lima) Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan ................................................................. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa Kota Pontianak Tahun 2009 ............................................................................................ Indikator Derajat Kesehatan Kota Pontianak Tahun 2004 2008 ........ Kasus Gizi Buruk dan Kecamatan Bebas Rawan Gizi Di 11 11 14 14 15 15 22 23 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 29 29
Tabel 2-10 Tabel 2-11 Tabel 2-12 Tabel 2-13 Tabel 2-14 Tabel 2-15 Tabel 2-16 Tabel 2-17 Tabel 2-18 Tabel 2-19 Tabel 2-20 Tabel 2-21
Tabel 2-24 Tabel 2-25 Tabel 2-26 Tabel 2-27 Tabel 2-28 Tabel 2-29 Tabel 2-30 Tabel 3-1 Tabel 3-2 Tabel 3-3 Tabel 3-4 Tabel 3-5 Tabel 3-6 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 3-7 3-8 3-9 3-10 3-11 3-12 3-13 3-14 3-15 3-16 3-17 3-18 3-19
Kota Pontianak Periode 2004 2007 ..................................................... Jumlah Puskesmas Menurut Jenisnya di Kota Pontianak ...................... Hiv/Aids Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati, Dbd Ditangani Dan Diare Pada Balita itangani di Kota Pontianak Tahun 2008 ............................................................................................ Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Di Kota Pontianak Tahun 2008 .................................................................. Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata Dan Kecamatan Di Kota Pontianak ....................................................... Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Di Kota Pontianak Tahun 2008 .............................................................. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Di Kota Pontianak Tahun 2008 ............................ Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Kota Pontianak Hingga Tahun 2012 ................................................................................ Luas Wilayah Kota Pontianak Berdasarkan Sistem Lahan ..................... Fungsi-Fingsi Kegiatan di Kalimanatan Barat Tahun 2008 Sesuai RTRW .......................................................................................... Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009 .......................................................... Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 2008 ................................................................................ Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2009 ............................................................................................ Keluarga dengan Akses Air Bersih Menurut Kecamatan Tahun 2009 .... Proyeksi timbulan sampah Kota Pontianak Juni 2008 ........................... Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Pontianak Menurut Jenisnya Tahun 2004-2007 ................................................................................... Retribusi sedot tinja .............................................................................. Jenis TPS ................................................................................................ Data Volume sampah pada Pasar-Pasar ................................................ Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan ....................................... Jenis Dan Jumlah Armada Pengolahan Sampah .................................... Kondisi dan Lokasi TPS Tahun 2010 Wilayah Kota Pontianak ............... Saluran drainase per kecamatan ........................................................... Dimensi Saluran Primer ......................................................................... Saluran Primer ....................................................................................... Cakupan layanan PDAM ........................................................................ Jumlah Pelanggan Per Kelurahan .......................................................... Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran ............................................... Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota .....................................
30 31
Tabel 3-20 Tabel 3-21 Tabel 3-22 Tabel 3-23 Tabel 3-24 Tabel 3-25 Tabel 3-26 Tabel 3-27 Tabel 3-28
Tabel Tabel 5-1 5-3
Tabel 5-2
Distribusi Jumlah Sekolah dan Jumlah murid di Kota Pontianak menurut Kecamatan Tahun 2009. ............................... Perkembangan Nilai APBD Kota Pontianak Tahun 2005-2009............... Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009 ................................................................................... Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009 (sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN) .......... Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007 ....................................................... Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008 ....................................................... Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009 .................................................................... Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah ..... Daftar Pinjaman Pemerintah Kota Pontianak ....................................... Klasifikasi Kelurahan di Kota Pontianak ................................................ Area Beresiko Kota Pontianak Berdasarkan Data Sekunder .................
Matrik Kecamatan dan kelurahan berisiko berdasarkan data sekunder Dan EHRA ....................................................................................................
115 121 122 122 123 124 125 126 127 145 147
150
Tabel 5-4 Tabel 5-5 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel 5-6 5-7 5-8 5-9 5-10
Kecamatan dan Kelurahan Beresiko Berdasarkan Studi EHRA .............. Hasil Temuan dan Analisa Data Survei Partisipasi Masyarakat & Jender di Area Beresiko Tinggi ........................................................... Permasalahan Sektor Sanitasi ............................................................... Hasil Wawancara Narasumber Kunci .................................................... Stasiun TV di Kota Pontianak ................................................................. Surat Kabar di Kota Pontianak ............................................................... Radio FM di Kota Pontianak ..................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-1 Gambar 2-2 Gambar 2-3 Gambar 2-4 Gambar 2-5 Gambar 2-6 Gambar 2-7 Gambar 2-8 Gambar 2-9 Gambar 2-10 Gambar 2-11 Gambar 2-12 Gambar 2-13
Gambar 3-1 Gambar 3-2 Gambar 3-3
Peta Adminsitratif Kota Pontianak ...................................................... Peta Adminsitratif Kelurahan dan Kecamatan Kota Pontianak .......... Peta Lokasi Jalan dan Nama Jalan di Kota Pontianak tahun 208 ........ Peta Lokasi Parit dan Nama Saluran di Kota Pontianak, Tahun 2008 . Kepadatan Penduduk Kota Pontianak ................................................ Peta Sebaran Penduduk (daerah terbangun) ..................................... Peta Geografis Kota Pontianak ........................................................... Peta Lokasi Gambut Kota Pontianak dan Sekitarnya .......................... Peta Kualitas Air Tanah Kota Pontianak dan Sekitarnya ..................... Peta Sebaran Penduduk Miskin .......................................................... Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Peta RTRW Kota Pontianak 2002-2012 ............................................... Peta Booster PDAM dan Jaringan Pipa PDAM di Kota Pontianak .......
Peta Drainase Kota ................................................................................... Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada KAS Daerah Tahun 2000-2010 ...................................................................................... Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak ................................................... Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak (On Site) .................................... Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak (Off Site) .................................... Diagram Sistem Sanitasi : Drainase Lingkungan Kota Pontianak ............... Peta Lokasi TPA dan TPS Kota Pontianak .................................................. Sket Lokasi Pelayanan Sampah di Kota Pontianak .................................... Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak (off site) .......
10 12 13 13 16 16 17 19 20 28 40 42 43
62 68 70 71 72 73 83 89 92
Gambar 3-10 Gambar 3-11 Gambar 3-12 Gambar 3-13 Gambar 3-14 Gambar 3-15 Gambar 3-16 Gambar 4-1
Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak (on site) .............................. Peta Booster PDAM dan Jaringan Pipa PDAM di Kota Pontianak ....... Sistem Pengolahan Air PDAM ............................................................. Fluktuasi Pemakaian Air ...................................................................... Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007 . Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007 . Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007 . Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak
(off site) ............................................................................................... Gambar 4-2 Gambar 5-1 Gambar 5-2 Gambar 5-3 Gambar 5-4 Alur Sanitasi Air Limbah Kota Pontianak (on site) .............................. Peta Klasifikasi Kelurahan di Kota Pontianak ...................................... Peta Kecamatan Beresiko Berdasarkan Studi EHRA ........................... Peta Kelurahan Beresiko Berdasarkan Studi EHRA ............................. Diagram Penyaluran Linbah Cair Domestik ........................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan peningkatan produktivitas. Namun masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi yang meliputi air limbah - yang tidak terpisahkan dari penyediaan air bersih - persampahan dan drainase, masih berjalan sendiri-sendiri. Meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, tetapi masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah sehingga banyak terjadi tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbedabeda, di sisi lain masih banyak ditemui aspek sanitasi yang belum tertangani oleh siapapun. Hal tersebut seringkali membingungkan masyarakat sebagai penerima manfaat sekaligus pelaku pembangunan. Pelaksanaan pembangunan sanitasi sering berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu rencana besar yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Sementara masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan sanitasi. Sejalan dengan tuntutan dan cita-cita peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, dan di sisi lain tingkat pencemaran lingkungan semakin tinggi, serta keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri sehingga dampak negatif yang disebabkan oleh pemanfaatan lingkungan juga masih sangat tinggi, hal ini menyebabkan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Sanitasi tidak bisa dianggap sebagai urusan sepele, urusan sanitasi sama pentingnya dengan urusan-urusan yang lain. Belajar dari pengalaman, penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Perencanaan yang tumpang tindih, tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh
terulang lagi. Sanitasi harus ditangani secara multistakeholder dan komprehensif. Siapapun yang terkait dalam penyediaan layanan sanitasi di kota, harus dilibatkan secara aktif. Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia sudah harus merupakan upaya bersama yang terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, lembaga non pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah salah satu program untuk mewujudkan perencanaan dan pembangunan sanitasi yang komprehensif. Keterlibatan lintas sektor dalam pembangunan sanitasi dilakukan demi mewujudkan kondisi sanitasi yang lebih baik, baik dalam konteks nasional maupun internasional (dalam upaya pencapaian sasaran MDGs). Untuk maksud tersebut maka dibentuklah kelompok kerja (Pokja) sanitasi, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Pokja yang tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta, baik yang secara langsung terlibat dalam struktur pokja maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya. Di tingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) yang menyatukan 7 pemangku kepentingan utama dari lingkungan pemerintah (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Perindustrian). Di provinsi, Pokja Provinsi dibawah koordinator Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) provinsi akan menjadi titik pusat regional untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi. Di level kota, Pokja Sanitasi Kota dibentuk dan dikoordinatori oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota. Pokja sanitasi Kota Pontianak secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Walikota Pontianak Nomor 335 tahun 2010, tanggal 16 April 2010. Komposisi Pokja Sanitasi Kota Pontianak terdiri dari tim pengarah, tim teknis dan tim sekretariat. Dalam struktur tim pengarah, Walikota Pontianak bertindak sebagai Pembina, Kepala Bappeda sebagai Ketua, dengan anggota para Kepala Dinas dari 5 SKPD, Direktur Utama PDAM Tirta Khatulistiwa dan Ketua Komisi D DPRD Kota Pontianak. Tim teknis terdiri dari Kepala Kantor, para Kepala Bidang (Kabid), Kasubbid/Kasi dan staf, selain itu melibatkan PDAM, akademisi (Politeknik Kesehatan Pontianak) dan LSM (Asosiasi LPM), dibawah koordinasi Dinas PU dan Bappeda sebagai wakil koordinator. Sementara itu tim sekteratiat terdiri dari Kasubbid dan staf dari Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Pontianak. Pokja sanitasi kota adalah pihak yang menjadi penanggungjawab dalam mengembangkan perencanaan dan pembangunan sanitasi skala kota. Mereka memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah kota dan pihak-pihak non pemerintah, menghasilkan buku putih sanitasi kota, strategi sanitasi kota (SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kota. Sebagai langkah awal Pokja akan menyusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih komprehensif, integratif, inovatif dan melibatkan masyarakat sehingga sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Pembangunan sanitasi tidak hanya ditekankan pada pembangunan sarana fisik tetappi ada hal lain yang perlu dilakukan agar sarana tersebut
bermanfaat secara berkelanjutan. Proses perencanaan harus dilakukan dengan melihat permasalahan yang muncul baik masalah yang terkait dengan aspek teknis maupun aspek non-teknis secara menyeluruh, sehingga solusinya pun akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
1.2.
Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Atau dapat diartikan sebagai upaya pembuangan limbah cair dan limbah padat tanpa mencemari lingkungan. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Pontianak adalah sebagai berikut: 1. Blackwater; limbah rumah tangga yang bersumber dari WC. 2. Grey water; limbah rumah tangga non kakus (WC) yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. 3. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septic-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. 4. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 5. Penanganan drainase kota dengan memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan (mengurangi genangan). 6. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah kota Pontianak untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air hujan.
1.3.
Buku Putih Sanitasi Kota yang disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Pontianak ini dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas atau arah pengembangan kota dan masyarakat Kota Pontianak yang terjadi pada saat ini (kondisi existing). Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan komprehensif karena merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak ini menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan
kebutuhan sanitasi Kota Pontianak, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kota Pontianak dalam manajemen kegiatan sanitasi. Adapun tujuannya adalah untuk mendorong terjadinya perencanaan dan pembangunan sanitasi yang lebih komprehensif dengan memperhatikan aspek teknis dan non teknis. Buku putih sanitasi Kota Pontianak adalah data dasar tentang kondisi sanitasi kota saat ini yang akan sangat berguna bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pontianak dan pelaksanaan monitoring evaluasi program-program sanitasi. Buku putih yang berisi pemetaan situasi sanitasi kota merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zona-zona sanitasi di tingkat kota. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kota Pontianak. Pada masa mendatang strategi yang telah dirumuskan akan diterapkan dalam tahap implementasi. Kemitraan dari berbagai pihak baik masyarakat, lembaga non pemerintah, kalangan akademisi maupun pihak swasta, baik di level kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini.
1.4.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Pemetaan awal (melalui lokakarya) Rapat-rapat konsultasi Survey/studi (pengumpulan data primer) Pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan hasil studi (terutama studi EHRA) Penetapan area bersisiko tinggi dan analisa penyebab utama masalah sanitasi Draft buku putih Rapat Konsultasi Finalisasi buku putih Buku putih sanitasi Kota Pontianak
- Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah Kota Pontianak, Tahun 2009 - Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah Kota Pontianak, Tahun 2009 - Laporan-laporan kegiatan tahunan SKPD
1.5.
Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kota Pontianak. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak Tahun 2010 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kota. Permasalahan sanitasi yang dipaparkan dalam buku putih dikembangkan menjadi suatu strategi perencanaan pembangunan sanitasi kota.
1.6.
Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak berpijak pada beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun daerah, yang meliputi : Undang-Undang 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota. Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2004-2009 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2005 Tentang Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL 3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan 4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 409/KTPS/Thun 2002 tentang Pedoman Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan air minum 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. 3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan. 4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih. 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan. 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. 7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. 8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara 9. Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. 10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi. 11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK Peraturan Daerah Kota Pontianak 1. Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2008 tentang Bangunan Gedung di Kota Pontianak 2. Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2008 tentang Bidang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Pontianak 3. Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun Anggaran 2010 Peraturan Walikota Pontianak 1. Peraturan Walikota Pontianak Nomor 51 tahun 2009 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pontianak Tahun Anggaran 2010
1.7.
Sistematika Laporan
Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak terdiri dari 6 Bab, disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I. Pendahuluan Di dalamnya meliputi latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan, metodologi, kedudukan buku putih, dasar hukum dan sistematika penyusunan buku putih sanitasi Kota Ponianak. Bab II. Gambaran Umum Kota Pontianak Menggambarkan kondisi umum Kota Pontianak yang meliputi kondisi adminsitratif, geografis, topografi, keadaan kependudukan dan sosial ekonomi masyarakatnya,
kondisi kesehatan, visi misi kota, struktur pemerintahan dan tinjauan tata ruang kota Pontianak. Sebagian besar dipaparkan dengan angka-angka yang menggambarkan kondisi Kota Pontianak 3 5 tahun terakhir. Bab III. Profil Sanitasi Kota Pontianak Memuat kondisi sanitasi kota yang meliputi pengelolaan limbah cair, limbah padat (sampah), saluran drainase, penyediaan air bersih dan kondisi sanitasi lainnya seperti limbah industry, limbah medis, sarana sanitasi di sekolah dan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta aspek pendanaan sanitasi kota baik pembiayaan maupun pendapatannya. Aspek sanitasi kota tersebut dipaparkan secara lengkap mulai dari landasan hukumnya, kelembagaan yang menanganinya, cakupan layanannya, teknis dan operasionalnya, peran serta masyarakat dalam pengelolaannya, dan permasalahan yang selama ini terjadi dalam pengelolaan aspek tersebut. Bab IV. Rencana Program Pengembangan Sanitasi Berisi paparan tentang visi dan misi sanitasi Kota Pontianak, Strategi penanganan masalah dan rencana peningkatan sanitasi kota yang terdiri dari sub sektor limbah cair, limbah padat, saluran drainase, penyediaan air bersih dan PHBS masyarakat, yang selama ini telah dirumuskan oleh Pemerintah dan SKPD terkait baik yang telah tertuang dalam RPJM maupun RPIJM Kota Pontianak. Bab V. Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi Bab ini merupakan paparan dari temuan hasil studi EHRA, sehingga dapat ditentukan area yang sanitasinya paling berisiko, permasalahan utama yang menyebabkannya dan opsi pengembangan sanitasi skala kota sebagai solusinya. Selain EHRA, dimuat juga hasil studi keterlibatan sektor swasta dan pemetaan media. Bab VI. Kesimpulan dan Rekomendasi Merupakan bab penutup, yang menyimpulkan temuan-temuan penting serta harapan dan saran untuk peningkatan setiap sub sektor sanitasi Kota Pontianak.
ota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat, secara administatif dibagi menjadi 6 kecamatan (Kecamatan Pontianak Selatan, Pontianak Tenggara, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Kota dan Pontianak Utara), 29 kelurahan, 509 Rukun Warga (RW) dan 2.218 Rukun Tetangga (RT).
Gambar 2-1 Peta Adminsitratif Kota Pontianak
| 10
| 11
| 12
3.722 ha
1.661 ha
1.598 ha
878 ha
1.514 ha
1.422 ha
| 13
Gambar 2-3 Peta Lokasi Jalan Dan Nama Jalan Di Kota Pontianak, tahun 2008
01'29"
Jl. Pe
n Na sio na l
nun jan g
01'29"
Ata s II
Jl . Pe nu nj ang Ata s I
SK ALA = 1 : 100.000
KETERANGAN :
000'30"
Jl Fl ora
as II
Be tun
Te lu
J l Oto t Ah mad
J l 28 Okto ber
m Ba
ha ng
J l. D arm
J l UKA
Jl
a P ura
li M
Jl. Sa
J l Keb an gki ta
Jl ns Ta AD
Tama J t
Be l it ar
J l. Te bu/
J l. Sawo
Jl . P
en ta
02'29"
ru
s sma a ha ar Th J l Um s ng ai ar Pu da Dam n t gk h l. a ka a J Lin g P J l Sepa mz n l. a J U ju H Jl. Jl Jl. in Jl Dr. se Ja Su W mb Hu ka ah mu i Jl. idi lya n
J l.
an Tabr
B ali
a r1 Lu
m ke s
as
I II J l.P
Ar en
J l.
J l.
tu r Tri
J l Peri ntis
us ke
Jl. Lat if
Ke mer
ip Jl N
ah
i A ch
ma
l.
in Kun
a rs o
J l. Pa rit M
d ekaa n
Sr ik
Su d
J l.
ak m
ay a
Jl. Ap e
ur awa rsa l
000'30"
Jl. Kare t
Jl P eta
ar gk Lu ar2
Jl. Ko m
Se la tS um
Jalan Pontianak
Administratif Line Sungai Kapuas
l Ko
Jl
Yo s
Jl Se lat
ba
Jl. K lis tu ha
J l.
a rt M Jl.
Jl.
a tiw
na adi ta
d ra ma gp u am n l im a u h a n ju Tas Mad Jl tM . T ah Sl Jl Gaj Jl. Jl. ura tim Pa Jl. i ar en K Jl yim J l. M erd eka as tH ahi am
ah t Ha nz Jl. Gs
J l.
W Jl.
D Jl.
J l. H M Suw ig nyo
ar a
ad P Jl.
H it
na u
Jl N
Ke s eh a ta M oro n d J l. ad Se iI ra
Jl. Ilh a
J l.
Pe rd a
bd u
II
M o f. Pr Jl. Jl N ir ba
min Ya
J l.
J l.
a am rn ya Pu Kar J l. Jl.
Me d
aw aw i
rya Jl . Su
Da y
at Ka
Jl. A es ks
ni Ta
ry a
J l.
Jl
y ra U
ng ju an
Jl.
u ap
Im
as
02'29"
am
R a ay
II
r. D to Su
n Bo
P Jl
II
ia
Da
J l.
J l.
na
J l.
am a
l.
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
J l.
un
ga i
Ra
ya D ala
04'28"
Pa re
J l.
an g
tH
Jl. Pa r it
J l.
ep
ng
a ka t
um a
II J l.
urn
J l.
De m
us
Gambar 2-4 Peta Lokasi Parit Dan Saluran Di Kota Pontianak, tahun 2008
PETA LOKASI SUNGAI DAN PARIT DI KOTA PONTIANAK
Jl. Lin
A Jl
ad
ni
Jl. A p m era
l jo
at
i an Y
a ary
Jl N a us Ka ry a
H Jl is Ra
ya
Jl T
m Je
ta ba
as pu Ka
II
109 21'49"
J l. A di S
ip uc to
04'28"
109 23'48"
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
109 21'49"
109 23'48"
01'29"
01'29"
ng A tas II
SKALA = 1 : 100.000
Jl Kebang kitan
Fl or
Nasional
KETERANGAN :
Jl
Jl ns Ta
M as
Be
Jl .
Jl Ot ot A hmad
Be lita r
/ Tamat
Jl.
Ma km ur J l. Pa w ar
Jl. T ebu
Jl. S awo
ay a
J l.
Lin
ar gk
1 ar Lu
J l.
J l.
us
ein
A re n
m Ha
za
sk Pu Jl.
ma es
s II
l.P I J
u sk
e sm
as
Th ah a
Jl.
La ti
Jl Perint is Kem
J l.
Ta
b ra
ni A
c hm
ad
an A .R ahm Jl . Rais
Jl Se lat
Ba li
erdek aan
so
J l. Pa rit
u n in ah K N ip Jl
Sr ik
sS
J l.
Ap el
Jl.
Ko m
Se la tS
s al
000'30"
Jl. Karet
U Jl g jun Pa nd
Jl 28 Okt ober
Jl UKA
J l Ko m
Jl. Dar
ma P ura
Ba li
Jl
T el
Sa ha n
000'30"
Jl. S elat P anj ang
Yo
Jl Paret P angeran B
J l.
ud ar
hm ut Ma Jl . Sit
ud
tu n g
II
uk
Jl
um
a ti w
ba
AD
Jl . tu ha K
lis
J l. M
ai
a ta d in ar ta
Jl. Merdeka
Jl i ar en K
Jl. S lt
Jl. Gs
Jl .
Jl.
Jl. HM Suwignyo
m ar Jl U
T ri Jl.
tu ra
t Han z ah
ra Da
ah it H y im as
Jl.
H ita
g an
k at e pa Jl S
D am
Jl
ta ru m
02'29"
Jl .
Jl. Jl. D r. Ja S W m u ka bi ah m id ul in ya
Jl.
nt i e ra M
at P ad
Jl.
rm Pa
an
J l.
H ija
P Jl.
le l ar a
To
lI
Ka a ry
Jl .
ni
A ks
Jl.
Da na uS
Jl
Se ra m
Me d ia
Na w
Jl.
en
T M
ry Ha
aw
J l.
na l
rya J l. Su
J l.
ta n
Da ya
Ke se ha
Pe rd an a
J l.
tH
Ab du l
ba
ars o
J l. Jl
M or od
J l.
J l.
J l.
J l.
am
ro P
ad iI
Jl.
Ilh
f.
ru am Ba urn ya Kar J l.
Se R pa ac ka hm tI an Sa le H us h e in I
Ya
J l.
as
in
io
S ut Jl.
P em Jl
da
Ta Jl
J l.
g jun an T Jl.
es
Ur
Ks
ay
s ua ap
Jl.
J l.
n bu Tu
w Ba
Jl.
M J l. Jl . A di Su c
us
uf
02'29"
am Im
Su
Jl.
er a m at i es la w Su
Ra
re
II
am a
Se pa ka t II
rn
um
J l.
J l.
Jl T
RS Su d
Pa
J l.
Pu
J l.
II
J l.
J l.
tD
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
J l.
Su
ng ai R
aya
Da la m
04'28"
an g
Pa ret H
em
Hus
P a ri
ein
J l.
JlP i etan
Jl .
II
ad
D r. o m to Su
ya
B jo on
Jl P
II
Jl
at ad
ar2 Lu ar gk Lin
ry Ka
an
ip to
Jl sa Nu
m A ra pe
Ka
Nir
ya
Jl
is Ra
a ry
Jl . A di
an g
Jl.
Je
n ta ba m
ua ap
II
c ip Su to
04'28"
109 21'49"
109 23'48"
| 14
2.2.
Kondisi Demografis
Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir yaitu periode 2008-2009 terdapat peningkatan sebesar 0.009%. Pada tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 565.789 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 286.876 jiwa atau 50,70 % dan penduduk perempuan sebanyak 278.913 jiwa atau 49,30%, sedangkan pada tahun 2009 jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 595.601 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 302.924 jiwa atau 50,86 % dan penduduk perempuan sebanyak 292.677 jiwa atau 49,14%.
Tabel. 2-3 Jumlah Penduduk Kota Pontianak Berdasarkan Kecamatan Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Utara Pontianak Kota Pontianak Tenggara Jumlah Jumlah penduduk Laki-laki Perempuan 47.307 46.450 41.297 39.615 67.442 64.507 65.940 62.172 57.751 57.236 23.187 22.697 302.924 292.677
Peningkatan jumlah penduduk di Kota Pontianak lebih disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi dari daerah khususnya kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Barat mapun daerah di luar Kalbar yang mencari matapencaharian di Kota Pontianak.
Tabel. 2-4 Jumlah Penduduk Pontianak Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008
No. 1 2 3 4 5 6 Kelompok Umur 0-4 5-9 10 - 14 15 - 49 50 - 64 65+ JUMLAH Laki-laki 26.947 25.765 26.543 144.469 27.311 11.013 262.049 Perempuan 26.132 25.059 26.185 143.408 27.225 11.511 259.520 Total 53.079 50.824 52.728 287.877 54.536 22.524 521.569
Berdasarkan kelompok umur jumlah penduduk di Kota Pontianak pada tahun 2008 yang terbesar berada pada kelompok umur 15 - 49 tahun dengan jumlah keseluruhan mencapai 287.877 orang, hal ini mengartikan bahwa sebahagian besar penduduk di Kota Pontianak tergolong pada kelompok umur produktif sedangkan jumlah penduduk dengan kelompok
| 15
umur di atas 65 tahun atau kelompok umur yang sudah memasuki masa tua adalah yang paling sedikit dengan jumlah keseluruhan mencapai 22.524 orang.
Tabel. 2-5 Jumlah Penduduk Pontianak Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Tahun 2008
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kecamatan
Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Utara Jumlah Sumber: Pontianak dalam angka 2009
Dengan jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak 521.569 jiwa dan luas wilayah Kota Pontianak yang hanya 107,82 km2, kepadatan penduduk Kota Pontianak menjadi 4.837 jiwa/km2 atau ada peningkatan sebesar 12,28% dibanding kondisi pada tahun 2000.
| 16
Kecamatan yang terpadat penduduknya berada di Kecamatan Pontianak Timur yaitu 8.034 jiwa/km2 dengan kelurahan terpadat di Kelurahan Tanjung Hilir yaitu 35.090 jiwa/km2.
Gambar 2-5 Peta Kepadatan Penduduk Kota Pontianak
01'29"
01'29"
SKALA = 1 : 100.000
5.651 Jiwa/Km2
000'30"
5.651 Jiwa/Km2
02'29"
2.795 Jiwa/Km2
04'28" 04'28"
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
109 21'49"
109 23'48"
| 17
2.3.
Kondisi Geografis
Kota Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 1771 bertepatan dengan tanggal 14 Radjab 1185, sampai dengan saat ini merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 107,82 km2. Wilayah terluas adalah Kecamatan Pontianak Utara yaitu 37,22 km2 (34,52%) sedangkan wilayah yang terkecil adalah Pontianak Timur yaitu 8,78 km2 atau hanya 8,14% dari luas Kota Pontianak secara keseluruhan. Kota Pontianak berbatasan langsung dengan Kabupaten Pontianak serta Kabupaten Kubu Raya, yaitu: Bagian utara Bagian Selatan Bagian Barat Bagian Timur : : : : berbatasan dengan Kec. Siantan, Kab. Pontianak berbatasan dengan Kec. Sungai Raya Kab. Kubu Raya dan Kec. Siantan Kab. Pontianak berbatasan dengan Kec. Sungai Kakap, Kab. Kubu Raya berbatasan dengan Kec. Sungai Ambawang, Kab. Kubu Raya
Letak Kota Pontianak memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang ada di Indonesia, ini dikarenakan Kota Pontianak berada di posisi garis khatulistiwa yaitu 00 02 24 Lintang Utara sampai 00 05 37 Lintang Selatan dan 1090 16 25 Bujur Timur sampai 1090 23 24 Bujur Timur. Keunikan lainnya adalah Kota Pontianak berada tepat dipersimpangan Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak dengan lebar rata-rata setiap permukaan sungai 400 meter dan kedalaman air antara 12 16 meter. Selain ketiga sungai besar tersebut, di dalam wilayah Kota Pontianak banyak terdapat sungaisungai kecil atau parit yang jika dijumlahkan terdapat 33 sungai kecil/parit. Sungai/parit
| 18
tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang sarana transportasi.
Gambar 2-7 Peta Geografis Kota Pontianak
2.4.
Kondisi Topografi
Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian permukaan tanah berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut. Dengan ketinggian permukaan wilayah tersebut maka Kota Pontianak sangat dipengaruhi oleh pasang surut air sungai sehingga mudah tergenang. Kota Pontianak terbelah menjadi tiga daratan dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak dengan lebar 400 meter, kedalaman air antara 12 meter sampai dengan 16 meter, sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250 meter. Sungai ini selain sebagai pembagi wilayah fisik kota juga berfungsi sebagai pembatas perkembangan wilayah yang mempunyai karakter berbeda. Kurangnya jaringan penghubung yang dapat mengkoneksikan antar ketiga bagian wilayah kota Pontianak menyebabkan wilayah kota seperti terkotak-kotak dengan fungsi dan perkembangan yang berbeda-beda. Maka dari itu infrastruktur pendukungnya seperti jaringan jalan dan jembatan sangat berperan besar dalam mengimbangi perkembangan antar wilayah kota. Pontianak terdiri dari bentangan dataran rendah, dengan ketinggian 0,1 1,5 m di atas permukaan laut. Seperti pada umumnya daerah tropis, Kota Pontianak mempunyai suhu rata-rata 26,10C - 27,40C dengan kelembaban udara berkisar antara 86 % - 92 % serta lama penyinaran matahari berkisar antara 34% - 78%. Curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3000 mm - 4000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.
| 19
Kedudukan Kota Pontianak yang terletak pada dataran delta di Muara Sungai Kapuas yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian hanya 0,1 1,5 dpl dan dengan curah hujan yang cukup tinggi, menyebabkan Kota Pontianak rentan terhadap genangan baik yang disebabkan oleh air pasang maupun hujan. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu yang tertinggi (berkisar antara 28 32 derajat C dan suhu ratarata pada siang hari 30 derajat C). Hasil Pencatatan dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak menunjukkan rata-rata kecepatan angin di Pontianak dan sekitarnya pada tahun 2008 adalah 5 sampai 6 knots per jam, sedangkan temperatur suhu udara rata-rata berkisar antara 25,3 C sampai dengan 27,1 C. Pada tahun 2008 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari dengan curah hujan sbesar 426.1 mm. Sedangkan tekanan udara berkisar antara 1.008,4 milibar (mb), dimana tekanan udara terbesar terjadi pada bulan februari yaitu sebesar 1.010,2 mb. Berikut data perkembangan kondisi klimatologi Kota Pontianak:
0 0
2.5.
Jenis tanah di Kota Pontianak terdiri dari jenis tanah Organosol, Gley, Humus dan Aluvial dengan karateristik masing-masing berbeda satu dengan yang lainnya. Pada wilayah tanah yang bergambut ketebalan gambut dapat mencapai 1 6 meter, sehingga menyebabkan daya dukung tanah yang kurang baik apabila diperuntukkan untuk mendirikan bangunan besar ataupun untuk menjadikannya sebagai lahan pertanian. Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian permukaan tanah berkisar antara 0,10 meter sampai 1,50 meter diatas permukaan laut. Dengan ketinggian permukaan wilayah tersebut maka Kota Pontianak sangat dipengaruhi oleh pasang surut air sungai sehingga mudah tergenang. Gambar 2-8 Peta Lokasi Gambut Kota Pontianak dan Sekitarnya
| 20
Kota Pontianak terbelah menjadi tiga daratan dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak dengan lebar 400 meter, kedalaman air antara 12 sampai dengan 16 meter, sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250 meter. Sungai ini selain sebagai pembagi wilayah fisik kota juga berfungsi sebagai pembatas perkembangan wilayah yang mempunyai karakter berbeda. Kurangnya jaringan penghubung yang dapat mengkoneksikan antar ketiga bagian wilayah kota Pontianak menyebabkan wilayah kota seperti terkotak-kotak dengan fungsi dan perkembangan yang berbeda-beda. Maka dari itu infrastruktur pendukungnya seperti jaringan jalan dan jembatan sangat berperan besar dalam mengimbangi perkembangan antar wilayah kota. Kota Pontianak terbagi menjadi 3 wilayah bagian oleh Sungai Kapuas Besar, Kapuas Kecil dan Sungai Landak yaitu bagian utara meliputi Kecamatan Pontianak Utara, bagian timur meliputi Kecamatan Pontianak Timur dan bagian selatan meliputi Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Pontianak Barat. Berdasarkan pembagian wilayah tersebut sistem jaringan drainase dibentuk oleh 3 sungai besar, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Pada masing-masing wilayah bagian terbentuk jaringan drainase regional. Mengingat dalam sistem drainase regional bagian selatan terdapat saluran primer yang cukup banyak, maka dibagian selatan dibagi menjadi 4 subsistem jaringan drainase yaitu subsistem Sungai Belitung, subsistem Sungai Jawi, subsistem Sungai Tokaya dan subsistem Sungai Raya.
| 21
Gambar 2.5.b Peta Kualitas Air Tanah Kota Pontianak dan Sekitarnya
2.6.
Klimatologi
Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu yang tertinggi (berkisar antara 28 32 derajat C dan suhu ratarata pada siang hari 30 derajat C). Hasil Pencatatan dari Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak menunjukkan rata-rata kecepatan angin di Pontianak dan sekitarnya pada tahun 2008 adalah 5 sampai 6 knots per jam, sedangkan temperatur suhu udara rata-rata berkisar antara 25,3 C sampai dengan 27,1 C. Pada tahun 2008 hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari dengan curah hujan sbesar 426.1 mm. Sedangkan tekanan udara berkisar antara 1.008,4 milibar (mb), dimana tekanan udara terbesar terjadi pada bulan februari yaitu sebesar 1.010,2 mb. Berikut data perkembangan kondisi klimatologi Kota Pontianak:
Tabel 2.6.a
0 0
| 22
Jumlah Hari Hujan dalam Setahun (hari) 190 204 168 233 215
Curah Hujan
Min 79 85 81 83 84
Max 90 91 90 90 95
2.7
Kota Pontianak mempunyai sungai-sungai dan parit yang berjumlah 42 sungai/parit. Paritparit yang cukup banyak tersebut menyebar secara merata hampir di seluruh pelosok kota sehingga dikenal pula dengan julukan Kota Seribu Parit. Pemerintah Belanda membangun parit-parit, untuk mengatasi kondisi alam Pontianak yang berawa. Sungai dan parit tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat Kota Pontianak untuk keperluan sehari-hari dan sebagai penunjang sarana transportasi. Sungai dan sejumlah parit Kota Pontianak yang sangat berkaitan dalam satu kesatuan sistem hidrologi. Wilayah perkotaan dipengaruhi oleh pasang surut air Sungai, sehingga jika pasang bersamaan dengan intensitas hujan yang tinggi sering kali menimbulkan banjir. Data sebaran sungai dan parit di Kota Pontianak dapat dilihat pada. Kota Pontianak memiliki sungai terpanjang di Indonesia sepanjang 1.143 km, sungai itu bernama Sungai Kapuas. Dengan panjangnya, sungai ini menghubungkan setiap kabupaten yang dilintasinya. Sungai ini termasuk kaya, ini terbukti adanya beberapa tambang emas yang mencemari sungai indah ini dengan kandungan mercury yang membahayakan kesehatan. Ini dikarenakan, sungai ini menjadi urat nadi masyarakat setempat. Airnya biasanya diminum, untuk mandi, mencuci, bahkan keperluan pembuangan masyarakat. Lintasannya yang panjang digunakan sebagai jalur transportasi air. Tidak heran hampir setiap saat, kapal bermotor, sampan, kapal tongkang pengangkut kayu dan bahan bakar, jet speed express, kapal nelayan bahkan kapal muatan antar provinsi melintasi sungai ini. Sungai ini juga menjadi rumah bagi lebih dari 300 jenis ikan, satu di antaranya adalah ikan kerapu.
2.8
| 23
Kota Pontianak dilalui oleh sistem aliran Sungai Kapuas yang mana sebagian besar mempunyai permukaan tanah yang rendah mempunyai komposisi lahan basah yang dipengaruhi oleh sistem aliran permukaan dan kemampuan tanah dalam meresap air. Wilayah Kota Pontianak berdasarkan sistem Lahan Repport diklasifikasikan dengan kondisi lahan seperti tabel berikut:
Tabel 2-7 Komposisi Lahan Di Kota Pontianak, tahun 2008
No 1
Keterangan Mempunyai kemiringan rata-rata < 2 % Kedalaman gambut 26 50 cm Berada pada ketinggian 0 25 m dengan batas ketinggian 0 10 m Berlokasi pada topografi pantai rata dan daerah yang dibelah oleh sungai air tawar Tanah ini berasal dari deposisi laut saat ini (bergaram) dan sungai muda/gambut topografi, gabungan daratan muara sungai, sungai dan pantai. Jenis tanah : Tropaquents, fluvaquents dan tropohemists Tanah ini sesuai untuk lahan kering, lahan basah, perikanan, pengairan sawah pasang surut dan kehutanan Mempunyai kemiringan rata-rata < 2 % Kedalaman gambut 51 200 cm Berada pada ketinggian 1 30 m dengan batas ketinggian 1 10 m Berlokasi pada daerah rawa gambut dangkal Jenis tanah : tropohemists, troposaprists, dan Tropaquents Sistem mendawai memiliki potensi sebagai hutan produksi yang dikelola dengan ketat dan menerapkan tebang pilih
5 6 7
Rawa - rawa
Mendawai (MDW)
1 2 3 4 5 6
Menurut Repprot, rawa sistem Mendawai dan Gambut bersama dengan lembah-lembah berawa dari sistem belitu tidak memilki nilai pertanian. Sistem gambut juga demikian, direkomendasikan untuk dilindungi secara penuh karena fungsi hidrologi dan sumber daya yang dimilikinya dan juga karena ketidaksesuaiannya bagi pertanian. Komposisi tanah Alluvial (Kahayan) sebagian besar berlokasi pada tepian Sungai Kapuas. Komposisi tanah wilayah Kota Pontianak didominasi oleh jenis tanah alluvial Kahayan dengan ketebalan gambut 26 - 50 centimeter. Adapun komposisinya berdasarkan sebagai wilayah administrasi adalah sebagai berikut :
| 24
Tabel 2-8 Komposisi Luasan Sistem Lahan Di Kota Pontianak, tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Utara Jumlah 2008 Luas Wilayah (ha) 1,454 1,483 878 1,694 1,551 3,772 10,782 Mendawai (ha) 114 Kahayan (ha) 1,454 1,369 878 1,694 1,551 3,184 10,130
538 652
2.9.
Sebagian besar penduduk Kota Pontianak bekerja di sektor perdagangan, perhotelan dan rumah makan yaitu sebesar 35.82% dengan komposisi laki laki sebanyak 33.11% dan perempuan sebanyak 40.46%, sedangkan mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh masyarakatnya adalah bidang pertanian yaitu sebesar 4.66% dari jumlah keseluruhan penduduk yang sudah bekerja. Berikut adalah tabel proporsi penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan.
Tabel.2-9 Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2009 Di Kota Pontianak No. 1 2 3 4 5 6 Lapangan Pekerjaan Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, perhotelan, restoran dan rumah makan Jasa Kemasyarakatan Angkutan Lainnya Kota Pontianak Jenis Kelamin Laki- Laki Perempuan 5.05 3.97 7.65 7.21 33.11 40.46 25.05 45.81 12.78 2.03 16.37 0.52 100.00 100.00 Jumlah 4.66 7.49 35.82 32.71 8.81 10.52 100.00
Lapangan kerja yang banyak dimasuki oleh sebagian besar Kota Pontianak tersebut memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Selain sektor perdagangan, hotel dan rumah makan, sektor lain yang mendominasi adalah sektor jasa-jasa, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Tabel. 2-10 PDRB Kota Pontianak Tahun 2004-2008 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha
No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
| 25
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan galian Industri Pengolahan Listrik, Gas &Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Jasa Jasa PDRB Konstan Pertumbuhan PDRB per tahun
2004 30.661,18 416.114,15 29.261,44 800.698,59 1.096.950,47 1.001.143,88 528.280,02 1.069.604,90 4.972.714,62 4,91%
2005 30,522.11 436,336.37 30,965.96 849,781.41 1,152,610.15 1,053,690.84 558,431.38 1,102,887.88 5,215,226.10 4.88 %
2006 30,915.84 465,891.92 31,444.98 895,174.56 1,216,596.70 1,103,077.28 585,737.58 1,149,024.87 5,477,863.73 5.04 %
2007 32.127,36 489.225,24 33.039,40 943.027,49 1.297.527,48 1.177.729,88 616.833,89 1.196.520,98 5.786.031,73 5.63
2008 32.737,78 515.741.,25 34.592,25 995.365,52 1.375.379,13 1.230.727,72 643.357,75 1.250.364,42 6.078.265,82 5.05%
Sebagai pusat perdagangan Kota Pontianak meliputi usaha perdagangan besar, kecil dan exsportir tertuang dalam table berikut :
Tabel. 2-11 Jumlah Perusahaan Usaha Perdaganagn Dan Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008
Perdagangan Besar Kec Perush Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Utara 103 22 46 213 50 Tenaga Kerja 993 78 442 1,363 310 Pedagang Eceran Perush 3,888 1,971 3,317 5,230 2,637 Tenaga Kerja 10,446 3,211 4,566 12,171 5,392 27 435 25 280 Exsportir Dan Importir Tenaga Perush Kerja 2 155 Jumlah Perush 3,993 1,993 3,363 5,468 2,687 17,504 Tenaga Kerja 11,594 3,289 5,008 13,814 5,702 39,407
Jumlah 434 3,186 17,043 35,786 Sumber : Kecamatan Dalam Angka di Kota Pontianak Tahun 2009
Selain itu juga terdapat industry besar sedang mikro dan kecil Seperti tertuang pada penjelasan table berikut : Tabel. 2-12 Mata Pencarian Dan Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008
No 1 Jenis Kegiatan Angkatan Kerja - Bekerja - Mencari Kerja Jumlah 76,264 3,100 79,364 190837 26124 216,961 196184 33652 229,836 207344 31412 238,756 207557 23602 231,159 2004 2005 2006 2007 2008
| 26
Bukan Angkatan Kerja - Sekolah - Mengurus Rumah Tangga - Lainnya Jumlah Total Persentase bekerja Terhadap Angkatan Kerja Persentase Angkatan Kerja Terhadap Penduduk 15 Tahun Ke Atas 56,962 61,546 23,135 141,643 221,007 96.09 43427 81167 23731 148,325 365,286 87.96 82519 81167 22017 185,703 415,539 85.36 48429 81035 21770 151,234 389,990 86.84 51045 78703 20811 150,559 381,718 89.79
35.91
59.39
55.20
61.14
60.56
Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009 Keterangan : *) : penduduk berumur 10 Tahun Keatas Tabel. 2-13 Jumlah Perusahaan Dan Jumlah Tenaga Kerja Di Kota Pontianak Tahun 2004-2008 No 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Utara Industri Besar Dan Sedang Perusahaan 3 2 1 2 5 18 Tenjaaga Kerja 144 57 42 81 111 2,396 Industri Mikro Dan Kecil Perusahaan 599 657 651 674 478 3,059 Tenaga Kerja 1,690 1,347 1,660 1,901 1,405 8,003
Jumlah 31 2,831 Sumber : Kecamatan Dalam Angka di Kota Pontianak Tahun 2009
Sebagai Ibukota Provinsi, Kota Pontianak menjadi daya tarik utama pergerakan penduduk sehingga mempunyai mobilitas yang tinggi, dengan kondisi demikian tentunya Kota Pontianak juga menjadi lahan utama dalam memperoleh pekerjaan. Berdasarkan data Kota Pontianak dalam angka tahun 2009 persentase penduduk yang bekerja sebanyak 207.557 jiwa atau 89,79 % dari keseluruhan angkatan kerja atau 39.79 % dari keseluruhan penduduk Kota Pontianak telah bekerja.
Tabel. 2-14
| 27
5 6
Angkutan Lain-lain
Sebagai wilayah Urban dengan tingkat migrasi yang tinggi Kota Pontianak menjadi tujuan utama untuk mencari lapangan pekerjaan dari berbagai tingkat pendidikan. Dari berbagai tingkat pendidikan jumlah pencari kerja terbesar adalah tinkatan Sarjana (S1 dan S2), hal ini di karenakan sebagian besar perguruan tinggi berada di Kota Pontianak dan ini juga menunjukkan bahwa kualifikasi lowongan pekerjaan yang ada semakin meningkat. Tabel. 2-15
Pontianak Selatan 3 24 Pontianak Tenggara 1 9 Pontianak Timur 1 9 Pontianak Barat 4 41 Pontianak Kota 1 26 Pontianak Utara 4 22 Total 2008 14 131 2007 13 65 2006 18 49 2005 7 56 Sumber : Kota Pontianak Dalam Angka Tahun 2009
Meskipun lebih dari 50% penduduk Kota Pontianak merupakan usia produktif namun persoalan kemiskinan tetap menjadi salah satu bagian dari dinamika kehidupan masyarakat Pontianak. Seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Pontianak pun menerima program penanggulangan kemiskinan yaitu Program Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dari data penerima manfaat program BLT diketahui bahwa seiring dengan laju pertumbuhan penduduk maka proporsi penduduk miskin dari periode 2004 sampai 2007 relative mengalami peningkatan. Namun dari tahun 2007 ke 2008 secara berangsur jumlah penduduk katagori miskin itu berkurang. Di tahun 2009 dari keseluruhan jumlah penduduk sekitar 12,32% diantaranya tergolong penduduk miskin dan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka hal itu mengalami penurunan dimana proporsi penduduk miskin di tahun 2008 ada sekitar 14,41%. Berikut adalah jumlah penduduk miskin berdasarkan data penerima BLT.
Tabel. 2-16 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pontianak Tahun 2004-2009
No 1 Tahun 2004 Jumlah Pddk 478,740 Jumlah KK 131,241 KK Miskin 20,892 % 15.92 BLT/Raskin (KK) 8.567 % 41.01
| 28
2 3 4 5 6.
2005 494,441 136,433 21,130 2006 513,645 140,354 21,368 2007 523,485 135,192 21,474 2008 565.789 136.747 19.700 2009 595.601 159.868 19.700 Sumber : Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Pontianak
Penduduk yang dikatagorikan miskin tersebar di semua kecamatan, dan menurut data penerima BLT maka penduduk miskin terbanyak berada di wilayah yang kepadatan penduduknya sangat tinggi yaitu di Kecamatan Pontianak Timur. Berikut adalah peta sebaran penduduk miskin.
Tabel. 2-17 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Pontianak Tahun 2004-2009 Menurut Kelurahan
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 KELURAHAN Siantan Hulu Siantan Tengah Mariana Darat Sekip Tengah Sungai Jawi Dalam Sungai Jawi Luar Sungai Beliung Pal Lima Sungai Jawi Sungai Bangkong Benua Melayu Laut Benua Melayu Darat Parit Tokaya Bangka Belitung Parit Mayor Banjar Serasan Tambelan Sampit Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Saigon Batu Layang Siantan Hilir Jumlah Penduduk Miskin JUMLAH PENDUDUK MISKIN 968 1,045 708 1,103 213 1,001 1,194 1,432 854 925 1,024 447 638 803 747 251 714 665 347 891 1,174 572 838 873 19,427
Peta 2-10
| 29
N
109 15'52" 109 17'51" 109 19'50" 109 21'49" 109 23'48"
01'29"
01'29"
SKALA = 1 : 100.000
000'30"
000'30"
02'29"
02'29"
04'28"
04'28"
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
109 21'49"
109 23'48"
Perkembangan penduduk berumur 5 tahun ke atas di Kota Pontianak cukup menggembirakan. Angka yang menamatkan pada tingkat SLTA umum ke atas terdapat peningkatan dimana pada tahun 1993 pada tingkat SLTA sebesar 23,00 % dan meningkat menjadi 24,95% di tahun 2007 begitu juga dengan tingkat universitas pada tahun 1993 sebesar 2,53 % meningkat menjadi 4,02 % di tahun 2007. Adapun Jumlah sarana sekolah yang ada di kota Pontianak meliputi TK, SD, SMP, SMU dan Universitas.
Tabel. 2-18 Penduduk Berumur 5 (lima) Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan
No 1 2 3 4 5 6 7 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat Sekolah Belum Tamat SD SD SLTP Umum SLTA Umum Akademi/D1/D2 Universitas 1993** 30.758 84.204 75.281 54.350 76.902 4.356 8.448 % 9,20% 25,19% 22,52% 16,26% 23,00% 1,30% 2,53% 100,00% 2008 37.434 124.918 79.428 70.141 100.923 14.524 41.121 468.490 % 8,84% 25,47% 18,13% 15,55% 24,95% 3,05% 4,02% 100,00%
Jumlah 34.299 Sumber : **) Susenas 1993 (>10 Th) ***Susenas 2001 (> 5 Th)
| 30
Sebagai ibukota propinsi Kalimantan Barat serta pusat kegiatan pemerintahan dan bisnis, Kota Pontianak memiliki keberagaman suku bangsa yang mewarnai kehidupan sosial budaya masyrakatnya, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel. 2.19 Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa Kota Pontianak Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 Suku Melayu Keturunan Cina Bugis Jawa Madura Lain-lain Jumlah
Sumber : Bappeda Kota Pontianak
2008 70,29 1 10 -
| 31
Berdasarkan indikator derajat kesehatan diatas memberikan gambaran bahwa jumlah AKI (Angka Kematian Ibu) di Kota Pontianak dalam 5 (lima) tahun terakhir cendrung mengalami penurunan, dimana pada tahun 2004 jumlah AKI yang tercatat sebanyak 9 kasus kemudian menurun menjadi 4 kasus pada tahun 2005, tahun 2006 jumlah ini sedikit meningkat menjadi 17 kasus dan kembali menurun menjadi 4 kasus di tahun 2007 dan pada tahun 2008 sendiri kembali menurun menjadi 1 kasus. Demiikian juga halnya dengan indikator Angka Kematian Bayi (AKB), dalam kurun waktu 5 (lima) tahun cendrung mengalami penurunan, pada tahun 2004 jumlah AKB di Kota Pontianak sebesar 41 kasus dan menurun menjadi 10 kasus di tahun 2008. Peranan gizi dalam kehidupan manusia dipandang sangat penting, hal ini dikarenakan keadaan gizi yang buruk mencerminkan pola kehidupan masyarakat yang belum baik. Kasus gizi buruk di Kota Pontianak dalam periode 2004-2007 mempunyai perkembangan yang bervariasi, dimana pada tahun 2004 jumlah kasus gizi buruk mencapai 22 kasus kemudian meningkat menjadi 34 kasus di tahun 2005 dan kembali meningkat menjadi 42 kasus di tahun 2006, sedangkan untuk tahun 2007 jumlah gizi buruk mengalami penurunan menjadi 29 kasus.
Tabel. 2-21 Kasus Gizi Buruk dan Kecamatan Bebas Rawan Gizi Di Kota Pontianak Periode 2004 2007 No. 1 2 Indikator Kasus Gizi Buruk Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Dalam hal sarana dan prasarana kesehatan, di Kota Pontianak sampai dengan saat ini pemerintah daerah tidak memiliki fasilitas kesehatan berupa Rumah Sakit, hal ini lebih dikarenakan keberadaan Kota Pontianak itu sendiri sebagai Ibukota dari provinsi Kalimantan Barat sehingga keberadaan Rumah Sakit dirasakan cukup dikelola oleh pemerintah provinsi dan swasta. Jumlah rumah sakit yang tersedia di Kota Pontianak sebanyak 7 unit baik itu pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah maupun oleh swasta, poliklinik/balai pengobatan sebanyak 18 unit dan klinik bersalin sebanyak 7 unit. Untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan, pemerintah Kota Pontianak telah melakukan berbagai upaya dan usaha diantaranya adalah dengan menyediakan sarana kesehatan berupa puskesmas dan posyandu. Upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Pontianak dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan melalui pengembangan Puskesmas Unggulan, yaitu Puskesmas yang memiliki pelayanan pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah dan kebutuhan masyarakat setempat. Adapun Puskesmas Unggulan tersebut diantaranya : - Puskesmas Alianyang dengan pengembangan pelayanan dan perawatan persalinan serta pengobatan pada sore hari; - Puskesmas Siantan Hilir dengan pengembangan pelayanan UGD 24 jam, rawat inap dan perawatan persalinan;
| 32
Puskesmas Kampung Bali dengan pengembangan pelayanan gigi; Puskesmas Karya Mulya dengan pengembangan pelayanan dan perawatan persalinan; Puskesmas Kom Yos Sudarso dengan pengembangan pelayanan VCT HIV-AIDS; Puskesmas Kampung Dalam dengan pengembangan pelayanan perawatan gizi buruk; Puskesmas Kampung Bangka dengan pengembangan pelayanan pemeriksaan tumbuh kembang anak.
Sampai dengan saat ini jumlah puskesmas yang ada di Kota Pontianak sebanyak 23 unit yang tersebar di setiap kecamatan.
Tabel. 2-22 Jumlah Puskesmas Menurut Jenisnya di Kota Pontianak PUSKESMAS Non Inpres Inpres ada TT 3 4 2 3 1 2 1 14 2 Puskesmas Pembantu 2 2 1 5 1 11 Puskesmas Keliling 3 2 2 1 2 10
No 1 2 3 4 5
Kecamatan Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Utara Pontianak Kota Jumlah
Non Inpres 1 1 1 1 2 6
Jumlah 4 5 3 5 5 22
| 33
Tabel. 2-23
Hiv/Aids Ditangani, Infeksi Menular Seksual Diobati, Dbd Ditangani Dan Diare Pada Balita Ditangani di Kota Pontianak Tahun 2008
HIV/AIDS NO KECAMATAN PUSKESMAS JML KASUS 278 52.74 DITAN GANI 278 % DITAN GANI 100 JML KASUS 20 121 28 125 0 14 40 0 0 5 20 28 0 87 0 0 0 45 45 1 206 50 3 838 IMS DITAN GANI 20 121 28 125 0 14 40 0 0 5 20 28 0 87 0 0 0 45 45 1 206 50 3 838 % DITANGA NI 100 100 100 100 0 100 100 0 0 100 100 100 0 100 0 0 0 100 100 100 100 100 100 100 DBD JML KASUS 63 182 72 122 63 16 46 101 17 31 164 249 356 163 122 332 271 301 62 207 251 295 356 3842 728.89 DITAN GANI 63 182 72 122 63 16 46 101 17 31 164 249 356 163 122 332 271 301 62 207 251 295 356 3842 % DITAN GANI 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 JML KASUS 511 665 341 374 1748 185 142 306 559 803 364 377 323 670 499 977 503 303 553 470 782 335 270 12060 2,287.98 DIARE JML DIARE PADA BALITA 254 370 202 242 1039 87 87 121 266 388 178 143 140 334 200 575 239 117 339 268 322 154 160 6225 DIARE PADA BALITA DITANGANI 254 370 202 242 1039 87 87 121 266 388 178 143 140 334 200 575 239 117 339 268 322 154 160 6225 % DITAN GANI 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pontianak Utara
Pontianak Timur
3 4
Puskesmas Khatulistiwa Puskesmas Siantan Hulu Puskesmas Telaga Biru Puskesmas Siantan Tengah Puskesmas Siantan Hilir Puskesmas Parit Mayor Puskesmas Banjar Serasan Puskesmas Saigon Puskesmas Tambelan Sampit Puskesmas Kampung Dalam Puskesmas Tanjung Hulu Puskesmas Gang Sehat Puskesmas Purnama Puskesmas Kampung Bangka Puskesmas Parit Haji Husin Dua Puskesmas Perumnas I Puskesmas Perumnas II Puskesmas Kom Yos Puskesmas Pal Lima Puskesmas Kampung Bali Puskesmas Alianyang Puskesmas Karya Mulya Puskesmas Pal Tiga
Pontianak Barat
Pontianak Kota
Sumber : Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien RS
34
Tabel. 2-24
Pontianak Barat
3 4
Pontianak Utara
Pontianak Tenggara
JUMLAH (KOTA)
35
Tabel. 2-25
Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata Dan Kecamatan Di Kota Pontianak Tahun 2008
JUMLAH POSYANDU NO 1 KECAMATAN Pontianak Kota PUSKESMAS Kampung Bali Alianyang Pal III Karya Mulya 2 Pontianak Barat Kom Yos Sudarso Perumnas I Perumnas II Pal Lima 3 4 Pontianak Selatan Pontianak Timur Gang Sehat Purnama Parit Mayor Banjar Serasan Tanjung Hulu Tambelan Sampit Saigon Kampung Dalam 5 Pontianak Utara Telaga Biru Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Khatulistiwa 6 Pontianak Tenggara Parit. H. Husin II Kampung Bangka Jumlah PRATAMA 3 1 0 0 2 5 0 0 0 4 0 0 2 2 0 0 0 4 5 4 5 0 0 37 MADYA 2 7 4 1 2 3 6 3 6 6 1 4 4 5 3 9 7 6 4 2 5 5 6 101 PURNAMA 6 5 5 2 4 2 2 1 2 2 1 1 4 0 1 6 2 2 0 8 2 0 2 60 MANDIRI 1 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 7 JUMLAH 12 15 10 3 8 10 8 4 8 12 2 5 10 7 4 15 9 12 9 15 12 5 10 205 PRATAMA 25.00 6.67 0.00 0.00 25.00 50.00 0.00 0.00 0.00 33.33 0.00 0.00 20.00 28.57 0.00 0.00 0.00 33.33 55.56 26.67 41.67 0.00 0.00 18.05 PERSENTASE POSYANDU MADYA 16.67 46.67 40.00 33.33 25.00 30.00 75.00 75.00 75.00 50.00 50.00 80.00 40.00 71.43 75.00 60.00 77.78 50.00 44.44 13.33 41.67 100.00 60.00 49.27 PURNAMA 50.00 33.33 50.00 66.67 50.00 20.00 25.00 25.00 25.00 16.67 50.00 20.00 40.00 0.00 25.00 40.00 22.22 16.67 0.00 53.33 16.67 0.00 20.00 29.27 MANDIRI 8.33 13.33 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.67 0.00 0.00 20.00 3.41 JUMLAH 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 % POSYANDU AKTIF 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
36
Tabel. 2-26 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Di Kota Pontianak Tahun 2009
AKSES AIR BERSIH KEMASAN LAINNYA JUMLAH LEDENG PAH SGL SPT SPT No KECAMATAN PUSKESMAS LEDENG JUMLAH KELUARGA YANG ADA 7,135 5,236 6,899 2,379 5,896 8,825 10,556 3,959 8,115 6,139 594 4,269 3,003 2,629 467 4,549 2,244 3,383 5,694 5,520 3,754 3,947 6,754 111,946 JUMLAH KELUARGA DIPERIKSA 5,917 1,705 2,123 907 2,700 2,664 2,404 2,218 3,694 2,596 398 1,401 1,203 1,378 197 1,462 1,321 2,933 5,673 1,159 2,214 2,618 2,590 51,475 % KELUARGA DIPERIKSA 82.93 32.56 30.77 38.13 45.79 30.19 22.77 56.02 45.52 42.29 67.00 32.82 40.06 52.42 42.18 32.14 58.87 86.70 99.63 21.00 58.98 66.33 38.35 45.98 % AKSES AIR BERSIH KEMASAN LAINNYA JUMLAH 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 PAH 26.20 39.59 38.15 40.24 32.93 10.10 33.74 39.13 18.25 8.28 33.67 48.32 32.75 49.27 48.22 34.40 37.09 41.77 52.90 48.75 40.33 3.74 26.41 32.18 SGL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pontianak Kota
4,300 866 1,250 468 1,750 1,837 1,495 1,286 2,931 2,356 264 724 809 699 102 952 822 1,639 2,585 591 1,315 2,198 1,633 32,872
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,550 675 810 365 889 269 811 868 674 215 134 677 394 679 95 503 490 1,225 3,001 565 893 98 684 16,564
5,917 1,705 2,123 907 2,700 2,664 2,404 2,218 3,694 2,596 398 1,401 1,203 1,378 197 1,462 1,321 2,933 5,673 1,159 2,214 2,618 2,590 51,475
72.67 50.79 58.88 51.60 64.81 68.96 62.19 57.98 79.34 90.76 66.33 51.68 67.25 50.73 51.78 65.12 62.23 55.88 45.57 50.99 59.39 83.96 63.05 63.86
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.13 9.62 2.97 8.16 2.26 20.95 4.08 2.89 2.41 0.96 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.48 0.68 2.35 1.53 0.26 0.27 12.30 10.54 3.96
Pontianak Barat
3 4
Gang Sehat Purnama Parit Mayor Banjar Serasan Tanjung Hulu Tambelan Sampit Saigon Kampung Dalam
Pontianak Utara
Pontianak Tenggara
JUMLAH (KAB/KOTA)
Sumber: Bidang Penyehatan Lingkungan & Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pontianak
37
Tabel. 2-27
Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Di Kota Pontianak Tahun 2008
PERSEDIAAN AIR BERSIH JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH KK DIPERIKSA % KK MEMILIKI JUMLAH KK JAMBAN % KK MEMILIKI JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH DIPERIKSA TEMPAT SAMPAH % MEMILIKI JUMLAH MEMILIKI PENGELOLAAN AIR LIMBAH % KK MEMILIKI JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI
NO
KECAMATAN
PUSKESMAS
Pontianak Kota
Pontianak Barat
3 4
Pontianak Utara
Pontianak Tenggara
Kampung Bali Alianyang Pal III Karya Mulya Kom Yos Sudarso Perumnas I Perumnas II Pal Lima Gang Sehat Purnama Parit Mayor Banjar Serasan Tanjung Hulu Tambelan Sampit Saigon Kampung Dalam Telaga Biru Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Khatulistiwa Parit. H. Husin II Kampung Bangka
7,135 5,236 6,899 2,379 5,896 8,825 10,556 3,959 8,115 6,139 594 4,269 3,003 2,629 467 4,549 2,244 3,383 5,694 5,520 3,754 3,947 6,754 111,946
4,852 3,351 3,656 1,237 3,891 4,677 5,172 1,900 5,356 3,438 226 1,836 1,532 1,472 173 2,775 1,459 1,759 2,904 3,367 2,102 1,895 3,512 62,542
4,415 2,949 3,181 990 3,113 3,695 4,241 1,520 4,285 2,716 165 1,359 1,317 1,178 136 2,220 1,225 1,425 2,323 2,761 1,808 1,724 3,021 51,767
90.99 88.00 87.01 80.03 80.01 79.00 82.00 80.00 80.00 79.00 73.01 74.02 85.97 80.03 78.61 80.00 83.96 81.01 79.99 82.00 86.01 90.98 86.02 82.77
4,745 3,272 3,553 1,202 3,803 4,545 5,014 1,841 5,234 3,346 217 1,772 1,487 1,433 166 2,707 1,425 1,708 2,818 3,285 2,046 1,835 3,411 60,865
4,270 2,847 3,056 949 3,004 3,545 4,061 1,454 4,135 2,610 156 1,293 1,264 1,132 129 2,138 1,183 1,367 2,226 2,660 1,739 1,652 2,899 49,769
89.99 87.01 86.01 78.95 78.99 78.00 80.99 78.98 79.00 78.00 71.89 72.97 85.00 79.00 77.71 78.98 83.02 80.04 78.99 80.97 85.00 90.03 84.99 81.77
16 18 3 0 8 12 1 3 4 7 0 0 1 1 0 1 3 4 4 6 4 3 12 111
7 0 0 0 8 0 1 3 4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6 4 1 0 35
43.75 0 0 0 100 0 100 100 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 100 100 33.33333 0 31.53153
JUMLAH (KOTA)
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38
Jumlah sumberdaya manusia di bidang kesehatan dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir di Kota Pontianak, menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dimana pada tahun 2004 jumlah tenaga kesehatan seluruhnya berjumlah 744 orang dan meningkat menjadi 1.889 orang di tahun 2007. Adapun dari jumlah tersebut terdiri dari dokter sebanyak 84 orang, dokter gigi sebanyak 33 orang, dokter spesialis sebanyak 164 orang, perawat sebanyak 1.048 orang, bidang sebanyak 248 orang, apoteker sebanyak 19 orang, ahli gizi sebanyak 94 orang, ahli sanitasi sebanyak 70 orang dan ahli kesehatan masyarakat sebanyak 93 orang.
Visi Kota Pontianak tahun 2010 - 2014 adalah Pontianak Kota Khatulistiwa Berwawasan Lingkungan Terdepan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pelayanan Publik Makna penjelasan visi tersebut adalah sebagai berikut : Kota Khatulistiw Kata Kota Khatulistiwa menunjukkan bahwa visi tersebut akan dicapai melalui pemanfaatan potensi yang dimiliki Kota Pontianak yaitu letak geografisnya yang strategis. Kota Pontianak menjadi pintu gerbang Provinsi Kalimantan Barat, dan merupakan salah satu kota yang dapat diakses dari dan ke negara tetangga Malaysia melalui darat. Kota Pontianak merupakan kota transit dalam kegiatan perdagangan dan jasa, baik secara lokal, regional dan internasional. Berwawasan Lingkungan Pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam akan dilakukan secara berkesinambungan dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup, berkeadilan, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai kota yang sedang berkembang, pembangunan Kota Pontianak dilakukan secara berimbang dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup, kebersihan, keindahan, kenyamanan, serta tertib dan teratur sesuai dengan rencana tata kota. Peningkatan kualitas lingkungan, terutama udara dan air, ditempuh melalui koordinasi dan kerjasama antar daerah serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya menciptakan Udara dan Kali Bersih untuk mewujudkan Pontianak Sehat. Terdepan Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia Mempunyai pengertian bahwa berbagai kebijakan dan program peningkatan sumberdaya manusia memiliki keunggulan khususnya dalam peningkatan bidang pendidikan, kesehatan dan kualitas tenaga kerja. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka meningkatkan peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencakup angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi murid sekolah, dan pengeluaran per kapita dengan berlandaskan pada strategi keberpihakan kepada masyarakat menengah ke bawah untuk memperoleh kemudahan akses layanan pendidikan dan kesehatan.
| 37
Terdepan Dalam Peningkatan Pelayanan Publik Mempunyai pengertian bahwa berbagai kebijakan dan program peningkatan pelayanan masyarakat memiliki keunggulan khusus. Khususnya dalam memberikan pelayanan perijinan, pelayanan administrasi kependudukan dan penyediaan prasarana dasar perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Upaya yang dilakukan ini adalah untuk meningkatkan kepuasan masyarakat. B. Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang merupakan agenda pokok pembangunan Kota Pontianak selama lima tahun ke depan (2010 2014) sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, sehat, berbudaya, dan harmonis Meningkatkan pemberdayaan perempuan dan pemuda Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan mengurangi pengangguran Meningkatkan keamanan dan ketertiban untuk mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk menunjang perkembangan perdagangan dan jasa Mewujudkan tata ruang, tata kota dan wilayah yang seimbang dan berwawasan lingkungan Meningkatkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Ketaatan Hukum dan Perundangundangan. Organisasi Perangkat Pemerintah Daerah
C.
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004, dan dengan pedoman Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut Pemerintah Kota Pontianak menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) dimana didalamnya mengatur tentang struktur kelembagaan yang ada pada Pemerintah Kota Pontianak. Adapun jumlah perangkat daerah yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, meliputi : a. Sekretariat Daerah b. Sekretariat DPRD c. Inspektorat d. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah e. Dinas Daerah, yang terdiri dari : 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan 3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 4. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 6. Dinas Pemuda dan Olah Raga 7. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 8. Dinas Pekerjaan Umum
| 38
f.
g.
h. i.
j.
9. Dinas Tata Ruang dan Perumahan 10. Dinas Kebersihan dan Pertamanan 11. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 12. Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan 13. Dinas Pendapatan Daerah Lembaga Teknis Daerah, yang terdiri dari : 1. Badan Kepegawaian Daerah 2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 3. Badan Lingkungan Hidup 4. Kantor Pemberdayaan Masyarakat 5. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 6. Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 7. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Lembaga Lain, yang terdiri dari 1. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 2. Pelaksana Harian Narkotika dan Penanggulangan HIV AIDS Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan, yang terdiri dari : 1. Kecamatan Pontianak Kota 2. Kecamatan Pontianak Utara 3. Kecamatan Pontianak Selatan 4. Kecamatan Pontianak Timur 5. Kecamatan Pontianak Barat 6. Kecamatan Pontianak Tenggara Kelurahan (1) Kelurahan Sungai Jawi Luar (15) Kelurahan Tanjung Hilir (2) Kelurahan Sungai Jawi Dalam (16) Kelurahan Tanjung Hulu (3) Kelurahan Sungai Beliung (17) Kelurahan Dalam Bugis (4) Kelurahan Pal Lima (18) Kelurahan Tambelan Sampit (5) Kelurahan Sungai Bangkong (19) Kelurahan Saigon (6) Kelurahan Sungai Jawi (20) Kelurahan Banjar Serasan (7) Kelurahan Tengah (21) Kelurahan Parit Mayor (8) Kelurahan Mariana (22) Kelurahan Siantan Hulu (9) Kelurahan Darat Sekip (23) Kelurahan Siantan Tengah (10)Kelurahan Benua Melayu Laut. (24) Kelurahan Siantan Hilir (11)Kelurahan Benua Melayu Darat (25) Kelurahan Batu Layang (12)Kelurahan Akcaya (26) Kelurahan Bansir Darat (13)Kelurahan Parit Tokaya (27) Kelurahan Bansir Laut (14)Kelurahan Kota Baru (28) Kelurahan Bangka Belitung Laut (29) Kelurahan Bangka Belitung Darat
Dalam mendukung pelaksanaan pemerintahan, sampai dengan tahun 2009 jumlah pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Pontianak adalah sejumlah 7.217 orang termasuk guru. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, masih didominasi oleh tingkat pendidikan SLTA dengan jumlah keseluruhan mencapai 2.422 orang, tingkat pendidikan S1-D4 sebanyak 2.166 orang, tingkat pendidikan D1-D2 sebanyak 1.483 orang, tingkat pendidikan D3 sebanyak 714 orang,
| 39
tingkat pendidikan SD sebanyak 129 orang, tingkat pendidikan SLTP sebanyak 136 orang dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 167 orang.
Gambar 2-11 Grafik Jumlah Pegawai berdasarkan Tingkat Pendididkan Tahun 2009
| 40
Berhubung revisi ini belum selesai dilaksanakan, maka secara yurudis formal RTRW Kota Pontianak 2002-2012 masih diberlakukan. Secara garis besar, alokasi pemanfaatan ruang yang dituangkan dalam dokumen ini, sebagian besar diperuntukan untuk kawasan permukiman dimana pada tahun 2012 nanti diperkirakan mencapai 54,41% (5.866,27 ha) dari total luas lahan yang dimiliki Kota Pontianak saat ini. Setelah itu diikuti oleh kawasan konservasi (pelestarian alam) sekitar 12,49% (1.347,16 ha), kawasan sentra agribisnis sebesar 7,42% (800 ha), dan kawasan jasa perdagangan seluas 4,55% (491,00 ha). Sedangkan alokasi pemanfaatan ruang untuk kawasan-kawasan lainnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2-28 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang Kota Pontianak Hingga Tahun 2012
No. 1 2 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jenis Penggunaan Lahan Permukiman Jasa Perdagangan Jasa Perkantoran Perkantoran Pemerintah Militer Industri Jasa Pergudangan Fasilitas Ibadah Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan Fasilitas Olahraga Taman Kota Pariwisata Pelestarian Alam/Konservasi Pelabuhan Ikan Pelabuhan Industri Pelabuhan Penumpang Pelabuhan Barang Fasilitas Transportasi Darat/Terminal Kawasan Sentra Agribisnis Boulevard Jalur Hijau/Sempadan Jalan TPA Subpusat Kota PPL Sungai Pulau Pembangkit Tenaga Listrik Luas Total Kota Pontianak Luas Lahan (Ha) 5.866,27 491,00 48,65 127,81 9,80 139,75 68.44 5,60 269,86 27,60 65.24 7,51 126,15 1.347,16 7,31 23,54 15,13 35,29 52,34 800,01 5,00 353,89 30,00 45,92 49,16 746,88 3,70 12,97 10.782,00 Prosentase (%) 54,41 4,55 0,45 1,19 0,09 1,30 0,63 0,05 2,50 0,26 0,61 0,07 1,17 12,49 0,07 0,22 0,14 0,33 0,48 7,42 0,05 3,28 0,28 0,43 0,46 6,93 0,03 0,12 100,00
| 41
Tabel. 2-29
Luas Wilayah Kota Pontianak Berdasarkan Sistem Lahan No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) 1 Pontianak Selatan 2 Pontianak Tenggara 3 Pontianak Timur 4 Pontianak Barat 5 Pontianak Kota 6 Pontianak Utara 1,454 1,483 878 1,694 1,551 3,772 538 114 Mendawai (Ha) Kahayan (Ha) 1,454 1,369 878 1,694 1,551 3,184 10,130
Jumlah 2008 10,782 652 Sumber : Kecamatan Dalam Angka di Kota Pontianak Tahun 2009
| 42
Gambar 2-13 Peta Booster PDAM Dan Jaringan Pipa PDAM Di Kota Pontianak
PETA B OO STE R PDAM D AN JAR IN GAN PIPA PD AM D I K OTA P ON TIANAK
109 15'52" 109 17'51" 109 19'50" 109 21'49" 109 23'48"
01'29"
In c i
01'29"
P ipa 100 In ci
1 00 In ci
In ci
P ip a
a 1 00
P ip a
In ci
000'30"
P ip
P ip
P ip
Pi
10 0I nc i
P ip a 2 50 Inc i
P ip a 100 In ci
a1 00
P ip
P ip
i In c 0 10
a 10 0I nc i
P ip a 25 0 In ci
pa
a 50 In ci
P ip
In ci
10 0
10
10
In c
#
Pipa 100 In c i
000'30"
6 Sungai
#
In
9 10
#
0 In ci
P ip
ip
ip
ip
50
02'29"
ip
10 #
P ip
50
P ip
50 a 2
In
ci
P ip
ip P
00
i pa
0 10
In
50
50
a ci 12 In 0
50
In c
a 10
In
ci
ci
P ip
ci 0 In i a 10 In c a 50 P ip i Inc
Pipa 10 0 I nc i
11
ci
P ip
i nc
8
#
P ip
Pipa 200 In c i
7#
02'29"
Pip a 50
Pi pa
In c
In c i
50
In
P ip
P ip
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
P ip
20 0 In ci
04'28"
00
In c i
2
a1
P ip
ip
a1 0
P ip a
10
0 In c
P ip P ip a 5 0 a 5 0 In c i In Pi ci pa 50 In ci Pi pa 50 In ci
In
ci
ci 0 In I nc i # c i a 5 # In P i p ip a 1 00 00 P a 1 Pi # Pip pa ci 50 0 In 5 In pa ci Pi
In c
i
0 25
10 0
In c
ci
50
In
P ip
50
ip
ci
P ip ci 0 In a5
c ci In 0 In 0 0 10 a 1
P ip
50 ci In ci In
P ip
0 10
Pi pa 25 0 In ci
109 21'49"
a Pip In ci
04'28"
109 23'48"
2. 3.
Selain dari kebijakan tersebut telah tersusun beberapa rencana tata ruang yang berkaitan dengan pengembangan kota Pontianak seperti pengembangan Pontianak Metropolitan area yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak.
| 43
Tabel. 2-30
Sumber Data : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Rencana struktur tata ruang wilayah Kota Pontianak berorientasi pada pola pengembangan Kota Pontianak sebagai Kota Internasional yang Unik dan Kompetitif, dimana pemanfaatan ruang antar kawasan lebih merata. Secara grafis, rencana struktur tata ruang Kota Pontianak Tahun 2002-2012. Dalam rencana struktur tata ruang dalam RTRWK Pontianak Tahun 2002-2012 ini diciptakan dengan maksud untuk lebih memeratakan pertumbuhan pembangunan di seluruh wilayah Kota Pontianak, supaya potensi yang dimiliki setiap wilayah dapat lebih dioptimalkan dengan beberapa perubahan mendasar sebagai berikut :
a.
Kawasan pusat kota diperluas ke arah utara dan timur dari pusat kota yang ada sekarang ini, sehingga nantinya pusat kota mencakup keempat wilayah kecamatan, dimana semua kecamatan memiliki akses yang merata ke pusat kota. Pada kawasan pusat kota ini akan dijadikan cikal bakal pengembangan lebih lanjut dari konsep Water Front City (WFC), dimana pada masa mendatang diharapkan pengembangan WFC semakin melebar dari kawasan pusat kota ke arah barat maupun timur. Kawasan wisata (khususnya di Kecamatan Pontianak Utara) lebih dikembangkan lagi, dengan lebih menonjolkan keunikan wilayah yang dilalui garis khatulistiwa. Kawasan wisata khatulistiwa yang telah ada perlu lebih diperluas, walaupun lokasinya tidak berhubungan secara langsung. Lokasi pengembangan kawasan wisata khatulistiwa diarahkan pada wilayah yang tepat dilalui garis lintang 00 0 0 di sebelah timur laut dari lokasi tugu khatulistiwa sekarang ini. Pada kawasan wisata ini akan dikembangkan beragam objek wisata, seperti : Lapangan golf, dengan keunikan dapat memukul bola dari belahan bumi bagian utara ke belahan bumi bagian selatan, atau sebaliknya. Boulevard yang di bagian tengahnya (yang tepat dilalui garis khatulistiwa) dipergunakan untuk pepohonan/jalur hijau. Kawasan pusat olahraga (sports centre). Kawasan rekreasi yang dilengkapi dengan tempat penjualan makanan dan cindera mata khas Kota Pontianak.
b.
c.
| 44
Alokasi pelabuhan terbagi menjadi lima, yaitu pelabuhan untuk melayani kegiatan industri, pelabuhan penyeberangan (ferry), pelabuhan yang melayani penumpang, pelabuhan ikan, dan pelabuhan barang untuk mendukung kegiatan perdagangan. Pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan penumpang tetap menempati lokasi yang sama seperti sekarang ini. Sedangkan pelabuhan ikan berlokasi di Kecamatan Pontianak Barat, bersebelahan dengan pelabuhan barang. Sementara itu, pengembangan pelabuhan untuk kegiatan industri dan pelabuhan barang diarahkan berlokasi di sebelah barat kota atau di bagian hilir Sungai Kapuas, saling berseberangan, tepatnya di sebelah barat Pulau Batulayang. Pelabuhan untuk kegiatan industri menempati Kecamatan Pontianak Utara, sedangkan pelabuhan satunya lagi menempati Kecamatan Pontianak Barat. Kedua lokasi ini dipilih karena ketersediaan lahannya yang relatif lebih luas, sehingga lebih memungkinkan untuk berkembang lebih besar. Di samping itu, kalaupun suatu saat akan dibangun jembatan yang menghubungkan kedua kecamatan tersebut (Pontianak Barat dan Pontianak Kota ).
| 45
| 46
3.1.
embangunan bidang sanitasi di banyak daerah masih belum mendapatkan perhatian yang besar dan serius. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan belum begitu memprioritaskan sektor ini. Kalau pun sudah mendapat perhatian seperti yang dilakukan di beberapa kota, maka penanganannya belum terintegrasi dengan baik. Sehingga masih kita dapati tingginya penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi yang buruk, dan rendahnya kualitas lingkungan hidup di masyarakat permukiman. Pembangunan sanitasi merupakan kerja besar bersama yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu singkat. Pembangunan sanitasi memerlukan data yang akurat untuk mengetahui permasalahan yang sesungguhnya guna merumuskan strategi penanganan yang tepat. Penangangan drainase lingkungan, air bersih, sampah lingkungan perumahan, pembuangan limbah cair dan padat dari rumah-rumah tangga, dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat merupakan upaya yang harus dilaksanakan dan diusahakan oleh banyak pihak. Hal ini menyangkut perilaku hidup masyarakat, sarana dan prasarana yang harus disiapkan pemerintah, swasta dan juga mayarakat, dana yang harus dianggarkan, peraturan yang harus dibuat dan bahkan kemungkinan kelembagaan yang harus dibentuk dan dijalankan. Secara umum kondisi sanitasi kota Pontianak saat ini belum memberikan kepuasan yang memadai bagi banyak pihak. Sebagai salah satu indikator misalnya badan air, yang berfungsi sebagai penerima drainase permukaan dan limbah cair rumah tangga, pada beberapa kawasan kualitasnya cenderung menurun dari tahun ke tahun, dan sampai saat ini belum terlihat adanya upaya signifikan yang dapat memberikan keyakinan kepada kita semua bahwa kualitas-nya sudah mengarah ke arah yang lebih baik. Kita ketahui bersama pula bahwa telah dilakukan upaya dan kegiatan-kegiatan pembangunan di bidang sanitasi di Kota Pontianak guna meningkatkan kualitas lingkungan, baik berupa kegiatan fisik maupun berupa upaya meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Perlu disadari bahwa derajat kesehatan masyarakat yang optimal tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan budaya hidup masyarakat. Dikarenakan empat faktor tersebut
| 47
selalu dinamis, maka derajat kesehatan masyarakat harus diupayakan secara terus-menerus, salah satunya melalui program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Kondisi pengelolaan sanitasi yang telah dilaksanakan di Kota Pontianak dapat dilihat pada uraian berikut.
| 48
pengelolaan air limbah, lebih dari 50% keluarga sampel tidak mempunyai saluran air limbah rumah tangga.
Tabel 3-1 Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2009
Jumlah KK No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kecamatan Total Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Barat Pontianak Kota Jumlah/rata-rata 20.595 17.720 14.254 10.701 29.236 21.649 114.155 Sampel 12.251 9.600 8.432 7.215 16.462 13.930 67.890 Ada 10.010 7.233 6.647 6.311 13.132 12.201 55.534 % 81,71 75,34 78,83 87,47 79,77 87,59 81,80 Sehat 9.192 6.204 6.101 5.811 11.835 10.793 49.936 % 91,83 85,77 91,79 92,08 90,12 88,46 89,92 Ada 5.207 3.096 4.568 3.894 10.037 8.429 35.231 % 42,50 32,25 54,17 53,97 60,97 60,51 51,89 Sehat 1.714 874 1.505 1.432 3.781 3.533 12.839 % 32,92 28,23 32,95 36,77 37,67 41,91 36,44 Kepemilikan Jamban Pengelolaan Air Limbah
3.1.2 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat dari tabel dibawah, dimana terdapat 10 besar jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat.
Tabel. 3-2 Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kota Pontianak Tahun 2004 2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nama Penyakit Infeksi Akut lain Pernapasan Atas Penyakit lain pada Saluran Pernapasan Atas Penyakit Pulpa dan Jaringan Peripikal Penyakit Darah Tinggi Penyakit pada sistim Otot dan Jaringan Pengikat Penyakit Kulit Infeksi Diare ( termasuk tersangka Kolera) Penyakit Kulit Alergi Asma Penyakit Lainnya Gingivitis dan Penyakit Periodental Penyakit pada saluran pernafasan bawah Jumlah 2004 42.581 32.703 14.930 13.275 11.616 9.697 8.041 6.633 4.422 48.229 2005 55.932 42.332 18.382 16.332 12.408 12.828 12.752 9.624 6.154 25.912 2006 83.749 57.000 25.518 20.090 7.306 16.008 15.293 13.221 8.268 7.605 2007 83.765 60.392 24.269 24.229 16.013 13.925 13.053 7.891 7.180 6.216 2008 98.529 56.692 31.376 33.904 10.011 18.655 17.544 14.985
Penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat (pengunjung puskesmas) adalah penyakit pernafasan dimana hal itu berkaitan dengan adanya kabut asap karena kebakaran hutan dan ladang yang sering terjadi setiap tahunnya. Dibanding tahun 2007, pada tahun 2008 penyakit diare mangalami peningkatan, dimana hal itu sangat berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungannya, yang juga terkait erat dengan kebiasaan PHBS masyarakat.
| 49
Sesuai dengan warisan budaya masa lalu, orientasi hidup masyarakat Kota Pontianak sebagian masih berada di daerah aliran sungai. Segala aktivitas dilakukan disana. Mereka mendirikan rumah di bantaran sungai sehingga hampir semua aktivitas masyarakat dilakukan di sungai tersebut, mulai dari mandi dan mencuci hingga buang air besar disana. Selain itu, karena badan rumah ada yang berada di atas air maka apabila mereka membuat kakus/ jamban di dalam rumah, tinjanya juga secara langsung maupun tidak langsung dibuang ke badan air tersebut. Sudah banyak program sanitasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk masyarakat yang hidup di pinggiran sungai berupa Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) yang dibangun wilayah di daratan tetapi karena kebiasaan dan kepraktisan dalam penggunaannya menjadi kendala. Dalam membuang sampah juga demikian. Sungai digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah yang terbesar. Kebiasaan masyarakat yang masih belum ber-PHBS dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3-3 Rumah tangga yang ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kecamatan Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Barat Pontianak Kota Jumlah/rata-rata Jumlah Rumah Tangga Yang dipantau Ber-PHBS % KK ber- PHBS 1.050 305 29,04 1.260 257 20,39 420 223 55,47 420 195 46,42 840 345 41,07 840 391 46,54 4.830 1.716 35,53
Sumber: Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Kebiasaan masyarakat yang berkontribusi terhadap pencemaran air (sungai) menjadikan penyakit yang berbasis lingkungan seperti diare masih merupakan penyakit yang angka kesakitannya selalu terjadi berulang setiap tahunnya. Kebiasaan masyarakat yang masih ada sampai saat ini terutama masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai Kapuas, masih menggunakan wc terapung atau dengan nama lain wc helikopter, kebiasaan dan perilaku hidup demikianlah perlu adanya perhatian dari berbagai pihak untuk saling mengingatkan dan rasa kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai Kapuas, dari limbah domestik. Secara langsung kotoran yang terbuang itu langsung dihanyutkan oleh air dan kadang dihabiskan oleh biota sungai. Kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat akibat rendahnya pengetahuan tentang hidup sehat dan tingkat perekonomian Lokasi Bantaran Sungai Kapuas masyarakat yang masih dibawa rata-rata sehingga tidak bisa membangun wc yang cukup layak dan sehat untuk hunian mereka.
| 50
Ada juga sebagian masyarakat merasa lebih gampang dan mudah buang hajat di sungai, ini dikarenakan pola hidup dan kebiasaan masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai. Kondisi wc yang terlihat pada gambar ini biasa terjadi karena pemilik rumah tersebut memang tidak mempunyai biaya untuk membangun wc dan tempat cucian yang layak, kehidupan keseharian mereka juga belum mencapai tahap sejahtera. Ada juga sebagian masyarakat yang memang tidak mau dikarenakan kebiasaan tadi, lebih mudah dan murah membangun wc dan tempat cucian di sungai. Sungai Kapuas adalah sumber kehidupan masyarakat kota Pontianak, kebersihan dan kelestariannya perlu diperhatikan oleh masyarakat kota Pontianak itu sendiri. Air sungai Kapuas dimanfaatkan masyarakat, pemerintah dan swasta untuk keperluanLokasi Jalan Komyos Sudarso Pontianak keperluan sehari-hari seperti air baku PDAM, cuci dan mandi masyarakat tepian sungai, air baku pabrik es, tempat pengembangbiakan ikan air tawar, dan lain-lain. Kebersihan dan kualitas air sungai Kapuas secara langsung berpengaruh kepada kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan hal yang sangat mahal harganya, kesadaran dari masyarakat dan pola hidup masyarakat sangat diharapkan oleh pelbagai kalangan untuk menjaga kelestariannya, dengan tidak membuang sampah, limbah domestik ke sungai, harus ditata dan diatur secara baik dan benar, sesuai alur sistem pengolahan limbah yang baik. Kota Pontianak terletak di delta Sungai Kapuas merupakan daerah pasang surut. Sebagai kota tua yang berdiri sejak tahun 1771 masehi banyak sekali masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai, sementara wc dan kamar mandi pada saat surut air sampah dan limbah akan terseret keluar dan ada yang tersangkut di permukaan tanah, pada waktu air pasang tiba, semua sampah yang ada pada permukaan tanah akan mengapung, sehingga limbah dan kotoran akan menggenang, apalagi pada saat kondisi wc atau tempat pembuangan itu tidak teratur dan sudah penuh, sehingga limbah yang harusnya masuk ke bak penampungan akan mengapung. Kondisi seperti ini perlu penanganan khusus, terutama typical daerah pasang surut yang memang masyarakat setempat yang berdomisili di bantaran sungai dan mengandalkan air sungai untuk keperluan sehahi-hari, dan pada saat pasang air sungai atau laut naik kepermukaan dan menggenangi daratan akan mengakibatkan semua yang ada pada permukaan akan merambah naik sampai ke hunian penduduk. Termasuk limbah dan sampah tersebut. Disamping pembangunan sarana dan prasarana yang ada perlu sangat diperhatikan operation and maintenance sehingga kenyamanan dan kebersihan pada saat menggunakan sarana tersebut dapat tercapai. Walaupun sarana wc yang digunakan masyarakat terlihat amat
| 51
sederhana dan tidak terlalu bagus tetapi dengan memelihara dan merawat sarana yang ada akan terlihat bagus dan tahan lama usia bangunan nya. Ketersediaan air bersih sangat penting , sebagai pelengkap sarana WC. Selain kloset dan ember akan sangat baik jika dilengkapi dengan bak air, sehingga ketersediaan air pada saat membersihkannya lebih mudah. Kamar mandi dan WC harus selalu dibersihkan untuk menghindari bau yang tidak sedap pada saat menggunakan dan sekitar lingkungan, paling tidak dibersihkan 1 2 kali sehari. Air bersih juga harus selalu tersedia di WC tersebut sehingga pada saat selesai buang air kecil dan BAB langsung disiram dan dibersihkan.
Kloset WC bermacam-macam, ada yang disebut kloset jongkok dan ada juga yang disebut kloset duduk, dari sisi fungsi sama saja, sementara untuk kenyamanan tentunya kloset duduk dirancang lebih nyaman ketika digunakan. Limbah dari Kloset / wc ini tentunya langsung dimasukkan ke tangki septik, ada yang menggunakan bak penampungan seperti Biofill. Proses pembuangannya dari kloset / lobang di salurkan dengan menggukan paralon atau pipa yang dipasang miring hingga mengalir ke bak pembuangan atau biofill tadi, kemudian ditampung di kotak pembuangan dan proses di dalam bak fiofil tadi dioleh sehingga kotoran tadi menjadi air dan diserap ke dalam tanah. Pemasangan pipa terlihat pada gambar disamping, pipa yang tersambung dari kloset ke biofill. Pemasangan pipa biofil harus kuat dan jangan sampai bocor hingga hawa atau baunya sampai keluar menimbulkan bau yang kurang sedap. Jadi pemasangan pipa biofil ini harus benar rapat dan benar sesuai spesifikasi.
