Anda di halaman 1dari 9

Nama NIM Jurusan Kelas

: Febri Walanda : 03111003025 : Teknik Kimia :A

Desalinasi saat ini menjadi salah satu teknologi yang berkembang pesat di dunia water treatment. Desalinasi sendiri merupakan proses untuk menghilangkan kandungan garam di air yang terdiri dari Cation tinggi, seperti air laut. Dengan munculnya beberapa kasus intrusi air laut ke darat / sumur sumur air tanah yang sudah mulai sering terjadi di Indonesia, seperti di wilayah jakarta dan sekitarnya, menjadikan teknologi ini semakin diperhitungkan

keberadaannya. Teknologi desalinasi sendiri sebenarnya sangat berbeda dibandingkan proses water treatment pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada tingkat kesulitan dan kerumitan yang dimiliki, membuat desalinasi dikategorikan sebagai advanced water treatment process. Secara umum terdapat tiga jenis teknologi desalinasi yang umum digunakan di dunia, yaitu Ion Exchanger, Nanofiltration dan Reverse Osmosis. Ion exchanger adalah proses pertukaran ion, dengan menggunakan media Resin. Resin yang berbentuk seperti pasir halus, dimasukkan ke dalam tabung bertekanan, dilewati air. Untuk mendapatkan air yang bebas dari garam, umumnya digunakan dua jenis resin yaitu Strong Acid Cation dan Strong Base Anion. Kedua resin ini dimasukkan ke dalam dua tabung yang berbeda. Reverse osmosis menggunakan membrane semipermeable dalam bentuk spiral wound (seperti bentuk tabung) yang dikombinasikan dengan pompa bertekanan tinggi. Berbeda dengan Ion Exchanger, Reverse Osmosis tidak bisa beroperasi pada 100% recovery. Sistem

Reverse Osmosis umumnya beroperasi pada recovery antara 20% - 90% tergantung kapasitas dan desainnya. Pada recovery 70% dibutuhkan 100 lt air masukkan untuk menghasilkan 70 lt air. Sisa air yang tidak menjadi produk akan dibuang sebagai reject. Sedangkan, Nanofiltration memiliki prinsip kerja yang sama dengan Reverse Osmosis, hanya saja membrane nanofiltration memiliki ukuran pori yang lebih besar daripada Reverse Osmosis.

Tahap Tahap Proses Desalinasi Air Pengambilan Air Laut Tahapan paling awal dalam proses desalinasi adalah pengambilan air laut sebagai bahan baku proses. Metode yang umum dilakukan adalah dengan pemasangan pipa kearah laut hingga jarak beberapa kilometer dari pantai. Hal ini dilakukan untuk memperoleh air laut dengan kualitas baik yang terhindar dari pergerakan sedimen permukaan yang umumnya terjadi pada laut kedalaman dangkal. Laju alir pengambilan air laut dilakukan secara lambat untuk mencegah masuknya biota laut ke dalam pipa.

Metode Pengambilan Air Laut dengan Pipa

Metode diatas menjadi pilihan utama karena kemudahan pemasangan sistem. Namun, dalam hal kinerja, teknik tersebut sangat sensitif dengan perubahan kondisi air laut yang terjadi seiring dengan perubahan musim dan iklim. Pencegahan biota laut untuk masuk ke dalam sistem juga tidak seefektif yang diharapkan.

Pengambilan Air Laut dengan Beach Well Metode alternatif yang sedang ramai diperbincangkan adalah dengan memanfaatkan kondisi geologi lokal pantai untuk menyaring air laut dengan sistem sumur ( beach wells). Dengan metode ini, air laut diekstraksi dari lapisan bawah permukaan (subsurface) pantai. Selain itu, teknologi yang sedang dikembangkan adalah tipe gallery dengan struktur menyerupai penyaringan pasir yang dipasang di permukaan bawah laut (seabed) untuk mendapatkan bahan baku dengan kualitas tinggi. Metode-metode diatas tercakup dalam sistem subsurface intake.

Pengambilan Air Laut dengan Gallery

Pengolahan Awal Pengolahan awal bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku, dalam hal kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama desalinasi. Pengotor yang biasa terkandung dalam air laut mencakup makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan fouling). Teknik yang dilakukan pada umumnya mencakup koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation-flocculation-sedimentation), membrane tekanan rendah (low pressure membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge filter.

Contoh Rangkaian Proses Pengolahan Awal Proses pengolahan awal menjadi kunci penting lancarnya proses desalinasi karena menentukan stabilitas dan kinerja proses dengan semakin tingginya kualitas air umpan. Dari segi ekonomi, proses pengolahan awal terhitung hampir mencapai 30% dari keseluruhan biaya proses. Penghematan biaya dalam proses pengolahan awal sangat mungkin dilakukan dengan aplikasi alternatif pengambilan air laut seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dengan bahan baku yang kualitasnya lebih baik saat, proses pengolahan awal akan lebih ringan sehingga mengurangi konsumsi bahan kimia proses serta mengurangi jumlah peralatan proses dan pada akhirnya menurunan biaya operasional serta meningkatkan performa dan stabilitas proses. Proses Inti

Pada tahapan ini, bahan baku yang telah mengalami pengolahan awal akan mengalami proses penyisihan garam sehingga menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan garamnya, proses desalinasi dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis membran. Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan mendidih pada tekanan rendah sehingga menghasilkan uap air pada temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang mengalami penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian uap, akan dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor. Multistage flash distillation dan multi effect distillation adalah contoh teknologi desalinasi dengan berbasis panas.

