Anda di halaman 1dari 3

Alur pelayaran bagi kapal-kapal yang melintasi beberapa perairan dari suatu tempat ke tempat lain menjadi suatu

hal yang penting untuk direncanakan dengan matang. Begitu pula jika suatu kapal akan memasuki pelabuhan atau area lego jangkar akan mempertimbangkan banyak hal untuk direncanakan dengan matang. Hal ini disebabkan karena dua hal yaitu keselamatan kapal (ship safety) dan efisiensi kapal (ship efficiency). Keselamatan kapal berkaitan dengan kecelakaan yang terjadi oleh gelombang dan kondisi cuaca, sedangkan efisiensi kapal bekaitan dengan gangguan atau hambatan yang disebabkan oleh gelombang, arus laut dan angin, sehingga pemanfaatan bahan persediaan kapal meliputi bahan bakar dan persediaan lainnya menjadi tidak efisien. Kondisi perairan dan iklim disuatu perairan memiliki pola normal pada bulan atau musim tertentu. Jika informasi kondisi normal ini digabungkan dengan peta-peta navigasi maka akan dapat direncanakan dengan tepat kapan dan rute mana yang harus dilalui kapal sebelum berangkat untuk menjaga keselamatan kapal dan efiesiensi kapal. Pembuatan alur pelayaran di pelabuhan menjadi penting untuk direncanakan dengan matang. Pengerukan (dredging) untuk membuat alur kapal akan mengakibatkan pola arus dan karakteristik gelombang berubah. Perubahan pola arus dan karakteristik gelombang ini dapat pula mengakibatkan perubahan pola penyebaran sedimentasi. Perubahan pola arus dan karakteristik gelombang menjadi penting untuk diinformasikan kepada kapal yang akan masuk ke areal pelabuhan. Hal ini penting karena berkaitan dengan keselamatan kapal ketika memasuki areal pelabuhan. Perubahan pola sedimentasi berguna bagi pengelola pelabuhan untuk merencanakan pembuatan alur yang paling efisien dan memprediksi kapan terjadinya pendangkalan sehingga diperlukan pengerukan ulang di pelabuhan tersebut. Perencanaan yang matang akan menghemat biaya operasional yang cukup besar. Optimalisasi alur pelayaran dilakukan pada saat kapal sudah berada di tengah laut, dimana kondisinya didapat informasi baru bahwa rute pelayaran yang akan dilaluinya akan terjadi gangguan dari kondisi perairan dan cuaca (badai dan lain-lain). Pembaharuan rute pelayaran akan menjadi penting untuk keselamatan kapal dengan pula tetap memperhitungan efisien pelayaran. Teknologi pemodelan dapat membantu perencanaan dan pengambilan keputusan untuk permasalahan yang terjadi dalam penentuan alur pelayaran, pembuatan alur pelayaran dan optimalisasi alur pelayaran. Kondisi perairan yang berubah-ubah dapat dimodelkan untuk menghasilkan simulasi kondisi perairan, sebagai bahan pertimbangan yang komprehensif dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aplikasi pemodelan yang dapat diterapkan dari alur pelayaran dapat dilihat pada menu yang terdapat di bagian kanan. Berikut adalah potensi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pembangunan pelabuhan : 1.Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau pantai berbatu. Adanya pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan terjadi perubahan fungsi dan tata guna lahan tersebut yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya, kawasan tersebut berfungsi sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang,

namun setelah ada proses pembangunan pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan fungsi tersebut. Air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah, sehingga meningkatkan volume air limpasan (run off) dan meningkatkan terjadinya potensi genangan dan mengubah pola genangan. Dampak dampak turunan dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, timbulnya keresahan dan persepsi negatif masyarakat, gangguan terhadap aktivitas nelayan, peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran, serta bangkitan lalu lintas. 2. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatn konstruksi dan kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Peningkatan kebisingan pada kegiatan pelabuhan terutama berasal dari kegiatan konstruksi (seperti mobilisasi alat berat, pengangkutan material, pemancangan dan pembangunan terminal) dan loading offloading di pelabuhan. 3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan Penurunan kualitas air laut ditandai dengan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan pencemaran air laut. Penurunan peningkatan kualitas air kegiatan konstruksi pada pembangunan pelabuhan akan berpotensi menimbulkan dampak penurunan kualitas air laut terutama pada tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material keruk. Kegiatan operasional akan memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika pembangunan pelabuhan terletak di sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran terutama yang dihasilkan dari discharge air limbah domestik dan non domestik (air balast, tank cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk perawatan kapal), kegiatan operasional loading-offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal. 4. Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya perubahan batimetri, pola arus laut dan gelombang dan secara simultan mengakibatkan dampak turunan yaitu adanya perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi (perubahan garis pantai). Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin terjadi erosi pada garis pantai disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang terganggu. Dampak ini merupakan isu yang paling penting dalam setiap pembangunan di wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan harus dilakukan secara berkesinambungan. 5. Gangguan Terhadap Biota Perairan Kegitan pembanguna pelabuhan akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap biota perairan yang berada disekitar wilayah pelabuhan. Kegiatan pembukaan lahan,

pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik fasilitas pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di wetland/lahan basah seperti mangrove, bangsa krustase, larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang lamun. Gangguan terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara tidak langsung merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai