Anda di halaman 1dari 2

Garden Juice Garden Juice adalah sebuah cafe yang mengedepankan jus sebagai produknya.

Jus yang mereka jual beragam, mulai dari yang original sampai yang mixed atau dicampur dengan buah lain atau yoghurt. Garden Juice berlokasi di Pogung. Beberapa bulan yang lalu, Garden Juice baru saja membuka cabang di Jalan Palagan Tentara Pelajar. Pada hari Rabu, 2 Januari 2013 kemarin, kelompok kami mendapat kesempatan untuk mewawancarai orang yang mempunyai andil besar dalam berdirinya Garden Juice tersebut, Ridha Perwira. Ridha Perwira sendiri adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada angkatan 2008. Pada tahun 2009, Ridha membuka etalase kecil-kecilan yang menjual jus bersama teman-temannya, karena pada waktu itu usaha cafe sedang menjamur di Yogyakarta. Waktu itu yang dijual baru jus yang original saja. Ternyata etalase yang mereka buka menjadi ramai, bahkan sampai ada ibu-ibu yang ngidam untuk membeli jus di situ. Banyak pelanggan mereka yang mengusulkan agar mereka membuka cafe saja. Karena namanya sejak awal adalah Garden Juice, seorang teman Ridha menyarankan agar konsep cafe yang akan dibuat adalah kebun. Jadi arahnya membuat kebun yang kosong menjadi produktif. Akhirnya, Ridha memanfaatkan kebun jadi venue untuk usaha dan dibukalah Garden Juice dengan konsep kebun. Setelah berjalan selama kurang lebih dua tahun, Garden Juice masih tetap seperti itu, karena Ridha juga sibuk dengan bisnisnya yang lain. Modal awal Garden Juice sebesar 60 juta rupiah benar-benar murni dari Ridha sendiri. Ridha terinspirasi berbisnis dalam bidang jus ini karena dia ingin berbisnis di industri makanan yang tidak mengandung pengawet. Ridha sampai sekarang mengaku tidak pernah membuat promosi untuk Garden Juice karena dia sangat yakin dengan kualitas produknya. Promosi yang dilakukan hanya sebatas mulut ke mulut. Kualitas yang dimaksud oleh pria yang lahir pada 14 Juni 1990 ini adalah komposisi buahnya yang tertakar dan Ridha sendiri yakin tidak ada yang seperti itu. Buah-buah yang dia beli juga mempunyai kualitas yang luar biasa. Misalnya anggur Bali yang dia ambil sendiri di Bali, dan yoghurt yang dia pesan langsung dari Bandung. Omset Ridha tiap bulan adalah 25-30 juta rupiah, dengan pendapatan bersih sekitar 35%. Jus yang terjual tiap bulannya bisa mencapai 2700-2800 gelas jus, dan ketika sedang musim hujan sekitar 2300-2400 gelas jus. Tetapi beberapa bulan yang lalu ada investor dari Jakarta yang tertarik dengan Garden Juice dan membeli saham. Garden Juice akan dikembangkan agar bisa memasuki taraf nasional dengan sasaran menengah ke atas. Tadinya, Ridha ingin menjaga agar konsepnya tetap kebun, namun setelah diriset, konsep kebun akan sedikit susah. Akhirnya diputuskan untuk bermain di outlet. Dengan adanya perubahan konsep, bukan berarti kualitas yang sangat dijaga di Garden Juice ini juga berubah. Ridha mempertahankan segi produksi Garden Juice, dan sistem yang baru ini bisa memperkuat sistem produksi Garden Juice.

Selain Garden Juice, Ridha juga mendirikan Youthful, jasa langganan jus setiap hari. Youthful ini lebih menargetkan orang yang ingin datang ke Garden Juice tetapi mereka tidak mempunyai waktu, sehingga Youthful yang mengantarkannya. Untuk bisnis selanjutnya, rencananya pria yang mempunyai hobi membaca buku ini ingin mendirikan toko buah yang besar. Untuk toko buah ini dia ingin bekerja sama dengan orang profesional dari Jakarta. Ridha ingin membuat potongan buah, atau buket, untuk gift atau kado. Rencananya Ridha ingin memulai bisnis toko buah ini pada tahun 2015. Dari tahun 2013-2015 dia ingin mematangkan sistem untuk Garden Juice terlebih dahulu. Pada bulan Agustus nanti, rencananya Garden Juice akan membuka cabang di Semarang. Hambatan yang didapat Ridha pertama distribusi, karena ada buah yang hanya tahan beberapa hari. Lalu kematangan buah yang terkadang tidak sesuai dengan harapan. Selanjutnya, susah menjaga kualitas. Menjaga kan harus diawasi. Butuh biaya yang lebih besar, tuturnya. Ketika ditanya tentang sukses, laki-laki yang berasal dari Batam ini memaparkan bahwa sukses itu berbeda-beda bagi setiap orang. Baginya, sukses itu mempunyai perusahaan multinasional, perusahaan yang sudah berada di taraf nasional dan diakui internasional. Target waktunya adalah saat dia berumur 30 tahun. Ridah mengaku ingin berbisnis di Amerika, bukan di Indonesia. Awal-awal Ridha mulai berbisnis, dia sempat bertengkar dengan orang tuanya karena orang tuanya takut berbisnis akan mengganggu kuliahnya dan sangat beresiko. Akhirnya dia meyakinkan bahwa berbisnis itu tidak masalah. Sekarang Ridha didukung oleh orang tuanya. Seperti manusia lainnya, pria yang mengaku bisa menghabiskan uang 3-4 juta rupiah per bulan untuk membeli buku ini pun pernah gagal dalam berbisnis, bahkan dia mengakui bahwa dia pernah 5 kali gagal dalam membuka usaha. Misalnya dulu dia ingin membuka usaha dalam bidang animasi, tapi sayangnya tidak berhasil. Lalu dia juga pernah ingin usaha barang-barang BM (Black market) di Batam, tapi sayangnya Ridha ditipu. Tapi kegagalan-kegagalan tersebut tidak membuat Ridha mundur dari berbisnis. Menurut Ridha, hal yang paling berat di bisnis adalah memulai. Dia menyarankan jika mahasiswa ingin berbisnis mulailah dari sekarang, persiapkan semuanya sebelum lulus agar ketika lulus tinggal menjalankannya. Menurutnya berbisnis dan profesional itu sangat berbeda, seperti air dan minyak. Kalau mau mutusin untuk berbisnis, ya bisnis, profesional ya kerja profesional untuk melayani apa yang kita kejar. Pilih dari sekarang, mulai dari sekarang, kalau mau profesional jadilah orang yang profesional. Satu kata kuncinya adalah service. Apapun pekerjaannya kan untuk melayani orang lain. Melayani itu segalanya. Tujuan semua orang kan untuk melayani, dengan melayani kita bisa jadi kaya, baik hati maupun uang, paparnya.

Anda mungkin juga menyukai