Anda di halaman 1dari 7

Kehamilan tak diinginkan (KTD) merupakan suatu masalah pokok yang masih menjadi sorotan dalam dunia kesehatan.

Kejadian tersebut terjadi pada 38% dari seluruh wanita yang hamil, di mana angka kehamilan diperkirakan sebesar !! juta per tahunnya. 3!% wanita yang mengalami hal tersebut menghentikan kehamilannya dengan sengaja, di mana "!% dengan #ara tidak aman yang menyumbang $!% angka kematian ibu. %ronisnya, $3% kehamilan tak diinginkan tersebut terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi, di mana mayoritas sebesar & terjadi pada wanita di atas usia ! tahun berdasarkan Journal of the American Medical Association. 'enurut Kepala (adan Koordinasi Keluarga (eren#ana )asional ((KK() *usat) dr. +ugiri +yarie,, '*-, kasus kegagalan penggunaan alat kontrasepsi masih terjadi di %ndonesia. )amun, menurutnya, kegagalan tersebut masih dalam tara, wajar. .al tersebut dikarenakan. selain alat/alat tersebut di#iptakan oleh manusia yang angka keberhasilannya tidak mungkin men#apai angka 0!!%, tingkat kegagalan juga masih berada di bawah standar internasional. 'isalnya saja, untuk program K( suntik, tingkat kegagalannya sebesar %, sedangkan standar internasional sebesar $ %. +e#ara keseluruhan, tingkat kegagalan alat kontrasepsi di %ndonesia sebesar !, %. .ingga bulan 1uni !!2, kegagalan penggunaan %3D sebesar $04 kasus dan kegagalan metode operasi wanita ('56) sebesar 08! kasus. -pabila dibandingkan dengan population at risk, presentase kegagalan '56 se#ara nasional adalah !,!0$ persen atau 0$ kasus kegagalan pada setiap seratus ribu pemakaian '56. Penyebab Kegagalan Metode Kontrasepsi Kegagalan metode kontrasepsi ber7ariasi berdasarkan metode dari masing/masing alat. *emilihan alat yang tepat tentu saja memberi peluang keberhasilan yang lebih besar. Kegagalan metode kontrasepsi dapat diakibatkan oleh mal,ungsi natural dari metode tersebut. +elain itu, penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan metode jangka panjang membantu meminimalisasi kemungkinan kesalahan pada penggunaan (user error). 'etode/metode ini (Depo Provera Injections, Implanon implants, %3D, dan sterilisasi) memperke#il kemungkinan kegagalan metode kontrasepsi. Tabel di bawah ini menunjukkan angka kegagalan berbagai metode kontrasepsi. Kolom 8*enggunaan +empurna9 menunjukkan angka kehamilan yang terjadi apabila metode tersebut digunakan se#ara konsisten, benar penggunaannya, serta tepat pada waktunya. +edangkan kolum 8*enggunaan Tipikal9 menunjukkan angka kehamilan yang terjadi pada penggunaan metode tersebut dalam kehidupan nyata, aktual, penggunaan hari ke hari pada hampir semua pengguna serta masuk pada perhitungan di mana metode tersebut digunakan se#ara tida benar dan tidak konsisten. 'etode Kontrasepsi *enggunaan +empurna (%) Tanpa -lat Kontrasepsi 8$ Consistent Abstinence ! *enggunaan Tipikal (%) 8$ !

Edited by Foxit Reader Copyright(C) by Foxit Software Company,2005-2007 For Evaluation Only.

:igasi Tubal ;asektomi %njeksi Depo *ro7era 'ini/*ills (*il *rogestin) %3D *il Kontrasepsi 5ral Koyo Kontrasepsi (5rtho =7ra) >in#in ;aginal .ormonal Kondom ? *ria Kondom ? 6anita Dia,ragma dengan +permisida 6ithdraal 'etode Kepekaan 'asa +ubur +permisida

!. !.0 !.3 !.$ !.4 < 0.$ !.0 !.0 !.0 3 $ 4 " /3 4

!." !.0$ !.3 $ !.8 < $ / / 0" 0 ! 02 $ 4

(%) ? 1umlah kehamilan dari 0!! wanita dalam satu tahun +umber ? +#hi,,ert .ealth >enter < @e7isi terakhir -gustus !!2 (erikut ini merupakan penyebab kegagalan metode kontrasepsi yang disebabkan oleh pihak pengguna (user error) ? Cara penggunaan alat kontrasepsi yang tidak tepat.

