Anda di halaman 1dari 38

TERAPI CAIRAN PASIEN DEHIDRASI DAN DERAJAT PASIEN HIPVOLEMIA

Pembimbing : dr. Ratna Hutapea, Sp. An Disusun Oleh : Boyke Nadeak ( 00 109 )

Volume Cairan Tubuh

Total Body Water


Anak-Anak Kurus Sedang Gemuk 80 % 70 % 65 % Pria Dewasa 65 % 60 % 55 % Wanita Dewasa 55 % 50 % 45 %

Kebutuhan air pada orang dewasa normal per hari sekitar 25 40 mL/KgBB/hari. Sedangkan untuk pediatrik (usia 1 3 tahun) kebutuhan cairan per hariannya

Distribusi Cairan Tubuh


Cairan intrasellular (Intrasellular Fluid) / (ICF) Cairan extrasellular (Extrasellular fluid) / (ECF), Terdiri dari : 1) Cairan intravascular 2) Cairan interstitial Cairan Transellular Perbandingan cairan tubuh dewasa dan

Dewasa Cairan Intraseluler (ICF) Cairan Ekstraseluler (ECF) Plasma

bayi
Cairan Intraseluler (ICF)

Bayi Cairan Ekstraseluler (ECF) Plasma

40 %

15 %

5%

40 %

25 %

5%

Total Body water = 60% x BB

Total Body Water = 70% x BB

Komposisi Cairan Tubuh


Intraselular Kation Anion Intravaskular Kation Anion Interstitial Kation Anion

(mEq/L)
Na+ (142) K+ (5) Ca+ (5) Mg+ (3)

(mEq/L)
Cl- (104) HCO3- (27) HPO4- (2) SO4- (1)

(mEq/L)
Na+ (145) K+ (4) Ca+ (3) Mg+ (2)

(mEq/L)
Cl- (116) HCO3- (27) HPO4- (3) SO4- (2)

(mEq/L)
Na+ (10) K+ (135) Ca+ (0) Mg+ (42)

(mEq/L)
Cl- (15) HCO3- (10) HPO4- (83) SO4- (14)

Protein : 16 Org acid : 5 Total Kation: Total Anion: 155

Protein : 1 Org acid : 5 Total Kation: Total Anion: 154

Protein : 75 Org acid : 0 Total Kation: Total Anion: 187

155

154

187

Konsentrasi cairan tubuh ditentukan oleh jumlah elektrolit dalam cairan tubuh, satuan ukuran konsentrasi elektrolit dipakai mEq/L memberikan informasi mengenai jumlah anion dan kation yang dapat bergabung dengan kation atau anion lain. Cairan disemua kompartment haruslah sama osmolaritasnya. Rata-rata 285 305 mosm /L. Osmolarity menunjukkan jumlah molekul yang terlarut (osmol) per liter cairan tubuh, sedangkan osmolalitas (ty) jumlah osmol per liter zat pelarut dalam klinis praktis keduanya dianggap sama. Dalam praktek osmolalitas ECF dipengaruhi oleh kadar Natrium (90-95%) dapat dihitung dengan rumus : glukosa BUN
18 + 2,8

Osmolality plasma = 2 x (Na+) +

Derajat Dehidrasi
Berdasarkan besarnya tonisitas cairan, dehidrasi dibagi menjadi 3, yakni :
Dehidrasi isotonis / isonatremik (130 150 mEq/L) terjadi pada 80% kasus dehidrasi; terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular. Dehidrasi hipotonis / hiponatremik (< 130 mEq/L) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis). Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular. Dehidrasi hipertonis / hipernatremik (> 150 mEq/L) terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke

Regulasi Cairan Tubuh

Penurunan volume cairan ekstrasellular Rasa hauspengeluaran hormon ADH oleh hipotalamus anterior peningkatan retensi air oleh ginjal menstimulir angiotensin I menjadi angiotensin II menaikkan tekanan darah dengan menaikkan tahanan perifer dan membebaskan aldosteron dari glandula adrenal mensekrersi kalium ditubulus distalis renalis sehingga kadar kalium kembali normal dan mempengaruhi transport Na dalam colon, kelenjar keringat

Kalau kita perhatikan keseimbangan input dan output cairan tubuh : Masuk : minum 1500 cc makan 700 cc oksidasi 200 cc 2400 cc Keluar : kulit-menguap 350 cc keringat 100 cc paru-paru 350 cc faeces 200 cc urine 1400 cc 2400 cc Penentuan jenis dehidrasi isotonis, hipotonis dan hipertonis penting untuk terapi yang tepat memilih cairan. Kebutuhan caira untuk orang dewasa 30-35cc/kgBB/24jam sedangkan pada bayi dan anak bergantung BB : untuk anak BB < 10 kg kebutuhan cairannya 4cc /kgBB/jam, untuk anak BB 10 20 kg kebutuhan cairannya 40cc + 2cc/kgBB diatas 10kg > 20 kg (60cc + 1cc/kgBB diatas 20kg ) per jam. Hal ini penting untuk maintainance cairan (pemeliharaan) dimana setiap suhu naik satu derajat Celcius terdapat penambahan cairan kira-kira 12-15% dari kebutuhan normal cairan per Kg BB/jam.

Regulasi Elektrolit Tubuh


Filtrasi per 24 jam Ekskresi per 24jam Reabsorpsi

Natrium
(Na+)

25.000 mmol

100 mmol

99,6 %

Klorida (Cl-) 18.000 mmol Bikarbonat (HCO3-) Kalium (K+) Air 700 mmol 180 L 5.000 mmol

100 mmol 0 mmol

99,5 % 100 %

50 mmol 1L

93 % 99,4 %

Natrium

Total natrium dalam tubuh kira-kira 4000 5000 mEq, hanya 10% berada dalam sel. Kadar natrium normal 135 -145 mEq/L. Kebutuhan minimal natrium untuk orang dewasa per hari 2 mEq/KgBB/hari atau sekitar 5,9 gr per hari. Output hampir seluruhnya dikeluarkan melalui urine hanya sedikit melalui keringat maupun faeces. Konsentrasi ditentukan dengan menurunkan renal loss yang dikontrol aldosteron. Koreksi Hiponatremia pada orang dewasa : (140 kadar natrium sekarang / saat hiponatremia) x Berat Badan dalam Kg x 0,6 mEq Pada Pediatrik diterapi dengan pemberian cairan sebanyak 1,5 2,5 mg/kgBB hingga tercapai kadar natrium serum yang normal Koreksi hipernatremia pada orang dewasa :

Kalium
Total kalium dalam tubuh lebih kurang 3500 mEq dan 98% berada dalam sel. Kadar kalium normal dalam plasma 3,5 5,0 mEq/ L, dengan kebutuhan kalium per hari pada orang dewasa sebanyak 1mEq/KgBB/hari dan untuk kebutuhan homeostasis kalium sebesar 20 30 mEq/hari . Kalium berfungsi mempertahankan membran potensial elektrik. Gangguan kadar kalium terutama mempengaruhi cardiovascular, neuromuscular dan gastro intestinal. Koreksi hipokalemia pemberan KCl dalam cairan normal saline / ringer laktat 100 cc dengan rumus pemberian : (4,5 kadar kalium sekarang / saat hipokalemia) x Berat Badan dalam Kg x 0,3 mEq dengan kecepatan pemberian 0,5 mEq/KgBB/jam. Pada pediatrik dikoreksi dengan pemberian KCl yang diencerkan dalam 100 cc Ringer laktat dengan rumus pemberian : 0,2 0,3 mEq/KgBB/jam disertai dengan pemberian rumatan cairan 0,5 1 cc/KgBB/jam bila produksi

Kalium

Koreksi hiperkalemia pada orang dewasa normal dapat dilakukan dengan pemberian larutan CaCl2 10% sebanyak 5 10 cc perlahan-lahan dalam 10 menit. Untuk mendorong kalium ke intrasel, pada umumnya dapat diberikan satu unit regular insulin dalam 30 cc larutan Dektrosa 10 %. Bila disertai gejala oliguri / anuria dapat dikoreksi dengan pemberian Natrium bikarbonat sebanyak 1 mEq/kgBB secara intravena perlahanlahan ditambah dengan pemberian Loop diuretik seperti Lasix untuk membantu ekskresi kalium juga di ginjal.

Kalsium

Fungsi utama kalsium (Ca++) adalah bagian utama struktur tulang. Mempengaruhi transmisi neuro muscular. Mempengaruhi : sekresi kelenjer eksokrin dan endokrin, berperan dalam potensial aksi jantung, sistem enzim dan pembekuan darah. Normal kadar Ca++ plasma Total 10 mg% atau sekitar 1 - 1,25 mmol/L yang terbagi menjadi ; 4,7mg % kalsium terionisasi (dalam cairan interstisial, intrasellular, dan ekstrasellular) ; 1,3mg% kalsium kompleks dalam jaringan seperti tulang dan kelenjar ; 4,0 mg% berikatan dengan protein yang

