ml/l, 2.5 ml/l, 5 ml/l, 7.5 ml/l, 10 ml/l, 12.5 ml/l, 15 ml/l,
dan 20 ml/l yang kemudian diteteskan masing-masing
sebanyak 5 tetes pada 10 biji Vigna radiata selama 2
minggu. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
perkecambahan dan pertumbuhan biji Vigna radiata
masih dapat terus terjadi meskipun diberikan
perlakuan berupa penetesan ekstrak alelopati dalam
konsentrasi yang paling tinggi.
Kata Kunci
perkecambahan,
Lantana
camara,
interaksi,
alelopati,
I. PENDAHULUAN
Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi
tumbuhan yang mencapai klimaks dan mampu hidup di
tempat tersebut. Kegiatan anggota komunitas tergantung
penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor fisik dan
biotik yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian pada
suatu komunitas, pengendali kehadiran spesies dapat
berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga
sifat fisik habitat. Namun tidak ada batas yang jelas antara
keduanya, sebab keduanya dapat beroperasi bersama-sama
atau saling mempengaruhi [1].
Alelopati didefinisikan sebagai pengaruh langsung
ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap
tumbuhan lainnya, termasuk mikroorganisme, baik bersifat
positif
(berupa
perangsangan),
maupun
negatif/penghambatan terhadap pertumbuhan, melalui
pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya [2]. Pada suatu
agroekosistem, senyawa alelopati kemungkinan dapat
dihasilkan oleh gulma, tanaman pangan, dan hortikultura
(semusim), tanaman berkayu, residu dari tanaman dan
gulma, serta mikroorganisme. Alelopati dari tanaman dan
gulma dapat dikeluarkan dalam bentuk eksudat dari akar
dan serbuk sari, luruhan organ (decomposition), senyawa
yang menguap (volatile) dari daun, batang, dan akar, serta
melalui pencucian (leaching) dari organ bagian luar [3].
Senyawa metabolit sekunder seperti fenolik, terpenoid,
alkaloid, steroid, poliasetilena, dan minyak esensial
memiliki aktivitas alelopati. Senyawa fenolik dengan
kelarutan dalam air tinggi dilaporkan memiliki aktivitas
alelopati yang rendah. Sebaliknya senyawa fenolik dengan
kelarutan dalam air rendah memiliki aktivitas alelopati
yang tinggi [2].
Pembenihan
Sebagai persiapan perkecambahan kacang hijau, dua
botol bekas air mineral 1.5 l dipotong salah satu bagiannya
hingga terbentuk kolom. Kolom diisi dengan kapas lemak
yang telah dibasahi secukupnya. Kapas lemak berfungsi
sebagai medium perkecambahan dan pertumbuhan biji
kacang hijau. Biji kacang hijau yang telah direndam selama
24 jam, sebagai upaya untuk untuk memecah masa
dormansi biji kacang hijau, kemudian ditanam pada wadah
botol dengan media tanam kapas lemak. Dua wadah bekas
air mineral masing-masing ditanami lima biji kacang hijau
pada jarak yang seragam. Selanjutnya, ke-10 biji pada dua
wadah bekas air mineral ditetesi dengan ekstrak alelopati
berbagai konsentrasi sebanyak lima tetes selama dua
minggu dan diamati variabel pertumbuhan berupa tinggi
tanaman, jumlah daun, serta luas daun.
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan
biji yang berukuran lebih kecil. Cadangan makanan
yang terkandung di dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada
saat perkecambahan [6]. Berat benih berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah
3
pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat
dipanen (Blackman 1992, dalam Sutopo, 2002)
c.
Dormansi
Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal
berkecambah ketika berada dalam kondisi yang
secara normal baik untuk berkecambah, seperti
kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang
sesuai [7].
d.
Penghambat perkecambahan
Penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di
permukaan benih, adanya larutan dengan nilai
osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat
lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi
[8].
Faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan
antara lain:
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat
benih, terutama kulit pelindungnya dan jumlah air
yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan
jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
pada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air
turut dipengaruhi oleh suhu. Benih memiliki
kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia.
Pada kondisi media yang terlalu basah akan dapat
menghambat aerasi dan merangsang timbulnya
penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau
bakteri [6].
b. Suhu
Biji membutuhkan suhu optimal untuk mengadakan
perkecambahan
benih
dimana
presentase
perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada
kisaran suhu antara 26.5-35oC [6].
c.
Oksigen
Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
menghambat proses perkecambahan benih [6].
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi
dan dipengaruhi oleh suhu, mikroorganisme yang
terdapat dalam benih [9].
d.
Cahaya
Pengaruh
cahaya
terhadap
perkecambahan
tergantung pada intensitas cahaya, kualits cahaya,
lamanya penyinaran [5].
e.
Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah
memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan beba dari organisme
penyebab penyakit, terutama cendawan [6].
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
Schmidt, 2002
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi
Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi
Kuswanto, H. 1996. Dasar-dasar Teknologi Produksi dan Sertifikasi
Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi
4
[10] Djazuli Muhammad. 2011. Alelopati Pada Beberapa Tana m a n
Perke bun a n Dan Teknik Penge n dalian Serta Prospe k
Pemanfaatan n y a.
[11] Odum, Eugene. P. 1995. Dasar-Dasar Ekologi. UGM Press :
Yogyakarta
[12] Einhellig. 1995. Allelopathy Organism, Processes and Applications.
American Chemical Society : Washington DC.
[13] Panbiru. 1979. Alelopati pada beberapa macam tanaman di Tanah
Kering. IPB Press. Bogor.