Anda di halaman 1dari 2

1. 1. Penyakit Hawar Bakteri Hawar bakteri pada singkong di jawa sudah diketahui sejak lama.

Sebenarnya tahun 1974 rupanya penyakit Bogor. Pada tahun 1974 ternyata penyakit menimbulkan banyak kerusakan pada tanaman singkong di kebun percobaan yang terdapat di Lampung. Sampai saat ini data yang pasti mengenai besarnya kerugian belum tersedia, meskipun pernah dilaporkan adanya kerugian besar karena penyakit ini di Lampung pada tahun 1980. gambar 1 gejala hawar bakteri Hawar bakteri merupakan penyakit yang terpenting pada tanaman singkong di banyak negara. Penyakit ini umum terdapat di negara-negara penanam singkong di Asia, Afrika, dan Amerika latin. Besarnya kerugian tergantung dari keadaan setempat, termaksuk tingkat ketahanan tanaman. Pada tanaman yang rentan, jika keadaan membantu penyakit, kerugian dapat mencapai 90 -100%. Namun di indonesia sendiri penyakit tersebut belum banyak diteliti. Penyakit ini banyak di teliti oleh Afrika, dan Amerika Latin. Gejala pada daun terdapat bercak kebasah-basahan, bentuknya tidak teratur , bersudut-sudut (angular), dikelilingi oleh daerah hijau tua. Gejala meluas dengan cepat dan warna bercak menjadi coklat muda, mengeriput, dan menyebabkan daun layu. Seterunya seluruh daun layu dan rontok. Bakteri menyebar dari suatu tempat ke tempat lain terutama karena terbawa dalam stek yang terinfeksi. Dengan stek ini bakteri terbawa dari musim ke musim. Bakteri ini dapat terbawa oleh tanah dengan penggarapan tanah, diperkirakan infeksi lewat tanah kurang memegang peran. Selain itu alat-alat pertanian yang terkontaminasi dapat menyebarkan bakteri, misalnya pisau yang digunakan untuk memotong stek. Selain itu bakteri terpencar oleh percikan air hujan, terutama dari getah yang keluar dari batang dan daun sakit. Manusia, hewan terbak, dan serangga dapat menularkan bakteri. Agar bakteri dapat mengadakan infeksi diperlukan udara dengan kelembaban jenuh selama 12 jam. Pada musim hujan jumlah bercak pada daun sangat meningkat. Jenis-jenis ubi kayu mempunyai tingkat ketahan yang berbeda terhadap hawar bakteri. Ketahanan ini disebabkan oleh karena ada 3 kemungkinan : bakteri terhambat penetrasinya, bakteri tidak dapat meluas secara sistemik dan tanaman bereaksi terhadap bakteri dengan cara hipersensitif. Di afrika penyebab penyakit lebih banyak terdapat di tanah berpasir yang miskin unsur hara. Pemupukan NPK yang optimum dapat mengurangi beratnya penyakit. Di Indonesia terbukti banwa pemupukan NPK dan bahan organik meningkatkan ketahan tumbuhan. Penyakit dibantu oleh curah hujan , karena curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri. Intensitas penyakit tertinggi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau. Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah sekitar 300 C. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hawar bakteri ialah penanaman jenis tahan, pemakaian stek yang diambil dari tanaman yang benar benar sehat, melaksanakan pergiliran tanaman, pemangkasan bagian tanaman di atas tanah dapat mengurangi pemecaran

penyakit, khususnya pada tanaman yang mempunyai ketahanan tinggi atau sedang, dan pertahan belum terinfeksi berat. Kemudian cara yang berikutnya ialah membuat bibit sehat dengan mengakarkan ujung-ujung batang. Ujung-ujung batang akan tetap dari bakteri meskipun tanamannya terinfeksi berat.

Anda mungkin juga menyukai