Kalsium
Koreksi hipokalsemia pada orang dewasa dengan pemberian: larutan CaCl2 10% sebanyak 3 4 cc atau larutan Calcium glukonas 10% sebanyak 10 cc secara intravena perlahan-lahan. Koreksi hiperkalsemia pada orang dewasa diterapi dengan pemberian larutan infus NaCl 0,9% untuk perbaikan volume plasma agar perfusi dan renal blood flow juga mecukupi. Serta dapat juga dengan pemberian tambahan Loop diuretik seperti furosemide untuk meningkatkan eskresi

Magnesium

Fungsi magnesium sebagai element struktural tulang, mempengaruhi neuroeksitabilitas, dan sistem enzim terutama ATP ase. Konsentrasi magnesium (Mg++) dalam plasma 1,6 1,9 mg% (1,4-1,7mEq)/L, kira-kira 55% magnesium dalam bentuk terionisasi dalam cairan interstisial, intrasellular dan ekstrasellular ; 13% dalam bentuk kompleks pada jaringan ; dan 32% beredar dalam sirkulasi intravaskular yang berikatan dengan protein).

Magnesium

hipomagnesemia dapat dikoreksi dengan pemberian secara infus larutan 30 cc Mg Sulfat 10% secara intravena pelan-pelan lalu dilanjutkan dengan pemberian Mg++ sampai 2mEq/KgBB secara intravena dalam 4 jam. Untuk keadaan hipomagnesemia sedang bisa diberikan larutan magnesium sulfat 0,25-0,5 mEq/kgBB setiap 4 jam melalui oral atau parenteral. Hati-hati memberikan secara intravena pada anak kecil bisa hipotensi. Koreksi hipermagnesemia dengan pemberian Kalsium glukonas 10% sebanyak 10 cc yang diberikan secara intravena perlahan-lahan, oleh karena ion kalsium sifatnya mengantagonis ion magnesium. Bila fungsi renal baik, dapat diberikan loop diuretik, seperti furosemide, dan menghentikan pemberian obat-obatan yang mengandung magnesium. Bila tidak berespon

Phosphat
Hampir 85% dari keseluruhan kadar jumlah phosphate dijumpai dalam tulang, merupakan anion mayor intraselular dengan konsentrasi mencapai 140 mEq/L. Umumnya merupakan persenyawaan organik yang berperan dalam metabolisme karbohidrat dan tidak berdifusi secara bebas melewati membran sel. Konsentrasi kadar phosphat plasma bervariasi sekitar 12 mg % pada kanak-kanak dan semakin turun pada usia dewasa karena diperlukan untuk pertumbuhan tulang. Fungsi utama dari ion Phosphat, antar lain : merupakan element struktural tulang yang terlibat dalam proses metabolisme karbohidrat, lipid, asam nukleat dan berperan dalam penentu proses fosforilasi oksidasi dalam produksi ATP dan 2,3 DPG, memelihara intergritas struktural

Phosphat

Koreksi hipophosphatemia dengan pemberian phosphat sebanyak 1 3 gram asupan fosfat per hari secara per oral pada keadaan ringan atau infus larutan Potassium phosphat pada keadaan berat sebanyak 0,6 0 ,9/KgBB/jam secara intravena perlahanlahan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian fosfat sebanyak 1.000 mg/har per oral ditambah kehilangan. Terapi hiperphosphatemia ditujukan untuk menurunkan absorpsi ion phosphat di usus dengan cara pemberian Intestinal Phosphate Binding Agent, seperti Alumunium hydroxide gel (Antasida / obat

Terapi Cairan

Untuk mempertahankan keseimbangan cairan (air dan elektrolit) maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas dengan cara memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus (kristaloid atau koloid).

Terapi Cairan

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 mL/KgBB selama 30 60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2 3 L dalam 10 menit.

Terapi Cairan

Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+ 1 2 mmol/KgBB/haridan K+ 1 mmol/KgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru atau dikenal dengan insensible water losses. Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + saline, Ringers dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam hipovolemik. Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena seperti sudah dijelaskan kadar berlebihan atau kekurangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Umumnya infus konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. 6-8 mL/KgBB untuk bedah besar. 4-6 mL/KgBB untuk bedah sedang.

Kristaloid

Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah. Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel. Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.

Koloid

Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat / bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3 6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik / hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). Kehilangan darah akut sebanyak > 25% volume darah total harus diatasi dengan penggantian volume darah yang hilang. Hal ini lebih penting daripada menaikkan kadar Hb. Pemberian cairan pengganti cairan koloid berupa plasma (plasma subtitute) atau cairan pengembang plasma (plasma expander) dapat mengembalikan volume sirkulasi sehingga mengurangi kebutuhan transfusi, terutama bila

Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:


1. Koloid alami :

Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.
2. Koloid sintetis : Dextran: Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.

