Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang Dalam mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi sehingga diperlukan pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting, antara lain program pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), upaya pelayanan kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer sebagai terobosan pemantapan dan percepatan peningkatan pemeliharaan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, Jaminan Kesehatan Semesta, dan program lainnya. Perubahan lingkungan strategis ditandai dengan berlakunya berbagai regulasi penyelenggaraan kepemerintahan, antara lain Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
1

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan secara global terjadi perubahan iklim dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), sehingga diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan. Pemerintah Daerah, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UndangUndang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, UndangUndang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan secara global terjadi perubahan iklim dan upaya percepatan pencapaian Millenium Development Goals(MDGs), sehingga diperlukan penyempurnaan dalam pengelolaan kesehatan. Pembangunan di Bidang Kesehatan merupakan salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang. Semakin kompleksnya permasalahan kesehatan seiring dengan perkembangan globalisasi yang berpengaruh pada semua sektor menjadikan tantangan pembangunan kesehatan semakinmeningkat. Untuk itu guna mendukung program-program pembangunan kesehatan tersebut diperlukan sumberdaya dan sumberdana yang memadai agar permasalahan-permasalahan kesehatan dapat ditangani.

Dalam Undang-Undang Kesehatan yang mengatur proporsi pembiayaan kesehatan diharapkan persentase alokasi anggaran kesehatan sebesar 10 % dari anggaran APBN dan sebesar 5 % dari anggaran APBD. Namun dalam implementasinya hal tersebut masih jauh dari angka ideal yang diharapkan. Masih minimnya anggaran kesehatan baik yang bersumber dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah memang sebuah permasalahan terkait masih rendahnya anggaran APBD itu sendiri. APBD di Kabupaten Bantul 90 % masih tergantung alokasi DAU dari pusat. Hal tersebut disebabkan masih rendahnyapendapatan asli daerah (PAD) murni di Kabupaten Bantul yang secara tidak langsung berdampak pada rendahnya alokasi anggaran pembangunan, khususnya di sektor kesehatan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, UndangUndang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; serta Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai daerah Otonom, memberikan dampak yang cukup luas pada desentralisasi di bidang kesehatan, dimana kewenangan yang semula pada pemerintah pusat sebagian besar akan dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga daerah mempunyai kesempatan untuk merumuskan dan mengembangkan sistem kesehatan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat serta kondisi dan kemampuan daerah. Dengan demikian daerah mempunyai peluang untuk menyusun rencana yang lebih spesifik dalam mengembangkan sistem pelayanan termasuk sistem pelayanan kesehatan yang mandiri. Sejalan dengan hal tersebut upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Perlindungan terhadap bahaya penyalahgunaan obat, zat adiktif dan narkotik terutama bagi generasi muda serta pencemaran lingkungan perlu diberikan perhatian khusus. Salah satu kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan usaha mencapai tujuan pembanguan kesehatan tersebut adalah adanya informasi yang akurat. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi yang dapat mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan dan pengembangan upaya- upaya kesehatan

demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan sistem informasi ini adalah penghitungan pembiayaan kesehatan (DHA). 1.2 Tujuan a) Mampu menjelaskan system pelayanan kesehatan di Indonesia b) Mampu menjelaskan system kesehatan nasional ( SKN ), system kesehatan daerah (SKD ) dan, standar pelayanan minimum ( SPM ) puskesmas. c) Mampu menjelaskan prosedur pembiayaan pada pelayanan kesehatan puskesmas

1.3 Manfaat a). Membantu mahasiswa memahami tentang system pelayanan kesehatan di Indonesia b) Membantu mahasiswa memahami Sistem kesehatan Nasional, system kesehatan daerah, standar pelayanan minimum

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) a. definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 72 Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan Nasional). b. tujuan : Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku maupun antar subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional. c. Landasan SKN meliputi : Landasan idil, yaitu Pancasila. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya Pasal : 28A, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya ; Pasal 28B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ; Pasal 28C ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
5

hidupnya demi kesejahteraan umat manusia ; Pasal 28H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan ; Pasal 28H ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat ; Pasal 34 ayat (2), negara mengembangkan sistem jaminan social bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan Pasal 34 ayat (3), Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan. d. Subsistem SKN 2012 Pendekatan pengelolaan kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di masa depan adalah kombinasi dari pendekatan sistem, kontingensi, dan sinergi yang dinamis. Mengacu pada perkembangan komponen pengelolaan kesehatan dewasa ini serta pendekatan pengelolaan kesehatan tersebut di atas, maka subsistem SKN dikelompokkan sebagai berikut: a. subsistem upaya kesehatan; b. subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan; c. subsistem pembiayaan kesehatan; d. subsistem sumber daya manusia kesehatan; e. subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan; f. subsistem manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; g. subsistem pemberdayaan masyarakat Subsistem Upaya Kesehatan Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa Indonesia sebagai ketahanan nasional.

Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan, difasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan.

Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar

dan/atau data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan pengembangan biomedis dan teknologi dasarkesehatan, teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan masyarakat, dan humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh Pemerintah. Subsistem Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:

Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi social yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal health coverage sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
7

kesehatan

perorangan

pembiayaannya

bersifat

privat,

kecuali

pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung jawab

Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia

kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan. SKN memberikan fokus penting pada pengembangan dan Pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan guna menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan dan program sumber daya manusia yang diperlukan, pengadaan yang meliputi pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan, pendayagunaan kesehatan. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri. Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi,
8

sumber

daya

manusia

kesehatan,

termasuk

peningkatan

kesejahteraannya, dan pembinaan serta pengawasan mutu sumber daya manusia

sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut. Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk penyelenggaraan upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia, dan kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain: a. pengelolaan sistem informasi; b. pelaksanaan sistem informasi; c. dukungan sumber daya; dan d. pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan

Subsistem Pemberdayaan Masyarakat SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan sematamata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri dan upaya peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar. Upaya pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil pada hakekatnya apabila kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat dan upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan kesehatan

2.2 Sistem Kesehatan Daerah ( SKD ) a. definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKD) adalah tatanan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan

perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9 SKD , hal 1).

b. tujuan terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna, sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. c. Landasan SKD meliputi : SKD merupakan bagian dari pembangunan nasional, dengan demikian landasan SKD adalah sama dengan landasan pembangunan nasional. Secara lebih spesifik, landasan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Landasan idiil yaitu pancasila 2. Landasan konstitusional yaitu UUD 1945

a. Pasal 28 A : setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya b. Pasal 28 B ayat (2) : setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang c. Pasal 28 C ayat (1) : setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. d. Pasal 28 H ayat (1) : setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3) : setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat e. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
10

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3) : negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak 3. Landasan operasioanal : a. Undang undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan b. Undang undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) c. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2005 tentang Praktik Kedokteran Dokter dan Dokter Gigi d. Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2000 tentang Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur e. Peraturan Daerah nomor 23 Tahun 2002 tentang Rumah sakit Propinsi f. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik

11

BAB III PEMBAHASAN A. Skenario Sistem Kesehatan Nasional (SKN) di Indonesia telah ada sejak tahun 1982. Lingkungan strategis yang selalu berubah baik global, regional maupun nasional dan lokal, menyebabkan SKN juga berubah yaitu tahun 2004, 2009 dan terakhir tahun 2012 melalui perpres no 72/2012. Otonomi daerah yang berkembang secara dinamis juga memerlukan

pengembangan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) tetapi tetap merupakan bagian internal dari SKN. SKD seharusnya menguraikan secara spesifik permasalahn kesehatan di daerah, misalnya masalah gizi kurang, AKB, dan AKI, UHHo, pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, dll yang kemudian dituangkan strategis penanganannya dalam SKD. SELF EVALUATION: 1. Jelaskan tentang SKN, SKD dan lingkungan strategis yang berpengaruh. 2. Jelaskan hubungan SKN dan SKD dengan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas serta pencapaian target Standar Pelayanan Minimum (SPM). 3. Jelaskan hubungan SKN/SKD dengan pembiayaan pelayanan kesehatan, khususnya bagi kelompok miskin.

3.1 Terminologi SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 72 Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan Nasional).
12

SKD

Sistem

kesehatan

daerah

adalah

tatanan

penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9 SKD , hal 1).

1. Jelaskan tentang SKN, SKD dan lingkungan strategis yang berpengaruh a. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya (Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 72 Tahun 2012 tentangSistem Kesehatan Nasional). Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945 (Departemen Kesehatan RI Jakarta, 2009). SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 131/Menkes/Sk/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional). SKN adalah proses kumpulan berbagai faktor kompleks yang berhubungan dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (WHO). b. Sistem Kesehatan Daerah (SKD) Sistem kesehatan daerah adalah tatanan penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di suatu daerah yang terdiri dari komponen upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, Sumber Daya Manusia kesehatan, obat dan

13

perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan (perda No.9 SKD , hal 1). c. Lingkungan strategis yang berpengaruh Perkembangan global, regional, nasional, dan lokal yang dinamis akan mempengaruhi pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan

kesehatannya. Hal ini merupakan faktor eksternal utama yang mempengaruhi proses pembangunan kesehatan, termasuk diantaranya kesehatan sebagai ketahanan nasional.

Faktor lingkungan strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional, nasional, dan lokal, serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem kesehatan di Indonesia. Tingkat Global dan Regional Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang mencakup ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan lingkungan. Proses ini dipicu dan dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan transportasi yang mempunyai konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi dapat menjadi peluang sekaligus tantangan pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan persiapan dan langkah-langkah yang menjadikan peluang dan mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu sistem kesehatan yang responsif. Tingkat Nasional dan Lokal Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi,

demokratisasi, dan politik kesehatan yang berdampak pada pembangunan kesehatan, sebagai contoh: banyaknya peserta pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang menggunakan isu kesehatan sebagai janji politik. Proses desentralisasi yang semula diharapkan mampu memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, namun dalam kenyataannya belum sepenuhnya berjalan dan bahkan memunculkan euforia di daerah yang mengakibatkan pembangunan kesehatan terkendala.

14

Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana, di sisi lain situasi sosial politik yang berkembang sering menimbulkan konflik sosial yang pada akhirnya memunculkan berbagai masalah kesehatan, termasuk akibat pembangunan yang tidak berwawasan kesehatan yang memerlukan upaya pemecahan melalui berbagai terobosan dan pendekatan. Perangkat regulasi dan hukum yang terkait dengan kesehatan masih belum memadai, sementara itu kemampuan pimpinan tenaga kesehatan dan profesi dalam pemahaman etikolegal dan pembuatan regulasi kesehatan spesifik serta kesadaran hukum masyarakat masih rendah, dan masih lemahnya penegakan hukum menyebabkan berbagai hambatan dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai terobosan/pendekatan terutama pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan penguatan kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui pengembangan Desa Siaga. Di bidang lingkungan, mekanisme mitigasi serta adaptasi dan pengenalan resiko akan perubahan iklim menuntut kegiatan kerja sama antara pihak lingkungan dengan pihak kesehatan dan seluruh sektor terkait.