6aktu pengkonsumsian kontrasepsi oral yang salah. >ara pemakaian kondom yang tidak benar. 6anita yang memakai dia,ragma atau cervical cap perlu meyakini bahwa ser7iks sudah sepenuhnya tertutup sebelum melakukan konsepsi. *engguna %3D harus memastikan bahwa alat berada tepat pada tempatnya setiap bulan

Penggunaan metode kontrasepsi yang tidak konsisten.


:upa untuk mengonsumsi 0 pil K( se#ara signi,ikan memperbesar kemungkinan untuk hamil 'etode barier seperti kondom, #er7i#al #aps, dan dia,ragma harus digunaan pada setiap hubungan seksual

Kerusakan pada alat kontrasepsi

'isanya saja pada kondom. @obekan ke#il, penggunaan lubrikan berbahan dasar air yang tidak adekuat, penggunaan kondom yang sudah kadaluarsa, serta penyimpanan yang tidak tepat. +elalu pastikan penggunaaan spermisida 7aginal untuk mengurangi kegagalan.

Penggunaan obat yang kemungkinan berinteraksi dengan metode kontrasepsi oral.

*erhatikan obat apa saja yang dikonsumsi sewaktu menggunakan kontrasepsi oral, karena mungkin saja terjadi interaksi yang mengurangi ke,ekti7itasan dari pil kontrasepsi tersebut.

Pemahaman yang salah akan melakukan hubungan seks pada selain masa subur tidak menyebabkan kehamilan.

Berdasarkan riset National Institute of Environmental Health di mana mereka menemukan kemungkinan kehamilan pada setiap harinya.

Peranan !emografi pada Kegagalan Metode Kontrasepsi

+tatus *erkawinan ?

0A% pada wanita yang belum menikah, kegagalan terjadi pada satu tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi

3sia ?

04 % remaja (usia di bawah 02 tahun) dan 03% pada wanita berusia !/ " tahun pada satu tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi

*enghasilan ?

-ngka kegagalan kontrasepsi lebih tinggi pada wanita berpenghasilan rendah. 'ereka yang dengan penghasilan di bawah !!% dari garis kemiskinan memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami kegagalan kontrasepsi. "kibat Kegagalan Metode Kontrasepsi -pabila kehamilan tidak diinginkan tetap terjadi akibat kegagalan metode kontrasepsi, sebaiknya kehamilan tetap diteruskan, ke#uali janin mengalami ke#a#atan. .al tersebut disampaikan oleh dr. -mang +urya *riyanto +p5B. %a juga menambahkan, apabila ke#a#atan terjadi, hal tersebut bukanlah pengaruh dari alat kontrasepsi tetapi ada penyebab lainnya. 'isalnya, kurangnya nutrisi dan pengkonsumsian jamu atau obat/ obatan tertentu.

Kegagalan dalam penggunaan %3D yang berujung kehamilan, dapat terus digunakan hingga proses kelahiran. Karena apabila %3D dilepas, akan memi#u perdarahan yang tentunya akan membahayakan janin dan ibu. %3D berada di luar selaput dan #airan ketuban jadi tidak akan mengganggu proses kehamilan hingga kelahiran. #eferensi $ 0. Trierweiler, K.? .ow #lini#ians #an promote e,,e#ti7e #ontra#epti7e pra#ti#e. Contraceptive Failure >olorado Department o, *ubli# .ealth and =n7ironment, !!!. . +ta#ey, Dawn '.=d, :'.>.? About.com ! Contraception "hat #eads to Contraception Failure, !!2. 3. Kegagalan Kontrasepsi 'asih di (awah +tandar %nternasional www.bkkbn.go.id, !!2 ". >orn,orth, Tra#ee. About.com ! "omen$s %ealth & Causes of Contraceptive Failure '(() $. Kompas? Kesehatan ? 38% *ehamilan +idak Diin,inkan. 1akarta, +abtu 0$ Cebruari !!8 4. Blei, D.? 'easuring #ontra#epti7e use patterns among teenage and adult women. Famil- Plannin, Perspectives, 0222D 30( )? A3<8!.

Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di %ndonesia saat ini, masih perlu ditingkatkan guna men#egah terjadinya ledakan penduduk di %ndonesia pada tahun !0$. +aat ini, ledakan penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang mun#ul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warming, keterpurukan ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun !0$, mendorong pemerintah %ndonesia membuat beberapa kebijakan penting. +ebab, penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas yang memadai, justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Di %ndonesia, program pembangunan nasional, Keluarga (eren#ana (K() mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia %ndonesia sejahtera, disamping program pendidikan dan kesehatan. Data (KK() terkini ( !!A) menyebutkan, penduduk %ndonesia berjumlah sekitar ",2 juta dan merupakan keempat terbanyak di dunia. (erdasarkan kuantitasnya, penduduk %ndonesia tergolong sangat besar. )amun dari segi kualitasnya, masih memprihatinkan dan tertinggal dibandingkan negara -+=-) lainnya. .asil sementara +ur7ey Demogra,i dan Kesehatan %ndonesia (+DK%) tahun !!A menyebutkan, saat ini sebanyak 32 persen wanita %ndonesia usia produkti, yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan sebaran "! persen di pedesaan dan 3A persen di perkotaan. 3paya/upaya pemerintah untuk terus mengkampanyekan pentingnya K(

sudah dilaksanakan sejak lama, dan saat ini dire7italisasi dengan mengikutsertakan semua pihak, termasuk peran swasta dan indi7idu. Tingkat *emakai -lat Kontrasepsi atau >ontra#epti7e *re7alen#e @ate (>*@) di %ndonesia dari tahun ke tahun #enderung menurun. +ebagai suatu kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan ,isik dan sosial. +ebagai kebutuhan ,isik, kontrasepsi memiliki peranan dalam setiap ,ase reproduksi, yaitu untuk menunda kehamilan, menjarangkan serta men#egah kehamilan. +edangkan sebagai kebutuhan sosial, kontrasepsi terkait dengan upaya mewujudkan program pembangunan suatu negara. Kepala (KK(), dr.+ugiri +yarie,, '*- mengatakan saat ini, tingkat ,ertilitas di %ndonesia (TC@) adalah ,4 anak per wanita dan telah menurun sebanyak $! persen dibandingkan dengan kondisi tahun 02A! yaitu $,4 anak per wanita. )amun demikian tingkat TC@ pada tiap propinsi tidak merata, berkisar dari 0,2 di Eogjakarta sampai ",0 di )usa Tenggara Timur. Disisi lain, TC@ pada masyarakat diperkotaan hanya ,3, tetapi di masyarakat pedesaan men#apai ,2. )amun demikian pasangan usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi terus meningkat men#apai 40,". *ola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik sebesar 30,4 persen, pil sebesar 03, persen, %3D sebesar ",8 persen, implant ,8 persen, kondom sebesar 0,3 persen, kontap wanita ('edis 5perasi 6anita F'56) sebesar 3,0 persen dan kontap pria ('edis 5perasi *ria / '5*) sebesar !, persen, pantang berkala 0,$ persen, senggama terputus , persen dan metode lainnya !," persen. Cakta yang patut mendapat perhatian kita semua adalah pola ke#enderungan pemakaian kontrasepsi di %ndonesia. *emakaian metode kontrasepsi suntik memperlihatkan ke#enderungan peningkatan pada beberapa kurun waktu terakhir ini. +ebaliknya pemakaian metode kontrasepsi pil dan %3D #enderung menurun dari waktu kewaktu. 'etode '56 #enderung meningkat walaupun persentasenya masih sangat rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya. +ebagai gambaran, metode kontrasepsi suntik pada tahun 0220 hanya 00,A persen, 022" menjadi 0$, persen, 022A menjadi 0,0 persen, !!3 menjadi A,8 persen dan !!A men#apai 30,4 persen. +edangkan metode %3D tahun 0220 sebesar 03,3 persen, 022" menjadi 0!,3 persen, 022A menjadi 8,0 persen, !!3 menjadi 4, persen dan !!A hanya ",8 persen (sumber? +DK%). Cakta/,akta tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasangan usia subur yang belum terpenuhi jenis kontrasepsi yang sesuai dengan pilihannya se#ara rasional, baik sesuai dengan tujuan pengaturan kelahirannya atau kondisi ,isik biologisnya. 'asih banyak pengguna kontrasepsi yang kurang e,ekti, dan e,isien serta memiliki jangka penggunaan sesuai kebutuhannya, apakah tujuannya untuk menunda atau menjarangkan kelahiran atau tidak menginginkan anak lagi. Ke#enderungan pola pemakaian metode kontrasepsi di %ndonesia yang tidak rasional ini disebabkan bahwa pemilihan kontrasepsi se#ara rasional masih belurn tersosialisasi

dengan baik karena proses in,ormed #hoi#e, K%* dan Konseling belum dilaksanakan se#ara benar dan luas #akupannya. *adahal perkembangan teknologi kontrasepsi sesungguhnya didasari oleh konsepFkonsep yang rasional sesuai tujuan penggunaannya. +elain itu, perlu diingat bahwa kontrasepsi rasional bukan hanya mempertimbangkan aspek e,ekti,itas teknologi kontrasepsi dan tujuan penggunaan kontrasepsi (postponing, spa#ing atau limiting), tetapi harus mempertimbangkan se#ara rasional dari kriteria penerimaan dari aspek medis (medi#al eligible #riteria). Disisi lain kebutuhan pasangan usia subur (*3+) untuk ikut K(, sebesar A!,4 persen. Tetapi masih ada kebutuhan *3+ untuk K( belum dapat dipenuhi atau biasa disebut unmeet need sebesar 2,0 persen, yang terdiri dari kebutuhan untuk spa#ing sebesar ",3 persen dan untuk limiting sebesar ",A persen. 3paya pemenuhan kebutuhan ini (unmeet need) merupakan tantangan mendasar dalam pelaksanaan program K(. *ada tataran globalpun, unmeet need tersebut dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program. .ambatan yang paling utama adalah masalah kemiskinan. Kemiskinan selalu berhubungan dengan masalah pemerataan, akses dan kualitas pelayanan K( dan kesehatan reproduksi. 'asalah yang timbul dalam kesehatan keluarga, terutama kesehatan ibu dan anak lebih besar pad a daerah/daerah yang miskin (tertinggal). Hal ini disebabkan$ 0. *elayanan K( dan kesehatan reproduksi terutama ketersediaan kontrasepsi di daerah miskin sering kali belum tersedia se#ara meluasD . +ulitnya menembus hambatan (batrier) geogra,isG,isik 3. etersediaan tenaga yang tidak memadai ". +umber dana dan peralatan yang kurangD dan $. (iaya transportasi ke tempat pelayanan yang tidak terjangkau oleh penduduk miskin. +elain memperluas akses pelayanan untuk memenuhi kebutuhan klien, terutama penduduk miskin, maka penyediaan kontrasepsi gratis bagi keluarga miskin masih menjadi tanggung jawab pemerintah ((KK()), sedangkan bagi keluarga mampu diharapkan memperoleh kontrasepsinya se#ara mandiri. Di dunia ini, kira/kira 8$ dari 0!! wanita yang akti, se#ara seksual tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun, sehingga terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun 0 dan lebih dari seperempat wanita yang hamil melakukan aborsi atau melakukan pengguguran. *enting untuk di#atat, bahwa dari sekitar 0 3 juta wanita dunia yang tidak menggunakan kontrasepsi terutama berasal dari negara berkembang.(Her/Ijs)

Anda mungkin juga menyukai