Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ISTRI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI VASEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF WIFE WITH THE CHOICE OF VASECTOMY CONTRACEPCY OF FERTILE SPOUSES

ARTIKEL ILMIAH
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat strata-1 kedokteran umum

FRESADITA NORA KHOTIMA G2A007082

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ISTRI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI VASEKTOMI PADA PASANGAN USIA SUBUR
Fresadita Nora Khotima1, Budi Palarto2, Hari Peni Julianti3 ABSTRAK

Latar belakang: Kontrasepsi vasektomi merupakan salah satu program KB yang diperuntukkan bagi pria, khususnya pada pasangan usia subur. Berdasarkan data BKKBN Jawa Tengah 2009, keikutsertaan pria sangat sedikit, yaitu 0,83%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya motivasi dari pihak keluarga khususnya pengetahuan dan sikap dari istri terhadap kurangnya kepedulian pria dalam keluarga barencana khususnya dalam pemilihan kontrasepsi vasektomi yang merupakan kontrasepsi paling efektif. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel para istri yang masih tergolong dalam kategori usia subur dari pasangan akseptor vasektomi dan non vasektomi yang terdaftar sebagai peserta KB di Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Besar sampel yaitu 34 orang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah diuji validitasnya. Data dianalisis dengan uji Chi square dan Fisher exact test menggunakan SPSS versi 15 for Windows dengan nilai p<0,05. Hasil: Sebanyak 12 responden (35,3%) berpengetahuan baik, 7 responden (20,6%) responden memilih kontrasepsi vasektomi dan sisanya selain vasektomi. Sebanyak 20 responden (58,8%) berpengetahuan cukup dan 2 responden (5,9%) berpengetahuan kurang keduanya tidak memilih kontrasepsi vasektomi. Sebanyak 19 responden (55,9%) memiliki sikap yang baik, 7 responden (20,6%) memilih kontrasepsi vasektomi sedang sisanya selain vasektomi. Sebanyak 15 responden (44,1%) memiliki sikap tidak baik seluruhnya tidak memilih kontrasepsi vasektomi. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,011) istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur. Simpulan: Pengetahuan dan sikap istri berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur. Kata kunci: Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi, Pengetahuan Istri, Sikap Istri.
1 2

Mahasiswa program pendidikan S-1 kedokteran umum FK Undip Staf pengajar Bagian IKM FK Undip

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF WIFE WITH THE CHOICE OF VASECTOMY CONTRACEPCY OF FERTILE SPOUSES
Fresadita Nora Khotima1, Budi Palarto2, Hari Peni Julianti3 ABSTRACT

Background: Vasectomy contraception is one of family planning program which is designed for man, especially on fertile spouses. Based on BKKBN of Central Java at 2009, Husband participation is so few, only 0,83%. This rareness could be influnced by several factors which is motivation from the family and the attitude and knowledge of wife to the carelessness of their husband in choosing vasectomy as their contraception in particular. Method: This was an analytic observasional research with cross-sectional design in which the wives at fertile ages on vasectomy and non-vasectomy acceptor spouses registered in family planning member at Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang city were the samples. There are 34 samples. The data was taken by interviewing the samples using validified questioner. The data was tested using Chi square and Fisher exact method using SPSS for Windows verion 15 with p < 0,05. Result: 12 respondences (35,3%) have good knowledge about vasectomy, 7 respondences (20,6%) choose vasectomy and the rest choose other than vasectomy. 20 respondences (58,8%) have average knowledge about vasectomy and 2 respondences (5,9%) have less knowledge with both categories are not choosing vasectomy. 19 respondences (55,9%) have good attitude towards vasectomy, 7 respondences (20,6%) choose vasectomy and the rest choose otehr than vasectomy. 15 respondences (44,1%) have bad attitude and not choosing vasectomy as their contraception. There is Relation between knowledge (p=0,000) and attitude (p=0,011) of wife with the chioice of vasectomy contracepcy of fertile spouses. Conclusion: knowledge and attitude of wife is related with the chioice of vasectomy contracepcy of fertile spouses. Keywords: the chioice of vasectomy contracepcy of fertile spouses. Knowledge of wife, attitude of wife.
1 2

Undergraduate student, Medical Faculty of Diponegoro University Lecturer, Department of Society Health, Medical Faculty of Diponegoro University

PENDAHULUAN
Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan tahun 2007, jumlah penduduk Indonesia mencapai 224,9 juta dan berada di peringkat ke empat di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan segi kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari Human Development Index (HDI) atau indeks pembangunan manusia di 179 negara di dunia, Indonesia hanya menempati urutan 111, sehingga pertumbuhan penduduk dapat menjadi beban pembangunan.1,2 Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, maka pemerintah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970. Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suamiistri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.1,3,4 Idealnya, penggunaan alat kontrasepsi terlebih bagi pasutri (pasangan suami istri) merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita, sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Selain itu, Indonesia telah lama melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam KB dan kesehatan reproduksi. Melalui peningkatan partisipasi pria dalam progaram KB diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi

dan anak, menurunkan angka kematian ibu dan bayi, mencegah infeksi saluran reproduksi serta panyakit menular seksual, termasuk HIV-AIDS.3,4 Berdasarkan data BKKBN Jawa Tengah 2009, keikutsertaan pria baru mencapai 2,33% meliputi kondom (1,5%), dan vasektomi (0,83%).5 Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang ia inginkan), faktor lingkungan yaitu sosial, budaya, keterbatasan informasi dan aksesabilitas terhadap pelayanan KB pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria. 3,5 Salah satu program KB yang diperuntukkan laki-laki adalah vasektomi yaitu, cara KB yang mantap di mana saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga sperma dari dalam testis tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada saat melakukan hubungan suami istri.6,7 Sejumlah wanita usia subur memang menginginkan anak yang banyak, terutama di masyarakat dimana keluarga miskin tidak mendapat hak-hak keadilan dalam pembagian tanah, sumberdaya, dan perlindungan sosial. Ini karena anakanak akan membantu dan merawat orang tua di masa tua nantinya. Peran perempuan masih terbatas pada pengambilan sikap di dalam keluarga atau urusan domestik keluarga, sedangkan suami masih sebagai pengambil keputusan yang dominan serta mempunyai anggapan bahwa suamilah yang harus dihormati dalam pengambilan keputusan karena sudah berlaku umum dalam masyarakat serta dianut secara turun menurun sebagai kepala keluarga. Tinggi rendahnya pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pengambilan sikap dalam keluarga dimana perempuan yang bekerja membantu ekonomi keluarga yang diharapkan

tidak memprioritaskan pendidikan hanya untuk anak laki-laki saja tetapi memberi kesempatan kepada semua anak baik laki-laki maupun perempuan.8 Oleh karena itu, sangat dibutuhkan suatu motivasi dari pihak keluarga, khususnya pengetahuan dan sikap dari istri terhadap kurangnya kepedulian pria dalam keluarga barencana khusunya dalam pemilihan vasektomi yang merupakan kontrasepsi paling efektif. Untuk itu peneliti mengadakan pengkajian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan selama bulan Maret-Juli 2011 di Keluruhan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Sampel dipilih secara purposive sampling dari para istri dari akseptor vasektomi dan non vasektomi yang terdaftar sebagai peserta KB di Kelurahan Sakayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, masih tergolong dalam usia subur, dan bersedia diikutsertakan dalam penelitian, dibuktikan dengan menandatangani lembar informed consent. Sampel yang dibutuhkan yaitu 34 orang. Materi/alat penelitian yang digunakan adalah wawancara menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya disertai depth interview untuk mencari temuan kualitatifnya.9 Data yang dikumpulkan adalah data mengenai pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi. Data mengenai pengetahuan istri tentang kontrasepsi vasektomi meliputi pengertian, persyaratan, tujuan,

pelaksanaan, komplikasi, indikasi, keunggulan, dan keterbatasan vasektomi. Data mengenai sikap istri adalah data dari sikap istri terhadap kontrasepsi vasektomi. Pengolahan data dan analisis dilakukan dngan menggunakan program SPSS ver. 15 for WINDOWS. Pengujian hipotesis menggunakan uji Chi Square dengan nilai p<0,05.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih kontrasepsi non vasektomi yaitu sebanyak 27 orang (79,4%) dan 7 orang (20,6%) memilih kontrasepsi vasektomi. Hasil penelitian dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemilihan kontrasepsi vasektomi Kontrasepsi yang digunakan Frekuensi Vasektomi 7 Non vasektomi 27 Total 34 Separuh lebih responden memilih kontrasepsi non vasektomi, hal ini % 20,6 79,4 100

diperkuat dengan temuan kualitatif yang menyatakan bahwa responden memilih kontrasepsi non vasektomi karena berKB adalah urusan wanita, bukan pria. Selain itu, terdapat rasa kekhawatiran akan efek samping dari vasektomi.

Sudah jadi tradisi, kalau berKB itu adalah urusan wanita. Jadi, saya lebih memilih saya yang berKB daripada suami, selain itu juga karena suami kerja dan takut kenapa-kenapa nantinya.

Responden yang memilih kontrasepsi vasektomi menyatakan bahwa vasektomi merupakan kontrasepsi yang efektif. Hal ini diperkuat dengan temuan kualitatif yang ditemukan peneliti.

Saya sudah memiliki tiga anak. Saya merasa aman setelah suami saya melakukan vasektomi karena saya tidak hamil walaupun berhubungan badan dengan suami saya pada masa subur.

Tingkat Pengetahuan Istri Pembagian tingkat pengetahuan didasarkan pada jumlah skor benar dari 20 pertanyaan yang diajukan. Responden memiliki tingkat pengetahuan baik jika mendapat skor 16-20, cukup jika mendapat skor 11-15, dan kurang jika mendapat skor 0-10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 orang (35,3%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 20 orang (58,8%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 2 orang (5,9%) mempunyai pengetahuan kurang.

Gambar 17. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

Penjabaran pengetahuan istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Persentase hasil pertanyaan mengenai pengetahuan vasektomi No. 1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. Pertanyaan Pengertian vasektomi Syarat vasektomi Jenis kontrasepsi mantap Tujuan vasektomi Cara pelaksanaan vasektomi Komplikasi vasektomi Indikasi vasektomi Keunggulan vasektomi Keterbatasan vasektomi Jawaban Benar 85 (83,7%) 62 (91,1%) 27 (79,4%) 62 (91,1%) 25 (73,5%) 7 (20,6%) 9 (26,5%) 166 (85,6%) 46 (45,1%)

Salah 17 (16,3%) 6 (9,9%) 7 (20,6%) 6 (9,9%) 9 (26,5%) 27 (79,4%) 25 (73,5%) 28 (14,4%) 56 (54,9%)

Sikap Istri Hasil wawancara menggunakan kuesioner, diketahui responden yang mempunyai sikap baik tentang vasektomi sebanyak 19 orang (55,9%) dan sebanyak 15 orang (44,1%) mempunyai sikap tidak baik tentang vasektomi.

Gambar 18. Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap

Hasil penelitian didapat dari pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan favorable (no. 1,4,5,8) dan unfavorable (no. 2,3,6,7,9,10). Penjabaran sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur seperti pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Persentase hasil pertanyaan mengenai sikap terhadap vasektomi No . Pernyataan Sangat setuju Kontrasepsi vasektomi 6 merupakan kontrasepsi (17,6%) yang murah dan aman Ikut berKB adalah 0 (0%) urusan wanita saja Kotrasepsi mantap adalah cara berKB yang digunakan laki-laki Kontrasepsi vasektomi merupakan KB yang aman dan efektif bagi pasangan usia subur Menjadi akseptor KB harus diputuskan bersama pasangan KB kontrasepsi mantap hanya boleh untuk wanita saja Kontrasepsi vasektomi dapat mengurangi keinginan berhubungan seksual (libido) Pemerintah menganjurkan program KB untuk pria khususnya vasektomi Selain pasangan, 8 (23,5%) 9 (26,7%) Setuju Sikap Raguragu 3 (8,8%) 4 (11,8%) 3 (8,8%) 1 (2,9%)

Tidak setuju 9 (26,5% ) 19 (55,9% ) 3 (8,8%) 2 (5,9%)

1.

2.

3.

4.

16 (47,1% ) 6 (17,6% ) 16 (47,1% ) 19 (55,9% ) 12 (35,3% ) 4 (11,8%) 2 (5,9%)

Sangat tidak setuju 0 (0%)

5 (14,7% ) 4 (11,8% ) 3 (8,8%)

5.

13 (38,2%) 2 (5,9%) 1 (2,9%)

6.

7.

5 4 (14,7% (11,8%) ) 5 20 (14,7% (58,8% ) ) 4 22 (11,8%) (64,7% ) 2 (5,9%) 13 (38,2% ) 11

0 (0%)

3 (8,8%) 5 (14,7% ) 1 (2,9%)

8.

6 (17,6%)

12 (35,3% ) 16

9.

0 (0%)

10.

keluarga juga berhak (17,6%) mengambil keputusan untuk berKB Dalam berKB suami 3 yang berhak mengambil (8,8%) keputusan

(47,1% ) 14 (41,2% ) 0 (0%)

(32,4% ) 13 (38,2% )

(2,9%)

4 (11,8% )

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Istri dengan Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi pada Pasangan Usia Subur Hasil penelitian setelah diuji dengan uji Chi square, menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur. Tabel 4. Analisis hubungan pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur No . 1. 2. Hubungan Hubungan pengetahuan istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur Hubungan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur P 0,000 0,011

Hal ini diperkuat dengan temuan kualitatif yang menyatakan bahwa responden yang memilih kontrasepsi vasektomi karena tidak ada gangguan atau perasaan khawatir saat berhubungan badan dengan suami. Walaupun sudah vasektomi, libido suami saya tetap ada dan sama sekali tidak ada gangguan saat berhubungan badan.

PEMBAHASAN
Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi pada Pasangan Usia Subur Berdasarkan data yang diperoleh hanya 20,6% responden memilih kontrasepsi vasektomi dan 79,4% memilih kontrasepsi selain vasektomi. Keadaan ini mencerminkan bahwa masih tingginya pasangan usia subur yang lebih memilih kontrasepsi selain vasektomi. Hal ini karena adanya persepsi bahwa berKb adalah urusan wanita. Tradisi yang masih melekat bahwa peran perempuan masih terbatas pada pengambilan sikap didalam keluarga atau urusan domestik keluarga, sedangkan suami masih sebagai pengambil keputusan yang dominan serta mempunyai anggapan bahwa suamilah yang harus dihormati dalam pengambilan keputusan karena sudah berlaku umum dalam masyarakat serta dianut secara turun menurun sebagai kepala keluarga. Para responden yang memilih vasektomi sebagian besar merupakan akseptor lama. Hal ini dapat dilihat dari segi umur serta awal mula mereka vasektomi, yaitu dari program pemerintah dengan dibentuknya PKBI Jawa Tengah pada tahun 1969.8 Tingkat Pengetahuan Istri Tentang Kontrasepsi Vasektomi Pembagian tingkat pengetahuan didasarkan pada jumlah skor benar dari 20 pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 35,5%. Responden yang

berpengetahuan baik sebagian besar adalah responden yang memilih vasektomi. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi keinginan untuk memilih vasektomi. Sebanyak 58,8% memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 5,9% mempunyai pengetahuan yang kurang.

Rendahnya pengetahuan tersebut, dapat dilihat dari beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh responden diantaranya pada hal komplikasi dan indikasi. Para responden rata-rata menjawab biaya mahal sebagai komplikasi vasektomi. Mereka menganggap bahwa melakukan vasektomi membutuhkan biaya besar. Padahal jika dibandingkan dengan kondom, vasektomi jauh lebih murah, aman, dan efektif. Vasektomi yang hanya memerlukan biaya operasi dalam satu kali tindakan dan dapat dipakai selamanya sedangkan kondom memerlukan biaya setiap akan memakainya karena hanya dapat digunakan satu kali pakai saja. Selain itu dengan dibentuknya PKBI Jawa Tengah dapat menjadi wadah bagi para pasangan usia subur untuk vasektomi. Dari pertanyaan mengenai indikasi vasektomi, sebagian besar responden menjawab menjarangkan anak, dimana menjarangkan anak sebenarnya bukanlah indikasi utama dari vasektomi. Indikasi utama dari vasektomi adalah tidak menambah anak lagi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan sosial ekonomi, dimana para akseptor vasektomi sudah mengambil keputusan untuk tidak menambah keturunan. Banyak responden yang tidak mengetahui tentang kekurangan vasektomi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebanyak 61,8% responden tidak mengetahui bahwa vasektomi tidak dapat melindungi dari penyakit menular seksual. Selain itu hanya sedikit (26,5%) responden yang mengetahui bahwa selesai operasi tidak dapat langsung berhubungan seks tanpa menggunakan kondom. Kurangnya pengetahuan responden dalam mengetahui keterbatasan vasektomi menjadi salah satu pemicu banyaknya responden yang tidak memilih vasektomi. Salah satu faktor pemicu tersebut dapat dilihat dari pengalaman

responden yang pernah menggunakan vasektomi, mereka mengaku vasektomi yang mereka lakukan gagal karena proses kehamilan tetap dapat terjadi. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasca operasi vasektomi. Sikap Istri Tentang Kontrasepsi Vasektomi Hasil wawancara diketahui bahwa 55,9% responden memiliki sikap yang baik dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi dan 44,1% responden memiliki sikap yang tidak baik dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi. Seluruh responden yang memilih kontrasepsi vasektomi mempunyai sikap yang baik. Responden yang memiliki sikap yang tidak baik adalah responden yang tidak memilih kontrasepsi vasektomi. Hasil penelitian didapat dari pertanyaan yang diajukan kepada responden yang terdiri dari pertanyaan favorable dan unfavorable. Masih adanya sikap responden yang tidak baik terhadap vasektomi dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Salah satunya adalah kepercayaan akan kontrasepsi yang sudah dipakai. Rata-rata para responden sudah yakin dengan kontrasepsi yang mereka pakai lebih efektif dibandingkan vasektomi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).10

Hubungan Pengetahuan Istri dengan Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi pada Pasangan Usia Subur Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan istri dangan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur. Berdasarkan data penelitian didapatkan bahwa dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 12 orang, tujuh diantaranya memilih kontrasepsi vasektomi. Sedang sisanya memilih kontrasepsi selain vasektomi. Pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 20 orang dan kurang sebanyak dua orang memilih kontrasepsi selain vasektomi. Di samping itu, hubungan bermakna antara kedua variabel terlihat dari hasil yang signifikan pada analisa, dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tri Suci Dewi Wati pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap..10 Hubungan Sikap Istri dengan Pemilihan Kontrasepsi Vasektomi pada Pasangan Usia Subur Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 19 responden memiliki sikap yang baik dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi dan 15 responden memiliki sikap yang tidak baik dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi. Seluruh responden yang memilih kontrasepsi vasektomi mempunyai sikap yang baik. Responden yang memiliki sikap yang tidak baik adalah responden yang tidak memilih kontrasepsi vasektomi. Di samping itu,

hubungan bermakna antara kedua variabel terlihat dari hasil yang signifikan pada analisa, dengan nilai p=0,011. Hal ini sesuai dengan penelitian Tri Suci dewi Wati yang menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap dengan pemakaian alat kontrasepsi mantap. Sikap

dapat diartikan sebagai kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu dan sikap dapat bersifat positif maupun negatif. Apabila bersifat positif, maka cenderung akan melakukan tindakan mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Sebaliknya bila bersikap negatif maka cenderung akan melakukan tindakan menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosional memegang peranan penting. Sehingga diharapkan jika sikapnya baik terhadap kontrasepsi vasektomi maka keinginannya untuk ikut menjadi akseptor vasektomi tersebut menjadi meningkat. Hal ini juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan karena pada umumnya responden yang memiliki sikap baik maka pengetahuannya tentang kontrasepsi vasektomi pun baik.10,11

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas didapatkan bahwa sebanyak 20,6% pasangan suami istri di kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang memilih kontrasepsi vasektomi. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur.

Sebagai saran, perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap istri dengan pemilihan kontrasepsi vasektomi pada pasangan usia subur, dengan variasi karakteristik dan lokasi yang lebih luas, sehingga dapat menambah informasi dan selanjutnya dapat menjadi masukan dalam peningkatan pelaksanaan vasektomi di masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh responden di Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, dr. Budi Palarto Suharto, Sp.OG dan dr. Hari Peni Julianti, M.Kes., Sp.KFR sebagai pembimbing, serta tim penguji KTI.

DAFTAR PUSTAKA
1. Geswaty N. Perilaku Akseptor KB Pria terhadap Metode Medis Operasi

Pria (MOP) di Medan Labuhan Tahun 2009. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010. 2. Syarief S. Program Keluarga Berencana di Indonesia. Disajikan dalam

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) I Himpunan Obsetri dan Ginekologi Sosial Indonesia 5 April 2008. Malang: BKKBN; 2008. 3. Saifuddin AB, Affandi B, Baharuddin M, Soekir S, editor. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. 4. Laksmi IKT. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis

Kontrasepsi yang Digunakan Pada Keluarga Miskin. Semarang: Universitas Diponegoro; 2009.

5.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Laporan Hasil

Pemantauan Peserta KB Aktif Melalui Mini Survei Tingkat Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kantor Wilayah Propinsi Jawa Tengah; 2009. 6. Tjokronegoro A, Murtiani AS. Rahasia di Balik Keperkasaan Pria.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2003. 7. Ekarini SMB. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro; 2008. 8. Nuryani S. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Berencana pada Kelompok Ibu di wilayah Puskesmas I Sukoharjo. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009. 9. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2010. 10. Wati TSD. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB dengan

Pemakaian Alat Kontrasepsi Mantap di Desa Tebing Tanjung Selamat Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat 2009. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara; 2010. 11.Jadmiko AW. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Vasektomi di Desa Jeruk Wilayah Kerja Puskesmas Miri Kabupaten Sragen. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.

Anda mungkin juga menyukai