Pemasangan Biofill terlihat pada gambar disamping yang terdiri dari beberapa komponen antara lain pipa dari kloset dan pipa pembuangan yang yang mengarah ke tanah dan
| 52
dipasang tertanam kedalam tanah sehingga hasil dari olahan kloset tadi bisa meresap kedalam tanah, tanpa menimbulkan hawa dan bau yang tidak sedap. Selain Biofill ada juga yang disebut TRIPICONS sebenarnya fungsi dan manfaatnya tidak jauh berbeda dengan biofill, hasil limbah yang berasal dari kloset/wc tadi dihubungkan melalui pipa pembuangan kemudian masuk ke bak penampungan, lalu dibawa oleh pipa ke bak penyaringan untuk mengubah limbah tadi dilakukan penyaringan sehingga pada saat limbah tersebut keluar sudah menjadi air dan bukan limbah kotor lagi. Untuk bentuk dari Tripicon S ini bermacammacam tergantung keperluan dan selera, bisa berbentuk bulat dan bisa juga berbentuk persegi empat. Penggunaan Tripicon S ini ada di lokasi pinggiran sungai Kapuas pada lokasi yang padat penduduk nya, dengan adanya bak penampungan yang efektif dan efisen untuk menampung dan mengolah limbah cair hasil buangan tentunya pola bisa diikuti oleh masyarakat lain yang belum mengggunakan pola pengolahan limbah yang baik di hunian mereka. Hasil Pengolahan di lokasi pinggiran sungai Kapuas terlihat pipanya mengarah kepembuagan atau sungai, hasil pengolahan dari Tripicon S ini sudah cair, melalui proses pengolahan dan penyaringan. Pemerintah kota Pontianak pada saat ini juga memiliki layanan sedot wc limbah rumah tangga dan hasil buangan dari wc sehingga masyarakat yang memerlukan jasa sedot wc bisa menggunakan jasa layanan Pemerintah Kota Pontianak, hasil limbah kemudian dibawa ke tempat pengolahan dan kemudian dibuang ketempat pembuangan akhir yaitu di Batu Layang. Selain pemerintah, juga ada beberapa pihak swasta yang melakukan kegiatan sedot wc ini, usaha ini belum terkordinir dengan baik, biasanya pihak swasta tersebut memasang iklan nya di pohon-pohon dipersimpangan jalan,dan ada juga yang memasang iklan di Pontianak Post.
Lokasi Dinas Kebersihan Kota Pontianak
| 53
Lokasi Proses Pengolahan dan Pembuangan Akhir Limbah padat maupun Cair di Lokasi Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara.
| 54
Secara umum, akses masyarakat terhadap air bersih masih rendah. Dari keluarga yang dijadikan sampel baru 69,24% yang mempunyai akses terhadap air bersih, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 3-4 Keluarga dengan akses air bersih menurut kecamatan tahun 2009
Jumlah KK No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kecamatan Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan Pontianak Tenggara Pontianak Barat Pontianak Kota Jumlah/rata-rata Total 20.595 17.720 14.254 10.701 29.236 21.649 114.155 Sampel 12.251 9.600 8.432 7.215 16.462 13.930 67.890 PAM 3.872 4.145 5.415 3.945 6.450 7.083 30.910 Akses Air Bersih PAH 3.047 2.635 906 801 2.869 3,433 13.691 Lainnya 116 347 129 553 798 464 2.407 Jumlah 7.035 7.127 6.450 5.299 10.117 10.980 47.008 PAM 31,61 43,18 64,22 54,68 39,18 50,85 45,53 % Akses Air Bersih PAH 24,87 27,45 10,74 11,10 17,43 24,64 20,17 Lainnya 0,95 3,61 1,53 7,66 4,85 3,33 3,55 Jumlah 57,42 74,24 76,49 73,44 61,46 78,82 69,24
Kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air yang dapat diakses masyarakat, sebagian masyarakat kota Pontianak ada yang menggunakan air ledeng (PDAM), dan ada juga sebagian masyarakat di kota Pontianak ini yang masih mengandalkan air hujan untuk di konsumsi sehari hari, baik untuk memasak, minum dan mencuci, masyarakat menggunakan talang dan penampungan berupa tong air yang terbuat dari semen untuk mendapatkan dan menampung air hujan tersebut sehingga kuantitas air yang tertampung hanya mengandalkan tadah hujan saja, dari talang dan atap rumah tangga tersebut dapat lah kiranya kita pikirkan sejauh mana standart Lokasi Komyos Sudarso kualitas kesehatan dari masyarakat itu bias Pontianak terpenuhi dengan baik. Terkait dengan pola hidup dan kebiasaan tadi sebagian masyarakat menggunakan kulitas air hujan yang lebih murah, ini juga disebabkan karena tingkat kesadaran dan kualitas pendidikan masyarakat yang masih rendah, sehingga pemahaman tentang kesehatan juga teramat sedikit, ini disebabkan biaya kesehatan itu amat mahal harganya, sehingga Lokasi Kom Yos Sudarso Pontianak masyarakat juga belum mampu dalam mengupayakan standart- standar kesehatan itu, paling tidak mendekati standart maxsimal tentang pentingnya akan kesehatan pribadi dan lingkungan. Disamping menggunakan atau mengkonsumsi air ledeng (PDAM) sebagian masyarakat juga menggunakan sumur atau air tanah untuk keperluan mandi dan mencuci, dimana jarak dari septiktank dan sumur mata air yang digunakan untuk dikonsumsi rumah tangga juga harus
| 55
diperhatikan sehingga air buangan dari septiktank tidak rembes ke dalam dan bercampur dengan air sumur resapan yang digunakan untuk meandi dan mencuci. Air sumur yang digunakan untuk mencuci dan mandi juga harus perlu diperhatikan kualitas air nya sehingga kesehatan masyarakat yang tinggagal dan dan menggunakan air dilikingkungan tersebut akan terjaga kesehatan nya. Sumur resapan yang dibangun digali sedalam 2 3 meter atau sepanjang 3 sambung goronggorong, dan biasanya dinding penahan dari sumur tersebut terbuat dari kayu cerucuk atau kayu belian untuk menahan tanah runtuh kesamping. Yang sangat perlu diperhatikan sekali apabila dinding penahan dari kayu air resapan dari samping akan rembes dan masuk ke dalam sumur tersebut, apabila tanpa kita sengaja jarak wc, dan pembuangan dekat dengan sumur tersebut akan bercampur dengan hasil buangan tadi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai. Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan. Itulah salah satu alasan mengapa air minum dalam kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga: untuk air minum, air mandi, dan keperluan lainnya, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang dalam Permen Kesehatan RI. No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai Kualitas air tersebut menyangkut : a) Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan dengan kemungkinan pencemaran air buangan. Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di dalam air. Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan penghasil toksin.
b)
c)
| 56
Definisi Operasional
Variabel Bebas: Kadar Bakteriologis Sebelum Unit Instalasi Variabel Terikat: Kadar Bakteriologis Setelah Unit Instalasi Variabel Antara: Sumber Air Baku Jumlah bakteri E. Coli pada air sebelum melalui instalasi air depo isi ulang. Jumlah bakteri E. Coli pada air setelah melalui instalsi air depo isi ulang. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk air minum isi ulang. Jenis alat instalsi pengolahan yang dipergunakan (Merk, Biaya, jumlah filter, dll) Cara perlakuan air/pada pengisian galon setelah melalui unit instalsi air. Sistem pembunuhan bakteri yang dipergunakan dalam proses instlasi. Lama operasi depot air sejak mulai dibukanya usaha depot air Uji Lab. MPN Ratio
Uji Lab.
MPN
Ratio
Wawancara
Lembar Tilik
Nominal
Alat Instalasi
Observasi
Cheklish
Ordinal
Penanganan Air
Observasi
Chkelish
Ordinal
Desinfektansi
Observasi
Chkelish
Nomonal
Wawancara
Lembar Tilik
Ratio
Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri koliform dari uji penduga dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public Health Association,1989 ) dan Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 14th edition. American Public Health Association, American Water Works Association, Water Polution Control Federation, Washington, D.C., 1975 dibandingkan dengan tabel MPN/JPT ( Cappuccino & Sherman., 1987). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bakteri colifom dalam 100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari berapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam (tiga seri pertama,kedua dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan dengan tabel MPN/JPT. Data di analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data dari contoh-contoh air minum isi ulang setelah di analisis di laboratorium Mikrobiologi, akan dibandingkan dengan Permenkes No.416/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih dan Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Berdasarkan uraian diatas dengan ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber air baku yang dipergunakan 100% menggunakan air gunung, dari Anjungan sebanyak77,2%, Paniraman sebanyak 12,3% dan dari Sui Purun sebanyak 10%. 2. Kualitas air baku yang dipergunakan sebagian besar (71,9%) angka MPN Coliform masih belum memenuhi syarat kesehatan, demikian halnya angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 59,6%. 3. Kualitas air olahan yang dihasilkan sesuai Kepmenkes No. 907/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum masih terdapat 33,3% angka MPN Coliform belum memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk angka E. Coli yang belum memenuhi syarat kesehatan mencapai 15,4%.
| 57
Kuantitas Air Baku PDAM, Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan non domestik.
NO. 1. 2. JENIS KEBUTUHAN Kantor Rumah Sakit PEMAKAIAN AIR RATA-RATA PER HARI (LITER) 100 - 200 250- 1000 KETERANGAN Per karyawan Setiap tempat tidur pasien Pasien luar : 8 liter Pegawai : 160 liter Per Pengunjung Permurid, Guru : 100 liter Permurid, Guru : 100 Liter Perkaryawan Pengunjung ,karyawan = 100 Liter Per orang pershift Setiap penumpang Penghuni :160 Liter Untuk setiap tamu Setiap Tamu Jumlah jemaat setaip hari
Gedung Bioskop Sekolah Dasar & SLTP SLTA & PT Laboratorium Toserba Industri/Pabrik Statsiun dan terminal Restoran Hotel Perkumpulan Sosial Tempat Ibadah
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
15% - 30% x Kebutuhan Domestik 0,50-1,000 0,25-0,50 0,1 1,0 400 1000 20 15 1 2 400 1- 2 0,01 10 Kebutuhan Domestik dan Non Domestik Kebutuhan rata-rata x 1,15- 1,20 (faktor hari maksimum) 20% x Kebutuhan rata-rata 30%-50% x Kebutuhan rata-rata Kebutuhan rata-rata x faktor jam puncak 1,5 2
4 5 6
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya.
| 58
Tempat pembuangan limbah yang ada juga tergolong sangat sederhana sekali sehingga langsung di buang ke permukaan tanah, yang nantinya akan menimbulkan bau yang tidak sedap di lingkungan dan pekarangan disekitar hunian. Ada juga sebagian masyarakat yang sadar dan mengerti akan pentingnya arti hidup sehat itu, mengumpulkan sisa limbah rumah tangga tersebut dalam kantong plastic atau ember dan kemudian di buang ke tempat penampungan sampah yang berada jauh dari permukiman mereka. Keemudian diangkut oleh truk pengangkut sampah. Limbah cair rumah tangga hasil pencucian dan mandi terkadang biasanya di gelontorkan juga langsung melalui sungai sehingga berselang waktu saja akan akan menimbulkan pendangkalan pada parit atau sungai itu sendiri. Masalah limbah sampah dan lain-lain yang terkait kesehatan dan lingkungan perlu adanya kesadaran yang tulus dan iklas yang timbul dari masyarakat itu sendiri dan itu adalah tanggung jawab kita bersama untuk mengaplikasikan nya dalam kehidupan bermasyakat sejalan terciptanya kehidupan yang sehat dan ramah lingkungan. Sebagian masyarakat ada juga yang sudah menggunakan dan memanfaatkan saluran/sarana yang ada di rumah nya untuk mengalirkan dan pembuang
| 59
hasil limbah rumah tangga tersebut bias mengalir dari hasil limbah tadi dibuang ke tempat penampungan, sehingga hal positif tersebut perlu ditanggapi positif. Kesadaran itu timbul dari masyarakat pengguna dan pemanfaat sarana tersbut serta mereka menyadari penatan lingkungan yang nyaman serta arti hidup sehat yang sesungguh nya.
No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Asal Sampah
Permukiman Komersil Pasar Perkantoran Fasilitas Umum Sapuan Jalan kawasan Industri Saluran(drainase) Lain-lain Jumlah
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2012 yang akan mencapai 703.696 jiwa, maka limbah padat domestik yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan standar timbulan sampah sebesar 2,5 liter/orang/hari, yaitu sebesar 1.759.241 liter/hari atau 1.759 m3/hari. Untuk limbah non domestik, terdapat timbulan sebesar 20% dari limbah padat domestik, yaitu sebesar 351.848 liter/hari atau 352 m3/hari. Total timbulan sampah yang dihasilkan setiap hari menjadi 2.111.089 liter/hari (2.111 m3/hari). Adapun komposisi sampah Kota Pontianak sangat tergantung dari kondisI musim, geografis dan sosial ekonomi, biasanya terdiri dari : o Kertas = 5,0 % o Kaca = 2,1 % o Plastik = 6.0 % o Logam = 2,0 % o Kayu = 1,5 % o Kain = 0,1 % o Karet = 0,1 % o Organik(sayur,daun) = 83,0% o Lain-lain = 0,2% Jumlah = 100 %
| 60
Berdasarkan komposisi diatas, dinyatakan bahwa komposisi untuk Kota Pontianak sudah masuk kategori sehat (diatas 80% organik). Ini berarti warga kota sudah mulai memahami penggunaan bahan-bahan organik sebagai sumber konsumsi sehari-hari. Program pemerintah tentang persampahan atau limbah padat ini sangat gencar sekali baik di tingkat pusat sampai ke tingkat desa bahkan sampai ke level masyarakat bawah, tindakan nyata adalah penyediaaan tong sampah pada tempat-tempat tertentu sehingga masyarakat bisa membuang sampah pada tempatnya. Untuk di lokasi Perumahan biasanya masyarakat menyediakan atau membuat sendiri tempat pembakaran sampah, atau menggunakan jasa penangkutan sampah untuk membuang sampah ke tempat pembuangan sampah. Pemerintah menyediakan tempat penampungan sementara sampah, baik sampah kaleng, plastik, dan lain sebagainya diangkut dengan menggunakan truk sampah kemudian dibawa ketempat pengolahan atau pembuangan akhir yang disediakan oleh Pemkot Pontianak bertepat di Batu Layang. Sampah padat yang dihasil kan oleh Rumah tangga warga atau tempat sampah, kemudian dengan menggunakan gerobak sampah diangkut ke TPS yang telah disediakan oleh Pemkot Pontianak. Penampungan Sementara Sampah yang telah disiapkan Pemkot terlihat penuh dan siap untuk diangkut ketempat pembuangan akhir, sementara dicelah-celah timbunan sampah padat dan apapun bentuk nya pemulung mengais rezeki dengan mengumpulkan sampah ke penampung sampah atau ke cukong-cukong sampah untuk diolah menjadi bahan yang bermanfaat sehingga sampah itu bisa didaur ulang kembali. Masyarakat juga terlibat dalam pengolahan dan pengumpulan sampah-sampah yang bisa dilakukan daur ulang seperti sampah kertas dan kardus serta plastik. Pengumpul bahan-bahan bekas ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria saja, kaum wanita juga ikut serta dalam mengumpulkan barang barang bekas ini, sehingga peran serta kaum hawa juga sangat berperan penting, dimana pekerjaan mengumpul sampah dan barang bekas ini menurut pandangan mereka mereka bisa mendatangkan rezeki dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
| 61
Sampah secara tanpa kita sadari juga menghasilkan dan meraih untung yang menjanjikan dari sampah ini, kelihatannya secara kasat mata kotor dan menjijikkan serta pekerjaan ini dianggap rendah tetapi tidaklah oleh sebagian orang pencari sampah, secara tidak langsung mereka juga membantu program pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Beberapa pemungut barang bekas dan pengelola daur ulang sampah di kota Pontianak antara lain daur ulang kardus atau kertas serta kaleng bekas, Sektor swata juga melirik pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menjanjikan serta bisa meraih untung yang berlipat ganda. Pengumpulan sampah di tempat penampungan sementara merupakan suatu rangkaian kegiatan pengolahan sampah, baik limbah cair maupun padat, dari tempat penampungan dan penumpukan sampah, lalu diangkut ke tempat pengolahan atau pembuangan akhir. Pengangkutan limbah sampah tersebut menggunakan Truk pengangkut sampah kemudian dibawa dan dibongkar ditempat penampungan sampah, dengan menggunakan tenaga manual dan mekanis (truk arm-roll), pada saat penumpukan dan pembuangan akhirnya sampah diratakan dengan peralatan berat dozer dan excavator. Sampah yang diangkut dan ditumpuk dalam suatu kawasan ditempatkan pada Lokasi Penumpukan dan pengolahan sampah di Batu Layang, Pemerintah menyediakan lokasi sampah ini agak jauh dari permukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masayakat.
| 62
| 63
Drainase lingkungan di kawasan permukiman yang mengalirkan air ke badan air pembuangan, beberapa di antaranya masih sangat sempit dan sederhana sekali, sehingga kita dapati air sisa limbah atau buangan sisa mencuci rumah tangga tidak mengalir dengan lancar, masih tersisa di saluran. Karena terletak di daerah pasang surut yang topografinya dekat dengan permukaan laut, saluran drainase di kota Pontianak rawan sedimentasi. Proses penggelontoran tidak berjalan sebagaimana Lokasi Jalan Merdeka mestinya. Masih dijumpai saluran drainase yang tidak dibersihkan sehingga terlihat kotor, air buangan tersendat atau mengalami penyumbatan untuk dialirkan ke tempat pembuangan, ini tidak saja disebabkan oleh saluran yang mampet karena sampah, namun juga oleh sedimentasi alami.
Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Mobil Barang Bus Sepeda Motor Jumlah
| 64
Upaya saat ini yang dilakukan adalah dengan menanam pohon dan perdu yang dapat mengurangi dampak-dampak pencemaran udara, di sepanjang jalur hijau pinggiran jalan dan taman kota. Setiap trotoar diupayakan diberi tanaman perdu yang dapat menyaring pencemaran udara. Jalur trotoar yang dilengkapi dengan tanaman pohon dan perdu ini dapat kita lihat di Jalan Ahmad Yani, Jalan Gusti Sulung Lelanang, Jalan Teuku Umar, Jalan Johar, Jalan Jendral Urip dan sebagainya. Sedangkan pada ruas-ruas jalan lain selalu ditanam pohon pelindung, yang tidak saja melindungi dari panasnya matahari, namun juga fungsi penyerapan karbon monoksida dari kendaraan bermotor. Pada kawasan-kawasan perdagangan diupayakan dengan menempatkan pot-pot dan bak tanaman hias, sehingga menjadikan kota Pontianak lebih colourfull dan asri.
3.2.
| 65
Peraturan pemerintah : 1. PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 2. PP Nomor 18 tahun 1999 jo PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 3. PP Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 4. Perda Kota Pontianak No.10 Tahun 2001 tgl 23 Juli 2001 tentang retribusi penyedotan kakus 5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak Nomor 001 tanggal 4 Januari 2010 bahwa operasional dan pemeliharaan IPLT di bawah UPTD TPA Sampah dan Limbah Keputusan Menteri : 1. Kepmen No.3 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri 2. Kepmen No.202 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Bijih Besi dan atu Tembaga Peraturan Daerah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan. 4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah.
| 66
Ke depan kelembagaan ini perlu diperkuat dengan sumberdaya yang lebih baik, program kegiatan, dan pendanaan yang memadai. Karena sampai saat ini Pemerintah Kota Pontianak belum memiliki kelembagaan khusus yang menangani limbah cair. 3.2.3 Cakupan Pelayanan
Limbah rumah tangga sampai saat ini dibuang langsung ke saluran-saluran drainase yang ada melalui parit-parit kota dan sungai alami, langsung dibuang ke Sungai Kapuas. Untuk limbah industri, mengingat lokasi sebaran industri yang umumnya berada di tepi sungai, harus diawasi dengan ketat supaya tidak membuang langsung limbahnya tanpa pengolahan. Air Sungai Kapuas yang dimanfaatkan sebagai air baku PDAM lama kelamaan akan tercemar jika pemerintah tidak mengawasi secara ketat buangan industri langsung ke sungai. Sedangkan limbah cair rumah tangga yang sangat mengganggu umumnya berupa detergent sisa-sisa pencucian. Kota Pontianak melalui Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak melakukan pemantauan terhadap kualitas air sungai yang berada di Kota Pontianak yaitu Sungai Kapuas. Selain melakukan pemantauan kualitas air juga dilakukan pengawasan dan penaatan hukum lingkungan hidup terhadap industri, rumah sakit, rumah makan, limbah domestik, bengkelbengkel dimana output dari kegiatan pengawasan dan penaatan hukum ini terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan berkualitas. Berdasarkan hasil pemantauan pada tahun 2008 kualitas air Sungai Kapuas dan anak sungainya setiap tahun menunjukkan bahwa parameter Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Deman (COD), Nitrit (NO2) dan Besi (Fe) melebihi Baku Mutu yang ditetapkan melalui PP No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada tahun 2009 parameter yang melebihi baku mutu adalah parameter NO2 dan Fe (sumber : BLH tahun 2010).
Grafik Kualitas Air Sungai Kapuas Kota Pontianak
Nilai
50
27.5 27.6 10 10.3 9.2 7.4 6.4 24.2 18.9 20.2 21.5 6.6 6.5 10 9.9 6.5 8.15 8.17 9 1.6 4.6 0.06 0.97 0 1.02 10 2.5 1.04 0.3 0.05 0.1
ni ty
Fe
TS S
pH
tu r
m pe ra
Te
Tu rb id i
Parameter Uji Nilai (kapuas besar) Nilai (kapuas kecil) Nilai Baku Mutu
Su lfa
TD
| 67
Cakupan daerah layanan Bidang Kegiatan Kebersihan Limbah ini pemerintah kota melayani seluruh wilayah Kota Pontianak yang meliputi 29 Kelurahan dan 6 Kecamatan, dimana lokasi sarana dan tempat sampah tersebar di wilayah Kota Pontianak, yang cukup jauh jaraknya ke tempat pembuangan akhir ( TPA ) Batu Layang. Pelayanan limbah yang dilakukan oleh Pemkot Pontianak ini berupa berbagai jenis limbah antara lain, limbah rumah tangga, rumah sakit, perkantoran, jalan, mall,pasar, restoran, hortel serta rumah makan, baik limbah/ sampah cair maupun sampah padat. Pada musim kemarau kadar garam air Sungai Kapuas cenderung meningkat, disamping itu juga pengaruh pasang surut air yang menyebabkan terjadinya fluktuasi perubahan kualitas air Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya serta pengaruh curah hujan yang terjadi penggelontoran dan run of water yang cukup tinggi yang membawa beban pencemaran terhadap badan air Sungai Kapuas dan Landak. Dengan demikian kondisi kualitas air Sungai Kapuas/Landak dan anak-anak sungainya dipengaruhi pasang surut air, curah hujan dan pembuangan limbah domestik, industry, sampah dan lain-lain serta dampak kegiatan penambangan emas tanpa ijin dan aktifitas lainnya diluar wilayah Kota Pontianak ke dalam badan air. Kondisi kualitas air Sungai Kapuas dan Landak dan anak-anak sungainya secara umum berada pada kisaran Kelas I dan Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Selain memantau kualitas air permukaan, Kota Pontianak juga melakukan Pengelolaan instalasi pengolahan lumpur tinja. Pengelolaan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak sampai saat ini berada di bawah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) Kota Pontianak dibangun sejak tahun 1997 melalui program KUDP (Kalimantan Urban Development Project). Dalam perkembangan selanjutnya IPLT disempurnakan sarana dan prasarananya melalui Dana Bantuan Pusat dengan penambahan prasarana pendukung berupa : 1) 2) 3) 4) 5) Pagar keliling Bangunan Laboratorium Penyempurnaan Jalan Lingkungan Jalan Kerja Penanggulangan kebocoran pada Imhoff Tank
IPLT Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak terletak di Jalan Kebangkitan Nasional. Berjarak sekitar 15 km dari pusat kota. Lokasi IPLT ini bersebelahan dengan lokasi TPA dengan struktur lahan gambut. Pelayanan IPLT sejalan dengan penarikan retribusi. Retribusi yang didapat dari penyedotan tinja selanjutnya disetor pada Kas Daerah. Berikut data penyetoran retribusi penyedotan yang disetor pada Kas Daerah dari tahun 2000 ~ 2010 (sumber data : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak tahun 2010).
| 68
Tabel 3-7 Retribusi sedot tinja Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Target PAD 6 juta 6 juta 6 juta 8 juta 10 juta 10 juta 15 juta 15 juta 15 juta Realisasi PAD 1.770.600 6.462.000 1.545.000 2.072.150 6.614.000 9.730.412 10.624.798 6.364.784 10.198.000 10.523.000 4.837.500 Prosentase 25,75 34,54 110,23 121,63 106,25 63,65 67,93 70,15 32,25 Keterangan Masa Uji Coba Operasional
Gambar 3-2 Grafik Realisasi Penyetoran Retribusi Kakus pada Kas Daerah tahun 2000 2010
12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 2000DKP 2001 2002Pontianak, 2003 2004 tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: Kota 2010 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
| 69
Hasil pelayanan oleh Dinas Kebersihan Kota Pontianak dan hasil pemantauan yang dilakukan oleh BLH Kota Pontianak, diperoleh data bahwa di Kota Pontianak terdapat 3 cara pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat, yaitu: 1. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya langsung ke badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. 2. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke alam bebas setelah mengalami pengolahan awal yang sangat sederhana berupa tangki septik. 3. Kelompok yang membuang air limbah domestiknya ke badan air setelah diolah secara tuntas pada sistem pengolahan air imbah yang memadai. Setiap aktivitas rumah tangga, industri atau kegiatan usaha pasti menghasilkan limbah yang dapat memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dilakukan pengawasan yang bertujuan untuk memantau dan mengawasi setiap kegiatan usaha atau industri tersebut.. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa tempat kegiatan usaha / industri, limbah yang dihasilkan serta Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL). Berdasarkan hasil pengawasan terhadap kegiatan usaha / industri, ditemukan usaha-usaha yang masih belum menampung limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan hasil pembuangan limbah masih melewati ambang batas yang telah ditentukan. Upaya yang dilakukan pemerintah kota untuk mengoptimalkan pengolahan air limbah yang dihasilkan dengan cara memberikan saran kepada setiap kegiatan usaha/ industri.
| 70
PRODUK INFUT
A User Interface
C Pengangkutan / Pengaliran
Black Water
Tinja Urine
Air Pembersih
Air Penggelontor
Kertas Pembersih
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi
Air Cucian Pakaian
| 71
Black Water
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Pembuangan Air Cucian Resapan Air Tanah
| 72
Gambar 3-5
PRODUK INPUT
Black Water
Lumpur
Truk
Effluent
| 73
Grey Water
Air Cucian Dari Dapur Ke Sistem Air Limbah Setempat/ Terpusat Pembuangan Air Cucian
Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Atap Bangunan Halaman Jalan Ruang Publik
Talang
Sumur Resapan
| 74
3.2.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penanganan Limbah Cair
Berdasarkan data penduduk Kota Pontianak pada tahun 2009, penduduk Kota Pontianak berjumlah 595.601 jiwa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat dan agama yang berbeda. Selama pelaksanaan program pembinaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup menunjukkan ada kecendrungan masyarakat untuk peduli terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup antara lain dalam bentuk kegiatan Peduli Wargaku Hijau Kotaku, Pontianak Colourfull, Minggu Bersih dan kegiatan lainnya walaupun masih ada masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungan hidup yang dapat dilihat dari adanya indikasi masyarakat membuang sampah di sembarang tempat dan tidak tepat waktu dan melakukan aktivitas MCK di tempat yang sama dengan lokasi pembuangan tinja yaitu di tepian sungai. Dengan potensi dan karakteristik masyarakat yang heterogen merupakan aset dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup ini dapat dilakukan dalam bentuk Program Cinta Sungai Jawi Bersih (Cijasih), Gerakan Bangga Parit Bersih (Gerbang Pasih), Gerakan penghijauan kota dan lain-lain. Disisi lain budaya masyarakat Kota Pontianak yang menggambarkan kepedulian tentang lingkungan hidup ditunjukkan dengan penanaman pohon bersamaan penanaman ari-ari. Makna dari budaya tersebut menggambarkan perlindungan sumber daya alam, keteduhan dan sumber pendapatan masa depan dari pohon tersebut yang menghasilkan buah. Budaya tersebut perlu ditumbuh kembangkan yang dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan hari-hari besar nasional ataupun hari besar agama melalui kegiatan penanaman pohon. Peran serta wanita dalam penanganan limbah ini sangat diperlukan karena mereka keseharian yang berurusan dengan dapur dan sampah/ limbah, wanita menyadari akan pentingnya membuang limbah itu pada tempatnya atau mengumpulkannya ke tempat penampungan kemudian di buang ke tempat penampungan sementara yang telah disiapkan oleh Pemkot dan terdekat dengan pemukiman. Dengan adanya kesadaran dari ibu-ibu rumah tangga dengan tidak sembarangan membuang limbah itu juga bagian dari peran jender dalam menjaga kebersihan dan pengelolaan limbah rumah tangga.
3.2.6 Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan limbah cair di Kota Pontianak meliputi beberapa aspek diantaranya: Aspek teknis a. Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah (saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase)
| 75
b. c. d. e. f. g. h. i.
Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis dan yang tidak Pelayanan IPLT terbatas Belum ada IPAL Tidak ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (skala perumahan, pasar tradisional, dll)
Aspek sosial a. Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbah di setiap rumah tangga b. Kebiasaan masih menggunakan WC cemplung (khususnya masyarakat tepi sungai) Aspek kelembagaan a. Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan) b. Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota Aspek pendanaan/pembiayaan a. Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan b. 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC Aspek lingkungan/kondisi alam a. Topografi wilayah relative rata (berpengaruh terhadap tingkat kesulitan untuk membangun system pengelolaan limbah system perpipaan) Terjadinya penurunan kualitas badan air pada Kota Pontianak selain disebabkan oleh kegiatan pembuangan limbah domestik oleh masyarakat juga terdapat kontribusi dari kegiatan-kegiatan usaha yang berkembang di Pontianak. Saat ini untuk beberapa kegiatan usaha tersebut secara umum masih ditemukan beberapa hal yang menyebabkan kegiatan usaha berpotensi menimbulkan pencemaran, antara lain seperti : a. Tidak semua kegiatan usaha mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai untuk menampung limbah yang dihasilkan yang selanjutnya dilakukan pengolahan secara proporsional sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai kegiatan usaha yang bersangkutan. Belum optimalnya proses pengolahan limbah cair di IPAL sehingga baku mutu yang dihasilkan masih jauh melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan sesuai bidang usaha masing-masing. Ada sebagian kegiatan usaha yang tidak/belum mempunyai IPAL untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dengan berbagai alasan seperti: tidak adanya lahan, keterbatasan dana, keterbatasan kemampuan tenaga teknis pengolahan limbah cair dan lain-lain. Ada sebagian kegiatan usaha yang IPALnya yang kurang dilengkapi dengan filter, penangkap lemak dan lain-lain sehingga padatan yang terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan yang dibuang ke badan air terdekat masih mengandung padatan yang berpotensi menimbulkan bau. Hal ini pada umumnya terjadi pada kegiatan usaha restoran dan rumah makan.
b.
c.
d.
| 76
WALIKOTA PONTIANAK
DINAS PU
OPERASIONAL KEBERSIHAN
PELAKSANA
PEKERJA
| 77
| 78
Jenis wadah yang digunakan oleh penduduk di daerah permukiman dengan pola pewadahan secara sendri-sendiri adalah meggunakan wadah yang terbuat dari kantong plastik hingga karet ban bekas. Wadah yag digunakan di daerah komersil dan tempat umum adalah terbuat dari tong, tumpukan bata, dan kontainer kecil, sedangkan didaerah perkantoran terbuat dari tumpukan bata. Keseluruhan wadah digunakan sebagai wadah sampah campuran antara bahan organik dan anorganik. Kondisi Pengumpulan Sampah Wujud pelayanan penting (sesuai SK SNI T-13-1990-F,Dep PU), berikut terkait pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan daeri masing-masing sumber sampah untuk diangkut dari TPS ke TPA. Jenis TPS yang ada dikota Pontianak selama 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 3-8 Jenis TPS
No. 1. 2. 3. Jenis TPS Tahun 2006 61 97 4 169 65 2007 35 119 4 158 60 2008 35 100 4 138 23 2009 37 79 4 118 15
Container Batako, Bak plat semen Transfer Depo Jumlah TPS liar di 6 kecamatan Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Pelayanan Pengumpulan Sampah di Pasar Tradisional Pengumpulan sampah pada pasar-pasar tradisional dilakukan oleh tenaga dari DKP. Pengumpulan sampahnya dilakukan setiap hari setelah selesai aktivitas pasar. Kegiatan dimulai dari penyapuan los-los, meja-meja jualan, lapak halaman trotoar jalan sampai dengan sampah saluran got/saluran. Kegiatan ini dilakukan setiap hari oleh pekerja yang dikoordinir oleh DKP. Sampah tersebut diangkut dengan gerobak sampah untuk dimasukkan kedalam dump truk/kontainer dan ada pula yang ditampung pada TPS yang di bangun disekitar pasar tersebut. Kemudian sampah-sampah tersebut diangkut dengan dump truk/kontainer untuk dibawa ke TPA Batu Layang.
Tabel 3-9 Data Volume sampah pada Pasar-Pasar
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Pasar Plamboyan Dahlia Mawar Kemuning Teratai Siantan Kenanga Puring Nipah Kuning Pasar Tengah Ritasi/hari 8 4 4 4 4 4 2 1 1 4 39 Vol.sampah (M3) 48 32 32 32 32 32 12 6 6 24 276
| 79
Sampah pasar volumenya akan meningkat pada saat tiba hari-hari besar, seperti Tahun Baru Masehi, Imlek, Cap Goh Me, Idhul Adha, Idul Firti, Hari Natal, Momentum Hari Nasional, Kegiatan Besar Propinsi dan Kota. Demikian pula pada musim buah, pada musin ini Kota Pontianak akan dibanjiri berbagai jenis buah sesuai dengan musimnya, terutama buah duarian. Oleh karena itu, jika musin buah ini tiba maka timbulan sampah volumenya akannaik. Pada Umumnya pada pada hari-hari besar volume sampah naik hingga 10-20%, pada musim buah meningkat sampai dengan 20%-30%. Jenis buah-buah yang datang dari daerah adalah durian, rambutan, langsat, rambai, jambu, semagka, jeruk, melon dan mangga. Pelayanan Pengumpulan Sampah Perdagangan Pengumpulan sampah di kawasan perdagangan dilakukan oleh pekerja DKP. Pengumpulan dilakukan dengan cara penyapuan pemungutan dan pembersihan sampah setiap hari setelah selesai aktifitas perdagangan. Pada umumnya jenis sampah perdagangan ini cenderung lebuh banyak sampah anorganik seperti kardus, plastik, kertas dan barang barang lainnya. Hal ini juga bermakna bahwa sampah organik dikawasan ini tergolong sangat sedikit. Pengumpulan sampahnya juga menggunakan kontainer atua disediakan TPS pada kawasan perdagangan tersebut. Pola pengelolaan kawasan perdagangan ini dengan pola kontrak pihak ketiga. Pemerintah Kota Pontianak dan DKP mengangkut sejumlah volume sampah, kemudian pihak swasta membayar sejumlah uang sesuai dengan nilai yang tertera didalam kontrak yang disepakati, kemudian dananya akan disetorkan ke Kas Pemerintah Kota Pontianak melalui Bank kalbar (pertambahan PAD Kota). Jumlah timbulan sampah akan disurvey secara periodik guna menentukan asumsi volumenya angkutannya.
Tabel 3-10 Data Volume Sampah Kawasan Perdagangan No 1 2 3 4 5 Kawasan A Yani Hyper Mart PT Pelindo PT Matahari Mall RS Antonius Ps.Mawar Jumlah Ritasi/Hari 6 6 2 2 4 20 Vol.sampah (M3) 36 36 12 12 24 120
Sistem Operasional Pengangkutan Sampah Sesuai standard Dep.PU, SK SNI T-13-1990-F, pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan akhir. Rute operasional pengelolaan angkutan persampahan sudah ditetapkan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak yaitu mencakup : Rute Pengangkutan, Jadwal pengangkutan, Lokasi TPS Container, Pelaksanaan pengelolaan kebersihan Kota Pontianak ditetapkan dengan sistem operasional sebagai berikut : 1. So1 Sumber sampah langsung dengan tipper Truck diangkut ke TPA.
| 80
Sumber sampah Gerobak sampah TPS Tipper Truck Sumber sampah gerobak sampah Transfer depo Tipper truck Sumber sampah gerobak sampah Container Container truck Sumber sampah TPS Tiper truck Sumber sampah Container Container truck
Adapun daftar armada Kendaraan dan alat berat yang dimiliki, adalah sebagai berikut :
Tabel 3-11 Jenis dan jumlah Armada pengolahan sampah NO 1 2 3 4 5 6 7 8 JENIS Amr Roll Truck Dump Truck Tipper Compactor Pick Up+taman Double Cabin Ops.Kepala Dinas Tangki (Tinja )+taman Excavator D 6 (TPA) JUMLAH 11 unit 26 unit 1 unit 4 Unit 1 Unit 1 Unit 3 Unit 1 Unit KONDISI 10 Baik, 1 RR 20 Baik, 6 RB Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Dari jumlah armada yang ada, dengan keterbatasan masa pakai (tahun pembuatan dan layak jalan/operasi dengan komposisi sampah basah diatas 60%, maka di perkirakan kemampuan pakai setiap unit hanya kurang lebih 5 tahun saja. Dengan demikian setelah dilakukan evaluasi dan pengamatan terhadap pertumbuhan timbulan volume sampah yang makin bertambah, jumlah armada sekarang kurang lebih hanya 60 % dari jumlah total sampah/harinya, sehingga diperlukan penambahan unit angkutan sebanyak 25 unit, menjadi 59 Unit untuk tahun 2009. Untuk melaksanakan kegiatan sistem tersebut (operasional), maka dipergunakan peralatan dan sarana Pemerintah Kota Pontianak Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan. a. Sarana - Pewadahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Pewadahan dilingkungan permukiman (swadaya) bentuk dan jenisnya bervariatif, namun masyarakat wajib menyediakan pewadahan sesuai dengan jumlah sampahnya. - Pengumpulan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan gerobak sampah 1 1,5 M3 sebagai alat pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat/RT/RW/LPM dengan kondisi keseluruhan 80%. - Pemindahan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container 8 M3 sebanyak 35 unit untuk pemindahan sampah dan kondisnya masih cukup baik. - Pengangkatan (SNI T-13-1990-F, Dep.PU), Digunakan container truck (arm roll truck) 8 M3, dump truck 6-8 M3 serta Compactor 8 M3. dimana pengoperasionalnya disesuaikan jadwal siang malam.
| 81
TPA, Digunakan Excavator dan bulldozer untuk mengangkat dan memindahkan serta meratakan dan memadatkan sampah pada sel-sel tertentu.
b. Prasarana Prasarana pengelolaan sampah sampai dengan tahun 2007 , seperti : - Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. - TPA dengan luas 26,5 HA, sudah milik sertifikat atas nama Pemerintah Kota pontianak. Hingga saat ini luas terpakai + 13,5 Ha, sisanya sebagai lahan penyangga (Buffer Zone ). - Kebun bibit (bidang Pertamanan), dalam area perkantoran. - Workshop / bengkel kendaraan angkutan Dinas dan sarana area parkir. - Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA) Batu Layang seluas 28,6 Ha , dalam sistem pengelolaan controll landfill. - 1 unit alat pemusnah sampah (incinerator), dengan kapasitas pemusnahan sampah rata-rata sekitar 3 m3 3,5 m3 / jam (efektif jam kerja/kondisi normal). Pengadaan tahun anggaran 2005, dengan tingkat pelayanan persampahan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat, khususnya masyarakat sekitar keluarahanParit Tokaya. Effisiensi alat pemusnah ini, dapat meminimalkan keberadaan TPS-TPS liar yang berada pada lokasi jalan protokol dan sekitar wilayah Kec. Pontianak Barat (desentralisasi pelayanan persampahan). Akhir tahun kegiatan 2007, unit incinerator mengalami penurunan kemampuan bakar sekitar 45 %, hal ini dikarenakan model kontruksi mesin adalah statis, sehingga permasalahan sering terjadi pada pemadatan sampah bagian bawah yang tidak tersentuh proses pembakaran. Akibatnya terjadi penumpukan panas tinggi ke bagaian sistem bahan penyerap panas (castble iron dan bata tahan api). Kemampuan bahan tersebut terbatas, akan rontok sedikit demi sedikit, sehingga terjadi penyerapan panas tidak merata, proses pembakaran akan terjadi lama. Pengelolaan TPA Batu Layang Akses Jalan Jalan masuk ke TPA Batu Layang dihubungan melalui Jalan kebangkitan Nasional yang merupakan rencana jalan lingkungan luar Kota Pontianak. Jalan kerja adalah merupakan jalan operasional yang berfungsi sebagai lintasan kendaraan angkutan truk sampah, agar dapat mencapai sedekat mungkin dengan sel timbulan. Lebar jalan yang ada 6 M dengan bahu jalan selebar 1,5 m dengan dilengkapi lokasi kerja penurunan sampah (Tipping Area) pada setiap jarak 80 m dimanan bahu jalannya diperlebar menjadi 6 M. Jarak antara jalan kerja dibuat 80 m dengan maksud agar panjang lintasan operasi Buldozer dapat efektif dan effisien dengan hasil maksimal. Lokasi Kerja Penurunan Sampah ( Tipping Area ) Jalan kerja penurunan sampah (tipping area) dibuat dengan maksud agar sampah diturunkan/dibongkar dari truk sampah dengan mudah dapat dipindahkan oleh Buldozer pada sel terdekat. Lokasi Kerja ini digunakan pada musim kemarau/muka air tanah rendah, sedangkan untuk musin hujan/muka air tanah tinggi lokasi penurunan sampah dilakukan disisi jalan kerja ( dibahu jalan ).
| 82
Sistem Drainase Sistem drainase TPA dibuat melingkari TPA, sehingga dapat berfungsi mencegah aliran air permukaan dan aliran air tanah masuk kedalam lahan Controlled Landfill. Dan juga mencegah aliran air permukaan dan aliran tanah keluar dari lahan landfill secara langsung ke badan air parit selang yang ada. Tanah Dasar TPA Kondisi tanah dasar TPA Batu Layang berupa tanah gambut, jumlah air, muka air tanah tinggi, sehingga daya dukung tanah permukaan sangat rendah. Sebelum dioperasikan lapisan humus dan alang-alang yang ada dihapus terlebih dahulu, baru dapat dilakukan penimbunan sampah. Dimensi Sel Ukuran sel yang ada dibuat 80 mx 85 m, sehingga dapat lebih mudah mengontrol kepadatan sampah setiap selnya. Tebal penimbunan dilaksanakan maksimal 1 m, sehingga timbunan sampah dapat dipadatkan sampai mencapai density seluas + 600 Kg/m3. Tanah Penutup Sistem control landfil yang dilakukan pada TPA batu layang saat ini berupa tanah penutup, timbunan sampah dengan ketebalan sebagai berikut : Tanah penutup untul sel harian dibuat tebal 15 cm Penutup antara dibuat tebal 30 cm. Tanah penutup akhir dengan tebal 50 cm dilakukan jika mencapai 5 cm.
Sarana Pengolahan Leachate Leachate yang timbul akan dialirkan secara gradiasi melalui saluran pengumpul leachate yang dibuat sekeliling lahan (parit keliling) dilengkapi dengan sumur pengumpul. Selain sumur pengumpul juga dibuatkan Kolam Maturasi dan Bio filter yang diletakkan disebelah selatan lahan TPA. Bangunan Fasilitas Penunjang Bangunan ini dibuat untuk menunjang kegiatan TPA batu layang, berupa : Jembatan timbang 1 Unit ( kondisi saat ini sudah rusak berat, akibat terkena petir saat hujan) Tempat pencucian kendaraan angkut dan alat berat Garasi unit alat berat dan kendaraan angkut. Kantor Administrasi dan Gudang umum.
Pagar Hijau Pelindung TPA Pagar hijau pelindung TPA ini dibuat sekeliling TPA dengan maksud untuk mengurangi pengaruh bau, kecepatan angin, menangkal gangguan petir serta pembatas pagar antara Lahan Control landfill dengan sekitar. Pepohonan untuk pagar hijau ini ditanami jenis pohon yang tinggi dan berdaun lebar disekeliling TPA.
| 83
01'29"
%
Jl Fl ra o
Jl Te lu kB et un g
J .P l en un a j gAt n sI a
01'29"
Jl. Pe n
ja n u g n
ta A sI
Jl Ke ba ng ki anN t as on i al
. l J
ha K ul t st i wa i
## # #
Jl Ko m Ba li Jl Ko M s a m Ba li M sI a
SK ALA = 1 : 110.000
.B l J ud iU to m o
Jl .P a et r Pa ng er nB a
ur aB l. J D m r a aP
g n a
# # # # # # ##
J Pa l. kK a ih s
Jl .P ar t Pa e ng er n a
Jl U KA
Jl H Ah m ad
J .S l aa dA m i
Jl Pu ri g n
Jl Ja m Jl uM b lit a en t Be r e
000'30"
.K l J om Y os Su da rs o
JL .B ak r ie
Jl .
H l J Na w aw iH as an
#
Jl .T eb u/ T am t a
ar M a t na i d t a
Jl O ot t Ah m ad
Ya l kM Sa br an J l O ot t Ah m ad I J
m U r a al T b i
LM J . .Y us uf
# # #
Ap l. J el
Jl Sa ha n g
# #
Jl Ap el VI
#
Jl. Se l am a Jl t J l. Su k aP Sr i ad i ay k a
Pu ra ma l. D ar J
Jl 28O kt o r e b
Jl. Pa w rs a a l
J l. Sa h
ns AD lT J a
Jl Su . ng ai Se la m t a
Jl Ko m a B nd liI ah
JlKe la
.H l ar un a J
Jl .S aw o
Jl Se la Bal t i
ch m d a ra iA n .T l ab J
Jl Pu yu h
r1 a ar Lu in g k l. L J
#
us e k l. P J
# ##
e in l. H us J
an g Pn a d
JlNip a
h m a H za
ut D a lK om J
Jl Wij ya a Sa i r
J l. Bu nt u
J l. Se pa k at I
g lU jun J
am i a tD a lS ep ak J
Jl Dr . .
an t an i lK om er P J
m I A, g lima n l. P a J
lL J
J l. PN at a ku s um a
Jl Se p ak a tI V
Jl Se p ak a tI
#
an i JlPe t
a tV k pa e lS J
ga n a HAli r
J Ja l. mb i
# # # #
i d a Ba w ay r l. U J
To lI lr e a l l. P a J
Jl .A b M d ui s
sI ma s
I lS ep ak t VI a J
m i a gn i yoP er lK om uw S J
##
Jl Pe ri ti n s Ke m er d ek aa n
Ku h nin g
as i v ig Na m lK o J
# # ### # # # # # ##### # ## # # # ## # # # # #
.H l as anu di n J
m n a .R l ai sA .R ah J
sa i n Jl Bu . ki tB ar
J l. Le m a b hr Mu Jl ai Me r ak I J lMe I I J l. Ra ak r ja W I li a
Jl .
ar K t e
m i a aP u er an M d lK om J
JlPu in r g
# #
a y Jl. Ga
#
.T l ri ur t a J
Pai l J iB n ar da n
Jl Ta ka ri
Jl .
J l. Pa r it M a mu k r
el S t a um S b a
an t n
M e a r kI
Jl.
t im a F h a
Jl.
as an I Jl H N w a w a H i sa nI Jl H N w a w a H i a
##
J lSe la t Su mb II a
#
Pa l J re tP an ge ra nB
.S l it uM ah m ud J
000'30"
.S l J el tP a an ja ng
Jl .
##
lKu J il t
# ##
%
#
.C l am r a J
Ken l ar i J
g n a
bu la h l. P e J
.Z l J ai udi n n
n a
n a m s iU d ha l.Ra J
s es m a .P l us k J
ha T ha lU m r a J
Jl. V tr e a n
J l. Da na u
J l.Ka ua p sP la e c e
02'29"
II lJ ka t Su k pa e am u lS aJ ly
# # #
Jl. Ka r
am a ur n l. P J
J M l. sa I
J I lh l. am
J l. Mo ro d ad iI
in m ro f.MYa l .P J
J l. Pe in r is t
V un gI Ag a na r m Jl. Pu
Jl. Da y
aS n s ia o l
J Pa l. k Be en c g
2 ua r rL a gk in l. L J
J Mo l. ro d ad i
lJ Sw ak ar a y
lMa J rg o sa i s
Na a sio na l
Jl. Ta n
lJ .Ta iM n ak m ur
Jl. Un t
J l.PG A
o t ip
g n u
ng ju ar s i
J lW ij ay a Sa ri
Sr u o pa i t
lAr J iKa ya r nd I ah II
J l. Se am r I
J l. Un un t g
Jl Ka r ya
Sr u pa o t iI
lJ Na w i w a
ia k lS .N l J J ur Al i .T l am ar m n u J a .L l ti a f J Su di r hBa r h .J l el nN aI da n .S l ej ar a J us u J is b J I ah I er y r a t a lB eli h l. N a aI nd l. Sg iB r a J Me l. J aI s nd us J Ha lB PK PI rd o j l. N u J at n a J ka e um S oh ar J l. B Pan l ca il s aV .U l ri p hI I l. J a nd a J ga ja A ha n J J in t r i aI s nd ua a l. r sa r u le k AKa l. N u J am an J iTim Da k l. R J in s g a Gir r lW a oh r a J l. S in r o l. I nd Pan l as c il aI V J l. J J uC ik D it i J J J k g ak h am i la I lT en l. M a Pan l as c il aI ca n s m le J J J l. P a lP l. J a alim ay am J un J Ho s sS u l. S ek im r o C l. A g J lK a a oa r k J J t a n min .W l M di i S go o r ar im en da to o J ip ne o ila I l. K l. C l. D .S l ia m as c J J g in J J o it ia lI l P s an er in l. B ar an a c J l .B J l. P J J i k zu r a in aiM s lim l. I m s Mu p nt i Um ar J lS ia k m a g er a ku g J lM ak sa n a l. M en g na n J l. W J l. T Le la i d J J ng ia B u u lu l. S et a y s tS J g j l .G pa a n lE ka i J l. K et J ma J Da a k lS u ya g n J Kh l. J li a n air l. A ya re n il a n J Mu l l. A n wa r k u a J i a j a t a m n a a d h lS n a r a ar ik t l. K e s J lD IP l. SP iS w J .H l ij a J J l. D e J a n a J r iJ ay de n l. T ie r Ta J me mn l. P Ra a ha c a d J lS uk bd ur ma ni a J yA iAh k Su ry 2 lt . S ar u z m r a ra to p l. S l. M l. A deI l. S up J J J J an .A mr h l. M da o7 t p o3 t p ia n ar b a k J uh a o s a r p a r p an lJ . r ah I I a r . l u S l S . m a t l u S l u S la w e J J lK a o t p J J l. P ah alm J up a r J l. H l. S J ta n ga i J n an lK alima gS n em ie f a i J l. P a l. S y ar S J J aw a on o l. R g r J ir a d a id S is Ma r l. J l. HS l. M . lA Un tg J J un rk ir a t u m ak i J t ur S yr h a a Da la aBh y r n pa o t lt J l.S K es i l. K a ma J iI / l .S uw la J ah R Ka l. J l. S u di d b A rv in l. J rJ lNa J Ha o SlT Tu rJ lT imo tu ru lA BD OR no J J l.Su a . l ar y Ba a y o J THa yo r n lJ G y o mn JK m ba ng sm I lSu J a lK a Ba p l. M m b wa J J Pa l. J ba l. J la p lo r J lAn Pa la p lA a d aI aI J s n la an o gg o y l.Pu J lE .S l ur ya l. J .S l ut o J J MSo J la u ho r We wo l. J no y os o
m a k .D l RHa J
J l. Ce nr wa a s ih
# #
# # ## #
# #
lT . an un j gH r l i J
lY . a'Sa br an J
Jl Se at l Sab an g
lB J uk tR i ya a I
I lB J PK P
in g .J l J er nd a a Jnt Se l os
i a aw iP er m ng iJ a Jl Ko m Su
i r na e lK J
Jl Si . da s
Jl H . ss u ie n
h .G l J tH s an za Jl Ko m KP LP
s r ap Ma l. J K
a r ng pu an ju l. T J
n a
S n e ru a t m
J l. Me dia
Jl Ta n ju ng Ha a r
J l. Sa iK r to a n
an p
Jl HA li
Jl. Se p
u r a
ka a t I
Jl. Pa re H t Hu s ein I
J lNir ba a y
J l. Ab du lRa ch a m Sa n le h
J l. Ke se a h
n a t
RS S ud ar o s
ya a
lTu J a m g n
J l. Se ak p tI a
J l. Pe da r na
Jl .
Jl. Pu rn am a I
04'28"
Jl. Pa re tH Hu se i nI
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
Jl. Su n
aiRa g a y
Dla a m
Tabel 3-12 Kondisi Dan Lokasi TPSTahun 2010 Wilayah Kota Pontianak
No. Wilayah / Lokasi TPS I. KECAMATAN PONTIANAK BARAT A. KELURAHAN SEI. JAWI DALAM a. Jl. HRA. Rahman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Komplek Pasar Dahlia Samping Gg. Bukit Seguntang Samping Gg. Gunung Palong Depan Gg. Pandan Samping Gg. Bukit Gading Samping Bukit Barisan Samping Gg. Tenaga Baru Samping Gg. Gunung Jati Dpn Gg. Agung Dpn Gg. Sentosa Dpn Gg. Sederhana Dpn Gg. Gunung Gede Bak Semen Liar Bak Semen Liar Bak Semen Bak Batu Bak Batu Bak Batu Liar Bak Batu Bak Batu Bak Batu (3,5 x 2,5 x 1,5) (3 x 2 x 1) (1 x 2,5 x 1) (3 x 1,5 x 1) (2 x 2,5 x 1) (3 x 1 x 1) (3 x 1,5 x 1) (3 x 1 x 1) (3 x 1 x 1) Baik Rusak Berat Baik Rusak Ringan Baik Baik Baik Baik Baik 0,5 M3 0,5 M3 1 M3 0,5 M3 0,5 M3 1 M3 Tanah sda sda sda sda sda sda sda sda sda sda Cor Semen Dihilangkan Dihilangkan Dihilangkan Jenis TPS Volume (Ukuran TPS) Kondisi TPS Timbulan Sampah Landasan Keterangan
lBe J r i ik a d r
d a mm a tM uh l. S J l
y im s it h a Ha l. W J
sa a i r Jl .A nt
l. J H M uw S ig ny o
am it aH r l. D J a
ap i l. J M r e
h n ma J l. Sa
la h n ADa Jl. KH
i d u
m i Jl Ta l s
d i lR J as un aS a
ar B u
a t r l. J Ke
a t r J lMa
nju n l. T J a
I ay J a mB aJlKo an c n lK J e
g an r Se g en iAg lNy J
iy T
ya I Ra g
h a u h
ad a ja hM Jl. Ga
sK a ks e l. A J
n a ra m t Su p R. l. W J MZ il lI s J ma
di n W a i h
nt e an r a r iDa t Jl. Pu
I as u p
a y tK ar ad a lJ . P
da m lP e J
i lT an J
u ay h l. J Ra
id dr m a Ca n ri t Pu l. J
it I ma n Ha a lt lS u J
#
lPa J at d a K a y r
Tu b Jl. Ks
ha n l. J J o
n u
6 to p ra p J lSu
ru d I s
# #
l njo am Bo Jl. Im
gg a la ir n l. A J
lm h a Jl. Ha
lP e J
it n
su f u l. MY J
02'29"
4 to p ra p lSu 5 J to p ra p lSu J
I aI r e
o om t Su . J l. Dr
lu u i s Jl. Ma lk we a l. S J u
in d j ia hd i Mu l. J Ha rd n a lB J a
d oo S am J ma d Ag s u lAh Jldr J
Jl Li ng ar S k ad t io n
ny r a gA an r lKa J
s mI lo r a r e J lSe J lF
m e t a Jl. Su
il i a lI s J m bin ldr J Ru
a r
# #
a r du J l. Ma
In o da h Jl .S ut y o
s lNia J
J l. Ad iSu c
r a la y J l. Se
o od lWid J
ar B u Jl Ka . ry a
J l. Wo no b
u r aBa y r l. K a J
s a r it o lM ay J
o in d Ba p om lK J
ar a y aK lN J us
a r pe J l. Am
is lH Ra J
i n lAYa J
Ha l. J ra p
nJ a a ya II
Ha l. J ra p an J
#
g n em a it D r l. J Pa
Ta l. J ju n gR n ay aI
ba a t em J
s a pu Ka n
to ip c iSu J l.Ad
#
Pa i r ta ep ak l. J S n Hs ie Hu
04'28"
109 21'49"
109 23'48"
| 84
13 14 15 16 17 18 19
Dpn Gg. Kerinci II Dpn Gg. Bersama II Dpn Komp. Hasia Permai Samping Kompl Pawan / Dpn Pasar Janur Samping GG. Janur Dpn Gg. Risa Dpn Gg. Amanah / Simpang
(3 x 2, x 1)
Baik -
sda sda sda sda sda sda sda Dihilangkan Dihilangkan Dihilangkan Dihilangkan Dihilangkan
(3 x 2, x 1) -
Baik -
b. Jl. Husein Hamzah 20 21 22 Samping Gg. Melda Samping Batara Indah II Blok A-B Samping Batara Indah II Blok C-D Bak Batu Bak Semen Bak Semen (6 x 2,5 x 1) (3 x 1,5 x 1) (3 x 1,5 x 1) Baik Baik Rusak Berat 1 M3 Tanah sda sda
B. KELURAHAN Pal 5 a. Jl. Husein Hamzah Samping Dpn Komp. Griya Jawi Permai Samping Komp. Mitra Utama 2 Samping Komp. Karya Indah Lestari Samping Komp. Mandai Lestari Permai Samping Komp Didis Permai 1 Samping Pesona Palma 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3
23 24 25 26 27 28
Bak Batu Bak Batu Bak Semen Bak Semen Bak Semen Bak Semen
Tanah sda sda sda sda sda Swadaya Swadaya Swadaya Swadaya
C. KELURAHAN Sei. Beliung a. Jl. Komyos Sudarso 29 30 31 32 33 Dpn SDN 68 Ptk (Nipah Kuning) Dpn Komp. Jeruju Permai Dpn Univ. Panca Bakti Depan Gg. Landak IV Pasar Teratai Bak Batu Bak Semen Bak Semen Bak Semen Bak Semen (3 x 1,5 x 1) (2,5 x 2,5 x 1) (3 x 1,5 x 1) (4 x 1,5 x 1) (2,5 x 2,5 x 1) Baik Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik 2 M3 1,5 M3 1,5 M3 1,5 M3 1,5 M3 Tanah sda sda sda Cor Semen
D. KELURAHAN SEI. JAWI LUAR a. Jl. Komyos Sudarso 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Samping SPBU Jeruju Dpn Komp. TNI AL " Patimura" Samping Pertamina UPPDN Depan SD Negeri 54 Ptk Depan Jl. Gg. Nangka Samping Jln Srikaya Samping Gg. Jarak Samping Gg. Tamang 1 Depan Jl. Gg. Durian 1 Samping Gg. Saga Bak Batu Bak Batu Bak Semen Bak Semen Bak Batu Bak Batu Bak Batu Bak Semen Bak Semen Bak Semen (6 x 2,5 x 0,5) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (4 x 2 x 1) (2 x 1,5 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 1,5 x 1) (3 x 1,5 x 1) (3 x 2 x 1) Rusak Berat Baik Rusak Berat Baik Baik Baik Baik Rusak Ringan Baik Rusak Ringan 1 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 Tanah sda sda sda sda sda sda sda Cor Semen Dibesarkan
| 85
No.
Jenis TPS
Kondisi TPS
Timbulan Sampah
Landasan
Keterangan
A. KELURAHAN SEI. BANGKONG a. Jl. P. Natakusuma 44 45 46 47 Dpn Kantor Camat Kota Samping Gg. Jambi II Samping Gg. Erlangga Dpn Gg. Bambu b. Jl. Alianyang 48 49 50 51 Dpn Gg. Kencana Samping Kantor Pertanian Dpn Makam Muslim Sei Bangkong Dpn Masjid Hidayatush Shalihin c. Jl. Urai Bawadi 52 53 Samping Gg. Bawadi 2 Samp. Kntr Perindustrian Propinsi d. Jl. Prof M. Yamin 54 Komp. Psr Kemuning Bak Semen (6 x 3 x 1) Baik Tanah Bak Batu Bak Batu (2,5 x 2 x 1) (4 x 2 x 1) Baik Rusak Ringan Tanah sda Bak Batu Bak Batu Bak Semen Bak Batu (3 x 1,5 x 1) (4 x 2 x 1) (2 x 2 x 1) (3,5 x 2 x 1) Baik Baik Baik Baik Tanah sda sda sda Bak Batu BakSemen+Con Bak Batu Bak Batu (3 x 2 x 1) (2,5 x 1 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Rusak Berat Baik Baik Baik Tanah sda sda sda
B. KELURAHAN SEI. JAWI a. Jl. Gusti Hamzah 55 56 Samping Gg. Nur 3 Dpn SDN 16 Pontianak b. Jl. KH. Wahid Hsyim 57 58 59 Dpn Gg. Gemar /Dpn RS. Amtonius. Dpn RS. Antonius Komp RS Antonius c. Jl. Dr. Wahidin Sudirohusudo Ujung Jl. Dr. Wahidin Samping Jembatan Bak Semen Bak Batu Container (4 x 3 x 1,20) (2 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik Baik Baik Cor Semen Tanah Cor Semen Bak Batu Container (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik Baik 0,5 M3 Tanah Cor Semen
60
Bak Batu
(6 x 2 x 0,5)
Baik
2, M3
Tanah
a. Jl. Serayu 61 Ujung Jl. Serayu Bak Semen (3 x 3 x 1,5) Baik 0,5 M3 0,5 M3 Cor Semen
b. Jl. Sultan Muhammad 62 Ujung Jl. Asahan (Jembatan) c. Jl. KH. Ahmad Dahlan 63 Samping Gg. Cendana
Liar
Tanah
Container
(3 x 2 x 1)
Baik
Cor Semen
| 86
d. Jl. Merdeka Timur 64 65 66 Samping Gg. Beringin Samping Gg. Meranti Dpn SMP Negeri I e. Jl. Wolter Monginsidi 67 Komp. Pasar Mawar Bak Semen Baik Tanah Container Container Container (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik Rusak Berat Baik sda sda sda
D. KELURAHAN TENGAH
a. Jl. AR. Hakim (Kebon Sayok) 68 Samping SMA Santo Paulus b. RA. Kartini 69 Komp. Matahari Mall Container (3 x 2 x 1) Baik sda Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen
E. KELURAHAN MARIANA
a. Jl. Merdeka Barat 71 72 72 Samping Gg. Pergam Dpn Wisma Rahayu Samping Gg. Kaswari I a. Jl. Fatimah 73 Belakang Hotel Mahkota a. Pak Kasih 74 Samping Gg. Lembah Murai a. Pak Kasih 75 Komp. Pelabuahn Indonesia II Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen 2 Unit Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen Container (3 x 2 x 1) Rusak Berat Cor R.Berat Container Container Container (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik Baik Baik Cor Semen Cor R.Ringan Cor Semen
A KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT a. Jl. Gajahmada 64 65 Kompleks Pasar Flamboyan Blkng Komp Gajah Mada Mall Bak Semen Bak Semen (4 x 3 x 0,5) (3 x 2 x 0,5) Baik Baik 2, M3 Tanah sda
B. KELURAHAN BENUA MELAYU LAUT a. Jl. Mahakam 66 Samping Pasar Barang Bekas Bak Semen (3 x 2 x 1) Baik 0,5 M3 sda
C. KELURAHAN PARIT TOKAYA a. Jl. Letkol Sugiyono Transfer Depo Abdurrahman b. JL. A. Yani 56 Jl DI Panjaitan c. Jl Sutan Syahrir Bak Semen (2 x 2 x 1) Baik Komp. Sltn Bak Semen Baik sda Depo
67
| 87
67
Belakang PCC
Bak Semen
(2 x 2 x 1)
Baik
e. Jl. Sultan Abdurrahman 69 Samping Jl. Sulawesi Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik sda
D. KELURAHAN BANGKA BELITUNG a. Jl. Imam Bonjol 70 Depan Gg. Garuda Baru Bak Batu+Cont (3 x 2 x 1) Baik Tanah+Cor
A. KELURAHAN BANSIR LAUT a. Jalan Imam Bonjol 71 72 Dpn Gg. Tanjung Harapan Dpan Hotel Merpati Bak Batu Bak Batu (3 x 1,5 x 1) (5 x 2,5 x 1) Baik Baik Tanah sda
B. KELURAHAN BANSIR DARAT a. Jalan Sudarso 73 Komp. RS Sudarso Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen
C. KELURAHAN BENUA MELAYU DARAT a. JL. Parit Haji Husin II 74 Samping Jl. Rimbawan Bak Batu (5 x 2,5 x 1) Rusak Berat
75
a. Jl. Ahmad Yani Mega Mall A.Yani Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen 3 Unit
A. KELURAHAN SIANTAN HULU a. Jl. Gusti Situt Mahmud Samping Bengkel P.D. Khatulistiwa Disel Depan Gg. Blitar II Samping Gg. Swadaya Murni Depan Gg. Selat Maluku/Spng PT. Sumber Alam (3 x 1,5 x 1,5) (3 x 1,5 x 1) -
76 77 78
0,5 M3 0,5 M3
79
Bak Semen
(3 x 2 x 1)
Baik
sda
b. Jl. Budi Utomo 80 Samping Bengkel Prima Mandiri Bak Semen (2,5 x 2 x 1) Rusak Berat 0,5 M3 sda
c. Jl. 28 Oktober 81 Depan Gg. Swasembada V Bak Batu (3 x 2 x 1) Baik 1,5 M3 sda
| 88
a. Jl. Khatulistiwa Dpn Karet (Jembatan) 82 83 Samping Lap.Volly Monginsidi Depan PT.Sumber Djantin Liar Bak Semen Bak Semen (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik Susak Berat Rusak Berat 1,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 sda sda sda
C. KELURAHAN SIANTAN HILIR a. Jl. Khatulistiwa 84 85 86 87 88 90 91 92 ` D. KELURAHAN BATU LAYANG a. Jl. Khatulistiwa 93 94 95 96 Depan Gg. Usaha Baru Dpn Gudang Vitamo Depan Gg. Akrab Terminal Batu Layang b. Jl. Kebangkitan Nasional TPA Batulayang Baik 26,8 Ha Bak Semen Bak Besi Bak Semen Bak Semen (3 x 2 x 1) (2 x 1,5 x 1) (4 x 2 x 1) Baik Baik Baik Rusak Berat 0,5 M3 3,5 M3 sda Plat Besi Cor Semen sda Swadaya Kompl. Psr Puring (Transfer Depo) Depan Gg. Samudera Depan Gg. Usaha Baru Depan Gg. Teluk Betung Maju Depan Toko Air II Depan Teluk Air Depan STM I Depan Gg. Mandika Bak Semen Bak Semen Bak Semen Bak Semen Bak Semen Liar Liar Liar (3 x 2 x 1) (2 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) Baik baik Baik Baik Baik 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 0,5 M3 sda sda sda sda sda sda sda sda Depo
A. KELURAHAN TAMBELAN SAMPIT a. Jl. Tanjung Raya I 97 98 99 100 Dpn Gg. Al Mutahar Lingk. Ps.Tradisional dp. Keraton Kadariyah Depan Gg. Bersama Dpn Gg. Famili Liar Bak Batu Bak Batu Bak Batu (3 x 2 x 1) (3 x 2 x 1) (4 x 2 x 1,5) Baik Baik Baik 1 M3 0,5 M3 0,5 M3 1 M3 Tanah sda sda sda
B. KELURAHAN BANJAR SARASAN a. Jl. Swadiri / Tanjung Raya II 101 Samping Gg. Mutiara Container (3 x 2 x 1) Baik 3,5 M3 Tanah
C. KELURAHAN TANJUNG HULU a. Komplek Tanjung Hulu 102 Perumnas IV Rumah Kompos Baik -
D. KELURAHAN TANJUNG HILIR a. Jl. Tritura 103 Samping Gudang Besi Container (3 x 2 x 1) Baik Cor Semen
| 89
| 90
Kerjasama dengan pihak swasta Penanganan sampah di TPA kini dalam pengelolaannya, telah dilakukan kerjasama oleh pihak swasta, dalam hal pengelolaan gas methane (CH4), yaitu oleh PT Gikoko Kogyo Indonesia. Sedangkan untuk bentuk operasional lingkungan dan bentuk kegiatan pembuangan dan penataan, tetap ditangai oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pontianak. Bentuk kerjasama dalam hal penanganan gas methane di lokasi TPA, dilakukan agar keberadaan TPA tersebut tetap dipertahankan sehingga umur atau lama penggunaan TPA menjadi lebih lama dalam pengoperasiannya dan yang tak kalah pentingnya adalah ada upaya sistimatis dari Pemerintah Kota Pontianak dalam mengurangi salah satu dampak pemanasan global yang sekarang terjadi, terutama upaya pemanfaat pengurangan gas methane di TPA melalui program CDM ( Clean Development Mekanism ) proses LFG (landfill Flaring Gas ). Tentang Program CDM pengelolaan TPA Batu Layang, pada tanggal 24 Juli 2006, telah dilakukan pendatangan MOU antara Pemerintah Kota Pontianak Bapak Walikota dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia. Adapaun masa kerja sama tersebut selama 21 tahun, terhitung mulai tahun 2006 s/d tahun 2027, dengan pola BOO (Built Own Operate) dan Pemerintah Kota Pontianak tidak dibebani dana maupun pinjaman. Pengelolaan sampah di TPA terutama pengumpulan Gas Methane kemudian dilakukan pengurangan dengan penyalaan (flaring) maupun pemanfaatan untuk energi lain. Seiring dengan perkembangan yang ada ternyata TPA Batu Layang ini tidak dapat menghasil gas metana yang diinginkan. Dari hasil pemantauan di lapangan diperoleh data hasil gas yang dihasilkan 30% saja, sehingga tidak memenuhi kuota yang diinginkan. Permasalahan yang terdidentifikasi sehingga prasarana ini tidak berfungsi diantaranya: Tingginya muka air di daerah lokasi TPA di Kelurahan Batu layang; Drainase pada saluran yang tidak baik; Tingginya curah hujan di Kota Pontianak; Pengaruh tanah gambut pada proses kimia persampahan; Kondisi jaringan pipa yang terlalu rendah yang mengakibatkan banyaknya air limpasan (hujan atau tanah) yang masuk ke pipa peresapan dibandingkan air sampah; Jenis sampah yang ada tidak dibedakan antara organik dan anorganik; Sirkulasi air limpasan dari limpasan air tidak berjalan lancar.
| 91
- LSM Peduli Lingkungan dan Kebersihan. Dalam skala kecil recycle juga dilakukan oleh ibu PKK tepatnya di Kelurahan Siantan Hulu dimana sampah plastik dibuat jadi topi, tas, payung, jas hujan dan lain-lain, sisa sampah basah dibuat jadi kompos. Di kelurahan Tanjung Hulu telah dibuat rumah kompos yang dikelola oleh LSM Peduli Lingkungan sehingga sampah yang dibawa keTPA betul-betul sampah yang sudah tidak bisa mengalami proses 3R lagi.
| 92
Gambar 3-9
PRODUK INPUT
Resid u
Resid u Resid u
Resi du
Resi du
| 93
Gambar 3-10
PRODUK INFUT
Black Water
Effluent
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Pembuangan Air Cucian
| 94
2.
Sosial
3.
Kelembagaan
4.
Pendanaan
5.
| 129
No.
Aspek
Permasalahan Pelaksanaan kerja oleh suatu TIM, kurang solid, siapa mengerjakan apa, dimana dan bagaimana, sehingga target tugas tidak jelas. Masih ada pegawai yang kurang/tidak disiplin, terutama dalam mentaati jam kerja, baik jam kerja di kantor maupun jam kerja dilapangan. Pengelolaan Persampahan ditingkat nasional baru UU Persampahan No 18 Tahun 2008, SNI sedangkan Perda Pengelolaan sampah belum ada di tk kota. Penerapan sanksi hukum masih sulit diterapkan karena terbatasnya anggaran untuk pelaksanaannya serta tingkat koordinasi antar instansi terkait lemah. Masih rendahnya jumlah industri yang menerapkan konsep teknolgi bersih dan konsep pengelolaan/pengolahan limbah. Masih rendah jumlah industri yang memanfaatkan sistem dan teknologi daur ulang Masih rendahnya jumlah dunia usaha yang memanfaatkan sampah untuk : menghasilkan produk, menghasilkan energi baru.
Peran swasta
Peraturan Darah : 1. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Ketertiban Umum 2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor Perubahan Pertama Peraturan Darah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum. 3. Peraturan Daerah Kota Pontiank Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Retribusi pelayanan Persampahan/Kebersihan.
| 130
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Pontianak, telah dibentuk Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontinak. Untuk memperjelas Tugas Pokok dari Dinas Pekerjaan Umum dikeluarkanlah Peraturan Walikota Pontianak Nomor 38 tahun 2008 tentang Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan umum Kota Pontianak, yang didalamnnya ditegaskan untuk penanganan drainase mengenai pembangunan dan pemeliharaan Saluran Drainase ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak berdasarkan Peraturan Walikota dibagi menjadi tiga bidang yaitu: Bidang Cipta Karya, Bidang Bina Marga dan Bidang Sumber Daya Air. Penanganan drainase berdasarkan Tupoksi dilaksanakan oleh Bidang Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya pada Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman. Penanganan Saluran Drainase ditinjau dari aspek kelembagaan dibagi menjadi 3 bagian : 1. Penanganan Saluran Drainase Primer Penanganan Saluran Drainase Primer Kota ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Primer Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi. 2. Penanganan Saluran Drainase Sekunder Penanganan Saluran Drainase Sekunder ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air. Terhadap Jalan Arteri Sekunder Kota yang statusnya sebagai jalan Provinsi untuk saluran Drainase ditangani oleh Provinsi. Penanganan Saluran Drainase Tersier Penanganan Saluran Drainase Tersier ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air dan Bidang Cipta Karya Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman.
3.
Seluruh wilayah yang termasuk di dalam Wilayah Kota Pontianak telah dilayani oleh Saluran Drainase yang melayani 6 Kecamatan dan 29 Kelurahan yaitu :
Tabel 3-12 Saluran drainase per kecamatan Kecamatan Pontianak Barat Kelurahan Pal Lima Sungai Jawi Dalam Sungai Jawi Luar Sungai Beliung Parit Mayor Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Siantan Hulu
Pontianak Timur
Pontianak Utara
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 1
| 131
Pontianak Selatan
Pontianak Kota
Pontianak Tenggara
2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Layang Benua Melayu Darat Benua Melayu Laut Parit Tokaya Akcaya Kota Baru Sungai Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sungai Jawi Bangka Belitung Darat Bangka Belitung Laut Bansir Darat Bansir Laut
B.
Pengelolaan drainase Kota Pontianak dilakukan dengan cara membagi wilayah Kotamadya Pontianak dalam 9 zone. Zone yang dibagi tersebut dikualifikasikan menurut jalan, sungai, Parit, dan Kecamatan. Kondisi kawasan yang ditangani meliputi pusat perkotaan, pasar, pusat perbelanjaan, pusat pemerintahan kota, daerah permukiman yang sedang berkembang, Pusat pemerintahan, Perkantoran, Perdagangan lokal dan kawasan pertanian. Penanganan jaringan drainase untuk setiap zone direncanakan dengan melakukan peningkatan jaringan saluran yang ada, normalisasi, pemeliharaan saluran, pengadaan dan perintisan jaringan utama dan pengadaaan interceptor di daerah batas administrasi. Untuk kegiatan penanganan terhadap saluran drainase yang dilakukan dengan normalisasi khususnya pada 3 saluran primer yaitu sungai Malaya, sungai Raya dan Parit Tokaya dilakukan dengan penentuan rancangan dimensi sebagai berikut:
Tabel 3-14 Dimensi Saluran Primer Sungai Malaya Daerah BM5-BM3 BM3-BM2 BM2-BM0 K28-BM TKY 1/3 BM TKY 1/3 TK 88 R103 R76 R76 R58 R58 R21 Lebar (m) 10 13 15 6 10 4 6 10 Dimensi Normalisasi Kemiringan Tebing Panjang (m) 1:1.5 2.171 1:1.5 1.375 1:1.5 2.715 1:1.5 2.012 1:1.5 2.150 1:1.5 1.380 1:1.5 920 1:1.5 1.827
Tokaya Raya
Pengelolaan Drainase yang telah dilakukan sampai dengan Maret 2008 dan masih diperlukan penanganan lebih lanjut terdapat pada saluran :
| 132
Jenis Saluran
Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer Saluran Primer
Nama Jalan/Parit/Sungai
JL. Diponegora JL. Gajah Mada JL. Urip/ Sudirman JL. JL. Dr. Wahidin JL. Ampera JL. Cokroaminoto JL.Merdeka/S. Bangkong JL. JL. U. Bawadi Sungai Raya Parit Tokaya Sungai Jawi Sungai Malaya
C.
Dari total saluran sepanjang 394.861 meter, kondisi saluran drainase Kota Pontianak pada saat ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian : 1. 2. 3. Saluran Drainase dengan kondisi Baik (panjang 74.079 meter) Saluran Drainase dengan kondisi Sedang (panjang 149.829 meter) Saluran Drainase dengan Kondisi Buruk (panjang 176.702 meter)
Pengklasifikasian menurut fungsinya, Saluran Drainase dibagi menjadi tiga jenis Saluran Drainase : 1. Saluran Drainase Primer Saluran Drainase Primer di Kota Pontianak memiliki panjang 131.870 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Primer dan Sekunder. 2. Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Sekunder di Kota Pontianak memiliki panjang 127.220 m dengan fungsi untuk menampung air dari saluran Tersier. Saluran Drainase Tersier Saluran Drainase Tersier di Kota Pontianak memiliki panjang 345.715 m dengan fungsi untuk menampung air hujan dan kegiatan rumah tangga seperti mencuci mobil.
3.
B.
Untuk penanganan pada saluran primer Kota telah dilakukan dengan pembuatan turap menggunakan beton tetapi kegiatan yang dilakukan belum secara keseluruhan. Begitu pula dengan penanganan yang terdapat pada saluran sekunder dan tersier Kota, penanganan
| 133
dilakukan dengan menggunakan Beton, Pasangan Batu dan Kayu dengan memiliki jumlah penanganan lebih kecil dari Saluran Primer Kota. Sebagian saluran Kota baik Primer, Sekunder dan Tersier masih menggunakan papan dan ada yang masih berdindingkan tanah. Saluran tertutup difungsikan untuk menghubungkan saluran yang satu dengan yang lainnya terutama untuk saluran yang memotong jalan . Pada daerah daerah tertentu khususnya di daerah yang aktifitas lalu lintasnya cukup tinggi dan lebar saluran yang tidak begitu besar digunakan juga saluran tertutup. Selain saluran terbuka terdapat pada daerah Permukiman, Saluran terbuka terdapat juga pada daerah Perdagangan dan Perkantoran yang sejajar dengan jalan Arteri Primer dan Arteri sekunder Kota. Bentuk saluran seperti ini difungsikan untuk membantu Dinas yang terkait didalam mendukung kegiatannya. Didalam hal menjaga agar tidak terjadi limpasan atau genangan di Kota Pontianak Pemerintah membangun beberapa pintu air yang diharapkan dapat mengatur keluar masuknya air ke Kota Pontianak.
| 134
Apabila Kegiatan ini dapat berjalan sesuaia dengan yang diharapkan maka Prosentase Saluran Drainase dalam kondisi buruk dapat menurun. Sehingga dari segi Kesehatan, Kualitas Kesehatan masyarakat dapat meningkat.
C.
| 135
D.
Aspek Kelembagaan dan Landasan Hukum 1. Kurangnya Sosialisasi secara periodik yang dilakukan oleh SKPD - SKPD terkait mengenai manfaat dari Saluran Drainase. 2. Kurangnya Perhatian SKPD yang terkait terhadap pembangunan Infrastruktur Saluran Drainase di Lingkungan Pemukiman. 3. Belum adanya Landasan Hukum yang mengatur Mengenai dimensi dari Saluran Drainase di masing-masing wilayah, baik itu Primer, Sekunder maupun Tersier. Aspek lingkungan/kondisi alam 1. Tinggi muka air tanah mempengaruhi mata air S. Kapuas (daerah pasang air sungai yang cukup tinggi) 2. Kurang lahan untuk aplikasi drainase 3. Topografi relatif landai tidak dinamis 4. Jenis tanah gambut memerlukan perlakuan khusus di dalam pengerjaan
E.
2.
3.
| 136
Pengaturan sistem pengembangan air minum secara umum diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 1975 sebagaimana diubah melalui Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009 sedangkan Pelayanan Air Minum kepada pelanggan diatur melalui Perda Nomor 04 Tahun 2009 tanggal 16 Perbruari 2009. Dalam bidang manajemen diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum dan Peraturan Walikota Nomor 26 Tahun 2008 mengatur tentang Direksi, Dewan Pengawas dan Kepegawaian PDAM Kota Pontianak. Sementara Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak Pada bidang keuangan dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menteri OTDA Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum sementara kebijakan tentang tariff air PDAM mengacu pada Permendagri nomor 23 tahun 2006 dan saat ini tarif air minum diberlakukan sejak tahun 2007 melalui Peraturan Walikota No. 30 Tahun 2007, sedangkan Pengawasan Kualitas Air Mengacu pada Permenkes No. 416 tahun 1990
KECAMATAN Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Utara Jumlah
Catt.
| 137
01'29"
In c i
01'29"
P ipa 100 In ci
1 00 In ci
In ci
P ip a
a 1 00
P ip a
P ip
In ci
000'30"
P ip
P ip
Pi
10 0I nc i
Pip a 2 50 Inc i
nc i
P ip a 100 In ci
a1 00
P ip
P ip
i In c 0 10
a 10 0I
P ip a 25
pa
a 50 In ci
P ip
In ci
10 0
10
10
In c
#
Pipa 100 In ci
000'30"
0 In ci
6 Sungai
In ci
In ci
9 10
#
In ci a 10 0
P ip
P
In c
ip
P
P ip a
ip
10 #
a P ip
50
50
02'29"
P ip
In 50 a 2
ci
P ip
ip P
10
In
ci
i pa
0 10
In
ci
P ip
50
i Inc
ci 0 In i a 10 In c a 50 P ip
Pip a 10 0 I nc i
11
#
P ip
8
#
In c i
Pipa 200 In ci
50
a ci 12 In 0
50
7#
02'29"
0
Pip a 50
P ip
Pi pa
In c i
50
P ip
50
P ip
ip
ci
P ip
109 15'52"
109 17'51"
109 19'50"
P ip
20 0 In ci
04'28"
00
In c i
2
a1
P ip
ip
a1 00
pa
Pi
10
In
In c
P ip ci P ip a 5 0 0 In a I nc i # c i a5# 5 0 In c i In P ip ip a 1 00 00 P In Pi a1 ci pa Pi # P ip 50 pa i In 50 In c c 50 Pi i a In pa ci Pip 50 In ci
In c
ip
In
ci
10 0
In c
ci
50
In
P ip c 0 In a5 i
10
P ip
50
P ip
In
ci In
ci
0 10
10 0
ci In
In ci
Pi pa 25 0 In ci
109 21'49"
Pi pa 0 25 In ci
04'28"
109 23'48"
| 138
Kecamatan/Kelurahan
PONTIANAK BARAT Kelurahan Sei Jawi Luar Kelurahan Sei Jawi Dalam Kelurahan Paal Lima Kelurahan Sei Beliung PONTIANAK KOTA Kelurahan Mariana Kelurahan Tengah Kelurahan Darat Sekip Kelurahan Sei Bangkong PONTIANAK SELATAN Kelurahan Parit Tokaya Kelurahan Benua Melayu Laut Kelurahan Benua Melayu Darat Kelurahan Bangka Belitung PONTIANAK TIMUR Kelurahan Saigon Kelurahan Banjar Serasan Kelurahan Tambelan Sampit Kelurahan Parit Mayor Kelurahan Tanjung Hulu Kelurahan Tanjung Hilir Kelurahan Dalam Bugis PONTIANAK UTARA Kelurahan Siantan Hulu Kelurahan Siantan Tengah Kelurahan Siantan Hilir Kelurahan Batu Layang WILAYAH KAB. KUBU RAYA Kab/Kel Kab/Kel Kab/Kel JUMLAH Paal Sembilan Sei Raya Dalam Sei Ambawang
KU/HU 72 16 29 9 18 79 11 9 9 50 94 34 14 18 28 38 9 4 5 2 8 4 6 68 31 14 21 2 3 3 354
R. Tangga 16,207 3,739 7,903 1,632 2,933 12,181 1,081 1,178 1,517 8,405 21,352 8,486 1,156 3,879 7,831 7,192 1,935 490 233 131 3,085 292 1,026 5,799 2,793 1,692 964 350 1,867 986 553 328 64,598
Golongan Pelanggan Pemerintah Niaga 22 606 11 215 5 316 3 21 3 54 82 1,851 5 92 22 182 9 1,182 46 395 187 2,542 111 639 4 333 9 1,174 63 396 8 203 2 70 3 1 5 4 4 86 3 1 32 26 426 18 155 2 221 6 44 6 1 26 25 1 1 326 5,654
Industri 22 10 8 2 2 20 1 2 11 6 32 13 2 10 7 1 1 19 11 5 2 1 94
Khusus 1 1 1 1 2 1 1 4
Jumlah 17,051 4,026 8,321 1,679 3,025 14,368 1,206 1,418 2,747 8,997 24,513 9,436 1,520 5,129 8,428 7,527 2,036 509 249 139 3,210 302 1,082 6,423 3,041 1,960 1,056 366 1,903 1,018 554 331 71,785
| 139
Pasokan air baku IPA Imam Bonjol dengan kapasitas 860 lt/dtk yang berada di Pontianak Selatan bersumber dari Intake Sungai Kapuas yang berjarak 300 m dari lokasi IPA Imam Bonjol dan IPA Selat Panjang dengan kapasitas 300 lt/dtk yang berlokasi di Pontianak Utara memiliki sumber air baku S. Landak sementara MTP Sei Jawi Luar dengan kapasitas 50 lt/dtk mengambil air baku dari S. Kapuas. Pelanggan di wilayah Pontianak Barat, Kota, Selatan dan Tenggara dilayani melalui IPA Imam Bonjol dan MTP Sei Jawi Luar dengan jumlah pelanggan 57.504 SL sementara IPA Selat Panjang melayani Pontianak Timur dan Utara dengan jumlah pelanggan 14.281 SL. IPA Selat Panjang 300 lt/dtk Gambar 3-12 Sistem Pengolahan Air PDAM
Reservoir Distribusi
| 140
Reservoir distribusi adalah bangunan penampung air minum dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) atau mata air untuk kemudian didistribusikan ke daerah pelayanan melalui jaringan pipa distribusi. Penentuan volume reservoir berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah volume air maksimum yang harus ditampung pada saat pemakaian air minum ditambah volume air yang harus disediakan pada saat pengaliran jam puncak karena adanya fluktuasi pemakaian air di wilayah pelayanan dan periode pengisian reservoir. Dimensi atau daya tampung reservoir pelayanan pada umumnya berkisar antara 17,5% 25% dari kebutuhan air rata-rata. Cadangan air untuk pemadam kebakaran kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk daerah setempat. Kebutuhan air khusus yaitu pengurasan reservoir, taman dan daerah pariwisata. Gambar 3-13 Fluktuasi Pemakaian Air
2. 3.
Fungsi Reservoir : 1. Menyeimbangkan debit produksi air dan pemakaian air bersih.
| 141
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menambah tekanan air pada jaringan distribusi. Agar tekanan air pada jaringan pipa distribusi relatif stabil Mengatasi keadaan darurat Tempat pembubuhan dan pencampuran desinfektan Tempat pengendapan kotoran yang mungkin masih terbawa Pompa beroperasi lebih merata
A. Jaringan pipa distribusi Jaringan sistem distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari reservoir distribusi air minum menuju ke konsumen Sistem distribusi terdiri dari : 1. 2. Pipa Induk untuk menyalurkan air di seluruh daerah distribusi Pipa Dinas untuk membagi air ke para pelanggan
Pipa Induk dibagi menjadi : Pipa Primer : menyalurkan air dari pipa transmisi/reservoir ke daerah-daerah tertentu Pipa Sekunder : membagi air dari pipa primer ke daerah-daerah yang lebih kecil. Pipa Tertier : membagi air dari pipa sekunder ke pipa dinas. Diameter pipa : Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan sisa tekanan minimum di jalur distribusi. Ukuran diameter pipa pembawa (pipa primer dan pipa sekunder) minimum 100 mm dan ukuran diameter pipa pembagi atau tersier minimum 50 mm. Faktor jam Puncak untuk perhitungan pipa distribusi :
Faktor Maksimum Jam puncak Pipa Primer 1,15 1,5 1,7 Pipa Sekunder 1,15 2 Pipa Tersier 1,15 3
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
Suplai dari satu sisi akhir saja Suplai dari dua sisi akhir
| 142
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Rencana Induk dan Studi Kelayakan sistem Penyediaan air minum, DPU Dirjen Cipta Karya,
3.5.5. Peran Serta Masyarakat dan Gender dalam Penyediaan Air Bersih
Dalam hubungannya dengan PDAM, masyarakat adalah pelanggan dan PDAM adalah penyedia layanan. Namun jika ditinjau secara keseluruhan dimana PDAM hanya mampu melayani +68% masyarakat Kota Pontianak maka 32% masyarakat lainnya melakukan upaya swadaya dalam penyediaan air bersih misalnya dengan mengakses air hujan atau memanfaatkan air sungai. Perempuan sangat berperan dalam penyediaan air bersih dalam skala rumah tangga. Sebagian besar masyarakat menampung air hujan dengan menggunakan PAH berupa tempayan-tempayan. Sistem PAH yang memenuhi standar teknis baik dari volume, konstruksi maupun sistem filtrasi masih sangat jarang digunakan oleh masyarakat.
