Replikasi Virus
Disusun oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2006-2007
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia Nya,
sehingga tugas Mikrobiologi I tentang Replikasi Virus ini dapat selesai. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi dan Rasul
bagi seluruh umat hingga akhir zaman .
Tugas Mikrobiologi ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing
Mikrobiologi
Universitas
Malahayati
yaitu
Dr.dr.
Efrida
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
Bab I
PENDAHULUAN.................................................................................1
Bab II
REPLIKASI VIRUS..............................................................................2
II.1 Mengenali cara pengikatan terhadap sel target...............................6
II.2 Penetrasi..........................................................................................7
II.3 Pelepasan selubung/uncoating.........................................................9
II.4 Sintesis makromolekular.................................................................9
II.4.1 Virus DNA...........................................................................10
II.4.2 Virus RNA............................................................................13
II.4.3 Sintesa viral protein..............................................................15
II.5 Pembentukan virion.......................................................................16
II.6 Pelepasan/release...........................................................................19
II.6.1 Inisiasi kembali replikasi virus.............................................19
Bab III
Penutup.................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
PENDAHULUAN
Virus adalah penyebab penyakit infeksi terkecil, pada sisi lain virus
sebagai jasad paling sederhana ternyata banyak sekali menimbulkan masalah
kesehatan. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan virus saat ini tidak hanya
dikaitkan dengan penyakit infeksi viral yang konveksional tetapi juga dengan
berbagai penyakit lain seperti keganasan,
penyakit autoimun, penyakit
degeneratif serta keterkaitannya dengan industri bahan dan pelayanan kesehatan.(3)
Contohnya pada penderita dengan gangguan kekebalan, respon kekebalan
akan menghambat replikasi virus mungkin tidak memadai karena itu vaksin
infektif yang diberikan kepada penderita dengan gangguan kekebalan selalu
membawa resiko lebih besar dibandingkan dengan orang sehat. (3)
Virus hanya dapat berkembang biak dalam sel hidup, dalam tugas ini
dijelaskan tahap-tahap siklus replikasi virus yaitu Mengenali cara pengikatan
terhadap sel target, penetrasi, pelepasan selubung, sintesis macromolecular,
pembentukan virion, dan pelepasan/release.
Bab II
REPLIKASI VIRUS
Tahapan dalam replikasi virus, yang ditunjukkan pada (gambar 1-1),
adalah untuk semua virus sama. Dan langkah-langkahnya adalah
Mengenali cara pengikatan terhadap sel target
Penetrasi
Pelepasan selubung
Sintesis macromolecular
Pembentukan virus
Pelepasan virus
Inisiasi kembali siklus replikasi (2)
Sel bertindak sebagai pembuat, menyediakan substrates, energi, dan
mekanisme yang diperlukan bagi sintesis dari viral protein dan replikasi dari
genome. Pemprosesan tidak disediakan oleh sel namun harus disandikan dalam
genome pada virus. Hasil
biosintetik ditentukan dari nasib sel yang terkena infeksi dan sifat alami dari
peradangan virus. Sifat masing-masing virus memenuhi langkah-langkah ini dan
memperdaya biokimia sel yang ditentukan oleh struktur dari genome dan virion
yang harus direplikasi. Ini tampak pada contoh yaitu ( Gambar 1.2,1.3,1.4). (2)
Fase akhir
dimulai dari
Gambar 1.5 : periode eklips dan pelepasan virus, yang masing-masing sel
terkena infeksi
Untuk menginfeksi suatu sel, virus harus mengenali dan mampu mengikat
sel yang memungkinkan untuk terjadinya replikasi. Pengikatan yang disebabkan
oleh kuman virus protein (VAP) atau struktur pada permukaan virion saling
berhubungan dengan reseptor sel. Reseptor sel adalah karbohidrat atau protein.
Interaksi reseptor VAP menjadi faktor penentu awal dimana sel dapat terkena
infeksi oleh suatu virus. (1)
Virus-virus yang mengikat kepada sel yang peka rangsangan atas jenis sel
yang spesifik mungkin terbatas pada jenis tertentu (contoh manusia, tikus) atau
tipe sel spesifik. Target sel yang dicurigai pada jaringan sel tropis (contoh
neurotropic, lymphotropic). (2)
Struktur pengikatan yang disebabkan kuman virus pada virus capsid
mungkin bagian dari capsid atau protein yang meluas dari capsid itu. Suatu jurang
curam pada permukaan rhinovirus 14, picornavirus, bertindak bagai lubang kunci
untuk
Serabut dari
adenoviruses dan sel protein dari reoviruses pada vertises capsid berinteraksi
dengan reseptor yang dinyatakan pada sel target yang spesifik. (2)
Virus berselubung Glycoprotein adalah VAP. Virus Epstein-Barr, suatu
virus herpcs yang mengikat pada reseptor C3d (CR2), yang mana dinyatakan pada
B lymphocytes dan berpotensi sel epithelial yang hanya ada pada manusia dan
kera. Hemagglutinin Influenza A mengikat kepada asam sialic dinyatakan pada
banyak sel yang berbeda dan mempunyai cakupan luas jaringan tropis. Serupa
dengan alfa togavirus dan flavivirus yang bisa mengikat pada reseptor dari banyak
spesies binatang mencakup hewan tak bertulang, binatang melata, binatang
ampibi, burung-burung, dan binatang menyusui.
terinfeksi dan menyebar dari binatang, nyamuk, dan serangga lain. (2)
II. 2 Penetrasi
Virus masuk kedalam sel dengan jalan menurut sifat alaminya (2) . Berbagai
interaksi antara pengikatan viral protein dengan selular reseptor sel yang peka
rangsangan menginisisasi internalisasi virus ke dalam sel. Mekanisme
internalisasi tergantung pada struktur virion dan tipe sel.
Virus yang tak berselubung :
-
Virus ini akan masuk ke sel oleh media endocytosis reseptor atau oleh
viropexis.
Endocytosis merupakan
rangsangan asam sialic atas sel target. Di bawah kondisi-kondisi acidic lembut
dari endosome, hemagglutinin mengalami suatu conformational dramatis berubah
untuk menyingkapkan porsi hydrophobic yang mampu, dalam promosi peleburan
selaput (membran). Paramyxoviruses dapat juga mempromosikan peleburan selto-sel untuk membentuk sel raksasa multinucleated (polykaryocytes atau
syncytia). Beberapa virus herpes dan virus retro dapat juga dipadukan dengan sel
pada pH netral dan mempengaruhi syncytia mengikuti terjadinya replikasi. (2)
atau dipromosikan oleh lingkungan yang acidic atau proteases yang ditemukan
pada endosome atau lysosome. Picornavirus capsids diperlemah untuk terjadinya
pelepasan selubung oleh pelepasan Vp4 capsid protein. VP4 dilepaskan oleh
penyisipan reseptor , pengikatan area canyon pada capsid. Virus yang berselubung
akan dibuka melalui peleburan membran sel. Peleburan selubung virus herpes
dengan melepaskan membran nucleocapsid nya, yang kemudian masuk
memotong selaput inti untuk membawa DNA genome-nya langsung ke lokasi
replikasi. (2)
Reovirus dan poxvirus secara parsial tak berselubung. Capsid luar reovirus
dipindahkan, tetapi genome-nya tertinggal dalam capsid bagian dalam, yang berisi
polymerase yang diperlukan bagi sintesis RNA. Inisial uncoating dari poxvirus
yaitu menyingkapkan suatu partikel subviral ke cytoplasma, membiarkan sintesis
mRNA oleh enzim virion untuk menyegerakan protein awal. Enzim yang tak
berlapis ini kemudian bisa di sintesiskan untuk melepaskan DNA yang berisi inti
ke dalam cytoplasma. (2)
genome dalam pembiakan virus. Sekali genome telah dikirimkan ke sel, adalah
sia-sia kecuali jika terekam kedalam fungsional mRNA yang mampu untuk di
ribosome. dan telah ditranslasi ke protein. (2)
Mekanisme untuk transkripsi dan pengolahan mRNA ditemukan pada
nucleus. Kebanyakan virus DNA dapat mengambil keuntungan dari sel DNAberketergantungan RNA polymerase II dan enzim-enzim lain yang digunakan
untuk membuat mRNA. Sebagai contoh, eukaryotic mRNAs memperoleh 3' tail
polyadenylated (poly A) dan 5' cap metilated (untuk mengikat ribosome) dan
berproses untuk memindahkan introns sebelum dikirim ke cytoplasma. Virus yg
direplikasi, di cytoplasma harus menyediakan fungsi ini atau sebagai alternatif.
+ RNA
Retrovirus
Paramiksovirus
Orthomyxovirus
Bunyavirus
Rhabdovirus
Filovirus
- RNA
Poxvirus
Herpesvirus
Adenovirus
Papovavirus
Hepadnavirus
Double stranded
DNA
mRNA
+RNA
Picornavirus
Togavirus
Flavivirus
Coronavirus
Calicivirus
Double stranded
RNA
replikasi
dari
genome.
Sel
yang
tumbuh
menyediakan
Virus DNA
mengontrol waktu dan jumlah viral gen dan sintesis protein dengan cara yang
berbeda. (2)
Gen mungkin dijelaskan dari DNA manapun menyangkut genome dan
arah kebalikannya. Sebagai contoh, gen awal dan akhir dari papovaviruses yang
berlawanan bukanlah untaian DNA yang overlap. Gen viral mungkin punya
introns
yang
diperlukan
dalam
proses
postranscriptional
mRNA
oleh
secara
inisial
telah
dijelaskan
sebagai
RNA
besar
dari
suatu untaian
siklus positif RNA dasar pertamanya di sintesis oleh sel DNA-dependent RNA
polymerase. Suatu RNA-dependent DNA polymerase (pembalikan transkriptasi)
dalam virion inti membuat suatu untaian negatif DNA, dan DNA polimerase
didegradasi. Untaian sintesis positive-STRAND DNA diaktifkan namun akan
berhenti jika genome dan inti dibungkus membuat untaian ganda terpisah dari
circular genome DNA. (2)
(cDNA). cDNA
isyarat peptide yang sesuai untuk pengangkutan nuklir sebagai tambahan fitur
struktural. Pembentukan virus RNA dan poxvirus terjadi didalam cytoplasma. (2)
Tiap bagian dari virion mempunyai struktur pengenalan yang membentuk
protein-protein yang sesuai, protein asam-nucleic, dan (untuk virus yang
terbungkus) interaksi membran protein yang diperlukan untuk membentuk
struktur yang final. Proses pembentukan dimulai ketika potongan yang diperlukan
di sintesa dan konsentrasi struktural protein dalam sel dengan proses secara
termo-dinamis seperti reaksi kristalisasi. (2)
Pembentukan mungkin difasilitasi oleh protein perancah atau protein lain
yang diaktipkan atau melepaskan energi atas proteolysis. Sebagai contoh,
perpecahan protein VPO dari poliovirus melepaskan Vp4 peptide yang membuat
capsid menjadi solid. Virus immunodeficiency dan virus retro lain untuk manusia,
polyproteins berisi protease, polymerase, dan protein struktural mengakumulasi
pada membran viral glycoprotein yang dimodifikasi. Virion tumbuh dari membran
dan protease yang diaktifkan dalam virion dan membelah polyprotein untuk
menghasilkan nucleo capsid final, yang cepat menyebar diantara selubung. (2)
Virus Capsid terbentuk sebagai struktur kosong (procapsids) untuk diisi
dengan genome (mis., picornaviruses dan herpesviruses), atau mereka mungkin
dibentuk di sekitar genome itu. Nucleo capsids dari virus retro, togaviruses dan
untaian negatif virus RNA yang membentuk di sekitar genome dan terlampir
dalam selubung. (2)
Matrik
protein
bagi
untaian
negatif
susunan
virus
RNA
dan
Interaksi
berikutnya
terjadi,
membran
akan
mengepung
bunyavirus tumbuh pada endoplasmic reticulum dan membran golgi dan bersisa
dalam organelles ini. Virus herpes simplex nucleocapsid terbentuk dalam nucleus
dan tumbuh di membran nuklir. Virus herpes yang berselubung diangkut melalui
membrane golgi dan dilepaskan oleh exocytosis, atau melepas melalui sel lysis. (2)
Pembentukan yang lengkap dari fungsional influenza atau reovirus virion
memerlukan akumulasi sedikitnya satu copy pada masing-masing segmen gen.
Walaupun influenza hanya mempunyai 8 genome segmen, virions dapat secara
acak membungkus 10 sampai 11 segmen. Secara statistik, hasil ini setidaknya 1
himpunan lengkap genomes dan virus fungsional per setiap 20 virus cacat.
Reovirus genomes bagai tampak membentuk dalam perilaku yang serupa. (2)
Kesalahan dalam pembentukan virus yaitu Virion kosong atau berisikan
genome cacat diproduksi. Sebagai hasilnya, perbandingan unsur partikel virus
cepat menyebar, meninggi, pada umumnya lebih besar dibanding 10 dan selama
replikasi dapat bahkan sampai 104. Virus cacat dapat menduduki mekanisme yang
diperlukan saat replikasi virus normal untuk mencegah (bertentangan) produksi
virus (partikel cacat yang bertentangan). (2)
I1. 6 Pelepasan/Release
Virus dapat bebas dari sel setelah lysis oleh exocytosis, mulai
bertunas/tumbuh dari membran plasma. Capsid virus yang terbuka biasanya
dilepaskan setelah lysis dari sel Pelepasan beberapa virus yang berselubung terjadi
setelah adanya pertumbuhan baru dalam membran plasma lysis dan membran
plasma yang mulai tumbuh berarti efisien untuk dilepas. Virus yang tumbuh
dalam cytoplasma (mis., flavivirus dan poxvirus) biasanya memerlukan sel lysis
untuk pelepasannya yang merupakan sel yang terasosiasi. Virus yang mengikat
kepada sel reseptor cialid acid
PENUTUP
Jelas bagi kita bahwa dengan makin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi, terjadi perubahan pola penyakit termasuk penyakit viral. Tantangantantangan baru terus kita hadapi. Tidak hanya dari segi pencegahan dan
pengobatan melainkan pengendalian berbagai penyakit dan rehabilitasinya,
dimana faktor lingkungan baik lingkungan mati maupun mahluk hidup yang
sangat berperan besar khususnya dalam hal infeksi ternyata kian meluas
penyebarannya.
DAFTAR PUSTAKA