Anda di halaman 1dari 17

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Segala Puji Bagi Allah. Sesungguhnya kesucian dan kebenaran hanyalah bersumber dari dan diniatkan/ditujukan kepada Allah. Sering kita bertanya-tanya bagaimana bentuk akuntansi di Indonesia? Seperti kita ketahui hampir seluruh peta akuntansi Indonesia merupakan by product Barat. Akuntansi konvensional (Barat) di Indonesia bahkan telah diadaptasi tanpa perubahan berarti. Hal ini dapat dilihat dari sistem pendidikan, standar, dan praktik akuntansi di lingkungan bisnis. Kurikulum, materi dan teori yang diajarkan di Indonesia adalah akuntansi pro Barat. Semua standar akuntansi berinduk pada landasan teoritis dan teknologi akuntansi IASC (International Accounting Standards Committee). Indonesia bahkan terang-terangan menyadur Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements IASC, dengan judul Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (Mulawarman 2006b; 2007d). Benarkah akuntansi ada dalam Islam ? Pertanyaan ini begitu menggelitik, karena agama sebagaimana dipahami banyak kalangan (termasuk sebagian besar muslim di Indonesia), hanyalah kumpulan norma yang lebih menekankan pada persoalan moralitas. Dan karenanya prinsip-prinsip kehidupan praktis yang mengatur tata kehidupan modern dalam bertransaksi yang diatur dalam akuntansi, tidak masuk dalam cakupan agama. Anggapan terhadap akuntansi Islam (akuntansi yang berdasarkan syariah Islam) wajar saja dipertanyakan orang. Sama halnya dengan orang meragukan dan mempertanyakan seperti apakah ekonomi islam. Akuntansi konvensional yang sekarang berkembang adalah sebuah disiplin dan praktik yang dibentuk dan membentuk lingkungannya. Oleh karena itu, jika akuntansi dilahirkan dalam lingkungan kapitalis, maka informasi yang disampaikannyapun mengandung nilai-nilai kapitalis. Kemudian keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil pengguna informasi tersebut juga mengandung nilai-nilai kapitalis. Singkatnya, informasi akuntansi yang kapitalistik akan membentuk jaringan kuasa yang kapitalistik juga. Jaringan inilah yang akhirnya mengikat manusia dalam kapitalisme. Bila diperhatikan, budaya dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat Islam dan barat terdapat perbedaan yang sangat besar. Dalam masyarakat Islam terdapat sistem nilai yang melandasi
Page 1

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

setiap aktivitas masyarakat, baik pribadi maupun kelompok. Hal ini tidak ditemukan dalam kehidupan masyarakat barat. Perbedaan dalam budaya dan sistem nilai ini menghasilkan bentuk masyarakat, praktik, serta pola hubungan yang berbeda pula. Perkembangan terbaru, saat ini telah disosialisasikan sistem pendidikan akuntansi baru yang merujuk internasionalisasi dan harmonisasi standar akuntansi. Pertemuan-pertemuan, workshop, lokakarya, seminar mengenai perubahan kurikulum akuntansi sampai standar kelulusan akuntan juga mengikuti kebijakan IAI berkenaan Internasionalisasi Akuntansi Indonesia tahun 2010 . Dunia bisnis tak kalah, semua aktivitas dan sistem akuntansi juga diarahkan untuk memakai acuan akuntansi Barat. Hasilnya akuntansi sekarang menjadi menara gading dan sulit sekali menyelesaikan masalah lokalitas. Akuntansi hanya mengakomodasi kepentingan market (pasar modal) dan tidak dapat menyelesaikan masalah akuntansi untuk UMKM yang mendominasi perekonomian Indonesia lebih dari 90%. Hal ini sebenarnya telah menegasikan sifat dasar lokalitas masyarakat Indonesia. Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim menjalankan syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi bisnis Islami yang menjalankan kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi akuntansi syariah. Akuntansi syariah (sharia accounting) menurut Karim (1990) merupakan bidang baru dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting). Akuntansi secara sosiologis saat ini telah mengalami perubahan besar. Akuntansi tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan. Akuntansi telah dipahami sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai (value laden), tetapi dipengaruhi nilai-nilai yang melingkupinya. Bahkan akuntansi tidak hanya dipengaruhi, tetapi juga mempengaruhi lingkungannya Ketika akuntansi tidak bebas nilai, tetapi sarat nilai, otomatis akuntansi konvensional yang saat ini masih didominasi oleh sudut pandang Barat, maka karakter akuntansi pasti
Page 2

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

kapitalistik, sekuler, egois, anti-altruistik. Ketika akuntansi memiliki kepentingan ekonomipolitik MNCs (Multi National Companys) untuk program neoliberalisme ekonomi, maka akuntansi yang diajarkan dan dipraktikkan tanpa proses penyaringan, jelas berorientasi pada kepentingan neoliberalisme ekonomi pula. Sayangnya, yang terjadi saat ini adalah praktek dari sistem akuntansi barat yang lebih mengarah kepada sistem bebas nilai guna meraih keuntungan sebesar besarnya. Tapi apakah sistem akuntansi barat tersebut telah berhasil memakmurkan kehidupan seluruh umat manusia secara global ? Ternyata tidak. Karena sistem akuntansi tersebut hanyalah ciptaan dari manusia, maka sistem akuntansi barat tersebut tetap tidak akan sempurna. Terbukti dengan krisis global yang melanda seluruh dunia akibat dari gagalnya sistem akuntansi konvensional yang digadang gadang oleh barat. Sekarang setelah sistem akuntansi konvensional yang ada telah gagal, adakah solusi yang masuk akal untuk mengatasi segala krisis yang ada. Sistem akuntansi syariah bisa menjadi solusinya.

RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana perbedaan akuntansi syariah dan akuntansi konvensional ? 2. Apakah perbedaan prinsip-prinsip akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional? 3. Bagaimana perbedaan karakteristik dan laporan dari akuntansi syariah serta akuntansi konvensional ?

Page 3

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE] II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN a. Akuntansi konvensional Pengertian Akuntansi konvensional secara umum adalah suatu metode mengolah informasi keuangan dan menyajikannya agar dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan terhadap hasil laporan tersebut. Akuntansi model konvensional ini bisa dibilang adalah system akuntasni yang paling banyak digunakan oleh masyarakat umum. b. Akuntansi Syariah Menurut surat Al-Baqarah ayat 282, Allah memerintahkan untuk melakukan penulisan secara benar atas segala transaksi yang pernah terjadi selama melakukan muamalah. Dan menurut sejarah Pengertian akutansi adalah disebutkan muncul di Italia pada abad ke-13 yang lahir dari tangan seorang Pendeta Italia bernama Luca Pacioli yang menulis buk u Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita dengan memuat satu bab mengenai Double Entry Accounting System. Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya, dan laba (Dapat dilihat dalam Al-Quran surat A-Baqarah :282). Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya Akuntansi Syariah adalah Secara etimologi , kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, accounting, dalam bahasa Arabnya disebut Muhasabah yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang,
Page 4

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata, atau menghisab, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu. Kata hisab banyak ditemukan dalam Al-quran dengan pengertian yang hampir sama, yaitu berujung pad a jumlah atau angka, seperti Firman Allah SWT. QS Al-Isra (17) : 12 . bilangan tahun-tahun dan perhitungan. QS Al-Thalaq (65) : 8 . maka kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras QS Al-Insyiqah (84) : 8 . maka dia akan diperiksa dengan pemerikasaan yang mjudah. Kata hisab dalam ayat-ayat tersebut menunjukkan pada bilangan atau perhitungan yang ketat, teliti, akurat, dan accountable. Oleh karena itu, akuntasi adalah mengetahui sesuatu dalam keadaan cukup, tidak kurang dan tidak pula lebih. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, dan pelaporan melalui dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (Kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang haram dan dasar-dasar hukum yang baku membahayakan. Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa. Lebih dari satu decade yang lalu Francis (1990) telah mencoba menarik perhatian para akuntan agar melihat akuntansi tidak hanya sekedar sebagai angka-angka yang mencerminkan realitas ekonomi semata, akan tetapi melihat juga akuntansi sebagai praktik moral dan diskursif, seperti dikemukakan dalam pernyataan berikut:

Page 5

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

Akuntansi hendaknya dilihat sebagai praktik moral dan diskursif. Sebagai praktik moral, akuntansi secara ideal dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai etika, sehingga informasi yang dipancarkan juga bernuansa etika, dan akhirnya keputusan-keputusan ekonomi yang diambil berdasarkan etika tadi mendorong diciptakannya realitas ekonomi dan bisnis yang beretika. Sebagai praktik diskursif, akuntansi dipandang sebagai alat menyampaikan informasi kepada orang lain yang berpengaruh pada perilaku penggunanya (users), dan sebaliknya pengguna informasi akuntansi mempunyai kemampuan mempengaruhi akuntansi sebagai instrument bisnis. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui bahwa Akuntansi yang merupakan cabang ilmu ekonomi yang saat ini sangat pesat perkembangannya disemua sektor baik swasta maupun publik, ternyata konsep dasarnya telah diperkenalkan oleh Al- Quran, jauh sebelum Lucas Pacioli (dikenal dengan Bapak Akuntansi) memperkenalkan konsep akuntasi doubleentry bookkeeping dalam salah satu buku yang ditulisnya pada tahun 1494. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 282 di atas, Allah secara garis besar telah menggariskan konsep akuntansi yang menekankan pada pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Tujuan

perintah dalam ayat tersebut jelas sekali untuk menjaga keadilan dan kebenaran yang menekankan adanya pertanggung jawaban. Dengan kata lain, Islam menganggap bahwa transaksi ekonomi (muamalah) memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi, sehingga adanya pencatatan dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih), menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat diperlukan karena dikhawatirkan pihak-pihak tertentu mengingkari perjanjian yang telah dibuat. Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan surat-surat bukti berupa: faktur, nota, bon kuitansi atau akta notaris untuk menghindari perselisihan antara kedua belah pihak. Dan tentu saja adanya sistem pelaporan yang komprehensif akan memantapkan manajemen karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari kebocoran-kebocoran. Menariknya lagi, penempatan ayat tersebut sangat relevan dengan sifat akuntansi, karena ditempatkan pada surat Al-Baqarah yang berarti sapi betina yang sebenarnya merupakan lambang komoditas ekonomi. Akuntansi (accounting) sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-muhasabah. Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam masalah muamalah, yang berarti dalam masalah muamalah pegembangannya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia.
Page 6

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

Pada perkembagangan selanjutnya, konsep-konsep praktik akuntansi Islam pada saat ini mulai berkembang dengan pesat. Bahkan di Indonesia, konsep tersebut telah teruji pada saat krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1998. Hal ini terbukti Bank yang mengunakan konsep akuntansi syariah ternyata lebih bertahan menghadapi krisis ekonomi, dibandingkan dengan Bank umum lainnya. Tercatat pada saat ini banyak lembaga-lembaga keuangan Islam, seperti: Bank Syariah, perusahaan asuransi (takafful), dana reksa syariah dan leasing syariah. Keberadaan akauntansi syariah sebagai idiologi masyarakat Islam menerapkan ekonomi Islam dalam kehidupan sosial ekonomi, dikenali dari persyaratan mendasar yang harus dipenuhi dan tujuan diselenggarakan akuntansi syariah . Persyaratan mendasar yang harus dipenuhi oleh akuntansi syariah yaitu: 1. benar (truth) 2. sah (valid) 3. adil (justice),dan 4. mengandung nilai-nilai kebaikan atau ihsan (benevolenc).

Akuntansi syariah diperlukan oleh masyarakat Islam sebagai instrument pendukung menerapkan praktik ekonomi Islam dalam tata kehidupan sosial-ekonominya dengan dasar pertimbangan berikut . Pertimbangan akuntansi syariah : 1. Adanya konsep kepemilikan yang diyakini oleh orang Islam bahwa harta dan kekayaan adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah penerima amanah yang harus mempertanggungjawabkan pemanfaatannya sesuai dengan syariah. 2. Adanya konsep personal accountability yang harus dipatuhi oleh Islam dalam menjalin hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan menjalin hubungan dengan sesame manusia (hablum minannas). 3. Adanya konsep distribusi kekayaan secara adil yang harus dilaksanakan oleh orang Islam yaitu melalui mekanisme kewajiban membayar zakat. Berangkat dari pengertian akuntansi sebagai idiologi, mengungkapkan adanya perbedaan yang sangat mendasar mengenai sistem, prinsip dan kriteria akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah. Selain perbedaan sistem, prinsip dan kriteria akuntansi syariah dibandingkan dengan akuntansi konvensional yang melahirkan suatu bentuk akuntansi syariah yang memiliki

Page 7

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

karakteristik unik, perbedaan yang lebih mendasar sebenarnya terletak pada kerangka konseptual yang mendasari kedua bentuk akuntansi tersebut. Kerangka konseptual akuntansi syariah, dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi Islam, sedangkan kerangka konseptual akuntansi konvensional dirumuskan menggunakan pendekatan epistimologi kapitalis.

B. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI SYARIAH Adapun prinsip akuntansi syariah yang diperkenalkan oleh Islam secara garis besarnya adalah sebagai berikut: 1) Transakasi yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Mudharabah berarti akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal ( 100 % ) dan pihak kedua menjadi pengelola. Contoh Mudharabah adalah kerja sama antara Nabi dengan khadijah dalam usaha dagang, dimana Nabi sebagai pekerja sedangkan Khadijah sebagai pemilik modal, beberapa waktu sebelum pernikahan mereka. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi sumbangan dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Contoh Musyarakah adalah pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut barsama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 2) Transaksi yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan istishna. Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Contoh murabahah, kita ingin beli rumah/mobil/motor tapi belum ada uang, lalu kita pinjam ke bank syariah. Bank syariah membelikan barang dan kita mencicil ke bank syariah. Untuk itu bank mengambil untung

Page 8

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

sekian persen dari harga barang. Bisa 5%,10% dan sebagainya tergantung kesepakatan antara bank dan kita. Salam adalah prinsip jual beli dimana pembayaran dilakukan di muka, dan barang diserahkan dikemudian hari. Contohnya adalah pembelian kosmetik dari merk terkenal tertentu. Kita memesan terlebih dahulu dan membayarnya, sedangkan barangnya akan dating kemudian. dikatakan sebagai akad jual beli antara pembeli dan pembuat barang. Artinya penjual harus terlebih dulu membuat barang yang diinginkan pembeli. Cara pembayaran bisa di muka (seperti salam), bisa diangsur atau ditangguhkan sampai waktu yang ditentukan. Contohnya adalah pengrajin pembuat kaos yang membuat kaos dalam jumlah besar untuk kampenye partai 3) Transaksi yang menggunakan prinsip sewa, seperti ijarah. Perjanjian sewa yang memberikan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang akan disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan dan setelah masa sewa berakhir maka barang dikembalikan kepada pemilik, namun penyewa dapat juga memiliki barang yang disewa dengan pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Contohnya adalah sewa rumah. 4) Transaksi yang mengunakan prinsip titipan, seperti wadiah. Wadiah adalah titipan yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat jika pemilik yang bersangkutan menghendaki. a. Wadiah Yad Dhamanah Untuk jenis peminjaman yang satu ini si penitip mengizinkan orang yang menjaga barang barang yang dititipkan. Si penitip berhak meminta sesuatu yang dititipkan kapan saja dalam keadaan utuh. Dan satu lagi, orang yang menjaga barang titipan boleh memberikan bonus yang diperuntukkan kepada penitip. Contohnya adalah jika kita menabung di Bank Syariah. Tabungan yang kita setor secara default adalah Wadiah Yad Dhamanah. Jadi Bank bisa menggunakan uang yang kita setor. Terkadang ada bonus yang diberikan oleh bank yang besarnya tergantung kondisi keuangan Bank. b. Wadiah Yad Amanah Kalau wadiah adalah keadaan dimana si pemilik barang tidak mengizinkan barangnya oleh orang yang menjaga barang. Tapi sebagai gantinya si penitip wajib membayar ke
Page 9

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

orang yang dititipi. Contohnya adalah jasa parkir. Kadang kita mungkin tidak sadar bahwa parkir mobil atau motor sebenarnya adalah menitipkan barang milik kita (dalam hal ini motor atau mobil kita). Dan kita tidak mengizinkan tukang parker untuk memakai mobil atau motor kita. Jadi sudah kewajiban kita untuk membayarkan tarif kepada tukang parker yang menjaga kendaraan kita. 5) Transaksi yang menggunakan prinsip penjaminan, seperti rahn. Rahn adalah jaminan hutang dengan barang yang memungkinkan pelunasan hutang barang tersebut atau dari nilai barang tersebut apabila orang yang berhutang tidak mampu melunasinya. Contohnya adalah jasa pegadaian dengan prinsip Ar Rahn (Gadai Syariah).

Berikut ini adalah prinsip system keuangan islam sebagaimana diatur melalui Al Quran dan As Sunnah. 1. Pelarangan Riba. Riba merupakan pelanggaran atas sistem keadilan sosial, persamaan dan hak atas barang. Oleh karena sistem riba hanya menguntungkan para pemberi pinjaman /pemilik harta, sedangkan pengusaha tidak di perlakukan sama. Padahal untung itu baru diketahui setelah berlakunya waktu bukan hasil penetapan dimuka. 2. Pembagian Resiko. Hal ini merupakan konsekuensilogis dari pelarangan riba yang menetapkan hasil pemberi modal dimuka. Sedangkan melalui pembagian resiko maka pembagian hasil akan dilakukan dibelakang yang besarannya tergantung dari hasil yang diperoleh. Hal ini juga membuat kedua belha pihak saling membantu untuk bersamasama memperoleh laba, selain lebih mencerminkan keadilan. 3. Tidak Menganggap Uang sebagai Modal Potensial. Dalam fungsinya sebagai komoditas, uang dipandang dalam kehidupan yang sama dengan barang yang dijadikan dengan barang yang dijadikan sebagai objek transaksi untuk mendapatkan keuntungan (laba). Sedang dalam fungsinya sebagai modal nyata (capital), uang dapat menghasilkan sesuatu (bersifat produktif) baik menghasilkan barang maupun jasa. Oleh sebab itu, sistem keuangan islam memandang uang boleh dianggap sebagai modal kalau digunakan bersama dengan sumber daya yang lain untuk memperoleh laba.

Page 10

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

4.

Larangan Melakukan Kegiatan Spekulatif. Hal ini sama dengan pelanggaran untuk transaksi yang memiliki tingkat ketidakpastian yang sangat tinggi, judi dan transaksi yang memiliki resiko yang sangat besar.

5. Kesucian Kontrak. Oleh karena itu islam menilai perjanjian sebagai suatu yang tinggi nilainya sehingga seluruh kewajiban dan pengungkapan yang terkait dengan kontrak harus dilakukan. Hal ini akan mengurangi resiko atas informasi yang asimetri dan timbulnya moralhazard. 6. Aktifitas Usaha Harus Sesuai Syariah. Seluruh kegiatan usaha tersebut haruslah merupakan kegiatan yang diperbolehkan menurut syariah. Jadi, prinsip keuangan syariah mengacuh pada prinsip rela sama rela (antaraddim minkum) tidak ada pihak disalimi dan mensalimi (la tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil biaya muncul bersama biaya, dan untung muncul bersama resiko.

C. PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL DENGAN AKUNTANSI SYARI'AH Menurut Hidayat (2002a:88) perbedaan yang terjadi antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah karena kemungkinan informasi akuntansi syariah (laporan keuangan syariah) adalah suatu bentuk tujuan dan konsep akuntansi yang disusun berda-sarkan pada pencapain tujuan syariah, tujuan ekonomi Islam serta tujuan lingkungan sosial masyarakat Islam. Hal itu akan menuntut perbedaan kebutuhan dari Islamic user dengan non Islamic user. Lebih lanjut menggambarkan salah satu perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah pada karakter dan praktik bisnis, dalam hal ini kecenderungan bisnis Islam adalah mudharabah, musyarakah ataupun kontrak syariah lainnya, sehingga konsep akuntansi syariah cenderung menggunakan current value dan bentuk laporan keuangannya menyajikan laporan yang sesuai dengan sifat-sifat dari transaksi bisnis dalam konsep syariah tersebut. Secara prinsip terjadi beberapa perbedaan yang mendasar, akuntansi kon-vensional lebih memberi kelonggaran penilaian laporan keuangan dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran relatif) yang merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi syariah tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau kebenaran moral yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah, walaupun di satu sisi akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar tetapi standar tidak dimaksudkan sebagai pembenaran, artinya laporan
Page 11

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

yang dibuat sesuai dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara substansi laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah (Hidayat, 2002a:88-89). Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-standar yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan (wahyu), dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar berada pada koridor standar akun-tansi tetapi diikat pula dengan pertanggungjawaban dihadapan Tuhan (normatif religius). Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensioanal dengan akuntansi syariah memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena beberapa poin tujuan memang sama, seperti dalam hal laporan keuangan sebagai pemasok informasi, hanya pada titik tekan tertentu akuntansi konvensional memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syariah bukanlah merupakan tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni pemenuhan kewajiban zakat secara benar, hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki titik tekan tujuan pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan. Dengan kata lain laporan keuangan akuntansi konvensional titik tekan tujuan pada pemberian informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah titik tekannya pada pertanggungjawaban (akuntabilitas). Laporan keuangan pokok akuntansi konvensional yang terdiri dari neraca, laporan labarugi, dan laporan arus kas, sedangkan pada akuntansi syariah masih ditambah lagi laporan keuangan lainnya yang harus disampaikan yaitu laporan zakat. Bahkan ada beberapa laporan keuangan yang dibutuhkan oleh bank syariah antara lain laporan investasi tidak bebas penggunaan, laporan sumber dan penggunaan dana qardh Dari penjelasan di atas perbedaan secara umum antara laporan keuangan Akuntansi Konvensional dan laporan akuntansi Syariah : Prinsip Dasar Akuntansi konvensional berdasar pada kebenaran relatif, dan pemenuhan standar dirumuskan oleh manusia. Sedangkan akuntansi syariah berdasar pada kebenaran hakiki (al-haq), dan mencoba menemukan yang seharusnya/dibuat pada ketentuan Tuhan (Wahyu) Tujuan
Page 12

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

Berdasarkan tujuannya, akuntansi konvensional menekankan pada informasi sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Sedangkan akuntansi syariah menekankan laporan keuangan bukan tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yakni pertanggungjawaban dihadapan tuhan. Jenis Laporan Berdasarkan jenis laporannya, pada akuntansi konvensional, laporan keuangan tambahan disajikan sesuai dengan kebutuhan misalnya : pengungkapan tingkat inflasi, CALK, dan koreksi fiskal. Sedangkan akuntansi syariah, laporan keuangan tambahan meliputi : Laporan dana ZIS, pengungkapan aspek-aspek syariah dan perhitungan zakat D. PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTARA AKUNTANSI SYARIAH DENGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL Menurut Baydoun dan Willet (1994:82) memetakan perbe-daan karakteristik akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah sebagai berikut: (1) Sistem akuntansi, akuntansi konvensioanal berdasarkan ekonomi yang rasional, sedangkan akuntansi syariah berdasarkan pada ketauhidan. (2) Prinsip, prinsip akuntansi konvensional yang sekuler, individualis, memaksimalkan keuntungan, dan penekanan pada proses, akuntansi syariah berdasarkan pada prinsip syariah, kepentingan umat, keuntungan yang wajar, persamaan, dan rahmatan li alalamin. (3) Kriteria, akuntansi konvensional berdasarkan pada hukum perdagangan masyarakat kapitalis modern, penyajian informasi yang sangat terbatas, informasi yang diajukan atau pertanggungjawaban kepada pemilik, dalam akuntansi syariah kriteria berdasarkan pada etika yang bersumber pada hukum Al-Quran dan Sunnah, pengungkapan yang menyeluruh (full disclosure) untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang sesuai dengan syariah dan memenuhi kebutuhan Islamic Finance Report User,

pertanggungjawaban kepada umat (masyarakat luas) khususnya dalam memanfaatkan sumber daya., dari penjelasan di atas bisa di lihat table di bawa ini :

Page 13

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE] TABEL

Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah No. Karakteristik 1 Sistem Akuntansi 2 Prinsip Akuntansi Akuntansi Konvensional Ekonomi yang rasional Sekuler Individualis Memaksimalkan keuntungan Survival of the fittest Penekanan pada proses 3 Kriteria Berdasarkan pada hukum perdagangan masyarakat kapitalis modern Akuntansi Syari'ah Ketauhiddan (unity of God) Syari'ah Kepentingan umat Keuntungan yang wajar Persamaan Rahmatan li al-'alamin Berdasarkan pada etika yang bersumber pda hukum Al-Qur'an dan Sunnah Penyajian informasi yang sangat Terbatas Full disclosure untuk memenuhi ketuhan informasi keuangan yang sesuai dengan syari'ah dan memenuhi kebutuhan Islamic Financial Report User Informasi yang ditujukan pada pertanggungjawaban kepada pemilik modal Pertanggungjawaban kepada umat/ masyarakat luas (khususnya dalam memanfaatkan sumberdaya).

Page 14

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

E. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI SYARIAH Tujuan akuntansi syariah sangat luas, namun demikian penekanannya adalah pada upaya untuk merealisasikan tegaknya syariah dalam kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh manusia . Selanjutnya untuk menspesifikkan tujuan akuntansi syariah membagi menjadi dua tingkatan yaitu 1) tingkatan ideal, dan 2) tingkatan pragmatis. Pada tataran ideal tujuan akuntansi syariah adalah sesuai dengan peran manusia dimuka bumi dan hakekat pemilik segalanya (QS, 2:30, 3:109, 5:17, 6:165), maka sudah semestinya yang menjadi tujuan ideal dari laporan keuangan adalah bertanggung jawaban muamalah kepada Tuhan Sang Pemilik Hakiki, Allah swt. Namun karena sifat Allah Yang Maha Tahu segalanya, tujuan ini bisa dipahami dan ditransformasikan dalam bentuk pengamalan apa yang menjadi perintah syariah. Dengan kata lain, akuntansi laporan keuangan terutama harus berfungsi sebagai media penghitungan zakat, karena zakat merupakan bentuk manifestasi kepatuhan seseorang hamba atas perintah Tuhan. Tujuan pragmatis dari Akuntansi Syariah laporan keuangan diarahkan pada upaya menyediakan informasi kepada stakeholder dalam mengambil keputusan F. PERSAMAAN AKUNTANSI SYARIAH DENGAN AKUNTANSI KONVENSIONAL Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi Konvensional yaitu: 1. Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit ekonomi; 2. Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu atau tahun pembukuan keuangan; 3. Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal; 4. Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip penentuan barang; 5. Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip perbandingan income dengan cost (biaya); 6. Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan perusahaan; 7. Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau pemberitahuan.
Page 15

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE] III KESIMPULAN

Jadi, dari semua uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa konsep Akuntansi Islam jauh lebih dahulu dari konsep Akuntansi Konvensional, dan bahkan Islam telah membuat serangkaian kaidah yang belum terpikirkan oleh pakar-pakar Akuntansi Konvensional. Sebagaimana yang terjadi juga pada berbagai ilmu pengetahuan lainnya, yang ternyata sudah diindikasikan melalui wahyu Allah dalam Al Quran. .. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.An-Nahl/ 16:89). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam akuntansi berdasarkan perspektif Islam adalah dalam rangka menyajikan laporan keuangan secara benar sehingga diperoleh informasi yang akurat sebagai dasar perhitungan zakat. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah akuntansi sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggug jawabkan dikemudian hari. Pesan ini jelas dapat dilihat pada akhir surat (QS 2:283) tersebut. .dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Pesan ini ini mengisyaratkan bahwa Allah senantiasa menganjurkan untuk bertakwa (takut kepada Allah) dalam menjalankan kegiatan apapun termasuk dalam menjalankan pekerjaan akuntansi, dan membuktikan bahwa Allah senantiasa memberi petunjuk dalah hal-hal yang bermanfaat bagi manusia. Terbukti pada saat Al-Quran diturunkan, kegiatan muamalah belum sekomplek sekarang. Namun demikian Allah telah mengajarkan untuk melakukan pencatatan (akuntansi/al-muhasabah), menganjurkan adanya bukti dan kesaksian hingga lahirlah seperti sekarang ini adanya notaris, pengacara, akuntan dan sebagainya supaya terhindar dari masalah. Akuntansi syariah mengajarkan kita sebagai manusia untuk tidak mencari keuntungan semata, tetapi juga mencari keridhoan Allah dalam segala kegiatan yang kita lakukan. Selain itu, dalam akuntansi syariah kita juga dituntut untuk bersikap sesuai dengan etika yang baik antar sesama manusia. Kita tidak boleh hanya memikirkan kepentingan kita sendiri, tapi kita juga harus mengingat bahwa dalam sebagian harta yang kita miliki terdapat hak orang lain yang harus kita penuhi. Akuntansi syariah yang bersumber dari ajaran Allah tentunya akan dapat menciptakan maslahat bagi seluruh umat manusia. Jadi tidak ada salahnya jika kita mengaplikasikan akuntansi syariah dalam segala kegiatan ekonomi guna menyejahterakan kehidupan kita semua.

Page 16

OLEH KELOMPOK II

[CONVENTIONAL FINANCE VS ISLAMIC FINANCE]

DAFTAR PUSTAKA Kholis, Nur. Perbedaan Mendasar akuntansi konvensional dan akuntansi syariah. http://nurkholis77.staff.uii.ac.id/perbedaan-mendasar-ekonomi-islam-dan-ekonomikonvensional/ (diakses tanggal 15 Februari 2014). Wiroso,Akuntansi Transaksi Syariah http://ennovialk.blogspot.com/2013/04/perbandingan-akuntansi-syariah-dengan.html http://dewi-fortuna.co.cc/search/Mengenal+Prinsip+Akuntansi+Syariah http://katauntukibu.blogspot.com/2012/10/akuntansi-konvensional-denganakuntansi.html http://heibilon.blogspot.com/2012/02/perbedaan-akuntansi-keuangan-syariah-vs.html http://kiamifsifeui.wordpress.com/2008/04/18/essai-3-bank-syariah-vs-bankkonvensional/ http://aharlibrary.wordpress.com/2007/03/15/mengenal-prinsip-akuntansi-syariah/ http://kiamifsifeui.wordpress.com/2008/04/18/essai-4-akuntansi-syariah-vs-akuntansikonvensional/

Page 17

Anda mungkin juga menyukai