3.5.6. Permasalahan
1. 32% penduduk kota Pontianak belum memiliki akses pelayanan air bersih 2. 35% pelanggan yang dilayani air bersih dari PDAM mendapat aliran dibawah 10 M3/SL/Bulan dan terindikasi pelanggan tersebut tidak mendapatkan aliran 24 Jam 3. Kualitas air yang disalurkan dari IPA relative memenuhi syarat, namun yang diterima pelanggan kadang terjadi perubahan kualitas akibat kondisi jaringan yang sudah tua dan kecepatan pengaliran yang tidak memadai. 4. Penurunan kualitas air baku S. Kapuas dan S. Landak sebagai sumber air baku utama bagi PDAM terutama pada saat kemarau dimana terjadi interusi air laut dengan kadar garam diatas batas yang diijinkan sementara IPA yang ada tidak didesain untuk mengolah air asin. 5. Kapasitas IPA terbatas, hingga PDAM sulit mengembangkan pelayanan dan diperburuk dengan tingginya angka kehilangan air sebesar 34% jauh diatas toleransi nasional sebesar 20% 6. Tarif air PDAM masih rendah hingga sulit untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur air bersih 7. Pendanaan melalui APBD Murni Pemkot Pontianak tidak ada, sementara yang ada bersumber dari APBN melalui DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DHD (Dana Hibah Daerah) dengan kondisi tidak memadai.
| 143
5 buah 4 buah 39 buah 4 buah 26 buah 670 buah (untuk Kecamatan Pontianak
4. Kesehatan a. Rumah Sakit sebanyak b. Klinik / Balai Pengobatan sebanyak 5. Home Industri Usaha Kecil Menengah sebanyak Kota dan Pontianak Selatan).
Sektor kegiatan usaha diatas dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari berpotensi menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair dan gas yang dapat menimbulkan pencemaran yang membawa dampak terhadap penurunan daya dukung lingkungan apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penyebab pencemaran kualitas air permukaan di Kota Pontianak tahun 2009 rata-rata pencemarannya disebabkan oleh berbagai macam seperti pabrik, bengkel, rumah sakit, limbah hotel serta limbah restoran. Lokasi perbatasan Sungai Landak dan Sungai Ambawang pencemarannya disebabkan oleh pabrik-pabrik yang beroperasi disekitar sungai tersebut. Sedangkan lokasi Parit Malaya yang terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabkan oleh limbah bengkel-bengkel yang membuang sisa minyak pelumas tanpa pengolahan terlebih dahulu. Lokasi Parit Nanas yang juga terletak di Tanjung Hulu pencemarannya disebabakan oleh limbah-limbah restoran.
Tabel 3.18 Lokasi Parit Dan Penyebab Pencemaran No 1 2 3 Lokasi Perbatasan Sungai Landak dan Ambawang Parit Malaya / Tanjung Hulu Parit Nanas / Tanjung Hulu Penyebab Pencemaran Limbah Pabrik Bengkel Restoran
| 144
No 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Lokasi Bawah Tol Landak PDAM Siantan Depan Rimba Ramin Gudang Sangkar Emas Depan PT.Hok Tong Siantan Pabrik Sagu PT. Sumber Alam Peracikan Kayu Galangan Kapal Kampung Beting Pasar Puring / Pasar Siantan Hotel Kartika (Sungai Kapuas) Kapuas Indah (Sungai Kapuas) Parit Besar (Sungai Kapuas) Depan PDAM / Imam Bonjol (Sungai Kapuas)
Penyebab Pencemaran Rumah Sakit Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pabrik Limbah Pasar Limbah Hotel Limbah Pasar Limbah Pasar Limbah Rumah Tangga
Pada tahun 2007 pengawasan limbah kegiatan usaha dilakukan pada 43 kegiatan usaha yang terbagi dalam beberapa bidang usaha, masing-masing bidang usaha diambil hanya beberapa kegiatan usaha. Adapun 43 kegiatan usaha dimaksud adalah sebagai berikut : a. SPBU 1. SPBU 64.781.01 2. SPBU 64.781.02 3. SPBU 64.781.03 4. SPBU 64.781.05 Laundy 1. laundry King 2. Laundry Martuari Waya
5. 6. 7. 8.
b.
c.
e.
f.
g.
Rumah Makan/ Restoran/Caf 1. RM. Aneka Rasa 2. KFC Gajah Mada 3. Restoran Cita Rasa Gudang dan Bengkel 1. PT. Trakindo Utama Cabang Pontianak 2. PT. Sarana Tirta Marguna Industri 1. PT. Kota Niaga Raya 2. CV.Jaya Kota 3. PT. Hok Tong 4. PT. Giat Usaha Dieng 5. PLTD Siantan 6. PT. Aloe Vera Indonesia Kesehatan 1. KB. Khanza Khatulistiwa 2. RSUD dr.Soedarso Mall dan Hotel 1. Matahari Mall Pontianak
7. 8. 9. 10. 11.
PT.Sumber Batulayang Indah PT. Niramas Utama PT. Sumber Alam PT. sumber Djantin PT. Cahaya Kalbar, Tbk
| 145
h.
2. 3. BUMN 1. 2. 3. 4.
Hotel Grand Mahkota Hotel Kini PT. Pertamina (persero) UPms VI. Cab. Pemasaran Pontianak PT. Pertamina (persero) UPms VI Depot Pontianak Penimbunan Pelumas Jeruju PNT. NBBM PT Telkom Pontianak
Temuan permasalahan yang diperoleh pada saat peninjauan lapangan dan hasil analisis laboratorium dibahas sebagai data primer dalam pembahasan rekomendasi dan saran yang akan disampaikan kembali kepada pemilik usaha kegiatan.
Tabel 3-19 Hasil Pengawasan Kualitas Limbah cair pada beberapa Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada di kota Pontianak Periode 2003 s/d. 2009
No. Nama Kegiatan Usaha Proses Penanganan Hasil Pengukuran
| 146
No.
Proses Penanganan Limbah cair medis dialirkan ke bak penampungan ( septic tank dgn ukuran 2m x 2m ) , Limbah cair non medis dibuang langsung ke saluran drainase yang menuju ke parit sei jawi. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit sekitar Puskesmas. 2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Hasil Pengukuran BOD = 75 mg/l. COD = 180 mg/l. TSS = 60 mg/l. Minyak & Lemak = 15 mg/l. Fosfat ( PO4) = 2mg/l. MBAS = 5 mg/l. Suhu = 28,9 ' C pH = 6,93 BOD5 = 6,44 mg/l. COD = 66,02 mg/l. TSS = 23 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,02 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 16.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 28,3 ' C pH = 6,25 BOD5 = 3,55 mg/l. COD = 124,71 mg/l. TSS = 20 mg/l. NH3 bebas =0,01 mg/l PO4 = 0,06 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 26,7 ' C pH = 6,62 BOD5 = 84,74 mg/l. COD = 327,60 mg/l. TSS = 81 mg/l. NH3 bebas =0,18 mg/l PO4 = 0,72mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml Suhu = 27,1 ' C pH = 6,94 BOD5 = 8,13mg/l. COD = 18,34mg/l. TSS = 96 mg/l. NH3 bebas =0,04 mg/l PO4 = 0,01 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
1.
2.
Puskesmas Alianyang
3.
4.
1. Limbah cair yang dihasilkan seluruhnya dibuang ke parit tanpa pengolahan kecuali limbah cair dari wc dan kamar mandi yang dialirkan ke septic tank 2. Limbah padat medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank yang aliran outletnya ke badan air/parit di belakang linik. 2. Limbah padat medis dibakar dengan mengunakan alat pembakar las . 3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke septic tank dan sebagian yang lainna lansung dibuang ke lingkungan. 2. Limbah padat medis dan non medis dibakar secara terbuka. 3. Limbah B3 dari Radiologi ditampung di dalam wadah khusus untuk kemuadian dikirim ke RSUD Sudarso. 1. Limbah cair yang dihasilkan di dapur disalurkan ke IPAL dengan sistem up.flow sehingga minyak lemak yang ada dapat segera diangkat keluar. 2. Menaburkan kapur gamping pada bak pengumpul limbah cair dari loundry dan VK, untuk kemudian limbah padatnya diagkat. 3. Limbah padat medis di bawa ke RS Bhayangkara Tk. IV Pontianak untuk dimusnahkan dg menggunakan incinerator.
5.
6.
Suhu = 29,1 ' C pH = 6,91 BOD5 = 7,79 mg/l. COD = 104,40 mg/l. TSS = 73 mg/l. NH3 bebas =0,20 mg/l PO4 = 0,82mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
| 147
No.
Hasil Pengukuran
7.
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air. 2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
8.
1. Seluruh Limbah cair dialirkan ke IPAL sebelum dialirkan ke badan air. 2. Limbah padat medis dimusnahkan dengan incinerator. 3. Limbah padat non medis dibuang ke TPS terdekat.
Suhu = 30,0 ' C pH = 6,71 BOD5 = 5,96 mg/l. COD = 94,84 mg/l. TSS = 5,2 mg/l. NH3 bebas =0,2 mg/l PO4 = 1,15 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 170 MPN Koliform/100ml Suhu = 28,1 ' C pH = 6,04 BOD5 = 15,59 mg/l. COD = 128,38 mg/l. TSS = 21,5 mg/l. NH3 bebas =0,03 mg/l PO4 = 0,03 mg/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
9.
10
11
R.S Promedika
1. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang digunakan untuk mengolah limbah dari kegitan klinik berupa septic tank yg terdiri dari 2 bak, yaitu bak I merupakan bak kedap yang berfungsi untuk mengendapkan partikel berbahaya yang terdapat di limbah cair yang slanjutnya proses pengendapan menghasilkan sludge yang pembersihannya dengan cara disedot, sedangkan bak II yang merupakan bak penampungan limbah cair dari bak I yang pengolahannya dengan cara filtrasi dengan menggunakan batu kerikil, ijuk, dan pasir dengan sistem resapan pada tanah setelah melewati proses filtrasi. 2. Limbah padat medis dikumpulkan dan dibawa ke RSUD Sudarso untuk dimunahkan dengan mengunakan incinerator. 3. Limbah non medis dibuang ke TPS terdekat. 1. Pengolahan limbah berupa septic tank yang dibuat dengan sistem sedot tiap 6 bulan sekali 2. Panambahan bakteri IPAL dilakukan sekali pada waktu pertama kali IPAL difungsikan 1. Limbah medis dikirim ke RS. Bayangkara dan sebagian dikirim ke
Suhu = 26,8 ' C pH = 6,57 BOD5 = 13,55g/l. COD = 49,51. TSS = 8 g/l. NH3 bebas =0,02g/l PO4 = 0,01/l. MPN-Kuman Gol. Koli/100ml = 24.000 MPN Koliform/100ml
| 148
No.
Proses Penanganan Lab.Kes. 2. Limbah sisa medis sebagian ada yang dikeringkan terlebih dahulu sebelum dikirim 3. Limbah rontgen film nya dibakar, dan limbah cairnya diarahkan ke IPAL 1. Sampah medik dibakar didalam Incinerator 2. IPAL berupa bak-bak yang berisi koral, ijuk, arang kemudian dibuang langsung ke lingkungan 1. Incinerator telah digunakan sebagaimana mestinya 2. IPAL belum digunakan sehingga limbah cair langsung dialirkan ke septic tank 3. Masih terdapat sisa-sisa botol infus yang dibuang sembarangan 1. Penanganan limbah medis cair langsung dialirkan ke septic tank yang kemudian diresapkan ke tanah 2. Penanganan limbah non medis langsung dibuang ke TPS dan dibakar 3. Penanganan ceceran menggunakan antiseptik 1. Limbah cair di klinik dialirkan melalui bak yang terdiri atas bak penyaringan, bak pengendapan dan bak penyaringan yang berisi pasir dan ijuk .Limbah dari IPAL di buang ke parit sekitar klinik 2. Limbah cair dapur dialirkan melalui septic tank dan selanjutnya meresap kedalam tanah
Hasil Pengukuran
12
13
14
15
Berdasarkan Tabel 2 tersebut di atas maka jenis sarana pelayanan kesehatan yang diamati dapat dikelompokkan menjadi : a. Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Rumah Sakit Umum Sudarso, 2. RS Umum Santo Anthonius, 3. RS Islam Yarsi, 4. RS Tingkat IV Bhayangkara, 5. RS Pro Medika, 6. RS Bersalin Harapan Anda, dan 7. RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa. Dari ketujuh Sarana Pelayanan Kesehatan Lanjutan tersebut yang telah memiliki dan melakukan proses pengolahan limbah cair medis dengan menggunakan Instalasi
| 149
Pengolahan Air Limbah (IPAL) standar baru 2 buah Rumah Sakit (28,57 %), yaitu RSU Dr. Sudarso dan RSU Santo Anthonius sedangkan ke-5 RS lainnya (71,43 %) dalam penanganan limbahnya masih menggunakan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) berupa septic Tank. Dari table di atas diketahui bahwa hasil pengukuran terhadap sample air yang diambil dari masing-masing sarana pelayanan kesehatan lanjutan menunjukkan secara umum kondisi effluent limbah cair medis masih berada di bawah Nilai Ambang Batas maksimum yang diperkenankan sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995, kecuali untuk parameter tertentu. Kadar COD buangan limbah cair dari RSU Dr. Sudarso menunjukkan telah melebihi NAB yang diperkenankan yaitu sebesar 128,38 mg/liter (maksimal 100,00 mg/liter). Demikian juga halnya dengan Rumah Sakit Bersalin Harapan Anda, dimana kadar COD buangan limbah cairnya sebesar 104,40 mg/liter. b. Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar tersebut Termasuk dalam kategori ini adalah : 1. Puskesmas Alianyang 2. Puskesmas Siantan Hilir Untuk sarana pelayanan kesehatan dasar, ada 1 Puskesmas (50 %) yang parameter buangan limbah cairnya melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu di Puskesmas Siantan Hilir dimana kadar COD=124,71 mg/l. c. Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Termasuk dalam kategori ini adalah 1. Klinik Bina Sehat, 2. Klinik Bahana Putra, 3. Klinik Rosye Jaya Medika 4. Klinik Bersalin Khanza 5. Klinik 24 Jam Anggrek 6. Laboratorium Klinik Utama Taruna Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya, hanya 3 klinik yang diambil sample buangan limbah cairnya, sedangkan 3 klinik lainnya belum dilakukan pengambilan sample. Dari ke-3 klinik yang diambil tersebut, 2 di antaranya (66,67%) memiliki kadar COD yang melebihi Nilai Ambang Batas yang diperkenankan, yaitu : 1. Klinik Bahana Putra : COD = 327,60 mg/liter. 2. Klinik Bina Sehat : COD = 180 mg/liter. Penanganan limbah non medis pada umumnya dibuang di TPS untuk kemudian dibakar. Hal ini sebenarnya tidak diperkenankan karena kota Pontianak, terutama pada musim kemarau sering terjadi penurunan kualitas udara akibat kabut asap.
| 150
Sarana sanitasi yang terdapat di sekolah-sekolah dan familiar digunakan oleh siswanya adalah jamban/toilet dan tong sampah. Namun selama ini baik Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan tidak mempunyai data tentang jumlah dan kondisi sarana sanitasi yang dimaksud. Di bawah ini adalah data tentang jumlah sekolah mulai dari pra sekolah sampai lanjutan tingkat atas beserta jumlah muridnya. Untuk menggambarkan ketersediaan sarana sanitasi sekolah adalah dengan didasarkan pada persyaratan penyediaann jamban yang ideal dengan rata-rata kenyataan yang ada.
Tabel 3.20 Distribusi Jumlah Sekolah Dan Jumlah Murid Di Kota Pontianak Menurut Kecamatan Tahun 2009.
PAUD / TK Kecamatan Pontianak Utara Pontianak Timur Pontianak Selatan dan Tenggara Pontianak Kota Pontianak Barat Total Se k 18 10 30 28 24 110 LK 388 271 1592 1082 583 3916 PR 386 288 1540 1326 599 4139 Se k 47 34 51 45 34 211 SD / MI LK 8097 4572 9218 7499 6899 36285 PR 7358 4313 8694 7176 6453 33994 Se k 15 8 28 18 18 87 SMP / MTs LK 2280 1339 4601 2853 2557 13630 PR 2450 1438 4377 2675 2696 13636 Se k 13 6 28 28 13 88 SMA / SMK / MA LK 2430 802 5630 3329 2187 14378 PR 1631 1014 6260 3167 1836 13908 Se k 93 58 137 119 89 496 TOTAL LK 13195 6984 21041 14763 12226 68209 PR 11825 7053 20871 14344 11584 65677
a.
Pra sekolah (PAUD, TK) Berdasarkan table tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah PAUD / TK yang ada di kota Pontianak sebanyak 110 buah dengan jumlah murid pra sekolah sebanyak 774 orang yang terdiri dari 388 murid laki-laki dan 386 murid perempuan. Menurut ketentuan persyaratan penyediaan jamban / WC komunal sebagaimana yang telah diatur dalam pedoman penyediaan Jamban Keluarga yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan yang mempersyaratkan 1 jamban untuk 40 orang laki-laki atau 25 orang perempuan, maka estimasi kebutuhan Jamban / WC yang ideal untuk PAUD / TK yang ada di kota Pontianak adalah sebanyak 10 jamban untuk murid laki-laki dan 15 jamban untuk murid perempuan, sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk PAUD / TK idealnya adalah sebanyak 25 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid pra sekolah, baik PAUD maupun TK yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 1 untuk setiap PAUD/TK sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk anak pra sekolah baru mencapai sekitar 18 buah atau sekitar 72 %.
b.
SD / MI
| 151
Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SD / MI yang ada di kota Pontianak sebanyak 211 buah dengan jumlah murid sebanyak 70.279 orang yang terdiri dari 36.285 murid laki-laki dan 33.994 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 907 buah untuk murid laki-laki dan 1.360 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / WC yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 2.267 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SD / MI, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SD / MI sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 422 buah atau sekitar 19 %. c. SMP / MTs Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMP / MTs yang ada di kota Pontianak sebanyak 87 buah dengan jumlah murid sebanyak 27.266 orang yang terdiri dari 13.630 murid laki-laki dan 13.636 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban / wc untuk anak SD / MI sebanyak 341 buah untuk murid laki-laki dan 545 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SD / MI sebanyak 886 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga / WC untuk murid SMP / MTs yang ada di kota Pontianak seperti juga halnya penyediaan jamban / wc untuk murid SD / MI, pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMP / MTs sehingga jumlah keseluruhan jamban / WC untuk SD / MI baru mencapai sekitar 174 buah atau sekitar 20 %. d. SMU / SMK sederajat Berdasarkan table 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa jumlah SMU /SMK / sederajad yang ada di kota Pontianak sebanyak 88 buah dengan jumlah murid sebanyak 28.286 orang yang terdiri dari 14.378 murid laki-laki dan 13.908 murid perempuan. Dengan standard perhitungan yang sama, maka dapat dihitung kebutuhan ideal jumlah jamban/wc untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 359 buah untuk murid laki-laki dan 556 buah untuk murid perempuan, sehingga jumlah jumlah keseluruhan jamban / wc yang diperlukan untuk anak SMU/SMK/sederajad sebanyak 915 buah. Jumlah ketersediaan jamban keluarga/WC untuk murid SMU/SMK/sederajad, yang ada di kota Pontianak pada umumnya hanya 2 untuk setiap SMU/SMK sehingga jumlah keseluruhan jamban/WC untuk SMU/SMK mencapai sekitar 176 buah atau sekitar 19 %.
| 152
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas. Hasilnya sampai tahun 2009 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS untuk tingkat kota Pontianak sebesar 80 % sedangkan untuk tingkat puskesmas telah mencapai 100 %, artinya seluruh petugas pengelola program PHBS di Puskesmas telah mengikuti pelatihan PHBS. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/ dukungan lintas program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas dan perubahan struktur organisasi. Altematif pemecahan adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan keterpaduan manajemen dan peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS. Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama periode 2009 adalah : 1. Kampanye PHBS, melalui : a. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali b. Media elektronik : - Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali. 2. Sosialisasi PHBS : 2 kali 3. Cetak Buku Saku : 50 buah 4. Cetak poster : 100 lembar 5. Cetak leaflet : 1.000 lembar 6. Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah 7. Penggandaan CD PHBS : 50 buah. Hasil Kegiatan PHBS Berdasarkan rekapitulasi hasil kegiatan program PHBS tatanan Rumah Tangga di seluruh kecamatan yang ada di Kota Pontianak (tidak semua rumah tangga, tetapi dengan menggunakan metode sampling), gambaran cakupan program PHBS Tingkat Kota Pontianak adalah sebagai berikut : Persentase Rumah Tangga Sehat (10 indikator) : 26,67 %. Persentase Rumah Tangga Sehat (indicator terpilih) : 0 %. Persentase Rumah Tangga Sehat (GHS) : 0 %. Untuk Indikator Perilaku Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut : - Persentase Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : 79,05 %. - Persentase Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif : 100,0 %. - Persentase Rumah Tangga yang tidak merokok : 38,57 %. - Persentase Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari : 95,71 %.
| 153
- Prosentase Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah - Persentase Rumah Tangga yang mempunyai JPKM
: 76,67 %. : 47,62 %.
Untuk Indikator Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah sebagai berikut : Persentase Rumah Tangga yang tersedia Jamban : 98,57 %. Persentase Rumah Tangga yang tersedia air bersih : 96,19 %. Persentase Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni : 70,48 % Persentase Rumah Tangga yang lantai rumah bukan dari tanah : 100,0 %. Kampanye PHBS tidak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan sebagai SKPD dengan tupoksi yang terkait tetapi juga oleh PKK melalui Pokjanya. PKK dengan 10 program pokoknya telah banyak membantu untuk kemajuan keluarga di bidang kesehatan dan kegiatan PKK terlibat dalam program 7,9 dan 10 yaitu kesehatan, penyehatan lingkungan dan Perencanaan Keluarga. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun 2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang akan diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan gerakan PKK Kabupaten Kota. Pada saat ini sejak bulan Februari 2010 PKK Kota Pontianak bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, melaksanakan pemantauan mingguan menuju rumah tangga bebas jentik sebagai upaya Penegakan kasus DBD yang endemis di Kota Pontianak. Permasalahan kampanye PHBS Aspek teknis Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC Kebiasaan (masih banyak yang melakukan BAB sembarangan) Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan Lingkungan pemukiman yang belum higienis Aspek kelembagaan Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air permukaan Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh) Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang
| 154
Di dalam struktur pemerintahan Kota Pontianak, urusan kewenangan pengelolaan sanitasi yang meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, drainase, pengelolaan air limbah dan PHBS tidak berada dalam satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) akan tetapi tersebar dalam beberapa SKPD dengan cakupan tugas dan fungsi yang berbeda, SKPD tersebut meliputi: Dinas Pekerjaan Umum, mencakup sector drainase dan dukungan penyediaan air bersih bersama PDAM Tirta Khatulistiwa serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman secara umum. Secara struktural, Bidang yang banyak berperan di Dinas Pekerjaan Umum dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Cipta Karya khususnya pada Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman. Dinas Kebersihan dan Pertamanan, menangani sektor persampahan dan air limbah dengan didukung keberadaan UPTD TPA sebagai bagian dalam pengelolaan persampahan di Kota Pontianak Dinas Kesehatan, meliputi promosi, penyuluhan PHBS dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi kota. Secara struktural, bidang yang menangani sanitasi berada pada Bidang Penyehatan Lingkungan dan Promosi Kesehatan, didukung dengan keberadaan Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Seksi Promosi Kesehatan. Badan Lingkungan Hidup, mencakup sector air limbah, kualitas air baku dan pengendalian pencemaran lingkungan. Berdasarkan TUPOKSI dalam struktur organisasi, bidang yang banyak berperan dalam penanganan sanitasi kota adalah Bidang Pengawasan dan Penataan Hukum serta Bidang Revitalisasi Lingkungan dan Pengembangan Kapasitas yang masing-masing bidang terebut didukung oleh dua seksi
Selain intansi-instansi tersebut, beberapa instansi lain juga memiliki program dan kegiatan yang mendukung pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak seperti Kantor Pemberdayaan Masyarakat melalui kegiatan Stimulan Rumah Tidak Layak Huni yang banyak digunakan untuk pembangunan MCK di rumah tidak layak huni; Kecamatan melalui Program Pembinaan Kesehatan Masayarakat (kegiatan gerakan kebersihan lingkungan), Program Pemeliharaan
| 155
Sarana dan Prasarana Fasilitas Umum (melalui kegiatan bantuan stimulan jalan lingkungan/gang dan saluran drainase), Program Pembinaan Partisipasi Sosial Masyarakat (kegiatan lomba kebersihan lingkungan), Program Pemberdayaan Masyarakat (kegiatan gotong royong pembersihan lingkungan), Program Pembangunan Kecamatan dan Kelurahan (kegiatan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan jalan). Untuk lebih jelasnya terkait program dan kegiatan masing-masing instansi dalam mendukung pelaksanaan sanitasi kota Pontianak dapat dilihat dalam sub bab 3.7.3. yang akan mengulas lebih dalam terkait maslah pendanaan sanitasi. Dalam pelaksanaan urusan sanitasi, Instansi-instansi tersebut mengacu kepada TUPOKSI-nya masing-masing dan melakukan koordinasi bilamana melibatkan instansi terkait lainnya. Dalam hal ini BAPPEDA memiliki peranan cukup penting dalam menyambung rantai koordinasi antar instansi yang berkecimpung di dalam urusan sanitasi di Kota Pontianak. Sebagai dasar operasional pelaksanaan urusan sanitasi di tingkat kota, beberapa regulasi telah disusun, diantaranya: 1. Perda Nomor 6 tahun 1999 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan 2. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 3. Perda Nomor 4 tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak Tahun 2002-2012 4. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
| 156
1. Belanja Tidak Langsung 2. Belanja Langsung Surplus/defisit III Pembiayaan 1. Pembiayaan Penerimaan 2. Pembiayaan Pengeluaran IV Sisa Lebih Pembiayaan Th Berjalan
Sumber : Bagian Keuangan, Setda Kota Pontianak Ket : Data sebelum diaudit
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah dalam komponen APBD kota Pontianak juga terus mengalami peningkatan. Beradasarkan data tahun 2009, kontribusi PAD dalam struktur APBD Kota Pontianak mencapai 9,88% atau senilai Rp. 65.847.726.764,00 yang didapat dari komponen pengelolaan 6 jenis pajak daerah (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan pajak parker) serta 25 jenis retribusi daerah. Kontribusi terbesar dari komponen PAD ini disumbangkan oleh pajak penerangan jalan umum senilai Rp. 19.523275.132,- atau senilai 29,64%. Dari total nilai PAD di tahun 2009.
Tabel 3-22 Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009
Pembiayaan (Rp) 2008 APBD Kota 1,283,168,450.00 8,861,043,471.00 1,981,097,828.00 12,877,401,810.00 2,312,556,900.00 272,024,320.00
No 1 2 3 4 5 6
Institusi Dinas Kesehatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Badan Lingkungan Hidup Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Kantor Pemberdayaan Masyarakat
| 157
Total
27,212,820,195.00
27,587,292,779.00
27,959,340,019.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Tabel 3-23 Proposi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut SKPD Tahun 2007-2009 (sumber dana APBD Kota, APBD I dan APBN)
No 1 2 3 4 5 Sektor Sanitasi Kampanye PHBS Sampah Air Limbah Drainase & Jalan Air Bersih Total Pembiayaan (Rp) 2007 2,021,320,225.00 11,435,276,430.00 3,411,923,880.00 10,629,743,160.00 3,465,122,500.00 30,963,386,195.00 2008 1,609,733,750.00 8,910,543,471.00 3,104,193,948.00 10,032,546,610.00 7,276,930,500.00 30,933,948,279.00 2009 428,257,500.00 14,296,534,833.00 3,153,872,942.00 6,473,286,338.00 9,331,962,500.00 33,683,914,113.00
Sumber : LKPJ Walikota Pontianak Tahun 2007, 2008 dan 2009, data diolah
Gambar 3-14 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2007
Gambar 3-15 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi Menurut Sektor Tahun 2008
Jika dilihat berdasarkan sektor-sektor dalam sanitasi, sektor-sektor sampah dan drainase/jalan lingkungan merupakan sektor yang paling banyak dibiayai oleh APBD kota Pontianak. Tercatat di tahun 2007 sektor drainase/jalan lingkungan sebesar 34% dari total pembiayaan sanitasi yang bersumber baik dari APBD kota maupun dari APBD propinsi dan APBN, sedangkan yang terkecil di sektor kampanye PHBS yang mencakup 7% dari total pembiayaan sanitasi.
Di tahun 2009 pembiayaan terbesar bergeser ke sektor persampahan mencapai 43% dari total pembiayaan sanitasi dan yang terkecil adalah pendanaan kampanye PHBS yang hanya meliputi 1% dari total pembiayaan sanitasi. Kedepan perlu peningkatan pendanaan di ini mengingat aspek pelibatan masyarakat merupakan hal Gambar 3-16 Diagram Proporsi Pendanaan Sanitasi yang sangat penting untuk mendukung Menurut Sektor Tahun 2009 keberhasilan pengelolaan sanitasi. Untuk mengetahui lebih dalam programprogram dan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan sanitasi di Kota Pontianak dalam kurun waktu 2007-2009 dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini:
Tabel 3-24
| 158
Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2007
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2007, data diolah
Tabel 3-25 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2008
| 159
Program Program Promosi Kesehatan Pemberdayaan Masyarakat Program Pengembangan Lingkungan Sehat 3 Kegiatan
Jumlah Kegiatan
APBD Kota
APBD Pusat
745,550,000.00 537,618,450.00 Sub Total 1,283,168,450.00 8,861,043,471.00 Sub Total 8,861,043,471.00 1,602,325,550.00 667,350,000.00
9 Kegiatan
4 Kegiatan Pengadaan sarana dan prasrn pemantauan kualitas air permukaan 2 Kegiatan 2 Kegiatan Sub Total
2 3
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH Program Peningkatan Pengndalian Polusi
1 2
3 4
Program Pembangunan Drainase Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Program Penyehatan lingkungan perumahan dan Permukiman Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
2 kegiatan Kegiatan Air Bersih Kegiatan Air Bersih/BAKU 3 Kegiatan Kegiatan Peningkatan Kualitas Lingkungan Pemukiman Kumuh (NUSSP) NUSSP (luncuran) SANIMAS Sub Total
2,714,805,500.00
Kecamatan
Kegiatan gerakan kebersihan Lingkungan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Tenggara - Kec Pontianak Selatan - Kec Pontianak Utara Kegiantan pemeliharaan sarana lingkungan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Utara Bantuan stimulan jalan lingk gang, jembatan dan drainase - Kec Pontianak Tenggara Kegiatan lomba kelurahan - Kec Pontianak Kota - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Selatan Lomba kebersihan lingk RW - Kec Pontianak Selatan Bantuan stimulan jalan lingk gang, jembatan dan drainase - Kec Pontianak Kota Pembinaan bakti masy - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Utara Kegiatan gotong royong masy - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Utara - Kec Pontianak Tenggara Peningktn jalan lingkungan - Kec Pontianak Timur Kegiatan Pengembangan sarna dan Prasarana lingkngan jalan - Kec Pontianak Barat - Kec Pontianak Tenggara Kegiatan bedah rumah - Kec Pontianak Timur Kegiatan lomba kebersihan - Kec Pontianak Timur Sub Total
23,000,000.00 404,503,200.00
380,370,150.00 125,965,000.00 120,000,000.00 30,000,000.00 2,312,556,900.00 105,726,020.00 116,798,300.00 49,500,000.00 272,024,320.00 27,587,292,779.00 3,382,155,500.00
Kegiatan Stimulan rumah tidak layak huni Pembinaan bulan bhakti gotong royong Fasilitasi pengelolaan sampah menjadi pupuk organik Sub Total
TOTAL
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2008, data diolah
Tabel 3-26 Proporsi Pendanaan Sanitasi Kota Pontianak Menurut Instansi dan Program Tahun 2009
| 160
Sumber: Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota Pontianak Tahun 2009, data diolah
| 161
Pendapatan Asli Daerah dari pengelolaan sanitasi didapat dari dua jenis retribusi yang telah diatur dalam peraturan daerah yaitu: 1. Perda Nomor 10 Tahun 2001 tentang Retribusi Penyedotan Kakus 2. Perda Nomor 13 Tahun 2005 tentang perubahan pertama Perda Nomor 8 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Dalam kurun waktu 2005-2009, realisasi pendapatan dari dua jenis retribusi tersebut menunjukkan trend fluktuatif. Hal ini terjadi akibat belum adanya sistem pemungutan retribusi pelayanan sampah ideal yang dapat menjangkau potensi retrubusi secara luas. Di tahun 2010 ini Pemerintah kota Pontianak melakukan kerjasama dengan PDAM Tirta Khatulistiwa di dalam pemunguta retribusi sampah (dijadikan satu tagihan dengan tagihan pemakaian air bersih). Akan tetapi hal ini dirasa belum cukup maksimal menjangkau potensi retribusi yang masih sangat besar mengingat cakupan pelayanan air bersih sendiri masih belum mencakup seluruh Kepala Keluarga di kota Pontianak. Disisi lain masih terjadi hambatan/penolakan dari masyarakat sendiri akibat pemahaman yang keliru dari retribusi yang dikenakan. Masyarakat beranggapan retribusi tersebut tidak wajib dibayar karen merasa tidak mendapat pelayanan pengambilan sampah dari tempat tinggal, padahal retribusi yang dikenakan adalah untuk menutupi operasional penganggukatan sampah dari TPS menuju TPA setiap harinya.
Tabel 3-27 Realisasi Pendapatan Daerah dari Pelayanan Pengelolaan Sampah Jumlah Penduduk 494,441 510,687 514,622 521,569 595,601 Realisasi Pendapatan (Rp.) Retribusi Retribusi Sampah Penyedotan Kakus 1,593,144,697.00 9,730,412.00 1,768,416,550.00 11,664,798.00 1,477,091,577.00 6,364,784.00 1,631,135,441.00 10,198,000.00 1,745,852,951.00 10,523,000.00
No 1 2 3 4 5
Kedepan perlu dipikirkan system pemungutan retribusi sampah yang lebih ideal untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal, mengingat potensi yang ada cukup besar. Selain itu perlu juga dilakukan upaya peningkatan pemahaman masyarakat melalui promosi dan kampanye-kampanye tentang pemungutan retribusi sampah yang dikenakan kepada masyarakat. Berdasarkan data diatas, dengan merata-rata penerimaan pertahunnya dalam periode 20052009 dan kemudian membandingkannya dengan jumlah rerata jumlah penduduk pertahun dalam periode yang sama, maka didapatkan angka rasio 3,134.01 yang merupakan angka rata-rata Penerimaan Retribusi Persampahan per kapita per tahun (Rp. 3.134/jiwa).
| 162
Besaran pendanaan sanitasi perkapita adalah perbandingan jumlah rata-rata pembiayaan sanitasi yang dikeluarkan dalam periode tertentu dibandingkan dengan jumlah rata-rata penduduk dalam periode yang sama. Berdasarkan data-data yang telah digambarkan pada sub-bab sebelumnya, dimana dalam periode 2007-2009 maka didapat angka besaran pendanaan sanitasi perkapita Kota Pontianak adalah Rp. 50.716,91 bandingkan dengan besaran penerimaan retribusi persampahan per kapita per tahun yang hanya Rp. 3.134,-.
Keterangan
| 163
APBD. Sedangkan disisi lain Pemerintah Kota Pontianak dihadapkan dengan begitu kompleksnya permasalahan pembangunan kota dan begitu banyaknya urusan pemerintahan yang harus diemban oleh Pemerintah Kota Pontianak sehingga pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai prioritas yang telah disusun dalam dokumen perencanaan jangka menengah dan jangka panjang. 2. Peran Pemerintah Kota masih sangat dominan sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Untuk menunjang penanganan sanitasi di kota, selama ini masih sangat tergantung oleh alokasi dana pemerintah yang sangat terbatas, sedangkan sektor swasta belum banyak berperan. Padahal penanganan sanitasi sebenarnya bukan hanya melulu diemban oleh pemerintah akan tetapi swasta memiliki kewajiban turut serta dalam penanganan sanitasi kota. Kedepan perlu di dorong peran serta sektor swasta dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi melalui skemaskema kerjasama yang ideal antara pemerintak Kota Pontianak dengan para pelaku usaha. 3. Belum ada perencanaan pembiayaan yang komprehensif dalam penanganan Sanitasi. Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan setiap tahunnya, masalah pembiayaan sanitasi sebenarnya muncul sejak dari proses perencanaan pengelolaan sanitasi sendiri yang belum ideal, belum tersinkronisasi dan belum termonitoring dengan baik. Sehingga belum ada tahapan dan target yang jelas kedepan sebagai acuan dalam penyusunan pembiayaan sanitasi. Kondisi saat ini cukup sulit mengukur besaran pembiayaan dalam struktur APBD dengan program dan kegiatan yang tidak terstruktur dengan baik. Penanganan sanitasi di Kota Pontianak belum memiliki perencanaan yang menyeluruh sehingga dalam pelaksanaanya terkesan jalan sendiri-sendiri oleh masing-masing SKPD yang berkenaan dengan urusan sanitasi dan belum terkoordinasi dengan baik. 4. Belum maksimalnya penerimaan pendapatan dari sektor sanitasi sebagai salah satu sumber pembiayaan. Sebagaimana telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, sampai saat ini potensi pendapatan dari pengelolaan sanitasi belum tergali dengan baik sehingga besaran pendapatan belum maksimal. Apabila kedepan potensi yang ada telah tergali maksimal diharapkan dana yang terhimpun dapat dikeluarkan kembali sebagai sumber dana yang signifikan dalam pembiayaan pengelolaan sanitasi tentunya dengan tetap disukung dari sumber-sumber pendanaan yang lainnya.
| 164
G
4.1.
Visi
una mencapai kualitas sanitasi yang baik secara keseluruhan dalam cakupan kota, maka perlu dibuat suatu rencana program pengembangan sanitasi kota Pontianak, yang memberikan gambaran visi dan misi yang akan dicapai, strategi dan program pengembangan yang harus dilakukan serta pentahapan dalam pelaksanaannya di tiap item sanitasi.
Visi tersebut merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi untuk Kota Pontianak Bersih dan Sehat dan selalu terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan Sanitasi di Kota Pontianak, dengan tersedianya sumber-sumber daya, lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Visi adalah Pandangan Jauh Kedepan Kemana dan Bagaimana Instansi Pemerintah harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif dan produktif. Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan citra patut diwujudkan oleh instansi Pemerintah. Penetapan Visi diperlukan untuk memadukan gerak langkah setiap unsur organisasi dan masyarakat untuk mengarahkan dan menggerakan segala sumber daya yang ada, untuk menciptakan Kota Pontianak Sehat sebagaimana yang dicita-citakan. Adapun visi Kota Pontianak sebagai berikut : Mewujudkan Kota Pontianak yang Bersih Dan Sehat, melalui Pembangunan Sanitasi yang berwawasan lingkungan
Misi
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka misi yang merupakan agenda pokok pembangunan Sanitasi di Kota Pontianak selama lima tahun ke depan (2010 2014) sebagai berikut :
| 165
8.
Pembangunan di Sektor Sanitasi akan membudayakan Lingkungan Bersih dan Sehat, serta Perilaku hidup bersih dan Sehat serta Kemandirian Masyarakat untuk hidup lebih baik. 9. Meningkatkan pelayanan Sanitasi yang Bermutu, Merata dan Terjangkau kepada Masyarakat. 10. Meningkatkan Mutu Operasional dan Manajemen di sektor Sanitasi. 11. Melaksanakan upaya pemberantasan wabah penyakit di masyarakat melalui sektor sanitasi. 12. Meningkatkan Mutu Pelayanan Sanitasi di Tingkat Masyarakat.
4.2.
Setelah menetapkan visi dan misi sanitasi kota, selanjutnya Pokja Sanitasi Kota Pontianak perlu menetapkan strategi penanganan sanitasi. Hal ini dapat dilakukan setelah mengetahui kondisi eksisting kualitas sanitasi dan kesehatan lingkungan di setiap kawasan/kelurahan, melalui beberapa studi, untuk kemudian menetapkan prioritas penanganan sanitasi di tiaptiap kawasan tersebut. Penetapan strategi penanganan sanitasi ini melalui tahapan-tahapan yaitu: Analisis faktor Lingkungan Internal dan Eksternal kota Pontianak berkaitan dengan potensi dan kendala pengembangan penanganan Sanitasi kota Pontianak; Menyusun beberapa alternatif strategi yang dapat dikembangkan di kota Pontianak; Menetapkan Strategi jangka menengah Strategi Sanitasi Kota Pontianak.
Strategi penanganan sanitasi ini mencakup beberapa strategi sektoral dan sub-sektor seperti drainase lingkungan, drainase kota, persampahan, air limbah, keterlibatan swasta, monev dan penganggaran/kemampuan pembiayaan.
4.3.
Dalam upaya pengelolaan limbah cair, saat ini sebenarnya Pemerintah Kota Pontianak sudah melakukan upaya untuk memitigasi memburuknya kualitas badan air, sebagai penerima limbah cair dari industri dan rumah tangga. Dengan mensyaratkan dokumen Amdal dan UKLUPL bagi industri dan dunia usaha, serta penyediaan tangki septik pada rumah tangga melalui dokumen izin mendirikan bangunan. Namun upaya tersebut dirasakan tidak memadai dengan melihat dampak-dampak yang dirasakan oleh masyarakat bahwa penampakan air di saluran drainase kota dari tahun ke tahun mulai menghitam. Ini mencerminkan degradasi kualitas air di saluran kota.
| 166
Dalam upaya peningkatan pengelolaan limbah cair setidaknya ada 3 jenis sistem yang dikenal yaitu: sistem terpusat, sanimas dan sistem mandiri (on-site). Dalam RPJM Kota Pontianak 2010-2014, pengelolaan limbah cair termasuk dalam upaya yang akan didorong melalui misi keenam yaitu Mewujudkan tata ruang, tata kota dan wilayah yang seimbang dan berwawasan lingkungan dengan strategi pembangunan peningkatan pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diupayakan dengan mewujudkan penataan ruang dan kota yang berwawasan lingkungan dengan sasaran yang ingin dicapai yaitu tersedianya sarana dan prasarana pengawasan pencemaran air dan udara, tersedianya perencanaan kawasan-kawasan strategis dan cepat tumbuh, meningkatnya pengendalian penataan ruang. Peningkatan pengendalian dan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang ini diimplementasikan melalui program peningkatan pengendalian polusi dengan kegiatan prioritas di antaranya: Pengendalian limbah kegiatan usaha Pengawasan limbah kegiatan usaha Pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pengawasan dan pengendalian Pencemaran lingkungan hidup.
| 167
Black Water
Lumpur
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Pembuangan Air Cucian Errfluient
| 168
Tangki Septik Tank Biofill Lokasi Jalan Kom Yos Sudarso Pontianak
| 169
PRODUK INFUT
A User Interface
C Pengangkutan / Pengaliran
Black Water
Tinja Urine Air Pembersih Air Penggelontor Kertas Pembersih Lumpur Lumpur Lumpur
Grey Water Errfluient Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Pembuangan Air Cucian Errfluient
Resapan
Air Tanah
| 170
SANIMAS KOTA PONTIANAK Lokasi Komplek Pasar Nusa Indah ( Samping Hotel Kini )Pontianak
Kesulitan implementasi di masyarakat adalah kendala ketersediaan lahan, terutama di permukiman kumuh perkotaan, termasuk pada kawasan pinggiran sungai. Sehingga pilihan strategi untuk meningkatkan kualitas sanitasi, khususnya untuk pengelolaan limbah tinja, memerlukan penanganan yang terpadu, yaitu penataan kawasan. Kemunginan jika terpaksa, harus dipersiapkan metode relokasi beberapa rumah dan menempatkannya kembali dalam lokasi yang tidak terlalu jauh sehingga tersedia lahan yang cukup untuk sanimas. Pada kawasan yang sering tergenang, tidak menutup kemungkinan untuk menyediakan sanimas dua lantai, dimana lantai satu digunakan untuk penempatan tangki septik sedangkan lantai dua untuk fasilitas toilet. Model ini sudah diterapkan di kawasan pesisir pantai di Jakarta.
4.4.
Sesuai dengan misi kelima kota Pontianak yaitu Misi kelima yaitu Meningkatkan sarana dan prasarana dasar perkotaan untuk menunjang perkembangan perdagangan dan jasa . Salah satu jabaran dari misi ini adalah meningkatkan kemampuan penanganan sampah di
| 171
TPA dengan manajemen persampahan yang baik dan melanjutkan program CDM (Clean Development Management) serta meningkatkan kesadaran dan peranserta masyarakat terhadap kebersihan lingkungan serta meningkatkan penataan penghijauan dan taman kota (RTH). Sebagai bahan informasi bahwa kota Pontianak telah pernah merintis kerjasama dengan PT. Gikoko dalam hal pengolahan sampah menjadi gas metan yang kemudian dibakar (carbontrade). Namun dalam implementasinya, kegiatan ini terhenti karena ada kendala teknis lapangan, yaitu muka air tanah dan lain-lain. Sehingga unit pengolahan tersebut tidak berhasil memproduksi/membakar gas metan sesuai rencana. Kemudian upaya peningkatan pengelolaan sampah tentu saja harus dimulai dengan penerapan konsep 3R: Reduce, Reuse dan Recycle. Konsep ini harus digalakkan dan dipromosikan, bahkan mungkin harus juga dipikirkan penerapan insentif bagi pihak-pihak dan anggota masyarakat yang menerapkan konsep ini. Insentif harus bersifat nyata dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Pengelolaan sampah juga akan berkaitan dengan transportasi sampah dan tempat pengolahan akhir sampah. Kondisi saat ini adalah kurangnya sarana transportasi sampah yang juga terus diupayakan untuk dipenuhi anggarannya. Berkenaan dengan transportasi, maka pengangkutan dalam skala lingkungan di beberapa kota lain disiasati dengan motor angkut sejenis roda tiga bermotor atau tak bermotor. Dengan demikian maka proses pengumpulan sampah akan makin cepat dan hemat waktu. Tempat pembuangan akhir atau TPA sampah juga harus mulai menerapkan sanitary landfill secara penuh sesuai standar, sehingga buangan gas rumah kaca ke atmosfir dapat dikurangi secara signifikan. Dan dalam lingkup jangka panjang setelah kurun waktu tertentu akan menjadi sangat baik karena dapat tersedia lahan yang dapat dimanfaatkan untuk fungsi lain.
Bak Sampah
Truk Sampah
Penampungan Sampah
| 172
Dalam jangka beberapa tahun ke depan Pemerintah Kota Pontianak sedang menjajaki kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten berdekatan untuk membangun TPA (Tempat Pembuangan Akhir) regional. Dengan luasan yang nantinya akan cukup besar, maka diharapkan dapat menjadi pusat pembuangan dan pengolahan sampah secara terpadu dan terintegrasi. Perlu upaya yang serius dari kedua pemerintah mengingat kerjasama antar daerah ini biasanya akan memerlukan waktu, dalam penjajagan, studi dan terutama kesepakatan stakeholder yang berkaitan.
| 173
Gambar 4-1 Sistem Pengolahan Persampahan Domestik Kota Pontianak ( Off Site )
PRODUK INFUT A User Interface B Pengumpulan Setempat C Penampungan Sementara D Pengangkutan E Pengolahan Akhir Terpust E Daur Ulang Dan / Pembuangan Akhir
Resid u
Resid u Resid u
Resi du
Resi du
| 174
Black Water
Grey Water Air Cucian Dari Dapur Air Bekas Mandi Air Cucian Pakaian Pembuangan Air Cucian
Errfluient
| 175
4.5.
Penanganan pengelolaan drainase lingkungan di Kota Pontianak dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas dan kuantitas drainase untuk mengatasi genangan air dilaksanakan dengan program sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Program pembangunan saluran drainase dan gorong- gorong; Program pembangunan turap/talud dan bronjong; Program rehabilitasi/pemeliharaan talud dan bronjong; Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya; Program pengendalian banjir dan; Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber air lainnya; Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh.
Kota Pontianak dengan kondisi topografinya yang sebagian besar berkisar 0,5-1,5 m dari muka air laut, dan kotanya dibelah oleh Sungai Kapuas, menjadikan kota ini rawan genangan. Namun genangan ini biasanya tidak terlalu lama, seiring dengan pasang naik muka air sungai Kapuas, ditambah oleh hujan. Dalam waktu 1-2 jam genangan tersebut biasanya sudah turun. Di tahun 2010 ini pemerintah provinsi Kalbar sedang melaksanakan kegiatan penyusunan Masterplan Drainase Kota Pontianak. Diharapkan hasil kegiatan ini dapat menjadi masukan bagi kita dalam menyusun rencana peningkatan pengelolaan drainase kota Pontianak.
Upaya Pemerintah dalam melakukan kegatan pengelolaan drainase lingkungan antara lain melakukan kegiatan pembangunan Drainase, Turap,di tepian sungai Kapuas atau di sekitar parit permukiman penduduk
Kemudian hal yang cukup penting untuk kita rumuskan adalah kewenangan pengelolaan drainase lingkungan, kewajiban rumah tangga, kewajiban dinas dan seterusnya sehingga dapat terwujud sistem pengelolaan yang baik.
4.6.
Upaya pembangunan dan penyediaan air minum bagi seluruh warga kota Pontianak ditempuh melalui kebijakan perluasan pelayanan air bersih yang dilaksanakan dengan program sebagai berikut : Program penyediaan dan pengolahan air baku, Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya dan Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah.
Saat ini PDAM Kota Pontianak PT. Tirta Khatulistiwa telah melaksanakan beberapa kegiatan seperti pemasangan pipa distribusi meliputi seluruh kota, membuat booster dan reservoar penampung pendukung pipa distribusi air tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan sekaligus memperluas dan menambah jaringan pelayanan (sambungan rumah). PDAM Kota Pontianak telah memperluas jaringan distribusi untuk cakupan seluruh kota, saat ini sedang tahap penyelesaian, kemudian dengan meningkatkan kapasitas produksi dengan membuat beberapa IPA baru dan juga dengan merencanakan pembangunan booster dan reservoar diantaranya di Kelurahan Sungai Beliung dan Kelurahan Paal Lima (guna meningkatkan tekanan air dan memperluas pelayanan). Tahap selanjutnya juga membuat booster dan reservoar di Kecamatan Pontianak Utara, terutama untuk menjangkau masyarakat yang berdekatan dengan TPA. Hal ini dikarenakan kekhawatiran penyediaan sumber air bersih untuk masyarakat di kecamatan Pontianak Utara, khususnya sekitar TPA, yaitu tercemarnya parit-parit yang masih digunakan masyarakat untuk keperluan domestik oleh air lindi, tatkala hujan. Pelayanan PDAM yang dikelola oleh PT Tirta Khatulistiwa dirasakan sekali manfaat oleh disetiap kalangan masyarakat dari kalangan bawah sampai kalangan menengah ke atas, sumber air Kapuas / penepat yeng dikelola sehingga menjadi air bersih sehingga dapat di konsumsi oleh masyarakat sesuai dengan jangkauan pelayanan.
4.7.
Kegiatan Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan selama periode 2009 adalah : 8. Kampanye PHBS, melalui : c. Media Cetak : Iklan layanan masyarakat : 10 kali d. Media elektronik : Dialog interaktif di TV : 3 kali, Radio : 6 kali. Sosialisasi PHBS : 2 kali Cetak Buku Saku : 50 buah Cetak poster : 100 lembar Cetak leaflet : 1.000 lembar Cetak Buku Pemantauan Jentik Mingguan oleh anak Sekolah : 10.000 buah Penggandaan CD PHBS : 50 buah. Berdasarkan PHBS tatanan Rumah Tangga Sehat di seluruh kecamatan yang ada di Kota Pontianak, program PHBS Tingkat Kota Pontianak adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. Rumah Tangga Sehat Rumah Tangga yang memperoleh pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Rumah Tangga dengan Balita diberi ASI Eksklusif Rumah Tangga yang tidak merokok Rumah Tangga yang melakukan aktifitas fisik setiap hari Rumah Tangga yang melakukan diet sayur dan buah Rumah Tangga yang mempunyai JPKM sebagai
Untuk Lingkungan Sehat, cakupan PHBS untuk Tatanan Rumah Tangga adalah berikut : a. Rumah Tangga yang tersedia Jamban b. Rumah Tangga yang tersedia air bersih c. Rumah Tangga yang sesuai antara luas lantai dan jumlah penghuni
Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan melalui program PHBS diharapkan masyarakat dapat mewujudkan derajad kesehatan yang setinggi-tingginya. PKK Kota Pontianak membantu meningkatkannya dalam Program PHBS, hal ini dapat dilihat dari tersedianya anggaran untuk program ini pada tahun 2009 sebanyak Rp.600.000,- dan Tahun 2010 ini sebanyak Rp.10.000.000,-. Pada tahun 2009 anggaran digunakan untuk sosialisasi 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga, sedangkan pada tahun ini anggaran diperuntukkan pada
lomba kelurahan dengan pelaksanaan 10 perilaku ber PHBS di rumah tangga yang nantinya akan diikutkan pada lomba tingkat propinsi dalam kegiatan ketentuan gerakan PKK Kabupaten Kota.
5.1.
rea Beresiko tinggi dan bermasalah identik dengan gender dan kemiskinan serta kepadatan wilayah, gender lebih identik dikarnakan wanita lebih peka terhadap kebersihan dan pengguna dapur dan sumur serta air bersih serta rumah tangga wanita lebih sangat berperan kebanding kaum pria. di Kota Pontianak ada titik-titik wilayah atau areal padat keumuh dan miskin antara lain terletak pada Kecamatan Pontianak Barat, Utara, Kota Dan Timur. Identifikasi kawasan tersebut belum memberikan gambaran dari sisi kondisi sanitasi. Walaupun berdasarkan kepadatan penduduk, ditambah sedikit pengetahuan mengenai kondisi kawasan tersebut (misalnya: kawasan didominasi area genangan), gambaran kasar kondisi sanitasi di kawasan tersebut sudah bisa diperkirakan. Guna melengkapi gambaran tersebut, maka dilakukan peninjauan kondisi sanitasi di tiap kelurahan (masih berdasarkan data sekunder yang ada). Kelurahan dipilih karena merupakan unit komunitas formal terkecil. Berdasarkan indikator yang disepakati anggota Pokja Sanitasi Kota, ditetapkan 4 kategori kelurahan berisiko sanitasi. Analisis lebih mendalam dilakukan terhadap kelurahan berisiko tinggi untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasinya, dengan menggunakan alat bantu analisis Diagram Sistem Sanitasi (DSS). Di bagian-bagian tertentu kota seringkali ditemukan area yang memiliki kesamaan kondisi, tetapi tidak terpetakan saat menetapkan 5 klasifikasi kawasan atau 4 kategori draf kelurahan berisiko. Area tersebut disebut area tipikal. Beberapa area tipikal antara lain: Tempat-tempat di tepi sungai di mana terdapat WC helikopter. Informasi ini biasanya diperoleh dari Dinas Kesehatan, Bagian Lingkungan Hidup atau kelurahan. Area tertentu dalam suatu kelurahan dengan kepadatan penduduk tinggi, dan yang tidak terlihat dari data kepadatan penduduk kelurahan tersebut.
Beberapa Katagori Penyebab area Resiko berdasarkan data sekunder : 1. Sanitasi yang tidak teratur dan memadai. 2. Penyediaan Air Baku / Air Bersih 3. Saluran Lingkungan yang kurang teratur dan tertata.
4. Kebiasaan dan Pola Hidup masih mengandalkan sungai, sehingga masih banyak yang membuang limbah di saungai dan penggunaan jamban di pinggir sungai, sehingga air sungai itu juga yang di gunakan untuk mandi dan mencuci. Penyebab utama timbulnya risiko antar lain : 1. Kesadaran dan ketidak tahuan Masyarakat tentang kesehatan dan kebersihan lingkungan. 2. Pengelolaan Limbah yang masih belum maximal. 3. Sarana Sanitasi dan Pembuangan Limbah yang masih belum memadai. 4. Pola Hidup Masyarakat. 5. Ketersediaan Air Baku dan Kualitas air (masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari). 6. Pengetahuan dan tarap hidup masyarakat masih rendah. 7. Pemukiman yang padat dan identik dengan kumuh.
01'29"
01'29"
Sungai Beliung Sungai Jawi Luar Mariana Pal Lima Sungai Jawi Tanjung Hilir Tanjung Hulu Darat Sekip Dalam Bugis Saigon Bangka Belitung Laut Bansir Laut Parit Mayor Akcaya Parit Tokaya Kota Baru Bansir Darat Bangka Belitung Darat
000'30"
02'29"
Sungai Bangkong
02'29"
04'28"
04'28"
4000
109 15'52"
109 17'51"
4000
109 19'50"
8000 Meters
109 21'49"
109 23'48"
Sanitasi butuh pendekatan yang sesuai dengan kondisi daerah setempat, bertujuan agar dapat menetapkan isu-isu sanitasi yang perlu diutamakan dan type pembangunan sanitasi yang dikedepankan. Tanpa pemahaman yang tepat tentang suatu daerah, pembangunan sanitasi berpotensi menjadi pengeluaran yang tidak mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Study EHRA dibuat untuk mendapatkan data representatif dan valid tentang deskripsi kondisi sanitasi tingkat kota dan kecamatan, sekaligus dapat dijadikan panduan dasar bagi pemahaman kondisi tingkat kelurahan. Perolehan data primer di tingkat kelurahan memiliki beberapa keuntungan antara lain :
1) Pembangunan sanitasi dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang muncul antar kelurahan, sehingga pendekatan yang diterapkan dapat disesuaikan, 2) Pembangunan sanitasi dapat memiliki tolok ukur yang dapat diuji oleh masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholder) di tingkat kelurahan, yang dengan mudah mengobservasi pencapaian pembangunan. Di sini secara tidak langsung, pemangku kepentingan tingkat kelurahan, termasuk warga, telah dibekali amunisi berupa data tentang kondisi lingkungan. Hal ini dapat digunakan dalam proses advokasi, baik ke tingkat lebih tinggi (kecamatan atau kota) ataupun secara horizontal pada sesama warga atau pemangku kepentingan di tingkat kelurahan. Studi EHRA mendalami kondisi sanitasi dan perilaku yang berhubungan dengan sanitasi di tingkat rumah tangga. Hal yang ingin diketahui mencakup akses dan kondisi sarana sanitasi yang telah ada, antara lain air bersih, jamban, air buangan dan saluran pembuangan air, serta jasa pengumpulan limbah padat. Studi EHRA juga mengamati perilaku anggota rumah tangga dalam menggunakan fasilitas yang ada, dan mempelajari perilaku mereka dalam hubungannya dengan risiko kesehatan lingkungan. Data EHRA dapat menjadi arahan untuk menggambarkan kondisi sanitasi di tingkat kelurahan. disamping itu, data EHRA juga menyediakan informasi yang melengkapi dan memverifikasi penelitian yang sudah ada sebelumnya, termasuk melengkapi data-data untuk pembuatan buku putih kota. Apabila data kuantitatif yang terkumpul handal, maka data EHRA dapat membantu penentuan prioritas isu dalam penyusunan strategi sanitasi kota. Di samping itu , partisipasi petugas lapangan yang berasal dari masyarakat setempat memberi ruang cukup luas untuk akuntabilitas sosial. Hal ini dapat membentuk kepedulian masyarakat menyangkut masalah pembangunan sanitasi. Untuk menentukan pilihan teknologi sanitasi yang akan diterapkan, seluruh kelurahan diklasifikasikan berdasarkan area urban, peri-urban dan rural. Saat ini belum ada standar yang membedakan area urban dari peri urban dan area rural. Sebuah dokumen terakhir dari World Bank Policy Research Paper mengusulkan definisi operasional dari rurality dapat didasarkan kepadatan populasi. Berdasarkan karakteristik kepadatan populasi di 6 kota yaitu Phase 1, setiap kelurahan akan dikategorikan sebagai area urban bila kepadatan lebih dari 125 orang/Ha, peri-urban bila kepadatan berkisar antara 25-125 orang/Ha, atau rural bila kepadatan kurang dari 25 orang/Ha. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kota Pontianak. Hasil awal identifikasi area berdasarkan kepadatan populasi ini kemudian disesuaikan dengan pemanfaatan detil ruang Kota Pontianak sebagaimana tercantum dalam RTRW Tahun 20022012. Pemetaan kelurahan berisiko dilakukan untuk mendapatkan 4 klasifikasi kelurahan, berdasarkan risiko sanitasi yang didasarkan pada data sekunder. sebab belum memasukkan hasil studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) serta persepsi dari masing-masing SKPD. Tetapi dengan data yang telah tersedia, sudah bisa diperoleh gambaran kelurahankelurahan berisiko di kota tersebut.
Setelah informasi dari studi EHRA dan persepsi SKPD menjadi bahan masukan untuk menentukan hasil final kelurahan berisiko, kemungkinan terdapat perbedaan dengan draf yang diperoleh. Perbedaan inilah yang dijadikan bahan diskusi di antara Pokja Sanitasi Kota. Nantinya setelah diperoleh pemahaman bersama di antara anggota Pokja Sanitasi Kota, perlu diperoleh kesepakatan di antara seluruh anggota Pokja Sanitasi Kota. Area berisiko dibagi atas 4 klasifikasi yaitu: Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah Risiko sangat rendah/tidak berisiko
Area berisiko tinggi adalah kelurahan. Berdasarkan informasi yang tersedia, kelurahan memiliki potensi risiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan dampak yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara risiko dan dampak. Membandingkan informasi tentang risiko dan dampak yang ada di suatu kelurahan, hasilnya bisa memberikan tambahan informasi berguna tentang penyebab timbulnya kasus penyakit di kelurahan tersebut. Diperkirakan Ada 4 kategori area Kecamatan dan kelurahan berisiko berdasarkan data sekunder dan studi EHRA, dari data yang didapat berdasarkan data Sekunder yang ada beberapa daerah yang berada di Kota Pontianak meliputi Kecamatan Pontianak Kota yaitu terletak pada Kelurahan Sungai Bangkong, Kecamatan Pontianak Barat yaitu pada Kelurahan Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Timur yaitu pada Kelurahan Kampung Dalam Bugis, Serta Kecamatan Utara terletak pada Kelurahan Siantan Hilir.
Tabel 5-3 Matrik Kecamatan dan Kelurahan Berisiko Berdasarkan Studi EHRA
No. 1 2 3 4 5 6 7
Kelurahan Parit Mayor Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit
Risk Level 3 2 3 1 3 2 3
Keterangan Beresiko Tinggi Beresiko Beresiko Tinggi Cukup Beresiko Beresiko Tinggi Beresiko Beresiko Tinggi
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4 5
1 2 3 4
Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 55 tahun. Batas usia, khususnya batas-atas diperlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (55 tahun), namun responden terlihat dan terdengar masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam daftar prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 55 tahun, namun bila performa komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Diagram 1: Usia Ibu N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A4 Usia responden
K_usia Kategori Usi a Responden Frequency 100 296 329 262 173 1160 Percent 8,6 25,5 28,4 22,6 14,9 100,0 Valid Percent 8,6 25,5 28,4 22,6 14,9 100,0 Cumulat iv e Percent 8,6 34,1 62,5 85,1 100,0
Valid
8.62% 14.91%
25.52% 22.59%
28.36%
Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu yang berusia antara 36 45 tahun, yakni sekitar 28,36% dari total responden. Sekitar 32% berada di usia 36 45 tahun. Sementara, mereka yang berada di rentang 26 35 tahun mencakup sekitar 20% dari total responden. Proporsi yang paling kecil adalah yang berusia paling muda, yakni 18 25 tahun. Proporsi mereka hanya mencakup sekitar 2% dari total responden yang terpilih.
Dari sisi jumlah anggota rumah tangga, seperti dapat disimak pada diagram di bawah, proporsi terbesar adalah yang berisi di atas 4 orang, yakni sekitar 49%. Terbesar kedua adalah rumah tangga dengan 4 orang, yakni 28%. Yang ketiga, adalah rumah tangga yang jumlah anggotanya di bawah 4 orang, yakni sekitar 23%. Terlihat bahwa distribusi cenderung terkonsentrasi pada rumah tangga ukuran besar. Dengan demikian, diindikasikan bahwa yang dominan di Kota Pontianak adalah rumah tangga yang memiliki kebutuhan fasilitas sanitasi dalam ukuran kapasitas relatif lebih besar.
Diagram 2: Jumlah Anggota Rumah Tangga N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A9 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah ini?
a9 Jumlah anggota keluarga yang menempati rumah (termasuk Ibu dan pembantu) Frequency 6 72 128 240 255 169 106 53 47 32 13 11 9 4 3 4 5 1 1 1 1160 Percent ,5 6,2 11,0 20,7 22,0 14,6 9,1 4,6 4,1 2,8 1,1 ,9 ,8 ,3 ,3 ,3 ,4 ,1 ,1 ,1 100,0 Valid Percent ,5 6,2 11,0 20,7 22,0 14,6 9,1 4,6 4,1 2,8 1,1 ,9 ,8 ,3 ,3 ,3 ,4 ,1 ,1 ,1 100,0 Cumulat iv e Percent ,5 6,7 17,8 38,4 60,4 75,0 84,1 88,7 92,8 95,5 96,6 97,6 98,4 98,7 99,0 99,3 99,7 99,8 99,9 100,0
Valid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 26 Total
Studi EHRA juga mengidentifikasi keberadaan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi penting sebab dibandingkan kelompok lain, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Diare, misalnya, adalah pembunuh balita nomor dua di Indonesia setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan korban sekitar 40.000 balita per tahun. Karena itu, sebaran balita dapat memberi gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu. Diagram 3: Keberadaan Balita N = 1160, Wawancara, Recoded, Jawaban tunggal A10 Berapa tahun usia anak termuda yang tinggal di rumah ini?
a10 Usia anak termuda yang tinggal di rumah ini (baik anak responden atau bukan) Frequency 82 85 92 91 65 75 56 39 45 29 33 346 89 1127 33 1160 Percent 7,1 7,3 7,9 7,8 5,6 6,5 4,8 3,4 3,9 2,5 2,8 29,8 7,7 97,2 2,8 100,0 Valid Percent 7,3 7,5 8,2 8,1 5,8 6,7 5,0 3,5 4,0 2,6 2,9 30,7 7,9 100,0 Cumulat iv e Percent 7,3 14,8 23,0 31,1 36,8 43,5 48,4 51,9 55,9 58,5 61,4 92,1 100,0
Valid
Missing Total
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 97 Anak telah berusia di atas 10 tahun 98 Tidak ada anak y ang t inggal di rumah Total Sy stem
k_a10 Kategori Usia anak termuda yang tinggal di rumah ini (bai k anak responden atau bukan) Frequency 490 202 346 89 1127 33 1160 Percent 42,2 17,4 29,8 7,7 97,2 2,8 100,0 Valid Percent 43,5 17,9 30,7 7,9 100,0 Cumulat iv e Percent 43,5 61,4 92,1 100,0
Usia Balita Anak telah berusia 6 - 10 t ahun Anak telah berusia di atas 10 tahun Tidak ada anak y ang tinggal di rumah Total Sy stem Total
Berkenaan dengan usia anak termuda dalam rumah, studi ini menemukan sekitar 23% rumah tangga memiliki anak termuda yang tergolong balita (bawah lima tahun). Sebanyak 77% melaporkan memiliki anak yang lebih tua atau tidak ada anak yang tinggal di rumah. Proposi anak balita ditonjolkan di sini karena merekalah at-risk population terkait dengan penyakitpenyakit yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang memadai.
Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survai EHRA menjumpai mayoritas atau sekitar 80% dari total populasi menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri. Sekitar 5% yang melaporkan rumahnya adalah rumah sewaan di mana 4,8% adalah sewa tahunan dan 0,2% adalah sewa bulanan. Sekitar 13% menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki orang tua atau keluarganya.
Diagram 4: Status Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati?
a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? Frequency 860 170 2 8 102 12 6 1160 Percent 74,1 14,7 ,2 ,7 8,8 1,0 ,5 100,0 Valid Percent 74,1 14,7 ,2 ,7 8,8 1,0 ,5 100,0 Cumulat iv e Percent 74,1 88,8 89,0 89,7 98,4 99,5 100,0
Milik sendiri Milik orang t ua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Total
a5_a Apa status kepemilikan rumah yang saat ini ibu tempati lainnya (catat) Frequency 1154 1 1 3 1 1160 Percent 99,5 ,1 ,1 ,3 ,1 100,0 Valid Percent 99,5 ,1 ,1 ,3 ,1 100,0 Cumulat iv e Percent 99,5 99,6 99,7 99,9 100,0
Kepemilikan lahan menunjukkan kecenderungan yang sama dengan kepemilikan rumah. Yang melaporkan milik sendiri adalah sebanyak 76% atau 4% lebih sedikit dari mereka yang menyatakan rumahnya adalah rumah sendiri. Seperti dapat dilihat dari tabel di halaman berikutnya, beberapa rumah yang dilaporkan oleh responden sebagai miliknya ternyata dibangun di lahan yang dimiliki orang tua atau keluarganya.
Diagram 5: Status Lahan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan/ tanah di rumah yang saat ini Ibu tempati?
a6 A pa status lahan di rumah yang saat ini Ibu tempati? Frequency 815 197 1 8 107 17 15 1160 Percent 70,3 17,0 ,1 ,7 9,2 1,5 1,3 100,0 Valid Percent 70,3 17,0 ,1 ,7 9,2 1,5 1,3 100,0 Cumulat iv e Percent 70,3 87,2 87,3 88,0 97,2 98,7 100,0
Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Total
a6_a A pa status lahan di rumah yang saat ini ibu tempati lainnya (catat) Frequency 1146 3 1 1 3 1 1 1 2 1 1160 Percent 98,8 ,3 ,1 ,1 ,3 ,1 ,1 ,1 ,2 ,1 100,0 Valid Percent 98,8 ,3 ,1 ,1 ,3 ,1 ,1 ,1 ,2 ,1 100,0 Cumulat iv e Percent 98,8 99,1 99,1 99,2 99,5 99,6 99,7 99,7 99,9 100,0
Valid milik orang lain numpang orang lain pemerintah rumah majikan sengketa tanah pemerintah tanah wakaf y ay asan Total
Tabel Silang 1: Status Rumah dan Lahan - frekuensi N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A6 Apa status kepemilikan lahan/ tanah di rumah yang saat ini Ibu tempati?* A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati?
Kepemilikan dapat dikaitkan dengan potensi rasa memiliki (sense of ownership). Mereka yang memiliki rumah yang dihuninya cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih besar. Karenanya, secara hipotetif untuk Kota Pontianak dapat disimpulkan rumah yang penghuninya memiliki potensi rasa memiliki yang cukup besar relatif jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang memiliki potensi rasa memiliki yang kecil.
a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? * a6 A pa status lahan di rumah yang saat i ni Ibu tempati? Crosstabulation a6 Apa status lahan di Milik orang Kontrak/ tua/ sewa: keluarga harian 22 0 11,7% 163 86,7% 0 ,0% 0 ,0% 1 ,5% 0 ,0% 2 1,1% 188 100,0% . 0 . 0 . 0 . 0 . 0 . 0 . 0 . rumah y ang saat ini Ibu tempati? Kontrak/ Kontrak/ Dinas/ sewa: sewa: Instansi/ bulanan tahunan Jabatan 0 7 1 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 6 100,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 6 100,0% 6,1% 2 1,7% 2 1,7% 0 ,0% 103 89,6% 1 ,9% 0 ,0% 115 100,0% 12,5% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 7 87,5% 0 ,0% 8 100,0%
Milik sendiri
Lainny a (tuliskan)
Total
Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati? Count % wit hin a6 Apa status lahan di rumah y ang saat ini Ibu tempati?
Milik sendiri 828 99,6% 3 ,4% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 831 100,0%
Lainny a (tuliskan) 7 70,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 10,0% 0 ,0% 2 20,0% 10 100,0%
Total 865 74,7% 168 14,5% 2 ,2% 6 ,5% 105 9,1% 8 ,7% 4 ,3% 1158 100,0%
Diagram 6: Sewa Kamar N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A7 Di rumah ini, apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain?
a7 Apakah ada kamar yang disewakan pada orang lain? Frequency 37 1123 1160 Percent 3,2 96,8 100,0 Valid Percent 3,2 96,8 100,0 Cumulat iv e Percent 3,2 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Berkenaan dengan pertanyaan tentang kamar yang disewakan, studi ini menjumpai proporsi rumah tangga yang memiliki kamar sewaan yang relative sangat kecil. Seperti terlihat pada diagram di atas, hanya sekitar 6% rumah tangga yang melaporkan memiliki kamar yang disewakan. Mayoritas, sekitar 94% melaporkan tidak memiliki kamar untuk disewakan pada orang lain. Rincian gambaran karakteristik per kelurahan dapat disimak di halaman-halaman berikut ini.
Parit Tokaya
Kota Baru
Akcaya
Tanjung Hulu
Tanjung Hilir
Sui Jawi Luar Sui Beliung Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Layang
Sui Bangkong
Darat Sekip
Tengah
Mariana
Sui Jawi
Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Tidak Tidak Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Total Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya Tidak Total Ya
Frequency 1 22 23 5 63 68 2 32 33 1 29 30 1 36 37 5 19 1 21 21 2 33 34 1 23 23 38 16 20 4 52 56 90 84 77 67 58 1 37 38 5 94 99 1 24 25 4 15 19 1 19 20 2
Percent 2,5 97,5 100,0 7,5 92,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 2,5 97,5 100,0 100,0 100,0 2,5 97,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 100,0 100,0 100,0 7,5 92,5 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2,5 97,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 20,0 80,0 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5
Valid Percent 2,5 97,5 100,0 7,5 92,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 2,5 97,5 100,0 100,0 100,0 2,5 97,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 100,0 100,0 100,0 7,5 92,5 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 2,5 97,5 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5 97,5 100,0 20,0 80,0 100,0 5,0 95,0 100,0 2,5
Bansir Laut
Bansir Darat
70 71 3 18 20 1 13 14 27 27
97,5 100,0 12,5 87,5 100,0 5,0 95,0 100,0 100,0 100,0
97,5 100,0 12,5 87,5 100,0 5,0 95,0 100,0 100,0 100,0
Tabel Kelurahan 1: Status Rumah Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal A5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati?
a5 Apa status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati? dl_2 Nama Kecamatan Pontianak Selatan Frequency 150 18 20 2 2 190 119 20 1 17 0 1 157 172 44 33 2 251 186 39 2 1 11 1 241 167 39 0 3 20 3 0 233 72 9 2 5 1 88 Percent 78,7 9,3 10,3 ,9 ,9 100,0 76,1 12,5 ,3 10,6 ,1 ,3 100,0 68,5 17,7 13,1 ,8 100,0 77,2 16,3 ,8 ,6 4,5 ,6 100,0 71,8 16,6 ,2 1,3 8,8 1,2 ,2 100,0 80,9 10,6 1,7 5,8 1,0 100,0 Valid Percent 78,7 9,3 10,3 ,9 ,9 100,0 76,1 12,5 ,3 10,6 ,1 ,3 100,0 68,5 17,7 13,1 ,8 100,0 77,2 16,3 ,8 ,6 4,5 ,6 100,0 71,8 16,6 ,2 1,3 8,8 1,2 ,2 100,0 80,9 10,6 1,7 5,8 1,0 100,0 Cumulat iv e Percent 78,7 87,9 98,2 99,1 100,0 76,1 88,6 89,0 99,6 99,7 100,0 68,5 86,1 99,2 100,0 77,2 93,5 94,3 94,9 99,4 100,0 71,8 88,3 88,6 89,8 98,6 99,8 100,0 80,9 91,5 93,3 99,0 100,0
Valid
Pontianak Timur
Valid
Pontianak Barat
Valid
Pontianak Utara
Valid
Pontianak Kot a
Valid
Pontianak Tenggara
Valid
Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Lainny a (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: harian Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainny a (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/ sewa: bulanan Kontrak/ sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total
Parit Tokaya
Kota Baru
Akcaya
Parit Mayor
Banjar Serasan
Saigon
Tanjung Hulu
Tanjung Hilir
Dalam Bugis
Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Lainnya (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Lainnya (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total
Frequency 15 2 3 2 23 53 8 7 68 28 1 4 1 33 27 1 1 30 28 5 4 1 37 4 1 1 0 5 17 1 1 19 18 1 1 2 1 21 27 2 6 34 19 4 1 23 27 6 6 38 Frequency
Percent 67,5 10,0 15,0 7,5 100,0 77,5 12,5 10,0 100,0 82,5 2,5 12,5 2,5 100,0 90,0 5,0 5,0 100,0 75,0 12,5 10,0 2,5 100,0 72,5 12,5 12,5 2,5 100,0 90,0 5,0 5,0 100,0 85,0 2,5 2,5 7,5 2,5 100,0 77,5 5,0 17,5 100,0 80,0 17,5 2,5 100,0 70,0 15,0 15,0 100,0 Percent
Valid Percent 67,5 10,0 15,0 7,5 100,0 77,5 12,5 10,0 100,0 82,5 2,5 12,5 2,5 100,0 90,0 5,0 5,0 100,0 75,0 12,5 10,0 2,5 100,0 72,5 12,5 12,5 2,5 100,0 90,0 5,0 5,0 100,0 85,0 2,5 2,5 7,5 2,5 100,0 77,5 5,0 17,5 100,0 80,0 17,5 2,5 100,0 70,0 15,0 15,0 100,0 Valid Percent
Cumulative Percent 67,5 77,5 92,5 100,0 77,5 90,0 100,0 82,5 85,0 97,5 100,0 90,0 95,0 100,0 75,0 87,5 97,5 100,0 72,5 85,0 97,5 100,0 90,0 95,0 100,0 85,0 87,5 90,0 97,5 100,0 77,5 82,5 100,0 80,0 97,5 100,0 70,0 85,0 100,0 Cumulative Percent
Tambelan Sampit
Pal Lima
Sui Beliung
Siantan Hulu
Siantan Tengah
Siantan Hilir
Batu Layang
Sui Bangkong
Darat Sekip
Tengah
Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: harian Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Lainnya (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga
9 6 1 16 18 2 1 1 20 44 3 8 1 56 45 34 11 90 65 6 13 84 62 14 2 77 44 15 8 67 45 9 1 1 1 58 36 2 1 38 84 2 2 10 99 15 6 2 2 25 7 6 Frequency 4
55,0 37,5 7,5 100,0 87,5 7,5 2,5 2,5 100,0 77,5 5,0 15,0 2,5 100,0 50,0 37,5 12,5 100,0 77,5 7,5 15,0 100,0 80,0 17,5 2,5 100,0 65,0 22,5 12,5 100,0 77,5 15,0 2,5 2,5 2,5 100,0 92,5 5,0 2,5 100,0 85,0 2,5 2,5 10,0 100,0 62,5 22,5 7,5 7,5 100,0 40,0 32,5 Percent 20,0
55,0 37,5 7,5 100,0 87,5 7,5 2,5 2,5 100,0 77,5 5,0 15,0 2,5 100,0 50,0 37,5 12,5 100,0 77,5 7,5 15,0 100,0 80,0 17,5 2,5 100,0 65,0 22,5 12,5 100,0 77,5 15,0 2,5 2,5 2,5 100,0 92,5 5,0 2,5 100,0 85,0 2,5 2,5 10,0 100,0 62,5 22,5 7,5 7,5 100,0 40,0 32,5 Valid Percent 20,0
55,0 92,5 100,0 87,5 95,0 97,5 100,0 77,5 82,5 97,5 100,0 50,0 87,5 100,0 77,5 85,0 100,0 80,0 97,5 100,0 65,0 87,5 100,0 77,5 92,5 95,0 97,5 100,0 92,5 97,5 100,0 85,0 87,5 90,0 100,0 62,5 85,0 92,5 100,0 40,0 72,5 Cumulative Percent 92,5
Mariana
Sui Jawi
Bansir Laut
Bansir Darat
Dinas/ Instansi/ Jabatan Lainnya (tuliskan) Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: harian Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: bulanan Kontrak/sewa: tahunan Dinas/ Instansi/ Jabatan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total Milik sendiri Milik orang tua/ keluarga Kontrak/sewa: tahunan Total
1 0 19 7 10 0 0 1 20 54 14 4 71 16 3 1 1 1 20 11 1 1 1 0 14 21 4 3 27 24 2 1 27
5,0 2,5 100,0 35,0 52,5 2,5 2,5 7,5 100,0 75,0 20,0 5,0 100,0 77,5 12,5 2,5 5,0 2,5 100,0 80,0 5,0 7,5 5,0 2,5 100,0 75,0 15,0 10,0 100,0 90,0 7,5 2,5 100,0
5,0 2,5 100,0 35,0 52,5 2,5 2,5 7,5 100,0 75,0 20,0 5,0 100,0 77,5 12,5 2,5 5,0 2,5 100,0 80,0 5,0 7,5 5,0 2,5 100,0 75,0 15,0 10,0 100,0 90,0 7,5 2,5 100,0
97,5 100,0 35,0 87,5 90,0 92,5 100,0 75,0 95,0 100,0 77,5 90,0 92,5 97,5 100,0 80,0 85,0 92,5 97,5 100,0 75,0 90,0 100,0 90,0 97,5 100,0
SUMBER AIR MINUM Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kota Pontianak. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga, dan 2) kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber itu. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumbersumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakitpenyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka
yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, lebih karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare. Pada suplai air minum, studi EHRA mempelajari kelangkaan yang dialami rumah tangga dalam rentang waktu dua minggu terakhir. Kelangkaan diukur dari tidak tersedianya air dari sumber air minum utama rumah tangga atau tidak bisa digunakannya air yang keluar dari sumber air minum utama. Data ini diperoleh dari pengakuan verbal responden. Hasil survai EHRA menunjukkan bahwa di Kota Pontianak terdapat 2 (dua) sumber air minum yang menonjol, yakni 1) air ledeng PDAM dan 2) sumur. Air ledeng PDAM mencakup sekitar 47% rumah tangga. Ini terdiri dari rumah tangga yang mendapat air dari ledeng PDAM langsung di rumahnya (42%), di halaman rumahnya (2%), serta mereka yang mendapatkan air ledeng di luar bangunan rumah, hidran umum atau ledeng milik tetangga (3%). Pengguna sumur di Kota Pontianak mencakup sekitar 43% dari total populasi. Sekitar 29% di antaranya menggunakan sumur gali terlindungi yang relatif aman. Yang dimaksud dengan sumur terlindungi adalah sumur yang memiliki bertutup, memiliki cincin dan lantainya di semen. Selain itu, sekitar 12% memanfaatkan sumur bor yang juga dapat dikategorikan aman. Sementara, sekitar 3% menggunakan sumur gali tidak terlindungi. Seperti dapat disimak pada tabel di bawah ini, sumber-sumber air minum bagi rumah tangga di Kota Pontianak didominasi oleh air ledeng dan sumur. Selain ketiga sumber itu, proporsinya relatif kecil, yang agak menonjol adalah air botol kemasan (6%) dan isi ulang (3%). Kategori lainnya cakupannya kurang dari 1%. Tabel 1: Sumber Air Minum N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan?
p01 Untuk keperluan minum, apa sumber ai r yang pal ing banyak I bu gunakan? Frequency 113 1 12 3 1 1 846 169 1 13 1 1160 Percent 9,7 ,1 1,1 ,3 ,1 ,0 72,9 14,6 ,1 1,1 ,1 100,0 Valid Percent 9,7 ,1 1,1 ,3 ,1 ,0 72,9 14,6 ,1 1,1 ,1 100,0 Cumulativ e Percent 9,7 9,8 10,8 11,1 11,2 11,2 84,2 98,8 98,9 99,9 100,0
Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Ledeng dari tetangga Sumur bor (pompa tangan, mesin) Sumur gali t erlindungi Sumur gali t idak t erlindungi Mata air terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Penjual air: Kereta/ gerobak Air bot ol kemasan Lainny a (catat) Total
p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan?
Frequency Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Air botol kemasan Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Ledeng dari tetangga Air hujan Penjual air: Isi ulang Air botol kemasan Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Sumur gali tidak terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Lainnya (catat) Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Sumur gali terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Air botol kemasan Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Mata air terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Air botol kemasan Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang 3 19 1 23 3 46 19 68 2 1 17 13 1 33 1 1 26 1 1 30 2 1 25 6 3 37 5 0 5 19 1 14 7 21 3 22 3 6 34 23 1 23 30 8 Frequency 38
Percent 12,5 85,0 2,5 100,0 5,0 67,5 27,5 100,0 5,0 2,5 50,0 40,0 2,5 100,0 5,0 2,5 87,5 2,5 2,5 100,0 5,0 2,5 67,5 17,5 7,5 100,0 95,0 5,0 100,0 100,0 2,5 65,0 32,5 100,0 7,5 65,0 10,0 17,5 100,0 97,5 2,5 100,0 80,0 20,0 Percent 100,0
Valid Percent 12,5 85,0 2,5 100,0 5,0 67,5 27,5 100,0 5,0 2,5 50,0 40,0 2,5 100,0 5,0 2,5 87,5 2,5 2,5 100,0 5,0 2,5 67,5 17,5 7,5 100,0 95,0 5,0 100,0 100,0 2,5 65,0 32,5 100,0 7,5 65,0 10,0 17,5 100,0 97,5 2,5 100,0 80,0 20,0 Valid Percent 100,0
Cumulative Percent 12,5 97,5 100,0 5,0 72,5 100,0 5,0 7,5 57,5 97,5 100,0 5,0 7,5 95,0 97,5 100,0 5,0 7,5 75,0 92,5 100,0 95,0 100,0 100,0 2,5 67,5 100,0 7,5 72,5 82,5 100,0 97,5 100,0 80,0 100,0 Cumulative Percent
Parit Tokaya
Kota Baru
Akcaya
Parit Mayor
Tanjung Hulu
Tanjung Hilir
Total
Tambelan Sampit
Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Air botol kemasan Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Sumur bor (pompa tangan, mesin) Sumur gali terlindungi Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Air botol kemasan Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan
16 0 16 18 3 20 3 38 15 56 81 9 90 80 4 84 68 10 77 62 5 67 58 1 37 1 38 69 12 2 10 5 99 1 14 11 25 1 15 2 0 19 0 17 Frequency 1
97,5 2,5 100,0 87,5 12,5 100,0 5,0 67,5 27,5 100,0 90,0 10,0 100,0 95,0 5,0 100,0 87,5 12,5 100,0 92,5 7,5 100,0 100,0 2,5 95,0 2,5 100,0 70,0 12,5 2,5 10,0 5,0 100,0 2,5 55,0 42,5 100,0 7,5 80,0 10,0 2,5 100,0 2,5 87,5 Percent 5,0
97,5 2,5 100,0 87,5 12,5 100,0 5,0 67,5 27,5 100,0 90,0 10,0 100,0 95,0 5,0 100,0 87,5 12,5 100,0 92,5 7,5 100,0 100,0 2,5 95,0 2,5 100,0 70,0 12,5 2,5 10,0 5,0 100,0 2,5 55,0 42,5 100,0 7,5 80,0 10,0 2,5 100,0 2,5 87,5 Valid Percent 5,0
97,5 100,0 87,5 100,0 5,0 72,5 100,0 90,0 100,0 95,0 100,0 87,5 100,0 92,5 100,0 100,0 2,5 97,5 100,0 70,0 82,5 85,0 95,0 100,0 2,5 57,5 100,0 7,5 87,5 97,5 100,0 2,5 90,0 Cumulative Percent 95,0
Pal Lima
Sui Beliung
Siantan Hulu
Siantan Tengah
Sui Bangkong
Darat Sekip
Tengah
Mariana
Sui Jawi
Air botol kemasan Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air Ledeng/ PDAM: sampai di dalam rumah Air hujan Penjual air: Isi ulang Total Air hujan Penjual air: Isi ulang Penjual air: Kereta/ gerobak Total
1 20 14 41 16 71 2 13 6 20 0 8 5 14 7 16 4 27 10 16 1 27
5,0 100,0 20,0 57,5 22,5 100,0 10,0 62,5 27,5 100,0 2,5 62,5 35,0 100,0 25,0 60,0 15,0 100,0 37,5 60,0 2,5 100,0
5,0 100,0 20,0 57,5 22,5 100,0 10,0 62,5 27,5 100,0 2,5 62,5 35,0 100,0 25,0 60,0 15,0 100,0 37,5 60,0 2,5 100,0
100,0 20,0 77,5 100,0 10,0 72,5 100,0 2,5 65,0 100,0 25,0 85,0 100,0 37,5 97,5 100,0
Bansir Laut
Bansir Darat
Tabel 2: Sumber Air Minum - recode N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan?
k_p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang pali ng banyak Ibu gunakan? Frequency 1159 1 1159 1 1160 Percent 99,9 ,1 99,9 ,1 100,0 Valid Percent 99,9 ,1 100,0 Cumulativ e Percent 99,9 100,0
Valid
Missing Total
Terkait dengan keamanan, hasil analisis data EHRA menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 88% rumah tangga di Kota Pontianak memiliki sumber air minum yang relatif aman. Sementara, sekitar 12% yang diidentifikasi memiliki sumber yang relatif tidak aman. Hal yang lain yang dipelajari dalam EHRA adalah apakah rumah tangga mengeluarkan dana untuk mendapat air. Hasilnya, sekitar setengah rumah tangga di Kota Pontianak atau sekitar 51% melaporkan mengeluarkan uang untuk mendapatkan air. Sekitar 45% melaporkan
sebaliknya, yakni tidak mengeluarkan dana untuk mendapatkan air. Besarnya proporsi mereka yang melaporkan tidak mengeluarkan dana untuk memperoleh air sangat terkait dengan tipe sumber air minum yang cukup banyak di Kota Pontianak, yakni sumur (gali maupun bor). Diagram 2: Pembayaran N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal p05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? Valid Percent 34,4 65,2 ,4 100,0 Cumulative Percent 34,4 99,6 100,0
Missing
Untuk kasus kelangkaan, studi menemukan hanya sekitar 3% rumah tangga yang mengalami kelangkaan dari sumber air utama dalam dua minggu terakhir. Bila rentang waktu kelangkaan diperpanjang menjadi satu tahun, maka kasus kelangkaan yang dijumpai meningkat hampir 4 kali lipat menjadi 12%. Diagram di bawah menunjukkan informasi tentang kelangkaan air. Diagram 3: Kelangkaan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? p08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Ya 59 5,1 5,3 5,3 Tidak pernah 1007 86,8 91,2 96,5 Tidak tahu 38 3,3 3,5 100,0 Total 1104 95,2 100,0 Missing System 56 4,8 Total 1160 100,0 p09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih?
Valid
Missing Total
Frequency Ya 140 Tidak pernah 916 Tidak tahu 38 Total 1094 System 66 1160
Tabel Kelurahan 1: Sumber Air Minum - recode Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban tunggal P01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan? k_p01 Untuk keperluan minum, apa sumber air yang paling banyak Ibu gunakan?
dl_3 Nama Kelurahan Benua Melayu Laut Benua Melayu Darat Parit Tokaya Kota Baru Frequency Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Tidak Aman Total Missing System Total Valid Relatif Aman Valid Relatif Aman Valid Relatif Aman Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman 67 Siantan Hilir Batu Layang Relatif Aman 58 Relatif Aman 38 100,0 100,0 Valid Percent 100,0 100,0 Cumulative Percent 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 23 68 33 28 1 29 1 30 37 5 19 21 34 23 38 16 20 56 90 84 77 Percent 100,0 100,0 100,0 95,0 2,5 97,5 2,5 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Valid Percent 100,0 100,0 100,0 97,4 2,6 100,0 Cumulative Percent 100,0 100,0 100,0 97,4 100,0
Akcaya Parit Mayor Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Pal Lima Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung Siantan Hulu Siantan Tengah
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Percent 100,0
Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat
Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman Relatif Aman
25 19 20 71 20 14 27 27
Tabel Kelurahan 2: Pembayaran Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? p05 Apakah ibu mengeluarkan uang untuk mendapatkan air untuk minum? Valid Percent 33,5 66,2 ,3 100,0 Cumulative Percent 33,5 99,7 100,0
Tabel Kelurahan 3: Kelangkaan Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? P09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? p08 Dalam dua minggu terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih? Valid Percent 5,1 91,6 3,3 100,0 Cumulative Percent 5,1 96,7 100,0
Valid
p09 Dalam setahun terakhir, pernahkah sumber air untuk minum itu (P01) tak bisa menghasilkan air atau tak bisa dipakai selama satu hari satu malam atau lebih?
Valid
CUCI TANGAN PAKAI SABUN Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Jawa menamakannya dengan istilah ngenteng-ngentengi. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Sumatra pun mempercayai halhal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002; dikutip dari facts sheet PPSP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Untuk menelusuri perilaku-perilaku cuci tangan yang dilakukan ibu sehariharinya, EHRA terlebih dahulu memastikan penggunaan sabun di rumah tangga dengan pertanyaan apakah si Ibu menggunakan sabun hari ini atau kemarin. Jawabannya menentukan kelanjutan pertanyaan berikutnya dalam wawancara. Mereka yang perilakunya didalami oleh EHRA terbatas pada mereka yang menggunakan sabun hari ini atau kemarin.
Diagram 1: Pemakaian Sabun N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? p11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Valid Percent 99,6 ,4 100,0 Cumulative Percent 99,6 100,0
Valid
Missing Total
Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kota Pontianak memiliki akses pada sabun. Rumah tangga yang melaporkan menggunakan sabun pada hari diwawancara atau sehari sebelumnya mencakup sekitar 99,8% dari populasi. Hanya kurang dari 1% atau 0,2% dari total rumah tangga yang melaporkan tidak menggunakan sabun pada hari saat diwawancara atau sehari sebelumnya.
Diagram 2: Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 2276, Filter: P11 = ya, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan
p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency 611 525 1136 Percent 53,8 46,2 100,0 Valid Percent 53,8 46,2 100,0 Cumulat iv e Percent 53,8 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency 292 844 1136 Percent 25,7 74,3 100,0 Valid Percent 25,7 74,3 100,0 Cumulat iv e Percent 25,7 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency 594 542 1136 Percent 52,3 47,7 100,0 Valid Percent 52,3 47,7 100,0 Cumulat iv e Percent 52,3 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Akses terhadap sabun adalah satu hal. Namun, praktik cuci tangan pakai sabun bisa menjadi hal lain. Mereka yang memiliki akses tidak serta merta akan memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu-waktu penting. Seperti terlihat pada diagram 2, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup sekitar 52% dari total populasi. Sekitar 49% melaporkan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sekitar 39% melaporkan melakukannya sebelum menyiapkan makanan. Dengan demikian, terlihat bahwa cakupan ibu-ibu yang belum mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting masih cukup besar. Hampir separuh ibu-ibu di Kota Pontianak belum mempraktikkan cuci tangan pakai sabun sesudah BAB. Angka yang hampir sama dijumpai pada waktu penting lain, yakni sebelum makan. Di antara waktu-wkatu penting, yang paling jarang diterapkan adalah di waktu sebelum menyiapkan makanan, yakni sekitar sepertiga dari total rumah tangga di Kota Pontianak.
Diagram 3: Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawabanganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anakP12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan
p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency 246 231 477 Percent 51,6 48,4 100,0 Valid Percent 51,6 48,4 100,0 Cumulat iv e Percent 51,6 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12j Cuci tangan: sesudah menceboki anak Frequency 178 299 477 Percent 37,2 62,8 100,0 Valid Percent 37,2 62,8 100,0 Cumulat iv e Percent 37,2 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12k Cuci tangan: sebel um menyuapi anak Frequency 126 351 477 Percent 26,4 73,6 100,0 Valid Percent 26,4 73,6 100,0 Cumulat iv e Percent 26,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency 112 365 477 Percent 23,4 76,6 100,0 Valid Percent 23,4 76,6 100,0 Cumulat iv e Percent 23,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency 231 246 477 Percent 48,4 51,6 100,0 Valid Percent 48,4 51,6 100,0 Cumulat iv e Percent 48,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Sebetulnya, praktik cuci tangan pakai sabun kian penting bila dikaitkan dengan kelompok Ibu yang memiliki anak balita (umur di bawah lima tahun). Bila dibandingkan dengan populasi ibu secara keseluruhan, ternyata proporsi ibu-ibu dengan balita yang mempraktikkan cuci tangan pakai sabun terlihat cenderung sedikit lebih tinggi. Di waktu sesudah BAB misalnya, untuk kelompok ibu secara umum, proporsinya adalah sekitar 49%. Sementara, di kelompok ibu-ibu dengan balita, proporsinya adalah 53%. Pada waktu sebelum, proporsi ibu-ibu umum adalah 52%. Di kelompok ibu-ibu balita, porporsinya adalah sekitar 53%.
Diagram 4: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 2276, Filter: P11= 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan
CT_UMUM SKOR Cuci Tangan - UMUM Frequency 351 273 250 241 1116 Percent 31,5 24,5 22,4 21,6 100,0 Valid Percent 31,5 24,5 22,4 21,6 100,0 Cumulat iv e Percent 31,5 56,0 78,4 100,0
Valid
0 1 2 3 Total
21.63% 31.49%
22.40% 24.48%
Bila dibuatkan skor, maka dalam kelompok ibu-ibu secara umum, mereka yang tidak mencuci tangan pakai sabun di satu waktu penting pun atau hanya mencuci tangan pakai sabun di satu waktu penting menempati ranking pertama dengan proporsi sekitar 28%. Proporsi ketiga terbanyak adalah mereka yang mencuci tangan di tiga waktu penting (24%) dan diikuti oleh mereka yang mencuci tangan pakai sabun di dua waktu penting (19%). Bila data dipecah khusus untuk kelompok ibu dengan balita, maka proporsi mereka yang tidak mencuci tangan di satu pun waktu penting menduduki urutan pertama dengan proporsi sebesar 29%. Proporsi ini hanyalah 1% lebih besar dari kelompok ibu-ibu secara keseluruhan. Untuk praktik yang lengkap, seperti dapat dilihat pada diagram di bawah, proporsi ibu yang menerapkan di lima waktu penting adalah sekitar 24%. Proporsi ini kurang lebih sama dengan proporsi cuci tangan pakai sabun lengkap di kelompok umum (hanya relevan pada tiga praktik). N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan
CT_BALITA SKOR Cuci Tangan - BALI TA Frequency 26 29 8 4 6 13 86 Percent 30,6 33,6 9,1 4,7 6,5 15,5 100,0 Valid Percent 30,6 33,6 9,1 4,7 6,5 15,5 100,0 Cumulat iv e Percent 30,6 64,2 73,3 78,0 84,5 100,0
Valid
0 1 2 3 4 5 Total
N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal DATANGI JAMBAN/ WC YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN ANGGOTA RUMAH TANGGA AMATI & CATAT KONDISI JAMBAN / WC
SKOR Cuci Tangan - BALITA
0 1 2 3 4 5
15.48% 30.58%
33.65%
Halangan ibu-ibu untuk mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting lebih merupakan faktor non-fisik. Yang dimaksud sebagai faktor non-fisik dapat mencakup pengetahuan, sikap, maupun norma. Data tentang fasilitas cuci tangan yang didapat melalui kegiatan pengamatan (observation) sedikit banyak mengonfirmasi bahwa faktor fisik bukan menjadi halangan besar. Pengamatan untuk fasilitas cuci tangan pakai sabun difokuskan pada tempat strategis yang terkait erat dengan saat di mana tangan tercemar tinja ataupun patogen dari tinja masuk mulut. Sejumlah ahli higinitas mengemukakan bahwa tempat yang paling strategis adalah di dalam atau di dekat WC atau di dekat tempat makan. Untuk EHRA, tempat cuci tangan yang dipelajari adalah yang berada di dalam atau dekat WC. Di sini fasilitas WC dan sekitarnya harus memiliki sejumlah komponen, yakni 1) air 2) gayung untuk mengalirkan air (khususnya bila rumah tidak memiliki kran untuk mencuci tangan), 3) sabun, dan 3) kain atau handuk kering yang bersih. Terkait dengan ciri-ciri tempat cuci tangan pakai sabun yang strategis, temuan EHRA menujukkan bahwa ketersediaan kain/ handuk yang kering merupakan kekurangan yang paling banyak dijumpai. Hanya sekitar 52% WC yang diamati memilikinya. Meski kelihatan sepele, komponen pengering merupakan komponen yang penting, khususnya untuk menjaga agar tangan tidak terkontaminasi kembali oleh patogen penyebab penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Seperti diketahui luas, seringkali seseorang yang telah mencuci tangan pakai sabun justru mengontaminasi kembali tangannya dengan patogen penyebab penyakit ketika dia mengeringkan tangannya pada celana ataupun kain yang kotor. Beberapa fasilitas lain, seperti terbaca pada diagram di atas, proporsinya termasuk cukup memadai meski pun masih dapat ditingkatkan. Ketersedian air, misalnya, sudah mencakup 83%. Gayung, sekitar 92% dan sabun 87%. Tabel Kelurahan 1: Pemakaian Sabun
N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin?
p11 Apakah Ibu memakai sabun pada hari ini atau kemarin? Frequency 1132 28 1160 Percent 97,6 2,4 100,0 Valid Percent 97,6 2,4 100,0 Cumulat iv e Percent 97,6 100,0
Valid
Ya Tidak Total
N = 1160, Filter: P11 = 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan
2.44%
Ya Tidak
97.56%
Tabel Kelurahan 3: Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 529, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban ganda P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan
p12i Cuci tangan: sesudah BAB Frequency 246 231 477 Percent 51,6 48,4 100,0 Valid Percent 51,6 48,4 100,0 Cumulat iv e Percent 51,6 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12j Cuci tangan: sesudah menceboki anak Frequency 178 299 477 Percent 37,2 62,8 100,0 Valid Percent 37,2 62,8 100,0 Cumulat iv e Percent 37,2 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12k Cuci tangan: sebel um menyuapi anak Frequency 126 351 477 Percent 26,4 73,6 100,0 Valid Percent 26,4 73,6 100,0 Cumulat iv e Percent 26,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12l Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan Frequency 112 365 477 Percent 23,4 76,6 100,0 Valid Percent 23,4 76,6 100,0 Cumulat iv e Percent 23,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
p12m Cuci tangan: sebelum makan Frequency 231 246 477 Percent 48,4 51,6 100,0 Valid Percent 48,4 51,6 100,0 Cumulat iv e Percent 48,4 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Tabel Kelurahan 4: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Umum N = 1160, Filter: P11= 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB; P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan; P12M Cuci tangan: sebelum makan
CT_UMUM SKOR Cuci Tangan - UMUM Frequency 352 283 254 242 1132 Percent 31,1 25,0 22,4 21,4 100,0 Valid Percent 31,1 25,0 22,4 21,4 100,0 Cumulat iv e Percent 31,1 56,2 78,6 100,0
Valid
0 1 2 3 Total
21.41% 31.14%
0 1 2 3
22.42% 25.03%
Tabel Kelurahan 5: Skor Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dengan balita N = 238, Filter: P11 = ya & A10 = balita, Bobot: Besar populasi kelurahan, Recode, Wawancara, Jawaban ganda, P12 Bu, mohon diingat-ingat, mulai dari kemarin sampai hari ini, untuk apa saja sabun itu digunakan? P12I Cuci tangan: sesudah BAB P12J Cuci tangan: sesudah menceboki anak P12K Cuci tangan: sebelum menyuapi anak P12L Cuci tangan: sebelum menyiapkan makanan P12M Cuci tangan: sebelum makan
CT_BALITA SKOR Cuci Tangan - BALI TA Frequency 26 29 8 4 6 14 87 Percent 30,2 33,3 9,0 4,7 6,4 16,4 100,0 Valid Percent 30,2 33,3 9,0 4,7 6,4 16,4 100,0 Cumulat iv e Percent 30,2 63,5 72,5 77,2 83,6 100,0
Valid
0 1 2 3 4 5 Total
16.42%
0 1 2 3 4 5
8.98%
33.27%
N = 1160, Filter: - Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal DATANGI JAMBAN/ WC YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN ANGGOTA RUMAH TANGGA AMATI & CATAT KONDISI JAMBAN / WC
m04d Ada air Frequency 795 365 1160 Percent 68,5 31,5 100,0 Valid Percent 68,5 31,5 100,0 Cumulat iv e Percent 68,5 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m04e Ada sabun Frequency 902 258 1160 Percent 77,7 22,3 100,0 Valid Percent 77,7 22,3 100,0 Cumulat iv e Percent 77,7 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m04f A da gayung/ al at pengguyur Frequency 1092 68 1160 Percent 94,1 5,9 100,0 Valid Percent 94,1 5,9 100,0 Cumulat iv e Percent 94,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m04g Ada kain kering/ handuk Frequency 280 880 1160 Percent 24,1 75,9 100,0 Valid Percent 24,1 75,9 100,0 Cumulat iv e Percent 24,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Ada air
Ada sabun
Ya Tidak 22.28%
77.72%
5.87%
Ya Tidak
94.13%
Ya Tidak
24.10%
75.90%
PEMBUANGAN SAMPAH EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni: 1) cara pembuangan sampah yang utama, 2) frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah, 3) praktik pemilahan sampah, dan 4) penggunaan wadah sampah sementara di rumah. Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 22 (duapuluh dua) opsi jawaban. Duapuluh dua opsi itu dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, yakni 1) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, 2) Dikumpulkan di luar rumah/ di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, 3) Dibuang di halaman/ pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke luar halaman/ pekarangan rumah. Di antara empat kelompok itu, caracara yang berada di bawah kategori 1 dan 2 atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan cara-cara yang memiliki risiko kesehatan paling rendah. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah perkotaan, di mana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal lahan, penerapan cara-cara itu dinilai dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/ pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. Terakhir, kader-kader EHRA mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang mengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau setidaknya terlindungi dari capaian binatang seperti ayam atau anjing. Bak permanen atau keranjang yang tertutup dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang mudah sobek. Secara mendetail tabel di bawah menggambarkan cara-cara utama membuang sampah rumah tangga di Kota Pontianak. Dalam tabel di bawah terlihat bahwa yang paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang membuang sampahnya di dalam rumah untuk diangkut petugas, yakni sebesar 74,7%. Prosentase ini terdiri dari pengangkutan oleh petugas pemda/ kelurahan (25,2%), petugas RT/ TW (49,2%) dan perusahaan swasta (0,3%). Mengingat tidak
semua warga dapat mengidentifikasi asal petugas pengangkut sampah, untuk selanjutnya tiga cara di atas akan masuk ke dalam kategori saja, yakni membuang di rumah dan diangkut oleh petugas. Kelompok kedua yang tidak terlalu besar adalah mereka yang membuang sampah di luar rumah mereka atau di tempat bersama untuk kemudian diangkut oleh petugas. Prosentase kelompok ini adalah sebanyak 10%. Sementara, mereka yang membuang ke tempat terbuka mencakup sekitar 7,2%, terdiri dari mereka yang membuang ke sungai (5,2%), di luar rumah/ ruang terbuka (1,2%), kali kecil (0,2%), selokan (0,4%) dan kolam ikan/ tambak (0,2%).
Tabel 1: Cara Pembuangan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga
p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? Frequency 70 161 25 81 28 7 7 78 1 5 195 280 16 37 4 3 4 17 3 122 10 7 1160 Percent 6,0 13,8 2,2 7,0 2,4 ,6 ,6 6,7 ,1 ,4 16,8 24,1 1,4 3,2 ,4 ,2 ,3 1,5 ,2 10,5 ,9 ,6 100,0 Valid Percent 6,0 13,8 2,2 7,0 2,4 ,6 ,6 6,7 ,1 ,4 16,8 24,1 1,4 3,2 ,4 ,2 ,3 1,5 ,2 10,5 ,9 ,6 100,0 Cumulat iv e Percent 6,0 19,9 22,0 29,0 31,5 32,0 32,7 39,4 39,4 39,9 56,7 80,8 82,2 85,4 85,8 86,0 86,3 87,8 88,0 98,6 99,4 100,0
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masy arakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swast a Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy / RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/ Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil Dibuang di luar rumah: selokan/ parit Dibuang di luar rumah: lub galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainny a (sebutkan) Tidak tahu Total
Data sedetail tabel di atas memang kurang banyak bermanfaat menyediakan gambaran mengenai tingkat risiko kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti telah disampaikan di muka, penanganan sampah yang aman adalah di mana rumah tangga mendapat layanan pengangkutan yang memadai. Untuk kepentingan identifikasi tingkat risiko kesehatan lingkungan, rincian cara pembuangan di atas kemudian disederhanakan utamanya berdasarkan dua kategori besar, yakni 1) penerima layanan sampah dan 2) non penerima layanan sampah.
Diagram 1: Penerima Layanan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal
Non Penerima Lay anan Sampah Penerima Lay anan Pengangkut an Sampah Total
Kategori Penerima Layanan Pengangkutan Sampah Non Penerima Layanan Sampah Penerima Layanan Pengangkutan Sampah
32.03% 67.97%
Terkait dengan penerimaan layanan pengangkutan sampah, diagram di atas menunjukkan bahwa sekitar 84% dari total rumah tangga di Kota Pontianak ditemui menerima layanan pengangkutan. Sementara, sekitar 16% melaporkan belum menerima layanan pengangkutan. Mereka yang masuk dalam kategori penerima layanan pengangkutan sampah adalah mereka yang mengumpulkan sampah di rumah atau di tempat bersama di luar rumah untuk kemudian diangkut oleh petugas pengangkutan secara rutin. Diagram 2: Frekuensi Pengangkutan N = 1855, Filter: P13 = 11 - 23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P14 Seberapa sering sampah diangkut? p14 Seberapa sering sampah diangkut?
Valid
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Setiap bulan Tidak tahu Total
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Setiap bulan Tidak tahu
35.89%
Bagi yang mendapatkan layanan, maka frekuensi pengangkutan yang paling umum diterima adalah frekuensi pengangkutan setiap hari (66,7%). Sekitar 30% rumah tangga melaporkan sampahnya diangkut beberapa kali dalam seminggu. Frekuensi lain didapat sangat kecil. Semisal, mereka yang menerima pengangkutan sekali dalam seminggu hanya 1,6% dari total rumah tangga. Standar minimum dalam indikator-indikator global tentang layanan angkutan sampah rumah tangga adalah seminggu sekali. Dengan demikian, maka kebanyakan rumah tangga di Kota Pontianak yang menerima layanan pengangkutan sampah sebetulnya dapat dikategorikan telah mendapat layanan yang memadai. Hanya sedikit yang belum mendapatkan layanan yang memadai dalam hal frekuensi pengangkutan.
Diagram 3: Ketepatan Waktu Pengangkutan N = 1855, Filter: P13 = 11 - 23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P15 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu? p15 Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu? Valid Percent 49,2 11,4 34,6 ,5 4,3 100,0 Cumulative Percent 49,2 60,6 95,2 95,7 100,0
Selalu tepat waktu Kebanyakan tepat waktu Kadang tepat waktu, kadang tidak Sering terlambat Tidak tahu Total
Dari pengalaman Ibu, dalam sebulan terakhir, apakah sampah diangkut tepat waktu?
Selalu tepat waktu Kebanyakan tepat waktu Kadang tepat waktu, kadang tidak Sering terlambat Tidak tahu
4.31%
0.54%
34.59% 49.21%
11.35%
Bila rumah tangga diminta menilai layanan pengangkutan dalam sebulan terakhir, maka seperti tampak pada diagram di atas, kebanyakan menilainya cukup positif (82%). Sekitar 64% menilai layanan yang mereka terima selalu tepat waktu. Sekitar 18% dari total rumah tangga menyatakan layanan pengangkutan yang mereka terima kebanyakan tepat waktu. Sementara, seperti terlihat dalam diagram di atas, ada sejumlah proporsi rumah tangga yang melaporkan bahwa pelayanan yang mereka terima kurang memuaskan. Sekitar 17% dari total rumah tangga menilai layanan pengangkutan sampah yang mereka terima dalam sebulan terakhir kadang tepat waktu kadang tidak. Hanya sekitar 1,2% bahkan menilainya sering atau selalu terlambat. Diagram 4: Pemilahan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P19 Apakah Ibu memisah-misah sampah sebelum dibuang?
p19 Apakah Ibu memi sah-misah sampah sebelum dibuang? Frequency 227 933 1160 Percent 19,6 80,4 100,0 Valid Percent 19,6 80,4 100,0 Cumulat iv e Percent 19,6 100,0
Valid
Ya Tidak Total
19.6%
80.4%
Seperti diketahui secara luas, rumah tangga sebetulnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup populer adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di Kota Pontianak mencoba mengetahui praktik pemilahan di rumah tangga. Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa sekitar 10% dari total rumah tangga melakukan pemilahan sampah. Dari yang 10% itu, sekitar 78% melakukan pemilahan sampah yang terbuat dari logam, gelas atau plastik. Sementara, sekitar 76% melaporkan melakukan pemilahan sampah yang terbuat dari bahan organik atau sampah basah atau dikenal juga sebagai sampah dapur. Diagram 5: Pemilahan Sampah N = 212, Filter: P19 = 1, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P20A Jenis sampah apa yg biasanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur P20D Jenis sampah apa yg biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ plastic
p20a Jenis sampah apa yang bi asanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur Frequency 107 120 227 Percent 47,1 52,9 100,0 Valid Percent 47,1 52,9 100,0 Cumulat iv e Percent 47,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Organik/ sampah basah/ dapur
Ya Tidak
52.86%
47.14%
p20d Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ pl astik Frequency 161 66 227 Percent 70,8 29,2 100,0 Valid Percent 70,8 29,2 100,0 Cumulat iv e Percent 70,8 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Jenis sampah apa yang biasanya Ibu pisahkan? - Logam/ gelas/ plastik
Ya Tidak
66.35 160.96
Secara umum dapat dikatakan bahwa proporsi ini masih sedikit untuk membantu pengurangan volume sampah kota. Dengan kata lain, masih banyak kerja yang diperlukan untuk mengajak warga berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Masih sedikitnya rumah tangga di Kota Pontianak yang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga juga tertangkap selama pengamatan di rumah. Seperti terbaca pada diagram di bawah hanya sekitar 2% rumah tangga di Kota Pontianak yang diamati tengah membuat kompos dari sampah basahnya. Dengan kata lain, sekitar 98% rumah tangga di Kota Pontianak masih membuang sampah rumah tangga begitu saja tanpa mempertimbangkan potensi-potensi ekonomi dengan memanfaatkan kembali sampah, misalnya sebagai bahan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Diagram 5: Pemilahan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M23 TERLIHAT SAMPAH DIBUAT KOMPOS? m21 Terlihat sampah dibuat kompos? Valid Percent 4,2 95,8 100,0 Cumulative Percent 4,2 100,0
Valid
Ya Tidak Total
4.2%
Ya Tidak
95.8%
Diagram 6: Kebersihan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M20A SAMPAH BERSERAKAN DI DALAM RUMAH; M20B SAMPAH BERSERAKAN DI PEKARANGAN RUMAH; M20C SAMPAH BERSERAKAN DI DEPAN PEKARANGAN RUMAH
m18a Sampah berserakan di dalam rumah Valid Percent 6,6 93,4 100,0 Cumulative Percent 6,6 100,0
Valid
Ya Tidak Total
6.6%
Ya Tidak
93.4%
m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah Valid Percent 27,3 72,7 100,0 Cumulative Percent 27,3 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Ya Tidak
27.27% 72.73%
m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Valid Percent 34,3 65,7 100,0 Cumulative Percent 34,3 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Ya Tidak
34.27% 65.73%
Diagram selanjutnya menggambarkan kebersihan rumah tangga dan lingkungannya dari keberadaan sampah. Seperti yang dapat disimak, hanya sekitar 3,4% rumah tangga yang dijumpai memiliki sampah berserakan di rumahnya. Sekitar 5,7% dilaporkan memiliki sampah berserakan di lingkungan pekarangan. Sementara, sekitar 9,2% dilaporkan memiliki sampah berserakan di depan pekarangan rumahnya. Pola yang semacam ini tentu tidak mengagetkan mengingat ini sangat konsisten dengan temuan-temuan sebelumnya yang umumnya menggambarkan bahwa dibandingkan dengan pekarangan atau di luar pekarangan, kebersihan di dalam rumah lebih diutamakan oleh warga. Diagram 7: Wadah Sampah N = 1160, Bobot per kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal M21A PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI DALAM PEKARANGAN RUMAH M21B PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI GANTUNG DI PAGAR M21C PENGUMPULAN SAMPAH: KANTONG PLASTIK-DI TUMPUK DI LUAR RUMAH M21D PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI DALAM RUMAH M21E PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI PEKARANGAN RUMAH M21F PENGUMPULAN SAMPAH: KERANJANG-DI LUAR RUMAH M21G PENGUMPULAN SAMPAH: BAK PERMANEN-TERTUTUP M21H PENGUMPULAN SAMPAH: BAK PERMANEN-TERBUKA M21I PENGUMPULAN SAMPAH: LOBANG M21J PENGUMPULAN SAMPAH: DITUMPUK SAJA TANPA WADAH
m19a Pengumpul an sampah: kantong plastik-di dal am pekarangan rumah Frequency 431 729 1160 Percent 37,1 62,9 100,0 Valid Percent 37,1 62,9 100,0 Cumulat iv e Percent 37,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19b Pengumpulan sampah: kantong plastik-di gantung di pagar Frequency 61 1099 1160 Percent 5,3 94,7 100,0 Valid Percent 5,3 94,7 100,0 Cumulat iv e Percent 5,3 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19c Pengumpul an sampah: kantong plastik-di tumpuk di luar rumah Frequency 196 964 1160 Percent 16,9 83,1 100,0 Valid Percent 16,9 83,1 100,0 Cumulat iv e Percent 16,9 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19d Pengumpulan sampah: keranjang-di dalam rumah Frequency 310 850 1160 Percent 26,7 73,3 100,0 Valid Percent 26,7 73,3 100,0 Cumulat iv e Percent 26,7 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19e Pengumpul an sampah: keranjang-di pekarangan rumah Frequency 71 1089 1160 Percent 6,1 93,9 100,0 Valid Percent 6,1 93,9 100,0 Cumulat iv e Percent 6,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19f Pengumpulan sampah: keranjang-di luar rumah Frequency 73 1087 1160 Percent 6,3 93,7 100,0 Valid Percent 6,3 93,7 100,0 Cumulat iv e Percent 6,3 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19g Pengumpulan sampah: bak permanen-tertutup Frequency 31 1129 1160 Percent 2,7 97,3 100,0 Valid Percent 2,7 97,3 100,0 Cumulat iv e Percent 2,7 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19h Pengumpulan sampah: bak permanen-terbuka Frequency 22 1138 1160 Percent 1,9 98,1 100,0 Valid Percent 1,9 98,1 100,0 Cumulat iv e Percent 1,9 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19i Pengumpulan sampah: lobang Frequency 24 1136 1160 Percent 2,1 97,9 100,0 Valid Percent 2,1 97,9 100,0 Cumulat iv e Percent 2,1 100,0
Valid
Ya Tidak Total
m19j Pengumpulan sampah: ditumpuk saja tanpa wadah Frequency 191 969 1160 Percent 16,5 83,5 100,0 Valid Percent 16,5 83,5 100,0 Cumulat iv e Percent 16,5 100,0
Valid
Ya Tidak Total
Diagram yang disajikan dalam bagian ini adalah wadah penyimpanan sampah. Seperti terlihat di atas, hanya sedikit rumah tangga yang tidak mewadahi sampahnya (2%). Namun, secara umum, rumah tangga yang mewadahi sampahnya secara kurang aman pun masih cukup banyak terlihat, semisal kantong plastik yang ditumpuk di luar rumah (24%), kantong plastik di dalam pekarangan rumah (23%). Dari opsi-opsi yang ada, wadah sampah berupa bak permanen yang tertutup merupakan yang paling aman. Di sini, proporsinya sebetulnya cukup banyak dibanding kota-kota lain, yakni sekitar 15%. Tabel-tabel selanjutnya merinci kondisi penanganan sampah rumah tangga di masing-masing kelurahan. Tabel 1: Cara Pembuangan Sampah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal P13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga dl_2 Nama Kecamatan = 1 Pontianak Selatan
a p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) Tidak tahu Total a. dl_2 Nama Kecamatan = Pontianak Selatan
Benua Melay u Laut 3 13,0% 2 8,7% 0 ,0% 2 8,7% 1 4,3% 1 4,3% 3 13,0% 1 4,3% 4 17,4% 5 21,7% 0 ,0% 1 4,3% 0 ,0% 0 ,0% 23 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru 0 1 0 ,0% 2,8% ,0% 46 12 0 67,6% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 17 25,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 5 7,4% 68 100,0% 33,3% 2 5,6% 3 8,3% 3 8,3% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 3 8,3% 0 ,0% 2 5,6% 8 22,2% 2 5,6% 0 ,0% 36 100,0% ,0% 0 ,0% 1 3,3% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 11 36,7% 8 26,7% 0 ,0% 0 ,0% 10 33,3% 0 ,0% 0 ,0% 30 100,0%
Akcaya 5 13,2% 3 7,9% 3 7,9% 0 ,0% 1 2,6% 0 ,0% 17 44,7% 2 5,3% 6 15,8% 0 ,0% 0 ,0% 1 2,6% 0 ,0% 0 ,0% 38 100,0%
Total 9 4,6% 63 32,3% 5 2,6% 6 3,1% 5 2,6% 1 ,5% 20 10,3% 14 7,2% 38 19,5% 5 2,6% 2 1,0% 20 10,3% 2 1,0% 5 2,6% 195 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Parit May or 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 3 100,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 3 100,0% Banjar Serasan 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 5,9% 0 ,0% 1 5,9% 7 41,2% 1 5,9% 0 ,0% 6 35,3% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 5,9% 0 ,0% 17 100,0% Saigon 0 ,0% 1 4,3% 1 4,3% 1 4,3% 0 ,0% 1 4,3% 0 ,0% 0 ,0% 14 60,9% 5 21,7% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 23 100,0% Tanjung Hulu 16 45,7% 0 ,0% 0 ,0% 1 2,9% 0 ,0% 3 8,6% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 2,9% 0 ,0% 2 5,7% 1 2,9% 0 ,0% 1 2,9% 0 ,0% 7 20,0% 3 8,6% 35 100,0% Tanjung Hilir 0 ,0% 0 ,0% 1 4,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 4,0% 0 ,0% 7 28,0% 3 12,0% 1 4,0% 4 16,0% 2 8,0% 0 ,0% 1 4,0% 1 4,0% 4 16,0% 0 ,0% 25 100,0% Dalam Bugis 3 7,9% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 2,6% 0 ,0% 0 ,0% 12 31,6% 3 7,9% 10 26,3% 0 ,0% 0 ,0% 3 7,9% 3 7,9% 0 ,0% 3 7,9% 0 ,0% 38 100,0% Tambelan Sampit 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 6,7% 3 20,0% 2 13,3% 0 ,0% 8 53,3% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 6,7% 0 ,0% 15 100,0% Total 19 12,2% 1 ,6% 2 1,3% 2 1,3% 0 ,0% 6 3,8% 1 ,6% 2 1,3% 46 29,5% 15 9,6% 11 7,1% 20 12,8% 3 1,9% 3 1,9% 5 3,2% 1 ,6% 16 10,3% 3 1,9% 156 100,0%
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu didiamkan Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang ke luar rumah: kali/ sungai kecil Dibuang di luar rumah: selokan/ parit Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) Total a. dl_2 Nama Kecamatan = Pontianak Timur
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masy arakat/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy / RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Lainny a (sebutkan) Total a. dl_2 Nama Kecamatan = Pontianak Barat
Pal Lima 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 4,8% 1 4,8% 6 28,6% 11 52,4% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 2 9,5% 0 ,0% 21 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar 0 40 ,0% 44,9% 0 0 ,0% 15 26,8% 3 5,4% 3 5,4% 0 ,0% 3 5,4% 17 30,4% 1 1,8% 0 ,0% 0 ,0% 13 23,2% 1 1,8% 56 100,0% ,0% 45 50,6% 0 ,0% 2 2,2% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 2 2,2% 0 ,0% 89 100,0%
Sui Beliung 19 22,9% 11 13,3% 4 4,8% 2 2,4% 2 2,4% 0 ,0% 8 9,6% 2 2,4% 0 ,0% 6 7,2% 4 4,8% 23 27,7% 2 2,4% 83 100,0%
Total 59 23,7% 11 4,4% 64 25,7% 5 2,0% 8 3,2% 1 ,4% 17 6,8% 30 12,0% 1 ,4% 6 2,4% 4 1,6% 40 16,1% 3 1,2% 249 100,0%
a p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang ke luar rumah: sungai Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Dibuang di luar rumah: tidak tahu ke mana Langsung dibakar Lainnya (sebutkan) Tidak tahu Total a. dl_2 Nama Kecamatan = Pontianak Utara
Siantan Hulu 2 2,6% 0 ,0% 4 5,2% 2 2,6% 15 19,5% 0 ,0% 12 15,6% 15 19,5% 2 2,6% 2 2,6% 2 2,6% 21 27,3% 0 ,0% 0 ,0% 77 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Siantan Tengah Siantan Hilir 29 3 43,9% 5,3% 0 0 ,0% 3 4,5% 2 3,0% 8 12,1% 0 ,0% 8 12,1% 10 15,2% 3 4,5% 0 ,0% 0 ,0% 3 4,5% 0 ,0% 0 ,0% 66 100,0% ,0% 0 ,0% 0 ,0% 6 10,5% 0 ,0% 29 50,9% 10 17,5% 0 ,0% 1 1,8% 0 ,0% 7 12,3% 1 1,8% 0 ,0% 57 100,0%
Batu Layang 0 ,0% 1 2,6% 0 ,0% 0 ,0% 10 25,6% 1 2,6% 25 64,1% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 2,6% 0 ,0% 1 2,6% 39 100,0%
Total 34 14,2% 1 ,4% 7 2,9% 4 1,7% 39 16,3% 1 ,4% 74 31,0% 35 14,6% 5 2,1% 3 1,3% 2 ,8% 32 13,4% 1 ,4% 1 ,4% 239 100,0%
a p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dikubur Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Dibuang di luar hlm rumah: ke lubang/ tempat sampah Dibuang di luar rumah: lub galian/ kolam ikan/ tambak Dibuang di luar rumah: ke ruang terbuka Langsung dibakar Total a. dl_2 Nama Kecamatan = Pontianak Kota
Sui Bangkong 2 2,1% 10 10,3% 2 2,1% 0 ,0% 2 2,1% 2 2,1% 2 2,1% 25 25,8% 52 53,6% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 97 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Darat Sekip Tengah Mariana 4 5 1 15,4% 27,8% 5,3% 1 0 0 3,8% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 20 76,9% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 3,8% 26 100,0% ,0% 0 ,0% 1 5,6% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 12 66,7% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 18 100,0% ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 3 15,8% 15 78,9% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 19 100,0%
Sui Jawi 0 ,0% 7 9,5% 2 2,7% 9 12,2% 4 5,4% 0 ,0% 0 ,0% 4 5,4% 36 48,6% 4 5,4% 4 5,4% 2 2,7% 2 2,7% 74 100,0%
Total 12 5,1% 18 7,7% 4 1,7% 10 4,3% 6 2,6% 2 ,9% 2 ,9% 32 13,7% 135 57,7% 4 1,7% 4 1,7% 2 ,9% 3 1,3% 234 100,0%
a p13 Utamanya, bagaimana cara Ibu membuang sampah rumah tangga? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas pemda/ kelurahan Dikumpulkan di rumah, diangkut petugas masyarakat/ RT/ RW Dikumpulkan di rumah, diangkut perusahaan swasta Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas pemerintah Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut petugas masy/ RT/ RW Dikumpulkan di tempat bersama, diangkut perusahaan swasta Dibuang di hlm rumah: ke lubang lalu dibakar Dibuang di hlm rumah: Tidak ada lubang & didiamkan Dibuang di hlm rumah: ke tidak ada lubang lalu dibakar Dibuang di luar hlm rumah: ke TPS/Depo Langsung dibakar Tidak tahu Total
Bansir Laut 1 4,5% 4 18,2% 2 9,1% 5 22,7% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 3 13,6% 7 31,8% 0 ,0% 22 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Bangka Bansir Darat Belitung Laut 1 0 7,7% ,0% 4 0 30,8% 0 ,0% 1 7,7% 0 ,0% 1 7,7% 1 7,7% 0 ,0% 1 7,7% 3 23,1% 1 7,7% 0 ,0% 13 100,0% ,0% 1 3,6% 0 ,0% 1 3,6% 0 ,0% 0 ,0% 1 3,6% 11 39,3% 12 42,9% 2 7,1% 0 ,0% 28 100,0%
Bangka Belitung Darat 0 ,0% 16 59,3% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 3,7% 0 ,0% 0 ,0% 8 29,6% 1 3,7% 1 3,7% 27 100,0%
Total 2 2,2% 24 26,7% 3 3,3% 6 6,7% 1 1,1% 1 1,1% 2 2,2% 1 1,1% 12 13,3% 26 28,9% 11 12,2% 1 1,1% 90 100,0%
Tabel Kelurahan 3: Frekuensi Pengangkutan N = 784, Filter: P13 = 11 - 23, Bobot: Besar populasi kelurahan, Wawancara, Jawaban tunggal
P14 Seberapa sering sampah diangkut? dl_2 Nama Kecamatan = 1 Pontianak Selatan
a p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabul ation
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Setiap bulan Tidak tahu Total
Benua Melay u Laut 6 75,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 2 25,0% 8 100,0%
dl_3 Nama Kelurahan Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru 39 10 0 84,8% 52,6% ,0% 5 9 0 10,9% 0 ,0% 2 4,3% 0 ,0% 0 ,0% 46 100,0% 47,4% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 19 100,0% ,0% 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 100,0% 1 100,0%
Parit May or 0 . 0 . 0 . 0 .
Saigon
dl_3 Nama Kelurahan Tanjung Hulu Tanjung Hilir 1 9 1 33,3% 52,9% 100,0% 1 8 0 33,3% 47,1% 0 ,0% 17 100,0% ,0% 0 ,0% 1 100,0%
1 33,3% 3 100,0%
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Tidak tahu Total
dl_3 Nama Kelurahan Sui Jawi Dalam Sui Jawi Luar Sui Beliung 6 36 8 33,3% 41,9% 22,2% 8 43 17 44,4% 1 5,6% 3 16,7% 18 100,0% 50,0% 7 8,1% 0 ,0% 86 100,0% 47,2% 11 30,6% 0 ,0% 36 100,0%
p14 Seberapa sering sampah diangkut? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulatia on dl_3 Nama Kelurahan Siantan Tengah Siantan Hilir 17 0 53,1% ,0% 13 0 40,6% 2 6,3% 32 100,0% ,0% 3 100,0% 3 100,0%
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Sekali dalam seminggu Total
Setiap hari Beberapa kali dalam seminggu Beberapa kali dalam sebulan Tidak tahu Total
dl_3 Nama Kelurahan Darat Sekip Tengah Mariana 4 1 1 100,0% 20,0% 100,0% 0 4 0 ,0% 0 ,0% 0 ,0% 4 100,0% 80,0% 0 ,0% 0 ,0% 5 100,0% ,0% 0 ,0% 0 ,0% 1 100,0%
Tabel Kelurahan 6: Pemilahan Sampah 2 N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal
M23 TERLIHAT SAMPAH DIBUAT KOMPOS? dl_2 Nama Kecamatan = 1 Pontianak Selatan
a m21 Terlihat sampah dibuat kompos? * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Ya Benua Melay u Laut Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a Total 0 0 0 1 0 1 ,0% ,0% ,0% 3,3% ,0% ,5% 23 68 33 29 37 190
Ya Count Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Total 0 0 0 1 0 1 0 2 ,0% ,0% ,0% 2,9% ,0% 2,6% ,0% 1,3%
Tidak Count 5 19 21 33 23 37 16 154 100,0% 100,0% 100,0% 97,1% 100,0% 97,4% 100,0% 98,7%
Total Count 5 19 21 34 23 38 16 156 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Ya Count Pal Sui Sui Sui Total Lima Jawi Dalam Jawi Luar Beliung 2 1 2 0 5 9,5% 1,8% 2,2% ,0% 2,0%
Ya Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Total 4 0 6 13 23 5,2% ,0% 10,3% 34,2% 9,6%
Ya Sui Bangkong Darat Sekip Tengah Mariana Sui Jawi Total Count 12 0 0 1 0 13 12,2% ,0% ,0% 5,0% ,0% 5,6%
Ya Count Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Total 1 1 1 1 4 4,8% 7,7% 3,6% 3,7% 4,5%
Tabel Kelurahan 7: Kebersihan N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Jawaban tunggal
M20A SAMPAH BERSERAKAN DI DALAM RUMAH M20B SAMPAH BERSERAKAN DI PEKARANGAN RUMAH M20C SAMPAH BERSERAKAN DI DEPAN PEKARANGAN RUMAH dl_2 Nama Kecamatan = 1 Pontianak Selatan
a m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Count Benua Melay u Laut Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a Total 1 5 5 1 1 13
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 4,3% 7,4% 15,2% 3,4% 2,7% 6,8%
Count 22 63 28 28 36 177
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 95,7% 92,6% 84,8% 96,6% 97,3% 93,2%
Count 23 68 33 29 37 190
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Benua Melay u Laut Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a Total
Count 2 8 6 9 6 31
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 8,7% 11,9% 17,6% 30,0% 16,2% 16,2%
Count 21 59 28 21 31 160
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 91,3% 88,1% 82,4% 70,0% 83,8% 83,8%
Count 23 67 34 30 37 191
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulatia on
Benua Melay u Laut Benua Melay u Darat Parit Tokay a Kota Baru Akcay a Total
Count 2 22 8 17 7 56
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 8,7% 32,4% 23,5% 56,7% 19,4% 29,3%
Count 21 46 26 13 29 135
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 91,3% 67,6% 76,5% 43,3% 80,6% 70,7%
Count 23 68 34 30 36 191
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Total
Count 0 3 1 0 4 6 0 14
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan ,0% 15,8% 4,8% ,0% 16,7% 15,8% ,0% 8,9%
Count 5 16 20 34 20 32 16 143
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 84,2% 95,2% 100,0% 83,3% 84,2% 100,0% 91,1%
Count 5 19 21 34 24 38 16 157
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Total
Count 3 16 2 7 8 16 10 62
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 60,0% 84,2% 9,5% 20,6% 34,8% 42,1% 62,5% 39,7%
Count 2 3 19 27 15 22 6 94
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 40,0% 15,8% 90,5% 79,4% 65,2% 57,9% 37,5% 60,3%
Count 5 19 21 34 23 38 16 156
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Parit May or Banjar Serasan Saigon Tanjung Hulu Tanjung Hilir Dalam Bugis Tambelan Sampit Total
Count 4 17 3 10 13 30 13 90
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 80,0% 89,5% 13,6% 29,4% 54,2% 76,9% 81,3% 56,6%
Count 1 2 19 24 11 9 3 69
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 20,0% 10,5% 86,4% 70,6% 45,8% 23,1% 18,8% 43,4%
Count 5 19 22 34 24 39 16 159
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Count 1 7 4 17 29
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 5,0% 12,5% 4,5% 20,0% 11,6%
Count 19 49 85 68 221
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 95,0% 87,5% 95,5% 80,0% 88,4%
Count 20 56 89 85 250
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Count 4 13 29 65 111
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 20,0% 22,8% 32,2% 77,4% 44,2%
Count 16 44 61 19 140
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 80,0% 77,2% 67,8% 22,6% 55,8%
Count 20 57 90 84 251
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
a m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulation
Count 4 14 22 72 112
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 20,0% 25,0% 24,7% 84,7% 44,8%
Count 16 42 67 13 138
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 80,0% 75,0% 75,3% 15,3% 55,2%
Count 20 56 89 85 250
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Total
Count 2 3 4 0 9
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 2,6% 4,5% 6,9% ,0% 3,8%
Count 75 64 54 38 231
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 97,4% 95,5% 93,1% 100,0% 96,3%
Count 77 67 58 38 240
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Total
Count 21 20 33 4 78
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 27,3% 29,9% 56,9% 10,3% 32,4%
Count 56 47 25 35 163
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 72,7% 70,1% 43,1% 89,7% 67,6%
Count 77 67 58 39 241
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Siantan Hulu Siantan Tengah Siantan Hilir Batu Lay ang Total
Count 29 24 30 4 87
Ya % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 37,7% 35,3% 51,7% 10,3% 36,0%
Count 48 44 28 35 155
Tidak % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 62,3% 64,7% 48,3% 89,7% 64,0%
Count 77 68 58 39 242
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
m18a Sampah berserakan di dalam rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulati a on m18a Sampah berserakan di dalam rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 0 ,0% 99 100,0% 0 ,0% 25 100,0% 1 5,3% 18 94,7% 1 5,3% 18 94,7% 2 2,8% 70 97,2% 4 1,7% 230 98,3%
Count 99 25 19 19 72 234
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 0 ,0% 99 100,0% 2 8,0% 23 92,0% 4 22,2% 14 77,8% 5 25,0% 15 75,0% 9 12,5% 63 87,5% 20 8,5% 214 91,5%
Count 99 25 18 20 72 234
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
a m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabul ation
m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 0 ,0% 99 100,0% 2 8,3% 22 91,7% 9 47,4% 10 52,6% 9 45,0% 11 55,0% 14 19,7% 57 80,3% 34 14,6% 199 85,4%
Count 99 24 19 20 71 233
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Total
m18a Sampah berserakan di dalam rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 4 20,0% 16 80,0% 0 ,0% 13 100,0% 1 3,6% 27 96,4% 1 3,7% 26 96,3% 6 6,8% 82 93,2%
Count 20 13 28 27 88
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Total
m18b Sampah berserakan di pekarangan rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 8 40,0% 12 60,0% 0 ,0% 14 100,0% 3 10,7% 25 89,3% 3 14 11,1% 15,7% 24 75 88,9% 84,3%
Count 20 14 28 27 89
Total % wit hin dl_3 Nama Kelurahan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah * dl_3 Nama Kelurahan Crosstabulatia on m18c Sampah berserakan di depan pekarangan rumah Ya Tidak % wit hin dl_3 % wit hin dl_3 Nama Nama Count Kelurahan Count Kelurahan 7 35,0% 13 65,0% 1 7,7% 12 92,3% 11 40,7% 16 59,3% 0 19 ,0% 21,8% 27 68 100,0% 78,2%
Bansir Laut Bansir Darat Bangka Belitung Laut Bangka Belitung Darat Total
Total % wit hin dl_3 Nama Count Kelurahan 20 100,0% 13 100,0% 27 100,0% 27 87 100,0% 100,0%
KONDISI JALAN DI DEPAN RUMAH Bagian ini menyajikan hasil pengamatan kader pada kondisi jalan di depan rumah yang mereka kunjungi. Tiga hal yang diamati atau diukur mencakup 1) lebar jalan, 2) kondisi permukaan jalan, dan 3) genangan air di dekat rumah. Lebar jalan adalah sebuah indikator tidak langsung untuk status ekonomi rumah tangga. Rumah tangga yang terletak di ruas jalan yang lebar, misalnya lebar untuk dimasuki mobil, umumnya memiliki kondisi ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rumah-rumah yang berada di gang-gang sempit. Seperti umum diketahui, lebar jalan di depan rumah adalah salah satu penentu harga rumah. Selain indikator tidak langsung dari status ekonomi rumah tangga, lebar jalan pun menjadi masukan yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan model teknologi dan proses konstruksi fasilitas sanitasi. Lebar jalan juga merupakan indikator tidak langsung tentang kepadatan penduduk di sebuah wilayah. Terkait dengan risiko kesehatan lingkungan, telah diketahui luas bahwa mereka yang tinggal di perumahan padat, misalnya di gang-gang sempit, akan memiliki risiko kesehatan lingkungan yang lebih besar ketimbang mereka yang tinggal di lingkungan yang kurang padat. Penyakitpenyakit seperti TBC dan influenza adalah contoh penyakit-penyakit yang mudah menyebar di antara warga yang tinggal di rumah-rumah padat dan berdempetan. Dalam studi EHRA, lebar jalan diukur dengan menggunakan langkah kaki kader di mana satu langkah kaki dikonversikan menjadi setengah (1/2) meter. Yang dimaksud dengan kondisi permukaan jalan adalah apakah jalan di depan rumah dilapisi dengan suatu bahan atau tidak. Pelapisan jalan dapat dilakukan dengan pengaspalan, penyemenan, pemasangan paving block dll. Yang dimaksud dengan tidak dilapisi adalah jalan yang dibiarkan hanya sekedar tanah saja. Pelapisan yang memadai dapat mencegah munculnya genangan air yang menjadi salah satu sumber penularan berbagai penyakit bersumber binatang, misalnya Leptosperosis yang ditularkan melalui genangan air yang mengandung kencing tikus. Dalam EHRA, kader mengamati apakah jalan dilapisi atau tidak. Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa pengamatan hanya dilakukan di depan rumah yang terpilih saja. Jadi, angka yang didapatkan dalam analisis menunjukkan proporsi rumah yang memiliki jalan yang dilapisi ataupun tidak. Angka itu sama sekali tidak menunjukkan panjang jalan di sebuah kota yang telah dilapisi ataupun tidak. Objek pengamatan ketiga adalah ada atau tidaknya genangan air di jalan di depan rumah terpilih. Dibandingkan dengan kondisi permukaan jalan, indikator ini merupakan faktor risiko yang lebih dekat untuk terjadinya penyakit bersumber binatang. Untuk mengidentifikasi faktor risiko ini, kader diminta untuk berdiri di depan rumah dan melihat kurang lebih sejauh sepuluh meter dari rumah yang tengah dikunjunginya. Untuk lebar jalan, kader EHRA menjumpai bahwa mayoritas rumah di Kota Pontianak berada di depan jalan yang lebarnya 1,5 2 meter. Hasil pengukuran kader menunjukkan bahwa cakupannya adalah sekitar 36% dari total rumah atau lebih dari sepertiga dari rumah tangga di Kota Pontianak. Yang kedua terbanyak adalah rumah yang terletak di jalan berlebar antara 2,5 - 5 meter dengan cakupan sekitar 32%. Yang ketiga terbanyak, adalah rumah yang terletak di jalan yang lebarnya antara 1 m atau kurang, dengan cakupan sekitar 23%.
Rumah tangga dengan jalan di depan rumah yang lebih lebar proporsinya ternyata lebih kecil. Untuk 5,5 - 10 m cakupannya hanya sekitar 7% juga. Sementara, 10,5 m atau lebih lebar cakupannya hanya 1% saja. Detail dapat disimak pada diagram di bawah.
Diagram 1: Lebar Jalan di Depan Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Recoded, Jawaban tunggal M24 UKUR LEBAR JALAN/ GANG/ LORONG DI DEPAN RUMAH
Lebar Jalan (m)
1,00 1,50 2,00 2,50 3,50 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
7.78%
21.01% 18.24%
39.25% 36.59%
Tabel Kelurahan 1: : Lebar Jalan di Depan Rumah N = 1160, Bobot: Besar populasi kelurahan, Pengamatan, Recoded, Jawaban tunggal M24 UKUR LEBAR JALAN/ GANG/ LORONG DI DEPAN RUMAH
Jalan_m Lebar Jalan (m) Frequency 90 212 244 154 11 260 78 86 15 12 1160 Percent 7,8 18,2 21,0 13,3 ,9 22,4 6,7 7,4 1,3 1,0 100,0 Valid Percent 7,8 18,2 21,0 13,3 ,9 22,4 6,7 7,4 1,3 1,0 100,0 Cumulat iv e Percent 7,8 26,0 47,0 60,3 61,2 83,6 90,3 97,7 99,0 100,0
Valid
1,00 1,50 2,00 2,50 3,50 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 Total
k_Jalan_m Kategori Lebar Jalan Frequency 90 455 424 178 12 1160 Percent 7,8 39,2 36,6 15,4 1,0 100,0 Valid Percent 7,8 39,2 36,6 15,4 1,0 100,0 Cumulat iv e Percent 7,8 47,0 83,6 99,0 100,0
Valid
5.2.
Masyarakat yang merupakan salah satu komponen dalam suatu komunitas yang mempunyai posisi penting dalam pembangunan, pengelolaan serta pemeliharaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah dan pihak terkait lainnya. Oleh karena itu perlu diatur suatu studi yang menilai tentang partisipasi masyarakat dan peran jender dalam pengelolaan dan pemeliharaan sanitasi, baik dalam skala yang paling kecil dalam hal ini tingkat kota sampai pada skala nasional. Studi ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi yang efektif dan efisien. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel dan obyektif dibutuhkan data dan informasi yang valid dan kredibel pula. Untuk itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi
masyarakat dan jender serta permasalahan serta solusinya,dalam upaya penanganan sistem sanitasi dalam skala kota beserta prospek pengembangannya di masa yang akan datang. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan pemerintah, serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri dan tepat. Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu perintah dari pemerintah. Untuk memampukan masyarakat agar memiliki kemampuan seperti di atas, penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan metodologi yang mendorong keterlibatan, dan antusias masyarakat dalam berpartisipasi yang sangat diharapkan dari metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment (PRA) yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, termasuk di dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat komunitas. MPA terbukti sangat bermanfaat untuk pembangunan diberbagai sektor, yang mengaitkan keberlanjutan pelayanan program dengan kegiatan peka jender, berpihak pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach = DRA), menyatakan pola asosiasi antara pelayanan yang baik bisa dimanfaatkan dan berkelanjutan, hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil kebijakan mendukung pendekatan ini. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ) dilakukan dengan tujuan: a. Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis dengan menggunakan alatalat partisipatori, untuk menilai kesinambungan dan ketanggapan terhadap kebutuhan; b. Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi, baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari instansi lain. c. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan sanitasi d. Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap perencanaan pembangunan sarana sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara perempuan dan laki-laki. e. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang ada di kelurahan. Sementara itu, hasil yang diharapkan dari studi PMJ adalah: a. Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kota baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan. b. Munculnya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi. Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi untuk pelaksanaan program program sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan.
Tabel 5-5 Hasil Temuan dan Analisa Data Survei Partisipasi Masyarakat & Jender di Area Beresiko Tinggi
No.
1.
Topik
A. ALUR SEJARAH MASYARAKAT Tingkat Keberhasilan Pembangunan
B.
KEMAUAN BERKONTRIBUSI Pengalaman membangunprasarana secara gotong royong dan kemauan berkontribusi
2.
B. PEMBAGIAN JENIS PEKERJAAN BERDASARKAN JENDER a. Keseimbangan beban kerja antara perempuan, laki-laki, kaya danmiskin selama masa pelaksanaan &pemeliharaan sarana
antara lakilaki dan perempuan untuk banyak jenis pekerjaan/kegiatan di rumah tangga yang dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Pembagian tugas tetap ada walaupun fungsi lakilaki lebih dominan dalam perencanaan dan pembangunan fisik sanitasi Keadaan seperti di atas perlu dipertahankan, tetapi masih diperlukan penguatan melalui penyuluhan dan media-media kampanye yang berhubungan dengan kesetaraan jender pada masyarakat dengan topik . Pentingnya bagi peran dan bertukar peran diantara laki-laki dan perempuan baik kaya maupun miskin dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pekerjaan dengan ketrampilan dikerjakan hanya oleh laki-laki (kaya & miskin), sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaanyang tidak membutuhkan ketrampilan 1. Belum ada keseimbangan dalam pembagian beban kerja antara laki-laki (kaya dan miskin) dan perempuan (kaya dan miskin) karena semua pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan hanya dikerjakan oleh laki-laki baik kaya & miskin, sedangkan perempuan kaya & miskin hanya melakukan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketrampilan seperti menyiapkan makanan dan minuman. 2. Sudah ada keseimbangan diantara laki-laki kaya dan miskin dalam pembagian beban kerja baik yang perlu ketrampilan maupun yang tidak perlu ketrampilan. Pekerjaan yang dibayar hanya dilakukan oleh lakilaki (kaya &miskin), perempuan hanya melakukan pekerjaan yang sifatnya sukarela 1. Laki-laki kaya & miskin akan dibayar untuk pekerjaan yang memerlukan ketrampilan/keahlian. Mereka juga tidak dibayar untuk pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian termasuk pekerjaan yang bersifat sukarela atau gotong royong. 2. Perempuan (kaya & miskin) tidak dibayar dan hanya melakukan pekerjaan yang bersifat sukarela dan tidak membutuhkan suatu keahlian. Masih sangat diperlukan pendampingan dan penguatan pada masyarakat melalui penyuluhan dan media-media kampanye yang berhubungan dengan kesetaraan jender pada masyarakat dengan topik Pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin dalam pembayaran upah kerja dan beban pekerjaan selama masa pemeliharaan sarana. 1. Ciri-ciri yang sangat membedakan diantar masyarakat yang termasuk golongan Kaya/Mampu, Sedang dan Miskin/Tidak Mampu dalam hal kepemilikan asset, kondisi rumah, jenis pekerjaan, pendidikan dan akses terhadap
b. Keseimbangan dalam pembayaran upah kerja (dalam bentuk uang dan inkind/lainnya) selama masa pemeliharaan
3.
A. KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN
pelayanan publik. B. PEMETAAN SOSIAL MATRIKS SANITASI MASYARAKAT & Antara dan masyarakat telah memiliki jamban dan sebagian besar golongan masyarakat kaya/mampu 1. Masyarakat yang belum mempunyai jamban keluarga adalah mayoritas masyarakat miskin sehingga masih buang air besar di tempat-tempat terbuka seperti sungai. Semua rumah tangga tidak mempunyai akses ke saranadrainase lingkungan. 1. Kondisi saluran yang ada sering mampet/tidak mengalir dengan baik karena muka air sungai lebih tinggi dari posisi/letak bangunan saluran/drainase, sehingga air akan membalik dan tidak bisa mengalir dengan baik. 2. Di wilayah ini sering terjadi banjir atau genangan walaupun tidak masuk rumah, sejak ditaludnya bantaran sungai di sebelah timur RT tersebut. (sebelumnya banjir masuk rumah) Kurang dari 1/4 masyarakat dan sebagian besar adalahmasyarakat mampu yang mempunyai akses terhadap pengelolaan/pengumpulan sampah. 1. Beberapa warga yang tinggal di pinggir jalan raya dan umumnya masyarakat mampu yang terlayani oleh pengangkutan sampah dari Dinas Kebersihan Kota. 2. Masyarakat yang tinggal di dalam gang masih menangani sampah dengan membuang di halaman atau pekarangan rumah sendiri dengan membuat lubang atau dibuang ke sungai. (a) Pilihan Sistem Sanitasi Lokal untuk Limbah Cair Tinja,LimbahCair non Tinja, Pengelolaan Sampah & Drainase Lingkungan; (b) Pilihan Teknologi untuk Model dan Desain Sarana Sanitasi (c) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ada lembaga lokal yang penting/bermanfaat untuk sebagianbesar warga, rutin berinteraksi dengan masyarakat, dan memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Ada beberapa lembaga di tingkat masyarakat yang mempunyai manfaat sangat besar bagi masyarakat dan mempunyai hubungan sangat dekat dengan masyarakat serta ada pengakuan resmi dari pemerintah seperti Kecamatan, Kelurahan, Puskesmas, PKK, Posyandu Sekolah dan RT/RW.
4.
ASPEK KONDISI ALAM (LINGKUNGAN) Topografi wilayah relative rata PEMBIAYAAN Lahan terbatas, tetapi tidak ada sistem air limbah perpipaan 90% rumah tidak layak huni tidak memiliki jamban/WC KELEMBAGAAN Tidak ada saluran khusus untuk limbah pabrik (mencemari lingkungan) Tidak ada sarana pengolahan air limbah skala kota SOSIAL Kurang kesadaran (karena tidak familiar) pentingnya bak pengolahan air limbahdi setiap rumah tangga Masih menggunakan WC cemplung (kebiasaan) TEKNIS Masih bercampurnya fungsi saluran drainase dengan fungsi pembuangan air limbah Tidak ada standarisasi tempat penampungan limbah yang berwawasan lingkungan Belum ada data yang akurat terhadap jumlah septic tank yang memenuhi standar teknis dan yang tidak IPLT terbatas Belum ada IPAL Tidak ada penyaringan saat limbah dibuang ke parit Sistem pengolahan air limbah yang belum terbangun Belum ada sewerage system skala kota /kecamatan Saluran air limbah rumah tangga menyatu dengan saluran drainase Belum ada sistem pengolahan percontohan air limbah komunal (perumahan, pasar tradisional, dll) Sistem pengolahan sampah belum ideal
SAMPAH
Tidak ada pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah tangga sampai TPA Daerah perbatasan tanpa TPS Perlunya merubah paradigm dari
Sampah di TPS tidak diangkut setiap hari (membuang diluar jam yang ditentukan) Masyarakat masih buang sampah sembarangan TPS terbatas (tidak ada warga yang lahannya bersedia dijadikan TPS)
ASPEK KONDISI ALAM (LINGKUNGAN) PEMBIAYAAN KELEMBAGAAN sampah sebagai masalah menjadi sampah sebagai berkah SOSIAL Wilayah yang jauh dari TPS banyak yang mengelola sampah dengan cara dibakar dan ditimbun Masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan Saluran menyempit karena timbunan sampah Pemeliharaan belum optimal Drainase kurang berfungsi karena banyak bangunan di atasnya TEKNIS
DRAINASE
Tinggi muka air tanah mempengaru hi mata air S. Kapuas Kurang lahan untuk aplikasi drainase Kemiringan lahan relative kecil (landai
Drainase lingkungan perumahan belum tertata (masih alami) Koneksitas drainase primer ke sekunder kemudian ke tersier Drainase perumahan tidak nyambung dengan sistem drainase kot Drainase hanya berupa selokan untuk memindahkan air hujana
PHBS
Cakupan air bersih masih kurang sehingga masyarakat masih menggunakan air permukaan Jaringan air bersih belum mencakup seluruh pemukiman Terbatasnya akses air bersih untuk masyarakat miskin (kumuh) Promosi PHBS di tingkat masyarakat masih kurang
Masih banyak rumah tangga yang belum punya WC Kebiasaan Tingkat kesadaran yang belum merata tentang kesehatan dan kebersihan Tingkat ekonomi yang relative rendah sehingga fasilitas sanitasi terabaikan Lingkungan pemukiman yang belum higienis Masih banyak yang BAB sembarangan
5.3.
Studi media merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja sanitasi Kota Pontianak dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak yang merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenai kota termasuk mengenai media yang terdapat di kota termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat.
Studi media dilakukan dengan tujuan: 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk di sini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajarannya Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan diangkat oleh pemkot dan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman ( PPSP ) dan peluangpeluang kerjasama dengan media massa Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatankegiatan kemasayarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi
2.
3. 4.
Adapun hasil dari studi ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. 2. 3. Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis di masa yang akan datang.
Selain itu manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya program pembangunan sanitasi kota, Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman ( PPSP ) dan pokja sanitasi kota kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi pemerintah dan media massa). Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye dilakukan, metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal methods). Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai media komunikasi. Metode yang dipergunakan meliputi: 1. Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur. Pengamatan langsung (direct observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai sumber-sumber informasi yang tersedia, kegiatan program pemasaran sosial yang sedang dan telah berlangsung, pemanfaatan media formal dan informal, kerjasama dengan media massa dll. Survey kecil (mini-survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara 50-75 orang). Nara sumber menggunakan random sampling yaitu sampel acak. Di kota Pontianak, sampel merupakan penduduk di semua kelurahan (29 kelurahan) yang terpilih secara random.
2.
3.
Adapun informasi yang ingin diketahui dari survey ini adalah: Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin Preferensi media massa sehari-hari, frekuensi terpaan dan waktu Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan.
Untuk Kota Pontianak, wawancara dilakukan pada narasumber dari 4 SKPD/dinas yaitu, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Tata Kota dan Bappeda Kota Pontianak.
5 6
7 8
Kota
SKPD/dinas 4
informasi swasta lokal, antara lain radio Diah Rosanti FM, Dan Volare FM, Pontianak Post, Borneo Tribun, serta Ruai TV. Jangkauan Berita di 29 kelurahan sampai ke tingkat RW dan RT selain itu seluruh SKPD di lingkungan pemerintah kota Pontianak, seluruh SD/MI, SLPT/MTS, SLTA/SMK/MA, dan instansi negeri/swasta juga menjadi sasaran penerima atau pendengar berita tersebut. Tujuan utama adalah untuk membantu walikota ( Pemerintah Kota ) dalam penyampaian informasi pemerintah daerah. Dalam prakteknya, semua SKPD/dinas akan mengkomunikasikan semua hal yang menjadi tanggungjawabnya seperti dinas kesehatan akan menyebarluaskan tentang kesehatan. Infomas akhirnya lebih mengurus isu publik yang tidak memiliki induk seperti misalnya hak intelektual, keterbukaan informasi publik selain juga masih selalu mendukung penyebarluasan informasi pemerintah kota Pontianak. Dalam penyampaian informasi tersebut, media massa lokal, dan SKPD/dinas di kota Pontianak. Sosialisasi dalam bentuk pertemuan menjadi pilihan kegiatan komunikasi selain juga membuat acara-acara bekerjasama dengan media massa lokal. Radio Diah Rosanti memiliki acara untuk isu publik, setiap hari pukul 04.00-24.00. Radio swasta kerap kali melakukan pertemuan dalam bentuk wadah assosiasi radio dan penyiaran, forum bersama radio siaran se kota Pontianak, berujuan untuk sharing dan juga untuk mengadvokasi radio lokal agar membantu penyebaran informasi pemerintah Kota Pontianak. Setiap SKPD/dinas terkadang langsung memproduksi materi komunikasinya bekerjasama dengan pihak swasta tersebut. Infomas juga menggunakan media, leaflet, pamplet, booklet, baliho dan spanduk untuk mengkomunikasikan isu yang sedang menjadi perhatian. Infomas merencanakan untuk menggunakan kesenian rakyat seperti Tarian Daerah, pakaian adat, lagu daerah dll, sebagai sarana penyebaran informasi. Alat yang dipakai adalah leaflet dan hand out yang disebar di penyuluhan dan sosialisasi, poster, spanduk, materi dalam bentuk presentasi, radio spot, dialog interaktif di surat kabar lokal. Kegiatan komunikasinya menggunakan media penyuluhan, sosialisasi, survey dan pemetaan. Bekerjasama dengan PKK dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Mempunyai hubungan baik dengan media massa lokal. Wartawan terkadang datang ke kantor untuk menanyakan isu terbaru ataupun mencari tahu lebih dalam tentang isu yang sedang berkembang. Hasil Pemetaan Dinas kesehatan, bagian promosi kesehatan untuk dinas kesehatan, yang masuk menjadi anggota pokja adalah kasi penyehatan lingkungan namun untuk kelengkapan data wawancara dilakukan di bagian penyehatan lingkungan dan promosi kesehatan.
5 6
Kota
1 2
3 4 5
Untuk bidang promkes isu yang diangkat adalah PHBS dengan target rumah tangga sehat dan institusi pendidikan. Bidang promosi kesehatan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang promosi kesehatan, upaya kesehatan berbasis masyarakat. Seksi penyehatan lingkungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan, meliputi : penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan, pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah tangga, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dibidang penyehatan lingkungan. Saat ini bidang penyehatan lingkungan fokus pada makanan. Dinas kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas pembantuan serta pelayanan kepada mastarakat. Menggunakan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sebagai media komunikasi. Alat bantu yang digunakan berupa fotokopi materi. Bekerjasama dengan radio Diah Rosanti dalam acara dialog interaktif. Berdasarkan pengalaman, sosialisasi dengan menggunakan media LCD (ada bahan tayang) lebih menarik masyarakat dibandingkan sosialisasi biasa tanpa alat bantu. Tiap SKPD melakukan sosialisasi namun belum semua skpd memiliki keterampilan berbicara di depan masyarakat sehingga dibutuhkan pelatihan khusus mengenai hal ini. Mempunyai hubungan baik dengan media massa lokal. Wartawan seringkali datang ke kantor untuk menanyakan isu terbaru ataupun mencari tahu tentang isu yang sedang berkembang, dan diundang mengisi acara di media lokal. Menggunakan media sosialisasi dan pelatihan dalam mengkomunikasi isu. Tujuan utama adalah mengurusi masalah pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan hidup. Di dalamnya terdapat pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan, perencanaan kajian kelayakan lingkungan dan penanganan sengketa lingkungan. Hubungan kerjasama dengan swasta sebatas bekerja sama dalam penyelenggaraan. Hubungan dengan wartawan cukup baik karena seringkali wartawan bertukar imformasi. Menggunakan alat berupa leaflet yang dibagikan saat osialisasi dan pelatihan serta tulisan/artikel di pontianak Post.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari SKPD/dinas dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Setiap SKPD/dinas memiliki anggaran untuk melakukan kegiatan komunikasi (termasuk di dalamnya membuat materi komunikasi yang biasanya berbentuk leaflet, spanduk
2.
3. 4.
maupun spot di radio). Untuk produksi materi komukasi, SKPD/dinas membuat sendiri dan juga bisa bekerja sama dengan kantor Infomasi. Semua SKPD/dinas yang menjadi narasumber menggunakan media sosialisasi dan penyuluhan dalam mengkomunikasikan isu tertentu. Alat yang digunakan masih berupa leaflet, paparan presentasi dan copy hand out yang disebarkan saat sosialisasi. Belum maksimal dalam memanfaatkan media massa lokal seperti koran dan radio. Isu yang diangkat oleh SKPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing. Untuk isu tertentu, beberapa SKPD/dinas bersama-sama dalam pengerjaannya. Tiap SKPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal namun masih berdasar kebutuhan. SKPD/dinas akan menghubungi media jika diperlukan, demikian pula sebaliknya.
(0561) 767788
Keterlibatan Pihak pihak yang menangani sanitasi diatas belum terorganisir dengan baik. Media yang membahas masalah sanitasi ini secara kontinyu memang masih belum ada, apabila pihak-pihak terkait mempromosikannya secara gencar, kemungkinan di tahun-tahun mendatang banyak media di Kota Pontianak ini tertarik dengan maslah sanitasi ini. A. Ruai TV Manajemen RUAI TV mengucapkan terimakasih atas dukungan pemirsa yang telah setia menyaksikan tayangan program acara di RUAI TV. Kami juga mengundang para pelaku bisnis di Pontianak khususnya maupun Kalimantan Barat umumnya untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama, karena kami percaya perusahaan, produk serta layanan yang Bapak/Ibu miliki serta tawarkan akan semakin dikenal oleh konsumen dengan promosi melalui media, terutama televisi. (DIMAS : 0815 225 16884) Borneo Tribune Press Surat Kabar atau Koran yang exist di Kota Pontianak Antara Lain Borneo Tribune, Surat Kabar mulai terbit Sejak 19 mei 2007, dengan Direktur Utama Bapak W Suwito, SH., MH, dan Pimpinan Redaksi Bapak Tanto Yakobus, S.Sos dan alamat redaksi Jalan Purnama Dalam No 2 Pontianak Telpon 0561-767788 Fax 0561-766103. Mengutamakan berita local dan nasional, Rublik berita antara lain, Book Club, Fashion, Food, Keluarga Dan Remaja, Kesehatan, Pandora, Pariwara, Pendidikan,Tajuk, Pundi-Pundi, Eco Borneo, Cytizen Dan Jurnalism, Olah Raga. Kriminal serta Hukum. Koran ini belum memiliki rubrik khusus mengenai sanitasi namun sering mengangkat berita sehubungan dengan sanitasi di Pontianak termasuk didalamnya sampah, banjir yang disebabkan oleh saluran drainase yang tidak berfungsi maksimal dan lain lain. SKPD seperti Dinas Kesehatan dan Kebersihan Kota Pontianak, karena ketiadaan anggaran untuk menampilkan Rublik Tersebut.
B.
Sasaran Pembaca antara lain : Jenis Kelamin Pendidikan Pengeluaran per bulan Usia Pekerjaan Pria Wanita Perguruan Tinggi Akademi SMU dan SLTP Rp. 500,- Rp. 1.500.000,16 thn 55 Thn Mahasiswa/Pelajar PNS/Karyawan Swasta, Pengusaha, Ibu Rumah Tangga. 29 kelurahan Kota Pontianak serta 14 Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat.
Jangkauan
C.
Pontianak Post Surat Kabar atau Koran yang exist di Kota Pontianak Antara Lain Pontianak Post, dengan Redaktur Bapak Indrayanto Adi, dan alamat redaksi Jl. Gajah Mada No. 2-4, Pontianak, Kalimantan Barat 78121. Mengutamakan berita local dan nasional, Rublik berita antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tokoh Feature Opini Esai Surat Pembaca Dari Redaksi Fhisikologi HIV/AIDS Rehab Medik Klinik Pasar Modal 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Klinik Mata Kanker dan Tumor Kulit Dan Kelamin Gigi dan Gusi Konsultasi Pajak Konsultasi Zakat X-presi Canda Kesehatan.
D.
Diah Rosanti FM merupakan radio swasta yang ada di Kota Pontianak. PT. Diah Rosanti dengan penanggung jawab H. Ridwan Said, Bsc, frekwensi 95.9 MHz, beralamat Jalan Nurali No. 30 Pontianak, Jangkauan siaran Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Sekitarnya, program Interaktif 10%, Hiburan 10%, Berita 10% Informasi 20%, Iklan 40%, music Pop Indonesia, Mandarin , Barat, Dangdut, profil pendengar SES B C D. Dengan jam siar yang cukup panjang yaitu : PROGRAM SENIN-SABTU 04.30 04.45 05.30 06.00 08.00 09.00 09.30 10.30 11.30 13.00 14.30 16.00 17.30 19.00 23.00 24.00 Pengajian Penuntun Iman Penyejuk Hati Interlude Kontak 732678 In Box Interlude Pontianak Hari Ini Bursa Kita Jendela Bisnis Lenggang Diaros House Music Laraoke Live Free Time Mandarin Programme Blues Corner Tutup Siaran
PROGRAM MINGGU 05.30 06.00 08.00 09.30 13.00 14.00 16.00 17.30 19.00 23.00 24.00 E. Pengajian Kontak 732678 In Box Karaoke Mandarin (Live) Bursa Kita House Music Karaoke Live Free Time Mandarin Programme Blues Corner Tutup Siaran
Radio VOLARE VOLARE FM merupakan radio swasta yang ada di Kota Pontianak. PT. VOLARE dengan Program dewi utami, frekwensi 103.4 MHz, beralamat Jl. Sumatera 28 Pontianak 78121 Telp (0561)734161, Jangkauan siaran 100 KM, meliputi kota Pontianak, kab. Pontianak, Kab. Landak dan Kab. Bengkayang, program Interaktif 15%, Hiburan 30% Informasi 40%, Iklan 15%, music Barat 70%, Indonesia Populer 30%, profil pendengar SES
A B C+, berjiwa muda, cerdas, kritis, up to date, serta tetap relijius. Dengan jam siar yang cukup panjang yaitu : PROGRAM SENIN-SABTU 05.00-06.00 Manajemen Qalbu (MQFM Bandung) 06.00-06.30 Senin-Jumat : Buletin Pagi (KBR 68H) 06.00-06.50 Senin-Jumat : Radio Netherland Siaran Indonesia 06.50-07.00 Percikan Iman 07.00-09.00 Senin-Jumat : Lepas Landas Sabtu : 07.00 KOPPI - Kota Pontianak Pekan Ini 08.00 SIGAP Masyarakat Siap Jaga Keamanan Bersama Polisi 08.00-08.10 Rabu : Radio Jurnal Perempuan (Yayasan Jurnal Perempuan) 09.00-09.30 Senin-Jumat : Dialog Interaktif (KBR 68H) Sabtu : Asia Calling (KBR 68H) 09.30-12.00 Kepak Karier 12.00-15.00 Jukebox 15.00-15.06 Kabar Baru (KBR 68H) 15.06-17.30 Sore Di Volare Senin : Dunia Kampus Selasa : Tokyo Beat dan Asli Indonesia (program sindikasi) Rabu : Double Dose Kamis : 15.10-16.00 Pilkada OK 16.30-17.30 BIOSKOP (BIcara sOal Sinema KOmPlit) Jumat : 15.10-16.00 Kedai 28 16.30-17.30 Talim Annisa Sabtu : Volare Gress! 16.00-16.30 Buletin Sore (KBR 68H) 17.30-18.00 Interlude 18.00-18.30 BBC Siaran Indonesia 18.30-20.00 Rehat Kerja 20.00-20.06 Kabar Baru (KBR 68H) 20.06-21.00 Senin : We Love Life Selasa : BIANGLALA Bincang-Bincang Problema di Volare Kamis : Khazanah Islam Jumat : Lets Trip Sabtu : Volare Rewind 20.06-22.00 Rabu : Volare Rock 21.00-22.10 Kamis : Oase Iman 21.10-23.00 Senin : Man Territory Selasa : In The Mood of Jazz Jumat : YESTERHITS Yesterdays Hits 22.00-24.00 Rabu : Lepas Lelah Kamis : From Our Music Library 21.00-24.00 Sabtu : Rhythm of The Night
PROGRAM MINGGU 05.00-06.00 06.00-06.50 07.00-09.00 09.00-11.00 11.00-12.00 12.00-14.00 14.00-15.00 15.00-17.30 17.30-18.00 18.00-18.30 18.30-20.00 20.00-20.06 20.06-21.00 21.00-23.00 TPA (Talkshow Pagi Ahad) Radio Netherland Siaran Indonesia Sunday Morning Jukebox* Volare Number One Sound Indonesia Sepuluh Setiap Perempuan TRAVO Citra Volare English Teletalk Interlude BBC Siaran Indonesia Rehat Kerja Kabar Baru Klinik 28 FOTIS MINI - Fokus Artis Minggu Ini
5.4
A.
Sebagaimana di kota-kota lain, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dan lain-lain) yang memiliki nilai jual. Beberapa pengusaha daur ulang sampah yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah sebagai berikut : a. Nama pengusaha pengepul Bon Hon Jun, alamat Alamat Jalan Apel Gg. Pala Ic No.55 Rt. 001, Rw 020, No KTP. 6171.0313.0481.0002 Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung :
No 1. 2. 3. Jenis Barang Kertas Botol Kecap Botol Bir Rata-Rata / Hari 75 Kg 70 Bh 50 Bh Harga Beli ( Rp ) 600/Kg 400/Bh 800/Bh Harga Jual ( Rp ) 650/Kg 450/Kg 875/Kg
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Untuk pembelian dan penjualan barang di Kota Pontianak, mengalami masalah dikarnakan modal usaha dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Harga di pagi hari tentunya beberbeda di waktu sore hari, perunahannya sangat cepat.
Sket Lokasi Pengumpulan Barang Bekas Jl. Apel Lokasi sasaran Toko Gg. Pala I.A Gg. Pala I.C
b. Nama pengusaha pengepul Tan Nam Thuan, Laki-laki, usaha berdiri sejak Tahun 1984 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 orang laki-laki, Alamat Jalan Kom Yos Sudarso Gg. Kuini II Rt. 002, Rw. 017, No KTP. 6171.0368.0269.0008, Kelurahan Sungai Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung :
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis Barang Kertas Botol Kecap Botol Bir Plastik Campur Almunium Tembaga Seng Besi Padat Accu Rata-Rata / Hari 400 Kg 100 Bh 75 Bh 120 Kg 130 Kg 65 Kg 200 Kg 210Kg 25 Kg Harga Beli ( Rp ) 600/Kg 400/Bh 800/Bh 1.000/Kg 10.000/Kg 40.000/Kg 800/Kg 2500/Kg 12.000/Kg Harga Jual ( Rp ) 750/Kg 550/Kg 975/Kg 1200/Kg 11.500/Kg 41.500/Kg 950/Kg 2.700/Kg 12.500/Kg
Untuk pembelian dan penjualan barang di Kota Pontianak, mengalami masalah dikarnakan modal usaha dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Harga di pagi hari tentunya beberbeda di waktu sore hari, perunahannya sangat cepat.
B.
Potensi Perusahaan Ceaning Service Kawasan Publik yang ada di Kota Pontianak Perusahaan Ceaning Service Kawasan Publik yang ada di Kota Pontianak antara lain : CV. Bella Usaha, Alamat Jalan A. Yani ( Palapa III ) No. 08 Pontianak.
C.
Partisipasi Lembaga Non Pemerintah (LSM/KSM) Untuk partisipasi lembaga non pemerintah (LSM/KSM) dalam pengelolaan sampah di Kota Pontianak cenderung tidak ada. Rata-rata sampah yang masih dapat digunakan diambil oleh pemulung dan selanjutnya di jual ke pengepul, untuk limbah pasar diambil oleh perorangan untuk pakan ternak, sedangkan limbah jalan dan dari TPS dibuang ke TPA.
| 230
5.5.
Kondisi Sanitasi Masyarakat Berdasarkan hasil analisis survey EHRA di Kota Pontianak mengenai kondisi jamban masyarakat diperoleh hasil bahwa 18,3 % jamban siram/leher angsa yang menggunakan tangki septik, 67,5 % jamban siram menggunakan cubluk, 1,7 % jamban siram yang disalurkan langsung ke kolam dan 1,3 % jamban di atas kolam atau buang air terbuka. Pengelola IPLT Jumlah truk tinja dan volume tinja yang masuk tiap hari adalah 1 kendaraan dengan kapasitas 3 m3, yang dimiliki Pemda Kota Pontianak menggunakan dana Pemba ( APBD ) untuk kegiatan operasional nya, untuk penguras tangki septic perorangan sudah termasuk ongkos angkut Rp. 150.000,- s/d Rp. 500.000,- /ritase. Perusahan Kuras Tangki Septik Di Kota Pontianak yang bergerak dalam pengurasan tangki septic masih dalam bentuk usaha perorangan dan masih belum terkordinir, untuk tarif layanan jasa pelayanan berdasarkan 1 bak septiktank Rp. 300.000,- s/d Rp. 500.000,-. Order rata-rata per hari atau per minggu tidak menentu terkadang 1 atau 2 x per rumah tangga kadang tidak dapat sama sekali. Perolehan tidak menentu hanya perkeriaan rata-rata saja pendapatan per bulan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) s/d Rp. 2.000.000,-( Dua juta Rupiah ) . Sedangkan untuk tempat pembuangan limbah tinja di Kota Pontianak berada di Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara Kota Pontianak Kemudian diolah di TPA. Perusahan Kuras Tangki Septik Swasta di Kota Pontianak 1. Nama Edo. Kota Pontianak telephon (0561) 739913. Bapak Edo. Jumlah tenaga kerja saat ini ada 3 orang. Jumlah armada truk penyedot tinja 1 pick Up tinja. Jangkauan layanan meliputi Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak. Volume tinja yang disedot ditiap rumah sekitar 2 m3. Perbulan rata-rata melayani 10 rumah/bulan, tidak tentu tergantung pemesanan. Tarif untuk jasa penyedotan tinja Rp. 300.000,- /Septictank. Kendala dalam usaha jasa penyedotan tinja antara lain lokasi masuk gang yang cukup sempit jalan menuju septictank yang akan di sedot. 2. Nama Indorayon Service. Kota Pontianak telephon (561) 7669940.Alamat Jalan Penjara No. 138. Jumlah tenaga kerja saat ini ada 3 orang. Jumlah armada truk penyedot tinja 1 pick Up tinja. Jangkauan layanan meliputi Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak. Volume tinja yang disedot ditiap rumah sekitar 2 m3. Perbulan rata-rata melayani 8-10 rumah/bulan, tidak tentu tergantung pemesanan. Tarif untuk jasa penyedotan tinja Rp. 300.000,- /Septictank. Kendala dalam usaha jasa penyedotan tinja antara lain lokasi masuk gang yang cukup sempit jalan menuju tangki septictank yang akan di sedot. Sektor Swasta Pemasang Iklan
| 94
Untuk sektor swasta dalam pemasangan iklan di Kota Pontianak belum ada, khususnya untuk perusahaan lokal di Kota Pontianak.
Gambar 5-4
100 % populasi On-Site septic tanks (termasuk SANIMAS) Dikuras rata2 setiap 5 10 tahun? Namun ada Juga yang sudah penuh baru di Kuras
Treatment plant (IPLT) (100 %) Usaha sedot Septic Tank 500 m3 pertahun
Sungai (80 %)
| 95
BAB VI PENUTUP
6.1.
A.
Kesimpulan
Air Limbah
D
B.
i Kota Pontianak kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan lingkungan masih kurang, sehingga masih ada yang menggunakan prasarana sanitasi yang belum memenuhi syarat. Kondisi kawasan pemukiman di Kota Pontianak yang padat sulit untuk menempatkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan septictank sesuai persyaratan kesehatan. Secara kuantitas mengenai sarana sanitasi di Kota Pontianak sudah memenuhi, akan tetapi secara kualitas masih banyak kondisi sarana air limbah yang kurang memadai karena hanya tersedia 1 unit Instalasi Pengolahan Air Limbah di Batu Layang. Pengolahan limbah yang berbasis pada masyarakat yaitu dengan membuat pengolah limbah rumah tangga secara komunal ( Sanimas ) yang di tempatkan pada tempat-tempat tertentu seperti pasar dan terminal digunakan/ditempatkan untuk fasilitas umum. Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kota Pontianak tingkat pelayanannya masih terbatas, yaitu pada daerah kota, permukiman, pertokoan, perkantoran, jalan-jalan umum serta pasar. Sarana dan prasarananya masih kurang mendukung karena tidak semua prasarana dapat dioperasikan dengan optimal. Kesadaran Masyarakat juga akan membuang sampah pada tempatnya. C. Drainase Lingkungan
Berdasarkan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak hampir seluruh penduduk Kota Pontianak sudah dilayani oleh sarana drainase tetapi sebagian sudah ada yang rusak dan belum berfungsi secara optimal.
D.
| 96
Kebutuhan air bersih penduduk Kota Pontianak sebagian besar sudah tercukupi namun dalam hal sarana air minum dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum mampu menjangkau keseluruhan dari penduduk Kota Pontianak. Sehingga masih ada penduduk yang menggunakan air hujan dan air sungai utuk keperluan sehari-hari.
6.2.
A.
Rekomendasi
Air Limbah
Program peningkatan sarana dan prasarana Iimbah manusia dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan secara teknis dan pelayanan kepada mayarakat berpenghasilan rendah. Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana dilaksanakan melalui program dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Sistem pembuangan Iimbah manusia yang masih dianggap tepat untuk kondisi Kota Pontianak adalah sistem setempat (On Site System) meliputi : 1. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan kepadatan rendah. 2. Sarana jamban keluarga dengan tangki septic bagi masyarakat berpenghasilan cukup. B. Persampahan
Penerapan pengembangan persampahan diIakukan secara bertahap dan target nasional dengan pemrograman secara pokok meliputi pemanfaatan fasilitas yang ada, peningkatan dan penambahan fasilitas baru serta program piranti lunak yaitu : 1. Mengevaluasi kembali daerah yang termasuk wilayah pelayanan dan menghitung kembali jumlah sampah yang ada untuk dapat melengkapi kekurangan peralatan. 2. Memberi pengarahan dilokasi yang masuk wilayah pelayanan tentang cara-cara pengumpluan sampah yang telah ditetapkan dan himbauan untuk membantu pelaksanaan sistem pengelolaan persampahan. 3. Penjelasan/penerangan kepada masyarakat tentang wajib distribusi untuk kelancaran sistem, perlu disediakan biaya operasional dan pemeliharaan yang memadai. 4. Peningkatan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) baru dan harus beroperasi secara baik. Untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan system pembuangan akhir sampah diarahkan ke Sanitary Landfill, namun apabila belum memungkinkan maka Controlled Landfill merupakan cara pembuangan sampah pada TPA yang minimal harus dapat dilaksanakan. 5. Penambahan fasilitas persampahan untuk memenuhi target pelayanan yaitu : - Bin tong sampah 50 liter - Gerobak - Container 5 m
| 97
Pertirnbangan dalam menyusun dan memprioritaskan program penanganan bidang drainase adalah sebagai berikut : 1. Penanganan yang terpadu dengan sektor terkait (pengendalian banjir, air limbah dan persampahan). 2. Integrasi perencanaan : Master Plan, Outline Plan Drainase dan Keterpaduan Sistem Makro & Mikro. 3. Mendorong dan memberikan fasilitasi terhadap Kota Pontianak dalam pembangunan sarana prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional. 4. Optimalisasi sistem yang ada, rehabilitasi/pemulihan, pengembangan dan pembangunan. 5. Pengurangan tingkat genangan terutama di kawasan strategis 6. Meningkatkan kapasitas pembiayaan pembangunan sarana prasarana drainase dan berbagai sumber pendanaan. 7. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, dunia usaha serta melibatkan peran serta masyarakat. 8. Strategi pengelolaan dengan penyiapan peraturan dan produk hukum untuk penanganan drainase, peningkatan peran serta masyarakat dan garis sepadan saluran. 9. Mendorong dan memberikan fasilitasi terhadap Kota Pontianak dalam pembangunan sarana prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional. Mendorong dan memberikan fasilitasi terhadap Kota Pontianak dalam pembangunan sarana prasarana drainase untuk melancarkan perekonomian regional dan nasional. 10. Pengembangan saluran drainase primer di kawasan perumahan tertentu.
D.
Dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak perlu penambahan perpanjangan pipa atau jaringan serta pengaturan secara teratur, sehingga bisa menjangkau keseluruhan dari penduduk Kota Pontianak.
| 98
| 99