Skema Pemisahan Air Laut Berbasis Panas Berbeda halnya pada proses diatas yang menggunakan energi panas untuk pemisahan garam dari air laut, teknologi membran menggunakan energi tekanan. Membran adalah istilah umum untuk saringan tipis yang memfasilitasi pemisahan secara selektif hanya bahan-bahan tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran ini. Tipe membran yang digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus untuk desalinasi, digunakan reverse osmosis (RO) membrane dengan karakter tak berpori yang mampu melakukan pemisahaan pada level ion, termasuk garam dengang komposisi utama ion natrium dan klorida.

Proses Pemisahan dengan Berbagai Tipe Membran Penyaringan dengan membran RO dilakukan dengan cara menekan bahan baku air laut pada permukaan membran sehingga melewatkan air murni pada sisi produk, sementara menahan kandungan garam dan pengotor lainnya ke aliran buangan. Produk air yang dihasilkan sangat murni dengan konsentrasi ion yang sangat rendah. Pengolahan Akhir Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam produk desalinasi perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai dengan

kualitas air minum: rasa menyegarkan dari air berasal dari kandungan mineral. Kandungan ion yang minimal dapat memicu proses korosi pada pipa distribusi karena kecenderungan pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia air tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada aliran produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum. Proses desalinasi air laut hingga saat ini terus berkembang di seluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan mengentaskan permasalahan krisis air. Kegiatan penelitian sangat intensif dilakukan dan menyeluruh pada setiap tahapan proses untuk menjadikan proses ini lebih ramah lingkungan, hemat energi dan murah. Proses ini juga cocok untuk diimplementasikan di Indonesia yang merupakan negara maritime dengan garis pantai yang panjang. Studi mengenai energi yang berujung pada kelayakan ekonomi perlu di lakukan lebih lanjut pada implementasi proses ini.

SUPPLAI AIR UMPAN KETEL

Boiler harus diisi dengan air yang murni, akan tetapi hal ini tidak mungkin diperoleh oleh karena itu ditambah bahan kimia agar dapat dipakai sebagai air umpan boiler. Air umpan Boiler mendekati 1000 C dan tidak kurang dari 900 C. Tujuan pengolahan air Boiler yaitu : 1) Mencegah terjadinya karat (korosi) pada Boiler maupun pipa uap kondensat. 2) Mencegah terbentuknya kerak (Scale) dan lumpur (Sludge) karena hal ini akan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada pipa dan Overheating. 3) Mencegah terjadinya Carry - Over dimana air terikut dengan uap. Carry- Over terjadi antara lain disebabkan oleh factor mekanikal seperti Fluktuasi beban mendadak & besar. Operasi diatas kapasitas (Over Load), permukaan air boiler terlalu tinggi, alat pemisah steam yang kurang baik sedangkan kimiawi seperti kandungan zat padat tersuspensi terlalu tinggi, zat padat terlalu tinggi, alkalinity terlalu tinggi, silica terlalu tinggi dan adanya bahan organic seperti minyak dan lain-lain. 4) Menyempurnakan efisiensi Boiler secara maksimal dan menghemat bahan bakar.

Salah satu faktor yang harus di perhatikan adalah terjadinya korosi di bagian-bagian pipa atau drum Boiler. Dimana gas terlarut terutama oksigen mempunyai factor yang dominan. Untuk menghilangkan Oksigen, air umpan harus dipanaskan sepanas mungkin, tetapi harus disesuaikan dengan kemampuan pompa. Air umpan yang direkomendasikan harus mempunyai temperature sedikitnya 950 C selain itu, hal ini agar mengurangi kejutan panas( Thermal Shock ) jika dipompakan ke Boiler. Air di dalam tanki air umpan harus selalu penuh dan mencukupi untuk 90 menit kapasitas operasi boiler.

Blow Down Air umpan untuk boiler masih banyak mengandung zat-zat yang menyebabkan ketidak murnian( Impurity). Dengan pengolahan air yang tetap, padatan( terlarut atau tak terlarut / Dissolved atau Undissolved ) didalam air boiler akan segera mengendap di pipa atau Boiler dan akan mengumpul secara alami, sedangkan sisanya tersuspensi didalam air. Tujuan Blow Down adalah mencegah padatan terlarut mengendap dengan cara melengket pada permukaan Drum Boiler yang panas, yang kemudian membentuk kerak (Scale). Dengan perlakukan yang tepat dan penambah bahan kimia yang tepat, air Boiler akan berisi padatan halus tersuspensi yang akan mengendap dan membentuk suatu endapan yang mudah bergerak dan bukan suatu lapisan yang mudah melengket. Blow Down adalah metode normal yang digunakan untuk membuang akumulasi padatan tersebut dari Boiler. Jika proporsi padatan (Terlarut dan tak terlarut) yang diperbolehkan terakumulasi melebihi padatan yang diizinkan, akan terjadi pembentukan kerak yang berlebihan dibagian dalam permukaan drum dan kemungkinan terikut dengan steam. Ikut sertanya padatan didalam steam dapat menyebabkan kerusakan terhadap peralatan mesin uap dan alat pindah panas lainnya. Tujuan Blow down adalah tetap mempertahankan proporsi padatan terlarut (Dissolved) dan tak terlarut (Undissolved) di dalam boiler sesuai dengan batas yang telah direkomendasikan. Pengendalian Blow Down dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1) Blow Down yang kontinyu (Continous Blow Down). 2) Blow-Down Otomatis, biasanya mempergunakan suatu timer dan katup Solenoid.

3) Blow-Down secara manual dan berselang, biasanya 4 atau 8 jam. Konsentrasi padatan di dalam Boiler harus secara teratur dimonitor dan tidak boleh melakukan Blow-down hingga kondisi kosong pada saat dinding masih panas atau sedang terjadi pembakaran.

Anda mungkin juga menyukai