Anda di halaman 1dari 9

A. Model-Model Keperawatan Lansia Dalam model keperawatan kepada lansia dapat dibagi menjadi 6 Model Keperawatan: 1.

Model Medis Model ini lebih memfokuskan pada pendekatan aspek medis, seperti pengobatan pada penyakit dan kecelakaan yang banyak dialami oleh lansia. Peran dokter dan paramedis sangat dominan dalam model ini. Pusat-pusat medis dan rehabilitasi menjadi tempat dilaksanakannya model ini. 2. Model Sosial Pendekatan menyeluruh merupakan ciri dari model sosial. Pendekatan medis diyakini sebagai salah satu dari keseluruhan sistem dukungan kepada lansia. Di samping terapi kesehatan digunakan juga pendekatan psikologis dan lansia diupayakan sedapat mungkin masih berada di dalam keluarga dan masyarakatnya. Para profesional lintas disiplin banyak terlihat seperti : dokter, perawat, konselor, pekerja sosial, dll. 3. Model Promosi atau Dukungan kesehatan Model ini lebih menekankan pada pencegahan dan perawatan diri/individu, serta pencegahan melalui perubahan gaya hidup, peningkatan pengetahuan tentang tingkah laku/sikap hidup sehat dan perbaikan lingkungan. banyak pihak termasuk lembaga dan yayasan keperawatan lansia masih secara parsial menggunakan model tersebut. padahal di negara-negara maju, kolanorasi dari ketiga model tersebut sudah diterapkan. Hal ini penting untuk mencapai hasil optiamal dari pelyanan keperawatan pada lansia. 4. Model Mediacare dan Medicaid Mediacare dan medicaid merupakan upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya. Mediacare adalah program asurnasi sosial federal yang dirancang untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan sosial. Mediacare dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan

kunjungan asuhan kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian b merupakan program sukarela dengan penambahan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungna dokter. Layanan mayor yang tidak disantuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperawatan asuhan keperawatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obatan yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medicaid membayar sekitar biaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991). Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana negara dan bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar anatar satu negara dengan lainnya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obat-obatan, kaca mata dan perawatan gigi. Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang diperuntukan khususnya bagi lansia adalah JPKM yang merupaka salh satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia.

Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang beresiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga secara profesional. Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang baik dan perhatian yang selayaknya. 5. Model Asuhan Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian. Diterima sementara ini Ad an Adaptation Model of Nursing (Sister Calista Roy). 6. Model Manajerial (berkaitan pada pengaturan/manajemen) Model Manajerial yaitu: yang sesuai juga masih dalam penelitian tentang yang lebih mengarah pada tindakan yang profesional.

B. Pelayanan Keperawatan Lansia 1. Pelayanan Sosial di Keluarga Sendiri Home care service merupakan bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah sendiri atau dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga dalam mengatasi dan memecahkan masalah lansia sekaligus memberikan kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarganya. Pelayanan ini dapat diberikan oleh: 1) Perseorangan : perawat, pemberi asuhan 2) Keluarga 3) Kelompok 4) Lembaga / organisasi sosial 5) Dunia usaha dan pemerintah Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan, bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi. Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, minggu, bulan dan selama lansia atau keluarganya membutuhkan.

2. Foster Care Service Pelayanan sosial lansia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan kepada lansia di luar keluarga sendiri dan di luar lembaga. Lansia tinggal bersama keluarga lain karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada dalm kondisi terlantar. Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lansia dan keluarganya. Sasaran pelayanannya adalah lansia terlantar, tidak dapat dilayani oleh keluarganya sendiri. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa : 1) Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan member makanan 2) Peningkatan gizi 3) Bantuan aktivitas 4) Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan

5) Pendampingan rekreasi 6) Olah raga dsb

3. Pusat Santunan Keluarga (pusaka) Pelayanan kepada warga lansia ini diberikan di tempat yang tidak jauh daritempat tinggal lansia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu keluarga/lanjut usia dalam mengatasi permasalahan, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah lansia sekaligus member kesempatan kepada lansia untuk tetap tinggal di lingkungan keluarga. Sasaran pelayanan adalah lansia yang tinggal/berada dalam lingkungan keluarga sendiri atau keluarga pengganti. Lansia masih sehat, mandiri tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.

4. Panti Sosial Tresna Wherda Institusi yang memberi pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lansia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar. Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain: 1) Kegiatan rutin a) Pemenuhan makan 3x/hari b) Senam lansia (senam pernafasan, senam jantung, senam gerak latih otak dsb) c) Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama d) Kerajinan tangan (menjahit, menyulam, merenda) e) Menyalurkan hobi (bermain angklung, menyanyi, karaoke, berkebun) 2) Kegiatan waktu luang a) Bermain (catur, pingpong) b) Berpantun/baca puisi c) Menonton film d) Membaca Koran

C. Peran Perawat Dalam Penatalaksanakan Pelayanan Lansia Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995). Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut: 1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,

merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien

mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi,

spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal. 2. Sebagai Pendidik klien lansia Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien lansia yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya. Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar orang yang belajar adalah tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan saling ketergantungan ini akan terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa percaya tersebut dengan berbagi pandangan objektif klien. Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan, maupun bentuk desiminasi ilmu kepada klien 3. Sebagai komunikasi ( comunicator ) Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang memberikan perawatan secara efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik menjadikan perawat mengetahui tentang klien mereka yang akhirnya mampu mendiagnosa dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan. 4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor) Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan

adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan

dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat. 5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator) Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan 1. Rehabilitator Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Rentang aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan menggunakan kruk sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit kronis. 2. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator ) Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berpikir secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya ( Keeling dan Ramos, 1995 ).

3. Sebagai Caring

Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam kaitannya dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah keperawatan Amerika pada awal abad ke-19. Selama waktu tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari hidupnya untuk

memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan sanak keluarga. Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional dan tempat dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas merawat ditafsirkan berarti ketaatan terhadap perintah dokter. Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah mengalami suatu perubahan bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui perawat menuntut hak untuk menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang perawat menginginkan suatu model caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi dengan nilai-nilai ideal tradisional mengenai hubungan dan azas mengutamakan orang lain. Pakar teori ilmu perawatan modern yang melanjutkan untuk

mengidentifikasi caring sebagai hal yang utama untuk merawat juga menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu harus dibangun dari praktek keperawatan dibandingkan dengan gambaran ideal dalam keperawatan. Benner dan Wrubel sebagai contoh, mengembangkan penafsiran teori caring keperawatan dari pengamatan empiris dalam praktik keperawatan. Mereka mendefenisikan caring sebagai suatu perhatian kepada orang lain, peristiwa, pekerjaan, dan hal-hal lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa caring memungkinkan untuk keperawatan karena memadukan pemikiran, perasaaan, dan tindakan serta memberikan arah dan motivasi untuk perawat. Swanson juga mengemukan suatu model induktif caring. Menurut model ini, caring memberikan bantuan dengan suatu cara yang memelihara martabat manusia, mempertahankan kemanusiaan, dan menghindari penurunan status moral seseorang. Caring, menurut Swanson, melibatkan lima komponen: a. Mengetahui atau berusaha keras untuk memahami suatu peristiwa sebagai sesuatu yang yang mempunyai arti dalam hidup orang lain b. Mendukung atau menunjukan keberadaan secara emosional kepada yang

c. Mengurus atau melakukan sehingga orang lain akan melakukan untuk dirinya jika itu mungkin d. Memungkinkan atau memudahkan orang lain melalui pergantian hidup dan peristiwa yang lazim e. Mempertahankan kepercayaan yang mengisyaratkan kepercayaan dalam kapasitas lain untuk melalui suatu pergantian atau peristiwa untuk menghadapi masa depan yang terpenuhi. Walupun sebagai keperawatan sering dihubungkan dengan fungsi pelayanan, baik dokter maupun perawat peduli tentang dan untuk pasien dan caring adalah pusat tujuan pelayanan kesehatan yang etis. Selain itu, karena keterampilan untuk perawat secara medis dan secara teknis lompleks. Praktek keperawatan telah meningkat dari keperawatan domestik yang lebih sederhana di dalam rumah menjadi pembedahan dan anastesi didalam unit perawatan intensif (UFI) yang modern. Akhirnya, caring dan tidak hanya meliputi membantu orang lain, tapi juga menahan diri dari mengunakan berbagai bentuk terapi dan pengobatan. 4. Sebagai Advokasi Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai