Anda di halaman 1dari 4

Mempertanyakan Keberadaan Tuhan Judul Artikel : The Great Debate: Does God Exist? Dr.

Greg Bahnsen versus Dr. Gordon Stein, At the University of California, Irvine, 1985 dan Whats Wrong With Being An Atheist? Penulis Website : Dr. W.A. Criswell (Whats Wrong With Being An Atheist?) : http://www.wacriswell-indo.org/apa_yang_salah_dengan_keberadaan.htm http://www.bellevuechristian.org/faculty/dribera/htdocs/PDFs/Apol_Bahnsen_ Stein_Debate_Transcript.pdf Tuhan di mata orang Kristen adalah omnipotent (Maha Kuasa), omniscient (Maha Tahu), and omnibenevolent (Maha Kasih). Keberadaan Tuhan bagi orang Kristen adalah absolut, didasari oleh iman. Iman sendiri artinya adalah percaya, meskipun tanpa melihat. Jangan pertanyakan lagi keberadaan Tuhan di antara orang Kristen, ataupun bahkan di antara umat beragama lain, karena bagi manusia yang beragama, Tuhan adalah nyata. Namun, ternyata masih banyak orang-orang yang menyatakan diri sebagai seorang atheis, yaitu orangorang yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita bahas alasan seorang atheis tidak percaya akan keberadaan Tuhan dan argumen mereka mengenai keberadaan Tuhan. Perkembangan atheisme di Indonesia masih terbilang sangat sedikit, meskipun ada, dibanding di negara-negara lain seperti Cina (negara dengan jumlah atheis terbesar di dunia) ataupun Amerika. Hal ini disebabkan karena ateisme dilarang di Indonesia, didasarkan pada sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Pertanyaannya sekarang, apa yang menjadi dasar pemikiran seorang ateis? Jawabannya adalah pemikiran itu sendiri. Logika, adalah hal yang selalu ditekankan kaum ateis. Hidup dengan logika, jika memakai logika, keberadaan Tuhan adalah mustahil. Ada sebuah debat di University of California pada tahun 1985, berjudul Does God Exists? dengan pembicara di pihak pro adalah Dr. Greg Bahnsen, dan di pihak kontra adalah Dr. Gordon Stein. Dalam debat ini ada beberapa pernyataan yang dinyatakan oleh pihak pro yang dijawab oleh pihak kontra. Pro: Segalanya pasti memiliki sebab, karena itu alam pasti memiliki sebab, dan sebabnya adalah Tuhan. Tuhan adalah penyebab yang tidak disebabkan yang utama (God was the first or uncaused cause).

Kontra: Secara logika, apabila segalanya memiliki sebab, maka Tuhan pasti memiliki sebab. Bila Tuhan memiliki sebab, tidak mungkin Tuhan adalah penyebab pertama atau penyebab yang tidak disebabkan. Jika Tuhan tidak memiliki sebab, maka segalanya tidak perlu memiliki sebab. Jika segalanya tidak perlu memiliki sebab, mungkin alam semesta tidak perlu memiliki penyebab. Pro: Alam Semesta sangatlah luar biasa dan menampilkan bukti dari desain dan aturan yang hebat. Hal ini pasti memiliki desainer yang bahkan jauh lebih luar biasa, dan desainer itu ialah Tuhan. Kontra: Apabila dunia ini didesain dengan luar bisa, dan Tuhan, sang desainer, pasti memiliki pencipta yang jauh lebih luar biasa lagi. Jika Tuhan tidak perlu memiliki pencipta, maka sesuatu yang tidak seluar biasa Tuhan seperti alam semesta tidak perlu memiliki pencipta. Lagi-lagi, di sini terdapat logika yang berkontradiksi. Pro: Tanpa adanya Tuhan, manusia tidak akan memiliki alasan untuk hidup atau berbuat baik, maka dari itu, Tuhan haruslah ada. Hampir semua orang percaya adanya Tuhan, maka Tuhan pasti ada. Kontra: Hal ini bukanlah sebuah bukti, ini hanyalah sebuah harapan. Ini seperti mengatakan, pasti menyenangkan jika memiliki Tuhan, tetapi tidak memiliki sesuatu untuk membuktikan adanya Tuhan atau tidak. Masih banyak lagi argumen-argumen mengenai keberadaan Tuhan dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah mengenai Pascal Wager. Pascal wager adalah pernyataan yang dikeluarkan oleh Blaise Pascal mengenai logika adanya Tuhan orang Kristen. Isinya adalah sebagai berikut: Pascals Wager (1) It is possible that the Christian God exists and it is possible that the Christian God does not exist. (2) If one believes in the Christian God then if he exists then one receives an infinitely great reward and if he does not exist then one loses little or nothing. (3) If one does not believe in the Christian God then if he exists then one receives an infinitely great punishment and if he does not exist then one gains little or nothing. (4) It is better to either receive an infinitely great reward or lose little or nothing than it is to either receive an infinitely great punishment or gain little or nothing.

Therefore: (5) It is better to believe in the Christian God than it is not to believe in the Christian God. (6) If one course of action is better than another then it is rational to follow that course of action and irrational to follow the other. Therefore: (7) It is rational to believe in the Christian God and irrational not to believe in the Christian God. Intinya adalah, mungkin lebih rasional untuk percaya pada Tuhan karena bila tidak percaya adanya Tuhan manusia akan menerima hukuman. Sebenarnya, pernyataan ini mendukung iman Kristen, tetapi pernyataan ini seperti me-logika-kan iman Kristen, padahal seharusnya iman bukan berdasarkan logika. Seorang ateis tanpa sadar telah menjadikan logika sebagai tuhannya. Segala sesuatu di dunia ini dicari penjelasannya, logikanya. Mereka seperti orang-orang yang kehilangan jati dirinya. Pada sebuah artikel dinyatakan hal seperti ini: Ketika Plato berdiri di antara karya-karya tulisnya itu, mungkinkah seorang murid di Akedemia itu akan berdiri dan bertanya, Apakah kamu ada? Atau ketika Aristoteles berdiri di tengah-tengah Lyceum-nya, akankah ada seorang muridnya yang akan berdiri dan bertanya, Apakah kamu ada? Atau ketika Zeno mengajar di stoa/serambi, akankah salah seorang muridnya akan memandang Zeno dan bertanya, Apakah kamu ada? Hanya orang bodoh yang mengajukan pertanyaan demikian.

Berpikirlah tentang Raphael. Raphael adalah pria tampan dan menawan. Dan setiap orang kagum dengan karya-karyanya yang menawan. Ia adalah salah satu pelukis yang sangat berbakat di sepanjang masa. Ia membangun rumahnya di depan St. Peters. Dan di sana ia memiliki lima puluh murid. Dan saya dapat membayangkan Raphael berdiri di tengah karya agungnya seperti The Coronation of the Virgin, The Adoration of the Magi, The Sistine Madonna. Dan saya dapat membayangkan salah satu dari murid -muridnya berdiri dan memandang Raphael yang berdiri di antara karya-karya agungnya dan bertanya, Apakah Anda ada?

Atau Rembrandt yang membangun rumahnya di Bredastraught, di Amsterdam, yang dikelilingi oleh karya-karya agungnya: lukisan tentang Israel atau Yakub yang sedang

memberkati dua anak Yusuf; Yohanes Pembaptis; Plato dan kemudian seorang muridnya berdiri dan memandang Rembrandt kemudian bertanya, Apakah Anda ada? Apakah Anda riil? Apakah Anda hidup?

Atau bayangkan Thomas Alva Edison di laboratorium besar yang dibangun untuknya di West Orange, New Jersey. Yang berdiri di antara karyanya, yaitu lampu listrik yang memberkati banyak orang hari ini. Dan salah satu muridnya bertanya kepadanya, Edison, apakah Anda ada? Orang bodoh berkata dalam hatinya: Allah, Engkau tidak ada. Namun Tuhan berdiri di depan kita, berbicara, berjalan, hidup, memberkati dan Ia berdiri di tengah-tengah karyakarya-Nya yang agung; langit menyatakan kemuliaan Allah. Hari demi hari, seluruh dunia menunjukkan pekerjaan tangan-Nya yang ajaib. Dan orang bodoh masih bertanya, Apakah Engkau ada? Janganlah menjadi orang bodoh. Sebab firman Tuhan berkata: Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah. (Mazmur 14:1) Ada sebuah cerita, seorang ateis menyuruh seorang anak menulis God is nowhere dengan imbalan sebuah permen. Anak itu kemudian menuliskannya, tetapi dengan kepolosan seorang anak, tulisannya menjadi God is now here.

Arnita Rut Murnandityas 1306446446 Teknik Kimia

Anda mungkin juga menyukai