Koloid Sintesis Hydroxylethyl Starch (Heta starch) Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 1.000.000, rata-rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg. Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar plasma amilase ( walau jarang). Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat. Gelatin Larutan koloid 3,5 4 % dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin, yaitu:
Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell) Urea linked gelatin Oxypoly gelatin

DERAJAT HIPOVOLEMIA / SYOK HIPOVOLEMIA / PERDARAHAN

Perdarahan derajat I / Derajat hipovolemia I (kehilangan darah 0 15%) :


Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan. Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar

DERAJAT HIPOVOLEMIA / SYOK HIPOVOLEMIA / PERDARAHAN

Perdarahan derajat II / Derajat hipvolemia II (kehilangan darah 15 30%) :


Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan. Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik.

DERAJAT HIPOVOLEMIA / SYOK HIPOVOLEMIA / PERDARAHAN

Perdarahan derajat III / Derajat hipovolemia III (kehilangan darah 30 40%)


Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.

DERAJAT HIPOVOLEMIA / SYOK HIPOVOLEMIA / PERDARAHAN


Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.

STADIUM SYOK HIPOVOLEMIK / SYOK HEMORAGHIK


1.

Mean arterial pressure turun 10 15 mmHg. Berkurangnya volume darah sirkulasi (25 35%) 1000 mL. Sistem saraf pusat terangsang; keluarnya neurotransmitter katekolamin. Untuk menjaga tekanan darah : terjadi peningkatan denyut jantung dan kontraktilitasnya; meningkatnya vasokontriksi perifer. Sirkulasi terjaga, tetapi hanya bisa dipertahankan dalam waktu singkat tanpa membahayakan jaringan. Penyebab yang mendasari syok harus diketahui

Stadium Reversibel dini dan kompensasi :

STADIUM SYOK HIPOVOLEMIK / SYOK HEMORAGHIK


2.

Stadium intermediat atau progresif :


MAP selanjutnya turun (20%). Bertambahnya kehilangan cairan tubuh (1.800 2.500 mL). Vasokontriksi berlanjut dan menimbulkan defisiensi oksigen. Tubuh akan menjalani metabolisme anaerob yang membentuk asam laktat sebagai produk buangan. Tubuh meningkatkan denyut jantung dan vasokontriksi. Jantung dan otak menjadi hipoksia. Efek yang lebih berat terhadap jaringan lainnya yang menjadi : iskemia dan anoksia. Status asidosis dengan hiperkalemia terjadi.

STADIUM SYOK HIPOVOLEMIK / SYOK HEMORAGHIK


3.

Stadium refrakter atau ireversibel :


Jaringan anoksia, kematian sel tersebar luas. Bahkan dengan pengembalian tekanan darah dan volume cairan, terdapat sangat banyak kerusakan untuk mengembalikan hemostasis jaringan. Kematian seluler menimbulkan kematian jaringan, kegagalan organ vital dan kematian terjadi

DERAJAT SYOK HIPOVOLEMIA / SYOK HEMORAGHIK


1.

Syok Ringan Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.

DERAJAT SYOK HIPOVOLEMIA / SYOK HEMORAGHIK


2.

Syok Sedang Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif masih baik.

DERAJAT SYOK HIPOVOLEMIA / SYOK HEMORAGHIK


3.

Syok Berat Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).

DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo, W Aru,dkk. Syok Hipovolemik .Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid 1. Pusat Penerbitan FKUI. Jakarta. 2006. Hal:183-184. Guyton,C Arthur ,Hall, E John. Syok sirkulasi dan Fisiologi Pengobatannya. Dalam ; Fisiologi Kedokteran ,textbook of medical physiology. Edisi 11. EGC. Jakarta. 2006. Hal:359-371. Price, A Sylvia, Wilson, M Lorraine. Gangguan Volume,Osmolalitas, dan Elektrolit Cairan.Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 6 Vol.1.EGC.Jakarta.2006.Hal:328-373. Adelmen, R.D., Solhaug, M.J., 2000. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan Anak Nelson ed 15, jilid 2. Jakarta: EGC; 258-266. Hartanto, W.W., 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Latief AS, dkk. 2002. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. Hasan F. Terapi Cairan. 2008. Di unduh dari Anonimous.Syok Hipovolemik. http://drfhasan.blogspot.com/2008/01/referat-terapi-cairan.html.Diambil dari http : // asramamedicafkunhas. blogspot. com/ 2009/06/syokhipovolemik.html. Maret 2011. Karmila.Syok diambil dari http:// http://mimilatahzan-karmila.blogspot.com/ . Maret 2011. Kolecki P. Hypovolemic Shock. http://emedicine.medscape.com/article/760145, 11 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai