Konflik Laut Cina Selatan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

Konflik laut cina selatan Tantangan bagi asean

Disusun oleh :

Dini tiara sasmi


0801120181

Hubungan internasional

Fakultas ilmu sosial dan politik

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Indra Pahlawan, S.IP., M.Si. Tugas ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pelajaran Politik dan Pemerintahan Negara Asia Tenggara. &&, &&, &&. Saya berharap makalah ini dapat menambah dan memperluas wawasan teman'teman saya dan khususnya saya sendiri. Seperti kata pepatah tidak ada gading yang tak retak, maka begitu pulalah dengan makalah yang saya buat ini. (leh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang si"atnya membangun dari dosen. Terakhir saya mengu)apkan banyak terima kasih kepada pihak'pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. *assalamualaikum *r. *b alam makalah ini saya membahas tentang !on"lik #aut $ina Selatan serta peranan AS%AN sebagai organisasi penengah. Pembahasannya terbagi atas &&,

Pekanbaru, No+ember ,--.

Dini Tiara Sasmi

Daftar Isi

!ATA P%N/ANTA01111111111111111111111111. BAB I P%N A23#3AN111111111111111111111111 A. #atar Belakang1111111111111111111111111 B. 0umusan Masalah11111111111111111111111.. $. Metode Penulisan111111111111111111111111 . Tujuan Penulisan11111111111111111111111 %. Man"aat Penulisan11111111111111111111111.. BAB II P%MBA2ASAN111111111111111111111111.. A. &&1111111111111111111111. 6 B. &&..111111111111.... . $. &&1111111111111111 . &&11111111111111 778

, 4 4 4 5 5 5 6

!%SIMP3#AN111111111111111111111111111.. A9TA0 P3STA!A1111111111111111111111111.

74 75

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang ingin membawa perubahan'perubahan besar dan terjadi dengan

sangat )epat dalam sistem internasional. Perubahan yang men)iptakan trans"ormasi pada sistem internasional ini menimbulkan harapan dan tantangan baru yang mengundang banyak perhatian salah satunya adalah mengenai konsep keamanan. Pengkajian masalah keamanan yang semula berpusat pada kekuatan militer dan penggunaannya dalam men)apai tujuan' tujuan politis, mendapat tantangan baru dalam mengatasi an)aman perubahan dimensi' dimensi keamanan. !epentingan ekonomi negara, isu'isu baru seperti lingkungan hidup, 2ak Asasi Manusia :2AM;, keimigrasiaan, narkotika dan seterusnya, menjadi an)aman baru bagi kajian keamanan. Perubahan'perubahan yang diakibatkan oleh berakhirnya Perang ingin juga telah

berperan menonjolkan isu dan perkembangan baru di Asia Tenggara. Seperti halnya dengan kebanyakan negara yang sedang berkembang, maka masalah keamanan diantara negara' negara AS%AN selalu menjadi "enomena dengan banyak aspek yang ditandai oleh saling ketergantungan yang kompleks antara hal'hal dalam negeri dan luar negeri. Pada saar era Perang ingin, AS%AN yang memiliki salah satu tujuan untuk men)iptakan tatanan regional yang mandiri, mengartikan kemandiriannya tersebut sebagai upaya untuk tidak terlibat dalam kon"lik'kon"lik dengan negara'negara lain terutama negara adikuasa. Namun setelah Perang ingin berakhir, tatanan regional yang diinginkan AS%AN, dan hubungan AS%AN dengan negara'negara besar dari luar kawasan tentu perlu ditinjau kembali. Tulisan berikut ini akan menggambarkan bagaimana kon"lik #aut $ina Selatan men)iptakan dilema keamanan diantara negara'negara di kawasaan Asia Pasi"ik dan bagaimana peran AS%AN sebagai pea)e maker tertantang optimalisasinya dalam menangani persolaan keamanan ini, mengingat posisi AS%AN menjadi tidak netral akibat terlibatnya beberapa negara anggota AS%AN dalam persengketaan #aut $ina Selatan.

B. R m san Masalah Adapun masalah yang hendak dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut < a. &&= b. &&= ). &&= d. &&=

!. Met"#e Pen lisan Makalah ini ditulis dengan metode pendekatan penulisan kualitati", yaitu dengan memaparkan se)ara tahap mengenai !on"lik #aut $ina Selatan serta Peranan AS%AN dalam kasus ini. D. T $ an Pen lisan Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut< 7. 3ntuk memenuhi tugas makalah Politik dan Pemerintahan Asia Tenggara. ,. 3ntuk menambah pengetahuan mengenai kejadian'kejadian di Asia Tenggara. 8. Mengambil hikmah dari pelajaran mengenai !on"lik #aut $ina Selatan dan Berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. E. Manfaat Pen lisan Man"aat dari penulisan makalah mengenai demokratisasi di Indonesia ini adalah sbb < 7. ,. 3ntuk lebih memahami mengenai kon"lik apa saja yang terjadi di dunia. 3ntuk mengetahui penyebab terjadinya !on"lik #aut $ina Selatan.

BAB II PEMBAHASAN

%.&

K"n#isi Ge"grafis La t !ina Selatan Se)ara geogra"is kawasan #aut $ina Selatan dikelilingi sepuluh negara pantai :00$

dan Taiwan, >ietnam, !amboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei arussalam, 9ilipina;, serta negara tak berpantai yaitu #aos, dan dependent territory yaitu Makau. #uas perairan #aut $ina Selatan men)akup Teluk Siam yang dibatasi >ietnam, !amboja, Thailand dan Malaysia serta Teluk Tonkin yang dibatasi >ietnam dan 00$. !awasan laut $ina Selatan, bila dilihat dalam tata lautan internasional merupakan kawasan bernilai ekonomis, politis dan strategis. !awasan ini menjadi sangat penting karena kondisi potensi geogra"isnya maupun potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Selain itu, kawasan tersebut merupakan jalur pelayaran dan komunikasi internasional :jalur lintas laut perdagangan internasional;, sehingga menjadikan kawasan itu mengandung potensi kon"lik sekaligus potensi kerjasama. i #aut $ina Selatan sendiri terdapat empat kelompok gugusan kepulauan, dan karang'karang yaitu< Para)el, Spartly, Pratas, dan kepulauan Ma))ales"ield. Meskipun sengketa teritorial di #aut $ina Selatan tidak terbatas pada kedua gugusan kepulauan Spartly dan para)el, :misalnya perselisihan mengenai Pulau Phu ?ua) di Teluk Thailand antara !amboja dan >ietnam;, namun klaim multilateral Spartly dan Para)el lebih menonjol karena intensitas kon"liknya. i antara kedua kepulauan itu, permasalahannya lebih terpusat pada Spartly, yang merupakan gugus kepulauan yang men)akup bagian laut $ina Selatan, yang diklaim oleh enam negara yaitu $ina, Taiwan, >ietnam, Brunei, 9ilipina, dan Malaysia, sementara !epulauan Para)el dan juga Pratas, praktis se)ara e"ekti" masing'masing sudah berada di bawah kendali $ina dan Taiwan.

"

Mengenai penamaan !epulauan di #aut $ina Selatan umumnya tergantung atas klaimnya, Taiwan misalnya menamakan !epulauan Spartly dengan Shinnengunto, >ietnam menyebut dengan Truong Sa :Beting Panjang;, 9ilipina menyebut !alayaan :kemerdekaan;, Malaysia menyebut dengan Itu Aba dan Terumbu #ayang'layang, sedangkan 00$ lebih suka menyebut Nansha ?uadao :kelompok Pulau Selatan;. Masyarakat internasional menyebutnya !epulauan Spartly yang berarti burung layang'layang. %.% Perkem'angan Sengketa Sengketa teritorial dan penguasaan kepulauan di #aut $ina Selatan, diawali oleh tuntutan $ina atas seluruh pulau'pulau di kawasan laut $ina Selatan yang menga)u pada )atatan sejarah, penemuan situs, dokumen'dokumen !uno, peta'peta, dan penggunaan gugus' gugus pulau oleh nelayannya. Menurut $ina, sejak ,--- tahun yang lalu, #aut $ina Selatan telah menjadi jalur pelayaran bagi mereka. Beijing menegaskan, yang pertama menemukan dan menduduki !epulauan Spartly adalah $ina, didukung bukti'bukti arkeologis $ina dari inasti 2an :,-6',,- Sebelum Masehi;. Namun >ietnam membantahnya, dan mengganggap !epulauan Spartly dan Para)el adalah bagian dari wilayah !edaulatannya. >ietnam menyebutkan !epulauan Spartly dan Para)el se)ara e"ekti" didudukinya sejak abad ke 7@ ketika kedua kepulauan itu tidak berada dalam penguasaan sesuatu negara. alam perkembangannya, >ietnam tidak mengakui wilayah kedaulatan $ina di kawasan tersebut, sehingga pada saar Perang unia II berakhir >ietnam Selatan menduduki unia II; dan 9ilipina !epulauan Para)el, termasuk beberapa gugus pulau di !epulauan Spartly. Selain >ietnam Selatan, !epulauan spartly juga diduduki oleh Taiwan :sejak Perang :tahun 7.@7;. Sedangkan 9ilipina menduduki kelompok gugus pulau di bagian Timur kepulauan Spartly yang disebut sebagai !elayaan. Tahun 7.@A menduduki lagi gugus pulau Panata. Alasan 9ilipina menduduki kawasan tersebut karena kawasan itu merupakan tanah yang tidak sedang dimiliki oleh negara'negara manapun :kosong;. Malaysia juga menduduki beberapa gugus pulau !epulauan Spartly, yang dinamai Terumbu #ayang. Menurut Malaysia, #angkah itu diambil berdasarkan Peta Batas #andas !ontinen Malaysia tahun 7.@., yang men)akup sebagian dari !epulauan Spartly. ua kelompok gugus pulau lain, juga diklaim Malaysia sebagai wilayahnya yaitu Terumbu laksamana diduduki oleh 9ilipina dan Amboyna diduduki >ietnam. Sementara, Brunei
#

arussalam yang memperoleh kemerdekaan se)ara penuh dari Inggris 7 Banuari 7.A4 kemudian juga ikut mengklaim wilayah di !epulauan Spratly. Namun, Brunei hanya mengklaim peraian dan bukan gugus pulau. !laim tumpang tindih tersebut mengakibatkan adanya pendudukan terhadap seluruh wilayah kepulauan bagian Selatan kawasan #aut $ina Selatan. Sampai saat ini, negara yang akti" menduduki disekitar kawasan ini adalah Taiwan, >ietnam, 9ilipina, dan Malaysia. Sementara 00$ sendiri baru menguasai kepulauan tersebut pada tahun 7.AA, se)ara agresi" membangun konstruksi dan instalansi militer serta menghadirkan militernya se)ara rutin di kepulauan tersebut. emikianlah, persengketaan teritorial ini men)iptakan potensi kon"lik yang luar biasa besar di sepanjang kawasan Asia Pasi"ik. engan kondisi seperti ini, masalah penyelesaian sengketa teritorial di #aut $ina Selatan tampaknya semakin rumit dan membutuhkan mekanisme pengelolaan yang lebih berhati'hati agar tidak menimbulkan ekses'ekses instabilitas di kawasan tersebut. %.( Sengketa Bilateral Pada perkembangannya perebuatan wilayah seputar #aut $ina Selatan semakin memanas, dan kon"lik'kon"lik bilateral tidak dapat dihindarkan. Sengeketa Bilateral ini tidak dapat dianggap sepele, karena pada akhirnya akan menimbulkan ketegangan bagi negara' negara sekitarnya. Sengketa antara 00$ dan >ietnam misalnya. Sengketa dua negara ini dianggap yang paling lama dan keras, bahkan pernah berubah menjadi bentrokan senjata, pada tahun 7.@4 di Para)el. !on"lik 00$'>ietnam ini juga dilatarbelakangi persaingan strategis, baik dalam konteks Timur'Barat dalam kasus 00$'>ietnam Selatan, mapun dalam konteks persaingan regional, dalam kasus >ietnam :setelah bersatu; C 00$. Sengketa antara dua negara dini diperun)ing dengan kon"lik teritorial mereka di wilayah lain. !on"lik Malaysia'9ilipina, berawal pada tahun 7.@. ketika Malaysia menerbitkan Peta Baru dimana #andas !ontinennya men)akup wilayah dasar laut dan gugusan karang di bagian selatan #aut $ina Selatan yang kemudian memi)u timbulnya kon"lik kedua negara tersebut. alam konteks AS%AN, kon"lik Malaysia'9ilipina mengalami hubungan pasang'
8

surut, dan beberapa kali terjadi insiden yang menaikkan suhu politik dua negara. !on"lik semakin memanas pada saat adanya usulan dari sejumlah politikus dan oposisi 9ilipina untuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Malaysia. !on"lik bilateral juga terjadi pada negara 9ilipina dan Taiwan. !laim dan kontra antara 9ilipina'Taiwan juga memperlihatkan situasi yang )ukup rawan. i !epulauan !alayan misalnya ternyata mengalami tumpang tindih diantara mereka. *ilayah yang paling dipertentangkan adalah Pulau Itu Abaa, yang oleh 9ilipina disebut Pulau #igaw. Pada tahun 7.AA Angkatan laut 9ilipina menahan 4 buah kapal nelayan Taiwan yang dituduh telah memasuki wilayah perairan 9ilipina di !alayaan. Selain kon"lik 9ilipina'Taiwan, "ilipina juga telah menghadapi beberapa kali pertentangan yang sengit dengan 00$ yang berlangsung sejak tahun 7.5-'an. 2al ini bermula ketika sejumlah kalangan di 9ilipina mulai menunjukkan perhatiannya terhadap Spratly. Sementara itu media di 00$ kerapkali mengeluarkan artikel dan peringatan yang menegaskan kedaulatan 00$ atas Spratly. %.) Kem ngkinan K"nflik Militer Banyak yang mengkhawatirkan bahwa sengketa spratly sewaktu'waktu dapat meningkat menjadi kon"lik regional terbuka jika tidak di atasi segera. !ekhawatiran ini mun)ul akibat dari pernyataan'pernyataan yang dikemukakan oleh para pejabat'pejabat yang bersengketa. Misalnya, pada Tahun 7..,, Benderal 2ashim Muhamed Ali dari Malaysia mengemukakan bahwa Malaysia Dmenganggap kepulauan Spratly sebagai suatu wilayah yang dapat menimbulkan kon"lik dan dapat mempengaruhi situasi keamanan dan kawasan.E7 !emungkinan timbulnya kon"lik semakin besar akibat sumber'sumber kon"lik yang meliputi aspek'aspek jurisdiksi, geogra"is dan sejarah serta ideologis di kawasan #aut $ina Selatan. ilihat dari aspek jurisdis, kawasan #aut $ina Selatan mempunyai sumber'sumber kon"lik yang menyangkut batas'batas maritime :teritorial dan jurisdiksional; !epulauan Spratly yang dikuasai oleh beberapa negara pantai yang meliputi #aut teritorial, #andas !ontinen, Fona %konomi %ksklusi", dan Fona Tambahan.

Jakarta Post, 2! $anuari 1%%2

ilihat dari aspek geogra"is, kawasan #aut $ina Selatan merupakan perairan yang menghubungkan dua samudera, Samudera 2india dan Pasi"ik, dikelilingi oleh banyak negara pantai. !ondisi ini menyebabkan perairan #aut $ina Selatan menjadi penting tidak saja bagi negra'negara pantainya, tetapi juga negara'negara lain, terutama negara'negara besar. ilihat dari segi sejarah dan ideologis, negara'negara di kawasan #aut $ina Selatan yang terlibat sengketa Spratly mempunyai sejarah permusuhan dan ideologis yang berbeda. !awasan ini dibatasi oleh negara'negara komunis dan nonkomunis yang mempunyai sejarah permusuhan dan pertentangan. Peningkatan pembelian senjata juga menimbulkan ke)emasan akan kemungkinan penggunaan kekuatan militer dalam menyelesaikan masalah sengketa di #aut $ina Selaan ini. !on"lik senjata pertama kali terjadi di wilayah #aut $ina Selatan pada tahun 7.@4 yaitu antara $ina dan >ietnam. !emudian terjadi untuk kedua kalinya pada tahunm 7.AA, dilatarbelakangi dengan makin intensi"nya persaingan $ina'>ietnam di Indo)ina. !on"lik senjata yang kedua antara $ina'>ietnam ini mengandung arti penting karena selain menunjukkan supremasi $ina di Spratly, juga membawa dua perkembangan yang saling berhubungan yang mempunyai konsekuensi terhadap stabilitas kawasan ini di masa depan. Pertama, penegasan kembali klaim'klain $ina dan >ietnam atas kepulauan Para)el dan Spratly, kedua, meningkatnya militerisasi $ina, >ietnam, dan negara'negara pengklaim lainnya. Terjadinya bentrokan militer antara $ina dan >ietnam pada pada Maret 7.AA tersebutlah yang menjadi pendorong utama militerisasi #aut $ina Selatan dalam upaya menegaskan dan mengamankan kawasan tersebut, Sampai saat ini ke)uali Brunei, masing' masing pihak telah menentukan Dland baseE diantara gugusan pulau'pulau Spratly, sekaligus menempatkan tentaranya di kawasan itu se)ara tidak menentu dan tanpa pola yang jelas. Beberapa posisi pendudukan $ina bahkan )ukup jauh ke Selatan. %.* K"nse+ Ker$asama P"litik #an Keamanan ASEAN eklarasi Bangkok 7.6@ telah menetapkan bahwa bidang ekonomi dan sosial budaya merupakan bidang'bidang penting AS%AN. eklarasi Bangkok tidak se)ara eksplisit menyebut kerjasama politik dan keamanan. Namun demikian, sejak awal berdirinya AS%AN,

10

kerjasama politik dan keamanan mendapat perhatian dan dinilai penting. !erjasama politik dan keamanan terutama diarahkan untuk mengembangkan penyelesaian se)ara damai sengketa'sengketa regional, men)iptakan dan memelihara kawasan yang damai dan stabil, serta mengupayakan koordinasi sikap politik dalam menghadapi berbagai masalah politik regional dan global. regional. Pada prinsipnya kerjasama politik dan keamanan AS%AN mempunyai arah dalam men)iptakan stabilitas dan perdamaian kawasan dengan bertumpu pada dinamika dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta sekaligus dapat membangun rasa saling per)aya :)on"iden)e building; menuju suatu Dmasyarakat kepentingan keamanan bersamaE di Asia Tenggara dan Asia Pasi"ik yang kemudian sehingga menumbuhkan pengharapan ter)iptanya sebuah lingkungan strategis yang diharapkan. Berdasarkan tujuan'tujuan dasar organisasi tersebut, AS%AN berupaya untuk mengambil bagian dalam meme)ahkan persoalan kon"lik #aut $ina Selatan dengan upaya' upaya damai. Apalagi, ketegangan yang terjadi diantara negara'negara yang bersengketa sangat rawan kon"lik. !ondisi ini men)erminkan adanya dilema keamanan :se)urity dilemma; sehingga mendorong lahirnya konsep yang laGim disebut sebagai se)urity interdependen)e, yaitu bentuk usaha keamanan bersama untuk mengawasi masalah'masalah regional, yang menyangkut keamanan regional yang diakibatkan mun)ulnya gangguan di kawasan #aut $ina Selatan. (leh karena itu, dalam mengatasi potensi kon"lik di #aut $ina Selatan, diharapkan nilai'nilai positi" yang dapat di)apai AS%AN melalui pengelolaan keamanan bersama regional :regional )ommon se)urity; harus dipromosikan untuk men)iptakan keamanan dan perdamaian berlandaskan kepentingan yang sama, sehingga semua negara kawasan, termasuk negara ekstra kawasan harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan jaminan keamanan kawasan di samping adanya kon+ergensi kepentingan masing'masing. 2al ini penting karena pada dasarnya kawasan #aut $ina Selatan merupakan lahan potensial masa depan dan salah satu kun)i penentu bagi lan)arnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional masing'masing negara kawasan. Selain itu, #aut $ina Selatan juga tidak dapat
11

engan kata lain,

eklarasi Bangkok mengandung keinginan politik

para pendiri AS%AN untuk hidup berdampingan se)ara damai dan mengadakan kerjasama

dijauhkan dari "ungsinya sebagai sa"ety belt dalam menghadapi an)aman, tantanganm hambatan dan gangguan khususnya bagi negara'negara dalam lingkaran Asia Tenggara dan Asia Pasi"ik. Pada titik inilah AS%AN melihat urgensitas !on"lik #aut $ina Selatan sebagai masalah yang sangat penting. %., Tantangan ASEAN #alam Pen-elesaian K"nflik La t !ina Selatan Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menghindari potensi !on"lik #aut $ina Selatan menyusul adanya kemungkinan upaya penyelesaian kon"lik se)ara damai oleh semua pihak yang terlibat sengketa. Salah satu upaya menghindari potensi kon"lik tersebut adalah melalui pendekatan perundingan se)ara damai baik se)ara bilateral maupun multilateral dan juga melakukan kerjasama'kerjasama yang laGim digunakan mengelola kon"lik regional dan internasional. 3paya'upaya perundingan untuk meme)ahkan permasalahan se)ara multilateral untuk ter)iptanya stabilitas di kawasan banyak mendapat dukungan negara'negara pengklaim yang semuanya adalah negara negara anggota AS%AN, ke)uali Taiwan. 2al ini beralasan mengingat melalui perundingan regional atau multilateral, setidaknya dapat membantu semua negara pengklaim di kawasan itu untuk memilih peluang dan posisi yang sama dalam mempertahankan klaim dan pendudukannya terutama dalam menghadapi tuntutan $ina. Sebaliknya $ina lebih memilih perundingan se)ara bilateral dengan masing'masing negara sengketa, karena dengan )ara ini $ina dapat lebih mudah menekan setiap negara daripada menghadapinya. (leh karena itu, satu hal yang paling penting digarisbawahi dari eksistensi AS%AN adalah pembentukkannya dan pen)apaian tujuannya, disandarkan pada inspirasi, komitmen politik dan keamanan regional. Sejak AS%AN didirikan ada empat keputusan organisasional yang dapat dijadikan landasan dan instrumen dalam pengelolaan potensi kon"lik laut $ina Selatan. !eempat keputusan organisasional tersebut yaitu< eklarasi !uala #umpur Tahun 7.@7 tentang kawasan damai, bebas dan Netral :F(P9AN;. Traktat Persahanatan dan kerjasama di Asia Tenggara :TA$; yang dihasilkan oleh !TT AS%AN I 7.@6.
12

Pembentukan AS%AN 0egional 9orum :A09; dan pertemuan pertamanya di bangkok tahun 7..4 !TT AS%AN > :7..5; menghasilkan traktat mengenai kawasan Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara :Treaty on South %ast Fone'Nu)lear 9ree Fone C S%AN*9F;. !onsep F(P9AN :Fone o" Pea)e, 9reedom and Neutrality; merupakan

pengejawantahan dari sikap AS%AN yang sesungguhnya tidak mau menerima keterlibatan yang terlalu jauh dari negara'negara besar wilayah Asia Tenggara. Sementara untuk menunjang F(P9AN dan dalam upaya men)airkan kebekuan hubungan bilateral karena adanya perbedaan'perbedaan mulai terlihat saat dikeluarkannya dekalrasi perjanjian persahabatan dan kerjasama :Treaty o" Amity and $ooperation'TA$;. Perjanjian ini ditandatangani pada !TT I AS%AN di Bali tahun 7.@6. Sedangkan S%A'N*9F merupakan langkah kedua setelah TA$ dalam perwujudan F(P9AN. Pada !TT I> di Singapura telah mengikrarkan bahwa S%A'N*9F terus diusahakan, mengingat adanya upaya beberapa negara besar yang ada di kawasan maupun di luar kawasan tetap mengembangkan nuklirnya sebagai bukti kapabilitas pertahanannya. Baik konsep F(P9AN, N*9F maupun TA$ pada prinsipnya adalah DGooning arrangementE yang merupakan instrumen dasar konsep keamanan AS%AN yang juga dapat bertindak sebagai instrumen pembangunan keper)ayaan di Asia Pasi"ik khususnya dalam men)egah !on"lik di #aut $ina Selatan. Program F(P9AN mempunyai unsur'unsur utama yang menjadi perangkat dalam men)egah kon"lik di kawasan, antara lain< 7; Memperkuat jaringan kerjasama bilateral dan trilateral antara negara'negara Asia Tenggara, ,; Pengembangan suatu )ode o" )ondu)t yang mengikat negara'negara di Asia Tenggara dan negara'negara disekitarnya, 8; Pengembangan )etak biru politik'keamanan untuk memungkinkan negara'negara sahabat membantu dalam membangun perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di Asia Tenggara, serta

13

4; Mengembangkan suatu kerangka untuk bekerja dengan Piagam PBB dalam men)iptakan, melanggengkan, dan membangun perdamaian. Seperti diketahui "enomena politik dan keamanan atas kawasan #aut $ina Selatan selama beberapa dekade belakangan ini tampak jelas langsung dippengaruhi oleh inkonsistensi dan ketidakpastian dalam prilaku politik luar negeri 00$. !arena $ina memandang masalah kedaulatan nasional dan integritas wilayah sebagai masalah yang sangat penting untuk diperjuangkan, maka besar kemungkinan upaya untuk men)ari penyelesaian se)ara damai kon"lik ini akan berjalan se)ara lambat, karena itu !on"lik #aut $ina selatan akan memungkinkan menjadi kon"lik berkepanjangan di kawasan Asia Pasi"ik. alam upaya men)egah kon"lik dan men)iptakan tingkat kepastian tertentu di kawasan, maka setidaknya prilaku setiap pihak yang bertikai dapat menghormati aturan'aturan dan kesepakatan regional yang telah mendapat pengakuan internasional. Adanya traktat ataupun perjanjian regional yang telah dilahirkan AS%AN diharapkan dapat menjadi instrumen manajeman kon"lik, khususnya dalam menghadapi sikap dan respon $ina terhadap prakarsa' prakarsa negara'negara AS%AN dalam men)iptakan tata hubungan politik dan keamanan yang lebih predi)table di kawasan #aut $ina Selatan. alam melakukan pen)egahan kon"lik di kawasan, segenap negara kawasan Asia Tenggara dapat menempuh )ara dua tahap< Se)ara internal dalam tingkat subregional AS%AN senantiasa konsisten dengan komitmennya tentang perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan yang kebetulan beberapa anggota AS%AN lainnya terlibat dalam kon"lik di #aut $ina SelatanH Se)ara eksternal AS%An senantia mengambilkan langkah'langkah untuk menangani masalah #aut $ina Selatan khususnya pada tingkat regional atau multilateral. Misalnya, AS%AN men)oba membujuk $ina untuk menghormati )ode o" )ondu)t AS%AN seperti Fone (" Pea)e, 9reedom, and Neutrality :F(P9AN; dan Treaty o" Amity and $oorporation :TA$;, sebagai nilai, norma dan prinsip'prinsip yang harus menjadi a)uan hubungan antar negara di kawasan utamanya dalam mewujudkan Ithe Pasi"i) settlement o" disputesE.

Bagi AS%AN, berlarut'larutnya sengketa Spratly ini akan menjadi salah satu tantangan keamanan yang )ukup rumit dalam era pas)a'Perang men)iptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. ingin. Terlepas dari berbagai keterbatasan peranannya, AS%AN telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam

KESIMPULAN Berakhirnya Perang ingin telah melahirkan sistem internasional yang multipolar. ingin juga telah berperan

Perubahan'perubahan yang diakibatkan oleh berakhirnya Perang

menonjolkan isu dan perkembangan baru di Asia Tenggara yang mempengaruhi perspekti" keamanan negara'negara AS%AN. Perkembangan isu dan kajian keamanan yang )epat, memaksa AS%AN untuk lebih serius memperhatikan permasalahan yang datang dari manapun dan berhati'hati menghadapi setiap kon"lik yang mengan)am stabilitas keamanan kawasan. !on"lik #aut $ina Selatan yang juga melibatkan langsung beberapa negara anggota AS%AN, menjadi prioritas perhatian AS%AN dalam bidang politik'keamanan terutama pas)a perang dingin. ilihat dari sudut pandang geopolitik, !awasan #aut $ina Selatan merupakan kawasan dengan potensi kon"lik yang tinggi dimana banyak negara berlomba dan mengklaim wilayah tersebut. !erawanan kawasan ini men)iptakan dilema keamanan yang pada akhirnya mengan)am stabilitas keamanan kawasan AS%AN. Persoalaannya adalah AS%AN terbentur pada keharusannya untuk terlibat dalam pengelolaan kon"lik #aut $ina Selatan, dimana beberapa negara anggotanya terlibat disana. Sementara AS%AN juga memiliki prinsip'prinsip kemandirian yang menekankan pada ketidakberpihakkan terhadap halJkelompok tertentu serta tidak ikut )ampur dalam persolaan wilayahJkelompok lain. AS%AN harus menjaga keharmonisan hubungan diantara negara' negara anggotanya, disamping harus menjaga setiap potensi kon"lik dari lingkungan atau kawasan yang dapat mengan)am keamanan regionalnya.

1!

Kang terpenting adalah selama AS%AN dapat konsisten terhadap dalam menjaga komitmennya untuk ikut serta menjaga, men)iptakan stabilitas keamanan regional dan global, serta mengedepankan strategi keamanan yang kooperati" dengan upaya'upaya damai dalam mengelola pesoalan'persoalan khususnya dalam kasus #aut $ina Selatan, maka eksistensi AS%AN sebagai organisasi internasional di kawasan Asia Tenggara dapat terus dirasakan bahkan menjadi sebuah institusi yang e"ekti" dan diperhitungkan di kawasan Asia pasi"ik

DA.TAR PUSTAKA 3sman, Asnani L 0iGal Sukma., Konflik Laut Cina Selatan. Tantangan Bagi ASEAN :$SIS < Bakarta, 7..,;. http<JJdewitri.wordpress.)omJ,--.J-7J-8Jdilema'keamanan'asean'dalam'kon"lik'laut')ina' selatanJ http<JJtheglobalpoliti)s.)omJ=pM55 http<JJwww.hamline.eduJapakabarJbasisdataJ7..6J7,J75J---A.html

1"

Anda mungkin juga menyukai