Anda di halaman 1dari 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kondisi Lingkungan Menurut Soemarwoto (2001), lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Menurut Riyadi (1976) Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu. kemudian Anshoriy Ch dan Sudarsono (2008) memberikan pemaparan bahwa lingkungan itu adalah suatu sistem yang kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Tanda-tanda dilampaui daya dukung lingkungan adalah kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan terjadi di kota maupun desa, kerusakan di lingkungan kota antara lain : 1. Migrasi penduduk merupakan salah satu mekanisme untuk menjaga agar kepadatan penduduk tidak melampaui daya dukung lingkungan suatu daerah. 2. Menurunnya sanitasi disebabkan oleh naiknya kepadatan penduduk, jumlah rumah menjadi tidak cukup dan orang membangun rumah yang sangat sederhana yang sering tidak dapat disebut sebagai rumah dan ada yang bermukim di bawah jembatan. Tempat permukiman yang demikian tentulah tidak manusiawi, rumah itu tidak mempunyai jamban, sumber air bersih dan tempat pembuangan sampah. 3. Penurunan sanitasi dan tidak tersedianya air minum yang bersih, mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit kolera secara berkala. Orang menggunakan air sungai yang tercemar untuk mandi, cuci mulut dan cuci piring.

4. Epidemi penyakit yang ditularkan oleh hewan juga mudah terjadi, misalnya demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. 5. Masalah lain adalah banjir, menaiknya jumlah penduduk memerlukan bertambahnya rumah, kenaikan kebutuhan akan perumahan yang deserti oleh belum diindahkannya peraturan dan masih rendahnya kesadaran lingkungan, mengakibatkan makin berkurangnya luas jalur hijau dan taman. Maka permukaan tanah yang kedap terhadap air pun bertambah, sehingga makin sedikit air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah. Sementara itu di daerah hulu sungai banyak hutan yang mengalami kerusakan akibatnya waktu hujan air di sungai debitnya cepat naik. 2.2 Kualitas air Kualitas air sungai merupakan cerminan dari kegiatan yang berada dalam DAS yang meliputi kegiatan industri, komersial dan domestik. Kualitas air terutama juga dipengaruhi oleh debit sungai. Dimusim penghujan disebabkan oleh debit sungai yang relatif besar konsentrasi konstituen/zat menjadi lebih kecil dan sebaliknya dimusim kemarau karena debit sungai yang relative kecil menyebabkan konsentrasi/zat menjadi lebih besar (Rizal, 2009). 2.3 Perubahan Kualitas air Perubahan kualitas air karena polutan merupakan fenomena sebab akibat. Masuknya air limbah ke dalam air sungai dapat menurunkan kualitas air sungai yang bersangkutan. Penurunan kualitas tersebut disebabkan oleh kandungan polutan dalam air limbah yang dibuang ke dalamnya. Struktur parameter kualitas air limbah berbeda dengan parameter kualitas air. Kualitas air limbah diindikasikan hanya oleh parameter-parameter yang ditenggang keberadaannya.

2.4 Parameter Kualitas Air Sungai Kualitas air sungai sangat tergantung dari komponen penyusunnya, dan juga banyak juga dipengaruhi oleh masukan komponen yang berasal dari pemukiman disekitarnya. Komponen limbah domestic permukiman tersebut banyak mengandung bakteri, virus dan berbagai macam parasit patogen. Kualitas air sungai dipengaruhi oleh beberapa parameter pencemaran yang berasal dari buangan (limbah) yaitu diantaranya : a. Suhu b. Kekeruhan c. Warna, bau dan rasa d. Bahan padat total e. Daya Hantar Listrik (DHL) f. Kandungan besi g. Derajat keasaman (pH) h. Oksigen terlarut (DO) i. Biological Oxygen Demand (BOD) j. Chemical Oxygen Demand (COD) k. Nutrient l. Logam berat m. Faecal Colifora 2.5 Pencemaran Air Sungai Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Organisme plnakton yang hidup diperairan terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton mempunyai bakteri, sedangkan zooplankton mempunyai

karakteristik seperti hewan termasuk diantaranya adalah organisme yang

tergolong protozoa, cladocerans, dan copepoda. Fitoplankton menghasilkan energi melalui proses potosintesis menggunakan bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Zooplankton adalah konsumen pertama yang memperoleh energi dan makanan dari fitoplankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Tanjung, 1993). Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Dan berfungsi sebagi tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated benefical water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya. Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk. membuktikan apakah air itu layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional, maupun standar perusahaan. Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indanesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwu mutu air telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegiatan tersebut.

2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air. Pembudidayaan ikan air tawar. peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai