Anda di halaman 1dari 4

Kesehatan Gigi Dan Mulut ANak

Written by Sub Dept. Publikasi dan Informasi Sunday, 14 March 2010 19:31

KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK Perawatan gigi susu sebenarnya lebih mudah dibandingkan gigi tetap, karena lebih sedikit serta lebih mudah untuk orangtua memantau makanan yang dikonsumsi anak. Adapun contoh penyakit gigi dan mulut yang sering dialami balita dan anak - anak bila perawatannya tidak dilakukan dengan baik, yaitu Caries ( lubang pada permukaan gigi ) dan Gingivitis ( radang / pembengkakan pada gusi ). Seringkali kita sebagai orangtua beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu jadi tidak usah dirawat , karena nanti juga akan berganti dengan gigi tetap. Padahal sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah anak harus mulai diajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya. Gigi susu mempunyai fungsi istimewa yang tidak dimiliki gigi tetap, yaitu: - sebagai pedoman penuntun atau penunjuk arah tumbuhnya gigi tetap agar kelak tumbuh pada tempat yang sesuai. - gigi susu juga menjaga pertumbuhan lengkung rahang sehingga susunan gigi menjadi teratur. Salah satu tanda gigi tetap akan tumbuh umumnya didahului dengan goyangnya gigi susu. Hal ini terjadi karena gigi susu jadi lebih pendek akibat dorongan proses keluarnya gigi tetap ( resorbsi ). Terkadang orangtua kurang memperhatikan bahwa ketika gigi geraham anak rusak disangka gigi susu, padahal gigi tersebut sudah merupakan gigi tetap. Karena itu perlu dicermati tanggalnya gigi susu yang sudah tergantikan gigi tetap. Bakal gigi susu sebenarnya terbentuk ketika anak masih dalam kandungan , yaitu pada masa kehamilan trimester kedua. Karena itu kekuatannya tergantung dari asupan gizi , terutama Kalsium yang dikonsumsi ibu ketika hamil. Ketika bayi lahir sebenarnya dia telah memiliki 20 gigi utama, yang sebagian besar telah terbentuk penuh di dalam gusi. Karena itu perawatan gigi dapat dimulai sejak bayi, yaitu dengan menggunakan kain kasa atau kapas yang di basahi dengan air matang, kemudian digosokkan pada gusi bayi setiap habis menyusui. Ketika gigi susu telah tumbuh ( erupsi ) lebih dari 8 buah, bersihkan dengan sikat gigi bayi yang mempunyai ujung kecil dan berbulu halus atau yang berbulu karet. Setidaknya dibersihkan sekali sehari tanpa memakai pasta gigi. Ketika anak berusia 2 - 3 tahun jumlah gigi susu dalam mulut sudah lengkap 20 buah. Mulailah anak diajarkan tehnik menyikat gigi, tetapi orangtua tetap mengawasi. Saat mereka sudah bisa berkumur, boleh memakai pasta gigi yang mengandung fluoride namun rasanya tidak manis. Lakukan 2 kali sehari sehabis makan pagi dan sebelum tidur malam. Orangtua juga dapat membantu membersihkan sela - sela gigi anak dengan benang gigi / dental floss sampai usia 8 tahun atau sampai anak bisa melakukannya sendiri. Ajaklah anak untuk biasa mengkonsumsi sayur atau buah dan kontrol makanan yang mereka konsumsi. Berdasarkan rekomendasi The American Academy of Pediatric Dentistry, waktu yang paling tepat untuk membawa anak kedokter gigi yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau tidak lebih dari usia satu tahun. Disarankan sebaiknya pertama kali anak diajak kedokter gigi hanya sebagai perkenalan. Kemudian pada konsultasi kedua , sebaiknya tindakan yang dilakukan hanya memeriksa keadaan gigi. Yang penting tindakan pertama tidak boleh menyebabkan trauma pada anak. Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan sekali, kecuali anak menderita sakit gigi dan perlu penanganan segera. Demikian ibu2, semoga bermanfaat. ( Dari berbagai sumber )

http://sister.imsa.us/index.php/en/artikel/kesehatan/50/1019-kesehatan-gigi-dan-mulut-anak

Pengaruh Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Kesehatan secara Menyeluruh
Posted on November 23, 2011

Oleh: Ali Taqwim Selain keadaan sistemik yang dapat mempengaruhi keadaan rongga mulut, keadaan pada rongga mulut pun dapat mempengaruhi keadaan sistemik. Sejak dahulu telah diketahui hubungan antara kesehatan rongga mulut dengan kesehatan sistemik, sehingga kejadian pada rongga mulut tidak dapat dipisahkan dengan keadaan sistemik (Supriyatno & Darmawan, 2002). Status kesehatan gigi-mulut sangat bermakna pada anak. Riset telah membuktikan adanya hubungan antara kesehatan mulut dengan kesehatan umum. Gangguan kesehatan mulut berdampak lebih luas daripada sekadar gangguan lokal mulut dan sekitarnya. Keadaan seperti labiopalatoskisis akan mengganggu nutrisi dan proses bicara. Berbagai kelainan gigimulut dapat mengganggu kesehatan umum pada anak, di antaranya: (1) gangguan

pertumbuhan struktur maksilofasial bawaan/didapat; (2) trauma wajah dan mulut; (3) kebiasaan oral yang mengganggu pertumbuhan rahang; (4) keganasan rongga mulut; dan (5) infeksi oral (karies dentis) (Supriyatno & Darmawan, 2002). Rongga mulut merupakan tempat berkumpulnya bakteri. Rongga mulut memberi kontribusi yang cukup berarti dalam menimbulkan bakteremia. Pada keadaan penurunan imunitas, bakteri rongga mulut yang semula komensal dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik. Misalnya, pada keadaan penyakit jantung bawaan, infeksi pada rongga mulut dapat menyebabkan endokarditis bakterialis yang merupakan penyakit yang cukup serius. Infeksi gigi secara perkontinuitatum dapat menjalar ke mastoid dan akhirnya menyebabkan meningitis purulenta yang dapat berakibat fatal (Peterson &Thomson, 1999). Pada keadaan mulut yang sakit, proses nutrisi mengalami gangguan. Demikian pula komunikasi. Keadaan gangguan mulut yang sering terjadi adalah karies dentis yang berhubungan dengan higiene mulut dan kurangnya fluor. Kedua hal tersebut harus menjadikan perhatian dokter, baik dokter anak maupun dokter gigi. Akibat gangguan tersebut, proses tumbuh kembang anak akan terganggu, terutama pada anak balita. Karies dentis, selain banyak dijumpai pada anak balita, juga pada anak sekolah di mana sakit gigi merupakan kejadian sehari-hari yang sering dijumpai (Supriyatno & Darmawan, 2002). Infeksi saluran napas atas akut (ISPA) seperti faringitis dan common cold (influensa) merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering dijumpai. Gejala utama faringitis adalah batuk, demam, nyeri saat menelan, dan rasa tidak nyaman di mulut. Faringitis karena bakteri biasanya dengan demam mendadak tinggi, sakit menelan, terdapat detritus pada farings, dan pembesaran kelenjar getah bening sekitarnya. Gejala common coldhampir sama dengan radang tenggorok. Pada yang ringan, gejala panas tidak timbul. Gejala yang dapat timbul adalah batuk, pilek, dan hidung tersumbat. Tampak bahwa infeksi sekitar rongga mulut dapat menyebabkan kelainan sistemik berupa demam, nyeri otot, dan rasa tidak nyaman pada pasien (Supriyatno & Darmawan, 2002). Pada faringitis, pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis dengan netrofil yang meningkat. Jika dijumpai keadaan di atas, kemungkinan infeksi oleh Streptokokus

hemolitikus sangat besar. Infeksi kuman tersebut dapat menimbulkan kelainan di kemudian hari, yaitu penyakit jantung rematik dan glomerulonefritis pasca-streptokokus yang menjadi masalah cukup serius (Supriyatno & Darmawan, 2002). Infeksi endokarditis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme pada katub jantung atau endokardium, seringkali pada kelainan jantung kongenital atau didapat. Penyebab pada umunya kuman, tetapi bisa juga jamur. Apabila penyebabnya adalah bakteri maka disebut bakterial endokarditis. Patogenesis infeksi endokarditis adalah penyakit jantung kongenital atau kelainan katup terjadi aliran darah abnormal di dalam jantung. Arus-arus turbulasi ini akan menimbulkan trauma pada endokardium, sehingga terjadi lesi pada jnatung. Dengan adanya bakterimia walapun sifatnya sementara akan menimbulkan vegetasi kuman (Sarsito, 2000). Bakteri endokarditis dapat bersifat akut atau subakut. Pada yang akut bersifat sudden onset, jika tidak dirawat maka fatal dalam beberapa minggu. Penyebabnya biasanya Streptokokus aureus. Pada yang subakut bersifat slower onset, jika tidak dirawat maka fatal dalam beberapa bulan. Penyebabnya biasanya Streptokokus viridans (Sarsito, 2000). Bakterial endokarditis seringkali dihubungkan dengan adanya foci infeksi di mulut. Hal ini karena adanya persamaan penyebab diantara keduanya dan gejala yang dapat timbul segera setelah manipulasi di mulut. Lesi-lesi di mulut yang dapat merupakan foci infeksi adalah lesi-lesi periapikal seperti granuloma, kista dan abses; gigi dengan infeksi saluran akar; dan penyakit periodontal (Sarsito, 2000).
http://dentosca.wordpress.com/2011/11/23/pengaruh-kondisi-kesehatan-gigi-dan-mulut-terhadapkesehatan-secara-menyeluruh/

Anda mungkin juga menyukai