Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Uji widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunkan sejak tahun 1986. Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella sp enteric yang mengakibatkan typoid. Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran (slide test dan uji tabung (tube test . !erbedaannya" uji tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. #ensiti$itas dan spesi%itas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Uji ini didasarkan pada reaksi aglutinasi antara antigen dalam reagen terhadap antibody pada serum penderita demam typoid. &eaksi aglutinasi ini didasarkan pada kenaikan titer" dimana titer awal atau yang biasa disebut aglutinasi awal yaitu 1/8' yaitu ('ul reagen ) *'ul serum penderita. +pabila terjadi aglutinasi () maka dapat dianjutkan dengan pemeriksaan titer berikutnya yaitu 1/16' yaitu ('ul reagen ) 1'ul serum penderita" apabila diperoleh hasil positi%" dilanjutkan lagi pada titer berikutnya yaitu 1/,*' yatu ('ul reagen )-ul serum penderita" ini adalah titer tertinggi. +pabila telah mencapai titer 1/,*' maka dapat di %onis menderita demam ti%oid. .amun apabila baru mencapai titer 1/8'" untuk pasien yang pernah menderita demam typoid maka ini merupakan titer normal" tetapi untuk pasien yang belum pernah mengalami demam typoid maka perlu dilakukan pemerikasaan berikutnya pada -/0 hari" untuk melihat apakah ada peningkatan titer atau tidak. Untuk titer 1/16'" untuk pasien yang pernah mengalami demam ti%oid maka perlu dilakukan pemeriksaan dalam jangka waktu -/0 hari untuk meluhat kenaikan titernya" namun untuk pasien yang belum pernah mengalami demam typoid maka sudah dapat dikatakan () typoid. 1alu berlanjut pada titer 1/,*'. Untuk pemeriksan uji widal metode slide" pemeriksaan tidak boleh dilakukan apabila telah melewati 1 menit setelah pencampura reagen dan serum karena dapta menghasilkan nilai posti% palsu yang dikarenakan apabila lebih dari 1 menit" antibody yang seharusnya tidak berikatan akan berikatan sehingga terbentuk aglutinasi.2 3enurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local memberikan sensiti$itas dan spesi%itas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import . 4ari hasil pemriksaan diperoleh hasil negati$e (/ atau tidak terjadi aglutinasi pada pemeriksaan yang menunjukan bahwa pasien tidak mengalami demam typoid atau sama sekali belum penah mengalami demam typoid. XII. KESIMPULAN Uji widal adalah prosedur uji serologi untuk nmendeteksi bakteri Salmonella spenteric yang mengakibatkan typoid. Uji widal ini tidak boleh dilakukan lebih dari 1 menit karena dapat menyebabkan nilai positi% palsi. 4ari pemeriksaan pasien tidak terjadi aglutinasi (/ negati$e.

Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang timbul secara sporadik endemik dan ditemukan sepanjang tahun. Insidensi demam tifoid di Indonesia cukup tinggi akibat tingginya urbanisasi, kontaminasi sumber air, resistensi antibiotik, penegakkan diagnosis terlambat, serta belum ada vaksin tifoid yang efektif. WHO menyatakan bah a secara global pada tahun !""# terdapat $ %& juta kasus. Insidensi demam tifoid di Indonesia per tahun antara #'()*%" per %"".""" penduduk, dengan mortalitas !)#,'+ ,Sudarmono dkk., !"""- WHO, !""%.. Demam tifoid dalam /ndang)undang nomor 0 1ahun %20! tentang abah termasuk penyakit menular. Hasil Surveilans Departemen 3esehatan 4I melaporkan bah a terdapat peningkatan prevalensi demam tifoid dari tahun %22" yaitu 2,! menjadi %',( per %".""" penduduk pada tahun %22(, dan di akhir tahun !""' tercatat ada !'.!&" kasus. Insidensi demam tifoid di tiap daerah bervariasi sesuai dengan keadaan sanitasi lingkungan, di daerah rural 5a a 6arat ada %'& kasus dan urban &0")*%" per %"".""" penduduk. 7erbedaan insidensi demam tifoid di daerah urban berhubungan dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan antara lain sistem pembuangan sampah. 7enularan demam tifoid adalah secara oral)fecal yaitu melalui makanan dan minuman tercemar tinja yang mengandung Salmonella sp. ,Djoko Widodo, !""0.. Demam tifoid sekilas seperti penyakit ringan dengan gejala klinik tidak khas. 8ejala klinik demam tifoid yang timbul bervariasi, dari ringan sampai dengan berat, asimtomatik hingga disertai komplikasi. 8ejala klinik demam tifoid pada minggu pertama sakit yaitu berupa keluhan demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, serta perasaan tidak enak di

perut, dan dapat disertai batuk atau ditemukan adanya epistaksis. 9anifestasi klinik demam tifoid pada minggu kedua akan tampak semakin jelas. Demam tifoid bila tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan intestinal, perforasi usus, trombositopenia, koagulasi vaskular diseminata, hepatitis tifosa, miokarditis, pankreatitis tifosa, hingga kematian ,Djoko Widodo, !""0.. Diagnosis klinik demam tifoid sulit ditegakkan karena manifestasi kliniknya tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid. Diagnosis pasti demam tifoid ditegakkan bila ditemukan isolat Salmonella typhi pada media kultur bahan pemeriksaan yang berasal dari penderita. 6ahan pemeriksaan untuk kultur dapat menggunakan darah, aspirat sumsum tulang, feses, atau urine. 3ultur darah masih digunakan sebagai standar baku emas karena prosedur pengambilan bahan pemeriksaan darah relatif kurang invasif dibandingkan dengan aspirasi sumsum tulang. Sensitivitas pemeriksaan kultur darah penderita demam tifoid pada minggu perertama 0")*"+ bila prosedur kultur memenuhi syarat, yaitu volume bahan pemeriksaan darah minimal ')%' ml untuk penderita de asa dan anak !)# ml, penderita belum mendapat terapi antibiotik. Sensitivitas kultur Salmonella sp. dari bahan pemeriksaan aspirat sumsum tulang lebih tinggi yaitu *")2'+, karena hasil pemeriksaan kultur sumsum tulang tidak tergantung pada lama penderita sakit maupun pemberian terapi antibiotik sebelum pemeriksaan kultur, tetapi tindakan aspirasi sumsum tulang invasif dan penuh risiko ,8illman %2&'- :allenas, %2*'.. Hasil pemeriksaan kultur Salmonella typhi, umumnya baru diperoleh setelah #)' hari inokulasi bahan pemeriksaan pada media kultur, sehingga penegakan diagnosis demam tifoid sering terlambat dan hasil kultur sering negatif palsu akibat terapi antibiotik sebelum pemeriksaan kultur. 7emeriksaan Widal merupakan pemeriksaan serologis penunjang diagnosis

demam tifoid yang masih sering diusulkan oleh klinisi hingga saat i

Anda mungkin juga menyukai