Anda di halaman 1dari 6

Biosolubilisasi Batubara: Sumber Energi Terkini, Selamatkan Negeri

Oleh: Agus Maulidan Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati. Air matamu berlinang. Mas intanmu terkenang. Ketika seuntai lirik tersebut terucap oleh mulut dan terdengar oleh telinga, kita seakan berpikir bahwa kalimat tersebut hanyalah satu wujud keindahan musikal tanpa memahami maksud yang sebenarnya. Mencoba untuk membuka mata dan sejenak merenung, lihatlah bahwa Ibu Pertiwi sungguh sedang menangisi keadaannya yang seakan semakin terpuruk dan harus mengemis demi sepercik kehidupan. Padahal ketika kita beranjak kepada bait yang selanjutnya, Hutan, gunung, sawah, lautan simpanan kekayaan. telah secara gamblang menyebutkan sejuta harta milik Ibu Pertiwi. Berbicara tentang masalah yang sedang dihadapi oleh Ibu Pertiwi, negara Indonesia yang tercinta ini, seakan-akan terus berlarut dan tidak pernah menemukan satu titik temu pada sebuah solusi mutakhir untuk menyelesaikannya. Masalah terbesar yang muncul dan terus membukit saat ini adalah krisis energi. Sedikit berimajinasi, seumpama eksistensi energi di bumi ini hilang seketika, apa yang akan terjadi? Segala hal yang hidup dan beroperasi akan mati. Tidak ada lagi penerangan, tidak ada lagi sumber listrik, tidak ada lagi sarana transportasi, bahkan kehidupan manusia juga akan menghilang. Pada hakikatnya, masalah krisis energi tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Seluruh negara di dunia sedang dihadapkan pada kenyataan bahwa sumber energi utama yang selama ini menjadi ujung tombak kehidupan umat manusia, tidak dapat mencukupi kebutuhan untuk beberapa tahun yang akan datang. Namun, satu hal yang menjadi sorotan utama bagi negara Indonesia adalah bahwa negara ini tidak seharusnya terambau pada masalah ini. Jika minyak bumi akan habis dalam lima puluh, dua puluh, atau bahkan sepuluh tahun ke depan, lantas Indonesia masih dapat hidup dengan kemampuan dirinya sendiri tanpa harus mengemis kehidupan dari negara lain. Indonesia memiliki kekayaan alam yang teramat melimpah, termasuk sumber daya yang bisa menjadi sumber energi masa kini dan masa depan dengan

tingkat efektivitas serta efisiensi yang tinggi. Salah satu dari potensi tersebut adalah batubara. Sumber daya dan cadangan batubara di Indonesia tersebar di 20 provinsi dengan berbagai kualitas dan tingkat produksi. Berdasarkan data dari Tim Kajian Batubara Nasional, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), maupun untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Dari sumber data yang sama, dikatakan bahwa produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun 1992 tercatat sebesar 22,951 juta ton, dan naik menjadi 151,594 juta ton pada tahun 2005, atau naik rata-rata 15,68% per tahun. Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti

kecenderungan tersebut, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat menjadi sekitar 628 juta ton. Berdasarkan data dari World Coal Institute tahun 2009, batubara dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, seperti: antrasit, bituminus,

subbituminus, dan lignit. Antrasit dan bituminus termasuk batubara tingkat tinggi, sedangkan subbituminus dan lignit termasuk batubara tingkat rendah. Batubara tingkat tinggi berarti bahwa batubara jenis ini mempunyai nilai kalori tinggi dan akan menghasilkan energi yang cukup besar ketika dibakar. Sebaliknya, batubara tingkat rendah mempunyai nilai kalori yang rendah pula. Cadangan batubara Indonesia didominasi oleh kandungan lignit (nilai kalori rendah) yang mencapai 59%, sedangkan kandungan subbituminus, bituminus dan antrasit yang nilai kalorinya lebih tinggi hanya di bawah 30% (Sugoro dkk., 2011). Batubara jenis kalori rendah seperti lignit merupakan batubara yang kurang ekonomis karena memiliki kadar air yang sangat tinggi, yaitu mencapai 45% (Speight, 2005), nilai kalor di bawah 5000 kkal/kg (Speight, 2005) serta kandungan abu yang tinggi. Jika selama ini masyarakat beranggapan bahwa penggunaan batubara sebagai sumber energi hanya efektif untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sedangkan sumber energi utama saat ini hanya Bahan Bakar Minyak (BBM), maka terdapat suatu teknologi mutakhir yang dinamakan biosolubilisasi batubara untuk mengonversi atau mencairkan batubara layaknya Bahan Bakar Minyak (BBM).

Biosolubilisasi batubara merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencairkan batubara dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi operasi dan teknologi tertentu. Mikroorganisme yang digunakan berfungsi untuk

mendegradasi atau menguraikan batubara. Ketika kita mengetahui bahwa batubara di Indonesia merupakan batubara jenis liginit yang berkualitas rendah, maka proses biosolubilisasi dapat mengurangi kandungan air pada batubara setelah proses pencairan dan meningkatkan nilai kalori batubara. Mikroorganisme yang umumnya digunakan untuk proses biosolubilisasi lignit merupakan mikoorganisme berfilamen yang biasanya ditemukan di tanah atau pohon pada daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah kapang karena sifat metabolismenya (saprofit) dan umumnya memiliki enzim pendegradasi lignin yang merupakan komponen pembentuk batubara (Sugoro dkk., 2010). Biosolubilisasi batubara lignit akan memanfaatkan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme akan dikembangbiakkan dengan batubara sebagai medium dan enzim dari mikroorganisme tersebut akan diserap (diadsorp) ke bagian permukaan batubara. Selanjutnya, enzim akan mulai menguraikan lignit secara perlahan-lahan hingga akhirnya mencair. Produk dari biosolubilisasi batubara berupa senyawa kompleks yang terkandung dalam produk cairan dan biasanya didominasi oleh senyawa aromatik (Wadhwa dan Sharma, 1998). Senyawa hasil biosolubilisasi lignit tersebut larut dalam metanol dan sangat larut dalam air (Cohen dkk., 1990). Sebenarnya, proses pencairan batubara telah ditemukan sejak lama. Akan tetapi, proses likufaksi atau pencairan yang umum digunakan adalah pencairan dengan memanfaatkan temperatur tinggi. Sedangkan proses pencairan batubara dengan memanfaatkan mikroorganisme, masih tergolong baru dan langka terutama di Indonesia. Proses biosolubilisasi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan proses likuifaksi termal (pencairan batubara dengan temperatur tinggi). Pertama, biosolubilisasi dapat dilaksanakan pada kondisi suhu dan tekanan atmosfer sehingga akan lebih praktis dalam menentukan kondisi operasi proses, serta tidak memerlukan peralatan tambahan untuk menaikkan temperatur dan tekanan. Kedua, mikroba tidak membutuhkan energi eksternal

hidrogen untuk membentuk lignit tersolubilisasi yang secara otomatis ikut berkontribusi dalam penghematan energi produksi. Ketiga, mikroba akan menyerap kandungan air pada batubara sehingga kualitas batubara akan meningkat. Terakhir, produk hasil biosolubilisasi tidak mengandung SOx dan NOx sehingga tidak mencemari lingkungan (Sugoro dkk., 2011). Dengan demikian, teknologi ini ikut berkontribusi dalam pengurangan pencemaran udara yang juga menjadi masalah bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal krusial lain yang menjadi komponen utama dari penerapan teknologi ini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Jika melihat kenyataan yang terjadi saat ini, Indonesia hanya sekedar berlabelkan negara dengan sejuta potensi Sumber Daya Alam. Namun, pada kenyataannya pihak asing berkuasa atas kekayaan tersebut. Inilah saatnya, Indonesia perlu bangkit dari keterpurukan, menggunakan amunisi-amunisi utama yang ditunjukkan dengan pergerakan para pemudanya. Agent of change, agen-agen perubahan yang siap membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri dan berdikari. Insinyur bioproses misalnya, memiliki peran besar dalam pengembangan teknologi biosolubilisasi batubara. Jika kita lihat, industri bioproses masih tergolong langka di Indonesia. Pengembangan teknologi biosolubilisasi batubara dalam skala besar yang tentu saja membutuhkan industri berbasis bioreaktor, diharapkan ikut mendorong dan memotivasi masyarakat Indonesia untuk lebih inovatif terutama dalam pengembangan industri-industri bioproses. Percayalah bahwa pemuda-pemuda terdidik dan terlatih bentukan negara ini, bisa membawa Indonesia terlepas dari cengkeraman pihak asing. Teknologi biosolubilisasi batubara ini juga akan menjawab tantangan yang tertuang pada Instruksi Presiden No 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan sebagai Bahan Bakar Lain, yang telah mengamanatkan untuk merealisasikan pembangunan pabrik pencairan batubara di tanah air, serta memanfaatkan produk berupa BBM dari hasil pencairan batubara tersebut. Hal ini terkait dengan pembatasan ekspor batubara mentah dan keinginan Indonesia untuk bisa menemukan energi alternatif setara BBM demi kemandirian bangsa.

Bercermin kepada tujuan NKRI dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 alinea keempat, ...dan untuk memajukan kesejahteraan umum,... serta penjelasan pasal 33 dan 34 yang menghendaki adanya demokrasi ekonomi sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state), maka teknologi biosolubilisasi batubara akan menjadi jalan keluar sekaligus tantangan besar bagi Indonesia. Banyak faedah dari teknologi tersebut yang telah diuraikan di atas. Manusia bukanlah makhluk yang singkat akal untuk bertumpu pada satu jalan keluar dan mengabaikan jalan keluar lainnya. Berikut ini potongan larik puisi berjudul Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini karya Taufik Ismail. Tidak ada pilihan lain Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran Duli Tuanku ? Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus ....

Tidak ada pilihan lain bagi kita, selain bergerak maju membawa bangsa dan negara ini ke depan gerbang kemandirian. Kewajiban memberikan keyakinan kepada Ibu Pertiwi untuk bisa kokoh berdiri di atas kakinya sendiri. Indonesia yang mandiri energi, biosolubilisasi batubara sebagai penyelamat negeri.

Biodata Penulis A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap 2 Jenis Kelamin 3 Program Studi 4 Perguruan Tinggi 5 Tempat dan Tanggal Lahir 6 Nomor Telepon/HP 7 Email B. Riwayat Pendidikan SD SD Negeri 08 Pontianak SD Negeri 39 Pontianak 2000-2003 2003-2006 SMP SMP Negeri 3 Pontianak 2006-2009 SMA SMA Negeri 1 Pontianak IPA 2009-2012

Agus Maulidan Laki-Laki Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung Sambas, 18 Agustus 1994 085751480174 maulidan.agus@yahoo.co.id

Nama Institusi Jurusan Tahun Masuk Lulus

Anda mungkin juga menyukai