2. Jelaskan hubungan SKN dan SKD dengan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas serta pencapaian target standar pelayanan minimum (SPM). SKN/SKD merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ke derajat yang setinggi-tingginya. Untuk itu SKN/SKD mengamanatkan untuk ditetapkan standar pelayanan minimum kepada daerah yang dalam hal inis adalah puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Departemen Kesehatan RI, 2004) Profil kesehatan masyarakat dapat di liat dari data hasil pencapaian puskesmas tahun 2010 yang terdiri dari upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseporangan (UKP). Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan Permenkes 128 tahun 2004 adalah : 1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
15

2. Upaya Kesehatan Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Upaya Kesehatan Lingkungan 4. Upaya Promosi Kesehatan 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Kesehatan Pengobatan Sedang Upaya Kesehatan Pengembangan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram yaitu : 1. Upaya kesehatan Lansia 2. Pelayanan Rawat Inap 3. Pelayanan PONED (kegawatdaruratan ibu dan bayi) Kemudian hasil tersebut juga disesuaikan dengan Target yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram melalui target di tiap-tiap program kegiatan. Berikut ini adalah contoh standar pelayanan minimum (SPM) pada Puskesmas Tanjung Karang pada periode tahun 2010, hal ini dapat dilihat dari masing-masing program upaya kesehatan wajib, yaitu: A. UPAYA KESEHATAN WAJIB 1. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK KB Pada tahun 2010 terdapat 0 (nol) kasus ibu meninggal, hal tersebut merupakan jumlah yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 2 kasus. Ibu hamil yang terdata pada tahun 2010 sebanyak 1.082 jiwa, meningkat dari tahun 2009 yang hanya 1.048 jiwa. Demikian pula halnya dengan jumlah bayi meninggal yang hanya berjumlah 3 kasus. Kasus terbanyak pada kelurahan Kekalik Jaya sebanyak 2 kasus dan sisanya terdapat pada kelurahan Banjar. Jumlah bayi meninggal pada tahun 2009 mencapai 11 kasus. Untuk Indikator-indikator kesehatan ibu, yang mengalami peningkatan cakupan target adalah cakupan kunjungan bumil K4 sebesar 94.7%, jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya berkisar pada 90.69%. Namun hal tersebut masih dibawah target SPM 2010 yaitu sebesar 95%. Cakupan bumil resti/komplikasi yang ditangani oleh puskesmas mengalami peningkatan drastis menjadi 75.2% yang pada tahun 2009 hanya sebesar 14.69%. Capaian tersebut harus ditingkatkan lagi pada tahun 2011, karena masih dibawah target SPM sebesar 80%. Pelayanan persalinan oleh nakes merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 92.6 % yang pada tahun

16

2009 hanya mencapai 83.43%. Hal tersebut melebihi target yang dikeluarkan oleh Puskesmas yaitu sebesar 89%. Indikator kesehatan berikutnya yaitu pelayanan nifas lengkap/ ibu dan neonatus sesuai standar (KN3). Indikator tersebut mengalami penurunan menjadi 81.1% yang pada tahun 2009 mencapai 82.30%. Indikator tersebut selain mengalami penurunan juga belum mencapai target SPM yaitu 90%. Capaian pelayanan dan atau rujukan bumil resti/komplikasi merupakan indikator yang bisa kita banggakan karena sudah mencapai 100% melebihi capaian 2009 yang sebesar 73.31% serta sudah mencapai target SPM sebesar 100%. Pada upaya kesehatan ibu dan anak KB, yang diperhatikan adalah kesehatan bayi. Indikator indikator yang mencerminkan kesehatan bayi salah satunya adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2010 sebanyak 3 kasus. Hal tersebut mengalami penurunan dari tahun 2009 yang mempunyai 11 kasus bayi meninggal. Cakupan BBLR yang ditangani sudah mencapai angka 100% sesuai dengan target SPM. Cakupan neonatal resti/komplikasi yang ditangani masih dikisaran 72.4%, walapun hal ini masih dibawah target cakupan SPM yakni sebesar 80%. Namun hal tersebut sudah mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2009 sembilan yang sebesar 27.74%. Cakupan kunjungan bayi sudah jauh melebih target SPM yang hanya sebesar 90%. Cakupan kunjungan bayi ke Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai123.9% pada tahun 2010 dan 109.42% pada tahun 2009. Cakupan KN1 mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 75.7% dari tahun 2009 yang mencapai angka 84.71%.

2. UPAYA KESEHATAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT Angka balita gizi buruk sebanyak 0 (nol) kasus, hal ini merupakan peningkatan dari tahun 2009 yang mencapai 3 kasus. Cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun masih di bawah target SPM (90%) yakni hanya sebesar 71.63%. Hal tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2009 yang mencapai 66.12%. Cakupan pemberian tablet besi sudah melebihi target SPM (90%) yaitu sebesar 98.52%. Cakupan balita yang naik berat badannya hanya mencapai 51%, meskipun hal ini merupakan peningkatan dari

17

tahun 2009 yang hanya mencapai 48.10%, namun capaian ini masih dibawah target SPM yaitu sebesar 80%. Angka balita bawah garis merah (BGM) sudah mencapai target SPM yakni <15%. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai kisaran 3.55%, telah terjadi penurunan pada tahun 2010 yang mencapai 4.22%.

3. UPAYA KESEHATAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Jumlah sasaran air bersih pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu mencapai 9723 dari tahun 2009 yang hanya mencapai 7672. Meskipun sasarannya mengalami peningkatan, namun cakupan sarana air bersih (sab) mengalami penurunan (78.3%) dari nilai tahun 2009 sebesar 81.5%. Hal tersebut masih di bawah target SPM yang mencapai 90%. Kelompok pemakai air pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang mengalami penurunan menjadi 34 Tim dari 73 tim pada tahun 2009. Namun dari 34 Tim tersebut hanya 21 yang bertahan (61.76%). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kelompok pemakai air menjadikan sarana air bersih tersebut sebagai milik pribadi. Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari 186 menjadi 191 buah. Namun dari jumlah tersebut, hanya 43 buah (22.5%) yang memenuhi syarat. Kenyataan ini masih di bawah target SPM yang mencapai 75%. Jumlah Saluran Pembuangan Air dan Limbah (SPAL) pada wilayah kerja Puskesmas mengalami peningkatan menjadi 9723 buah dari 8863 buah pada tahun 2009. Cakupan SPAL melebihi target SPM (75%) yaitu 81.8% pada tahun 2010. Salah satu indikator penyehatan lingkungan adalah cakupan rumah sehat dan jamban keluarga. Secara keseluruhan, jumlah rumah mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 9723 dari 7672. Namun cakupan rumah sehat yang ada mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 93.4%. Hal ini masih di bawah target SPM sebesar 75%. Jumlah jaga yang memenuhi syarat mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2009 menjadi 2042 buah, namun cakupan jaga mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 75.5% pada tahun 2009. Hal tersebut masih di bawah target SPM sebesar 75%.

18

4. UPAYA KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN Promosi kesehatan merupakan salah satu ujung tombak dari program Puskesmas pada umumnya dan Puskesmas Tanjung Karang pada khususnya. Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Untuk meningkatkan wasasan masyarakat dalam hal kesehatan diperlukanlah promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan sebagai salah satu contohnya. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu bentuknya. Penyuluhan PHBS dapat dilakukan di Rumah Tangga, Sekolah, Institusi Sarana Kesehatan, Institusi Tempat Tempat Umum (TTU), serta Institusi Tempat Kerja. Penyuluhan PHBS di Rumah Tangga mulai dilakukan pada tahun 2010 dan mencapai cakupan sebesar 56.59%. Hal tersebut bisa dikatakan pencapaian yang baik walaupun masih di bawah target SPM sebesar 65%. Penyuluhan PHBS di Sekolah dan Institusi Kesehatan masing-masing mencapai angka 37.5% dan 100%. Kedua pencapaian tersebut sudah di atas target yang dicanangkan oleh Puskesmas sebesar 37% dan 100%. Penyuluhan PHBS di Institusi TTU mencapai 31.8% di atas target Puskesmas yang hanya 31%. Penyuluhan PHBS di Institusi Tempat kerja belum dilakukan oleh karena satu dan lain hal. Pos Pelayanan Terpadu atau yang bisa dikenal dengan nama POSYANDU merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas. Jumlah Posyandu madya yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Karang mencapai 31.54% dan mencapai target yang dicanangkan oleh Puskesmas yaitu <50%. Posyandu purnama mencapai 68.16% melebihi target SPM sebesar 40%. Posyandu yang aktif mencapai 68.16% jauh diatas target Puskesmas yang hanya 40%. Narkotika dan Penyalahgunaan Zat Terlarang atau lebih dikenal dengan NAPZA merupakan momok tersendiri bagi perkembangan generasi bangsa. Demi melindungi generasi muda pada wilayah kerjanya, Puskesmas Tanjung Karang mengadakan penyuluhan terkait NAPZA. Hal ini mulai dilakukan pada tahun 2010 dan baru mencapai 5.7%, dan masih di bawah target SPM sebesar 15%. Pencapaian tersebut sebaiknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang negatif, karena penyuluhan NAPZA pada generasi muda pada khususnya dan masyarakat pada uumnya harus dilakukan secara perlahan namun menyeluruh.

19

Desa-desa dengan penggunaan kadar Yodium yang baik di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai 76.8% walaupun baru dicanangkan pada tahun 2010. Hal ini masih di bawah target SPM yakni sebesar 80%. Kendati demikian, kelurahan yang memiliki desa siaga mencapai 100% dari total seluruh desa. Hal ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Puskesmas Tanjung Karang.

5. UPAYA KESEHATAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) Salah-satu indikator berhasil atau tidaknya suatu Puskesmas menjalankan fungsinya di bidang preventif penyakit dilihat dari kesuksesan bidang P2M dalam mencapai target. Indikator P2M bisa dikatakan berhasil adalah melalui prosentase cakupan Kelurahan yang menjalankan program UCI. Sasaran bayi pada tahun 2010 meningkat menjadi 984 bayi dari 955. Kelurahan UCI mencapai 100% sesuai target SPM. Namun ada aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Aspek tersebut adalah imunisasi HB 1 untuk bayi <7 hari yang mengalami penurunan menjadi 94.6% dari tahun sebelumnya yang mencapai 102%. Cakupan imunisasi anak sekolah (BIAS) mengalami peningkatan menjadi 99% dari 98%. Namun hal ini masih di bawah target SPM yang mencapai 100%. Pada bidang P2 TB, jumlah sasaran 61 orang, jumlah tersangka TB yang diperiksa sebanyak 264 jiwa dengan BTA (+) mencapai 12 penderita. Jumlah penderita yang dikonfersi sebanyak 11 penderita. Cakupan kesembuhan penderita BTA (+) hanya mencapai 83.33% dan masih di bawah target SPM sebesar 90%. Pada bidang P2 Pneumonia, angka penemuan penderita pneumonia balita hanya mencapai 69.48%. Hal tersebut masih berada di bawah target SPM sebesar 90%. Namun jumlah penderita pneumonia yang ditangani sudah mencapai angka 100%. Pada bidang P2 DBD, penderita DBD yang ditangani sudah mencapai 100%. Namun angka bebas jentik baru mencapai angka 73.88% dan masih di bawah target SPM > 95%. Bidang P2 Diare melaporkan bahwa baru 52.61% angka cakupan diare. Hal tersebut juga masih di bawah target SPM yang mencapai angka

20

100%. P2 malaria melaporkan bahwa pemeriksaan darah pada penderita klinis malaria sudah mencapai angka 100%. Selain itu, penderita yang ditangani dengan pengobatan standart mencapai 100%. Bidang P2 kusta melaporkan temuan kasus kusta berjumlah 1 kasus dengan RFT 100%. Hal tersebut sudah mencapai bahkan melebihi target SPM yang mencapai kisaran >90%. Bidang P2 HIV melaporkan bahwa penderita IMS (Infeksi Menular Seksual) yang diobati mencapai 100%. Serta tidak ditemukan adanya HIV/AIDS pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang. Pada bidang pelayanan haji, sudah 100% calon jamaah haji yang diperiksa di Puskesmas Tanjung Karang. 6. UPAYA KESEHATAN PENGOBATAN Upaya kesehatan pengobatan merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang dijalankan oleh Puskesmas Tanjung Karang yang bergerak di bidang kuratif dan rehabilitatif. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47.127 jiwa, diharapkan jika masyarakat sakit berkunjung ke Puskesmas. Hal itu nampaknya merupakan sesuatu yang tercapai pada tahun 2010. Sekitar 43.338 jiwa berkunjung ke rawat jalan umum serta 5744 berkunjung ke rawat jalan gigi. Upaya kesehatan pengobatan di Puskesmas Tanjung Karang ditunjang oleh adanya fasilitas Laboratorium. Pemeriksaan Hb (Haemoglobin) pada ibu hamil mencapai 94.7%. Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD mencapai 100%. Pemeriksaan darah malaria mencapai 100%. Pemeriksaan tes kehamilan mencapai 100%. Berikut adalah 10 daftar penyakit terbanyak pada tahun 2010, yaitu:

NO 1 2 3 4 5 6 7 8

NAMA PENYAKIT NASOFARINGITIS AKUT (CC) J00 DIARE DAN GE YG DIDUGA BERASAL DARI INFEKSI A09 GASTRITIS DAN DUODENITIS K29 ABSES, FURUNKEL DAN KARBUNKEL KULIT L02 TONSILITIS AKUT J03 ARTHRITIS LAINNYA M13 CHRONIC APICAL PERIODONTITIS K04.5 HYPERTENSI ESENSIAL (PRIMER) I10

21

9 10

DERMATITIS ATOPIK L20 OPEN WOUND OF UNSPECIFIED BODY REGION T14.1 Table. penyakit terbanyak ICD 10

B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN 1. UPAYA KESEHATAN LANSIA Upaya kesehatan Lansia yang dikembangkan oleh Puskesmas Tanjung Karang terbagi menjadi upaya kesehatan statis dan dinamis. Upaya kesehatan statis yang dimaksud adalah ketersediaannya Poli Lansia di Puskesmas Tanjung Karang. Berikut keunggulan yang dimiliki oleh Poli Lansia: One Stop Service Pelayanan Tersendiri Buka Tiap Hari SIK: Entry tersendiri Lokasi mudah dijangkau lansia, tidak perlu antri di loket. Upaya kesehatan lansia yang bersifat dinamis dilakukan di luar gedung Puskesmas Tanjung Karang. Aktifitas yang dilakukan seperti senam lansia, penyuluhan lansia, pemeriksaan kesehatan lansia dan membentuk kelompok lansia. Berbagai upaya kesehatan di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan menjadikan lansia menjadi lebih mandiri dan produktif.

2. UPAYA PELAYANAN RAWAT INAP Demi menjalankan fungsinya sebagai puskesmas perawatan, maka fasilitas rawat inap merupakan salah satu aspek yang harus terpenuhi. Cakupan pasien umum yang dirawat inap mencapai 130 pasien, Askes 29 pasien, Jamkesmas 341 pasien, BKSBJK mencapai 227 pasien. Berikut adalah 10 kasus terbanyak di rawat inap pada tahun 2010 berurut berdasarkan frekuensinya: 1. Diare 2. Thypus Abdominalis 3. Gastritis 4. Hipertensi 5. Demam dengue 6. ISK
22

7. COPD (PPOK) 8. Anemia 9. Asma bronkiale 10. Vertigo Fasilitas rawat inap memiliki prosentase BOR 62,26% dan ALOS 3.68%

3. PELAYANAN PONED (KEGAWATDARURATAN IBU DAN BAYI) Pelayanan Poned yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Karang sudah mengalami peningkatan pesat. Hal ini bisa dilihat dari total kasus pada 2010 yang ditangani atau dirujuk sebanyak 178 kasus dibandingkan tahun 2009. Berikuut adalah laporan PONED tahun 2010 yang pernah ditangani maupun dirujuk oleh Puskesmas Tanjung Karang. NO KASUS 2009 TOTAL 1 PE/ EKLAMPSI PER PEB EKLAMPSI HT KRONIK 2 HPP ATONIA UTERI RETENSIO PLAC SISA PLAC INVERSIO UTERI ROBEKAN JLN LAHIR 3 4 VE INFEKSI NIFAS 24 38 38 10 2 3 1 2 1 1 48 15 76 0 5 2 0 0 0 0 0 0 10 14 6 12 25 7 17 5 RUJUK 2010 TOTAL RUJUK

23

BEND. PAYUDARA INFEKSI PAYUDARA INF URIN TRACT

1 4

1 2

Table. kasus penyakit pada PONED Puskesmas Tanjung Karang memiliki tim Poned yang berjumlah 3 tim. Selain tim PONED, wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Juga memiliki Bidan Praktik Swasta (BPS) sebanyak 8 orang.

Subsistem pembiayaan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai

upaya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan sumber daya keuangan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggitingginya. Salah satu sumber pembiayaan yakni BPJS. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial di Indonesia menurut Undangundang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011. Berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011, BPJS akan menggantikan sejumlah lembaga jaminan sosial yang ada di Indonesia yaitu lembaga asuransi jaminan kesehatan PT. Askes Indonesia menjadi BPJS Kesehatan dan lembaga jaminan sosial ketenaga kerjaan PT. PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program Bantuan Iuran. Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan tingkatan manfaat yang diinginkan.

24

Di tahap awal program BPJS kesehatan, pemerintah akan menggelontorkan dana Rp 15,9 triliun dari APBN untuk menyubsidi asuransi kesehatan 86 juta warga miskin. Pada September 2012, pemerintah menyebutkan besaran iuran BPJS Kesehatan sebesar Rp22 ribu per orang per bulan. Setiap peserta BPJS nanti harus membayar iuran tersebut, kecuali warga miskin yang akan ditanggung oleh pemerintah. Namun pada Maret 2013, Kementerian Keuangan dikabarkan memotong besaran iuran BPJS menjadi Rp15,500, dengan alasan mempertimbangkan kondisi fiskal negara. Pemangkasan anggaran iuran BPJS itu mendapat protes dari pemerintah DKI Jakarta. DKI Jakarta menganggap iuran Rp15 ribu per bulan per orang tidak cukup untuk membiayai pengobatan warga miskin. Apalagi DKI Jakarta sempat mengalami kekisruhan saat melaksanakan program Kartu Jakarta Sehat. DKI menginginkan agar iuran BPJS dinaikkan menjadi Rp23 ribu rupiah per orang per bulan.

25

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN System kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyeenggaraan oembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mwujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam UUD tahun 1945. Sedangkan Sistem kesehatan daerah yakni suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya pemerintah masyarakat dan swasta yangterpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan suprasistem dari SKD yang mana SKD ini digunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan dalam kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN, 1997. Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN. Jakarta. 2. Gani EH, 1994. Kemoterapi Masa Kini Untuk Pengobatan Soil Transmitted Helminthiasis. Presented at Simposium Sehari Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Penaggulangan Penyakit Kecacingan. FK USU Medan. 3. Soedarto, 1992. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika. Jakarta. 4. WHO Technical Report Series, 2002. Prevention and Control of Schistosomiasis and Soil Transmitted Helminthiasis. Geneva. 5. WHO, 2006. Schistosomiasis and soil transmitted helminth infections-preliminary estimates of the number of children treated with albendazol or mebendazole. http://www.who.int/weekly epidemiological record. . 6. Sandjaja, B., 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka, Jakarta. 7. An American Family Physian, 2004. Common Intestinal Parasites http://www.An American Family Physician.org. Tanggal akses 5 Mei 2008. 8. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 9. Wijono, D. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.1. Surabaya : Air Langga University Press

27

Anda mungkin juga menyukai