Anda di halaman 1dari 9

Struktur jaring tak berputar maupun berputar banyak sekali dijumpai secara alamiah dalam lingkungan sosial, transportasi,

dan tentu saja situs Web. Ketika pengguna bergerak dari pohon ke jaring menu tak berputar dan jaring menu berputar, kemungkinan untuk tersesat menjadi semakin besar. Kebingungan dan disorientasi sering dilaporkan oleh pengguna situs Web yang mengalami kesulitan ketika melakukan navigasi pada jaring berputar berskala besar (Shneiderman dan Plaisant, 2005). Dengan struktur pohon pengguna dapat membentuk model mental dari struktur tersebut dan membentuk gambaran tentang hubungan antar- menu yang ada. Pembentukan model mental dari sebuah jaring menu akan lebih sukar dibanding dengan struktur pohon. Pada struktur pohon terdapat sebuah menu yang berfungsi sebagai menu utama, sehingga penelurusan balik lebih mudah dilakukan. Dalam struktur jaring, untuk dapat melakukan penelusuran balik, tumpukan dari menu yang sudah dikunjungi harus dibuat. Pada suatu aplikasi, penggunaan salah satu jenis menu saja seringkali tidak memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk melakukan aktivitasnya sehingga ada kalanya perancang harus mengombinasikan beberapa jenis menu sekaligus dalam aplikasi yang dirancang dan dikembangkannya.

6.5. CARA MENGORGANISIR PILIHAN Setelah kita mengetahui berbagai jenis menu, maka pada subbab ini akan kita pelajari cara pengorganisasian pilihan untuk memudahkan pengguna dalam menggunakan aplikasi yang kita bangun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian pilihan antara lain adalah pengelompokan dan pengurutan pilihan yang tersedia. Selain itu, pemilihan judul atau label menu dan tata letak yang sesuai akan banyak membantu pengguna untuk menggunakan aplikasi tersebut. 6.5.1 PENGELOMPOKAN BERBASIS TUGAS PADA STRUKTUR POHON Pengelompokan pilihan dalam struktor pohon yang menjadikannya mudah dipahami oleh pengguna dan cocok dengan struktur tugas seringkah sulit dicapai. Persoalan dalam pengelompokan pilihan timbul karena adanya kategori yang tumpang tindih, penggunaan jargon yang sukar, istilah yang sangat umum, maupun kemungkinan adanya pilihan tambahan yang tidak jelas. Berdasarkan berbagai persoalan di atas, di bawah ini disajikan salah satu cara pemecahannya: 1. Satukan pilihan-pilihan yang secara logis serupa. Sebagai contoh, menu yang mudah dipahami akan menampilkan nama negara pada tingkat 1, diikuti dengan propinsi atau negara bagian pada tingkat 2, dan nama kota pada tingkat 3. 2. Kelompok berdasar nilai tertentu. Sebagai contoh, menu yang menampilkan kelompok umur 0-9, 10-19, 20-29, 30-39, dan > 40 akan memudahkan pengguna memilih pilihan yang tepat. 3. Pastikan bahwa pilihan-pilihan tersebut tidak saling tumpang tindih. Pilihan-pilihan dalam tingkat lebih rendah harus secara alamiah terhubung ke sebuah menu pada tingkat yang lebih tinggi. Kategori yang tumpang tindah, misalnya Hiburan dan Peristiwa, akan lebih membingungkan dibandingkan dengan Konser dan Olahraga.

4. Gunakan istilah yang sederhana dan pastikan bahwa antara satu pilihan dengan pilihan lain harus berbeda. Istilah umum seperti Pagi dan Malam barangkali terlalu umum; penggunaan pilihan seperti 6 AM sampai 6 PM dan 6 PM sampai 6 AM barangkali lebih tepat. Perlu diketahui bahwa tidak ada struktur menu yang sempurna yang cocok dengan pengetahuan yang dimiliki setiap pengguna. Perancang harus melakukan penilaian yang tepat pada awal implementasinya, yang secara bertahap dikembangkan sesuai dengan saran-saran yang mereka peroleh dan berdasar data empiris. Pengguna secara perlahan akan semakin terbiasa meskipun harus berhadapan dengan struktur pohon yang rumit. 6.5.2 URUTAN PENYAJIAN PILIHAN Setelah perancang menetapkan pilihan yang ada, perancang masih dihadapkan pada pemilihan urutan penyajian dari pilihan itu. Jika pilihan yang tersedia mempunyai urutan yang alamiah - misalnya nama hari dalam seminggu, bab dalam sebuah buku, atau ukuran kaos - maka ke- putusannya mudah ditentukan. Urutan penyajian pilihan dapat menggunakan berbagai dasar, misalnya: 1. Waktu (urutan kronologis), 2. Urutan numerik (secara urut naik atau urut turun), 3. Sifat fisik (panjang, luas, volume, temperatur, berat, kecepatan, dan lain-lain). Dalam kebanyakan kasus, pilihan-pilihan yang ada tidak mempunyai urutan berdasarkan tugas, dan perancang harus menentukan urutannya berdasar berbagai kemungkinan urutan, misalnya: 1. Pilihan paling penting diletakkan sebagai pilihan pertama;

2. Pilihan paling sering digunakan diletakkan sebagai pilihan pertama;


Kelompok dari sejumlah pilihan yang saling terkait (dipisahkan dengan baris kosong atau pemisah lain antar kelompok);

Urutan secara alfabetis Jika terdapat beberapa pilihan yang sering dipilih dibanding pilihan lain, biasanya ada semacam keinginan untuk mengorganisir pilihan-pilihan tersebut dari pilihan yang paling banyak dipilih ke yang paling sedikit dipilih. Cara ini barangkali akan mempercepat pemilihan menu teratas, tetapi kehilangan makna urutan dan pilihan yang paling jarang dipilih dapat bersifat menganggu. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan langkah kompromi, misalnya afan empat pilihan yang paling sering dipilih diletakkan di bagian atas, sementara sisanya tetap menggunakan urutan semula. Cara ini, dari hasil eksperimen, dapat meningkatkan kinerja pengguna (Sears dan Shneiderman, 1994). Dari hasil eksperimen ini muncul suatu teori bahwa kecepatan pemilihan suatu pilihan yang dikenal bersifat logaritmis dan pilihan yang kurang/tidak dikenal bersifat linear. Variasi penyajian menu pilihan diperkenalkan oleh Microsoft dengan produknya Office 2000. Cara penyajiannya disebut dengan menu adaptif. Ketika pengguna menggunakan salah satu aplikasi dari Office 2000, pilihan yang belum dipilih tidak ditampilkan dari daftar pilihan yang ada, sehingga membuat daftar pilihannya menjadi pendek. Untuk melihat pilihan yang tidak nampak, pengguna harus mengklik simbol panah yang terdapat di bagian paling bawah dari menu tersebut (Gambar 6.18a). Dengan cara ini, semua menu menjadi terlihat (Gambar 6.18b). Pilihan yang baru saja dipilih akan tetap nampak pada daftar pilihan, sementara pilihan yang tidak digunakan untuk selang waktu tertentu akan tidak terlihat. Pendekatan ini disukai oleh pengguna yang mempunyai pola penggunaan menu pilihan yang tetap, tetapi sangat tidak disukai oleh pengguna lain karena sangat membingungkan oleh karena susunan pilihannya yang selalu berubah. Menu yang dapat menyesuaikan diri, atau dapai dikendalikan oleh pengguna, merupakan alternatif yang menarik ilari menu adaptif. Studi yang dilakukan oleh Mc Gicnere, et al., (2002) membandingkan antara menu adaftif pada Microsoft Word dengan varian menu lain yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menggunakan salah satu dari dua alternatif: susunan normal dengan semua pilihan terlihat dan susunan tertentu yang didasarkan pada keinginan masing-masing pengguna. Salah satu hasil studi menunjukkan bahwa pengguna mampu belajar dan menavigasi menu secara lebih baik pada versi menu yang memungkinkan pengguna untuk memilih pi-lihan sesuai dengan seleranya.

6.5.3 TATA LETAK MENU Riset berbasis eksperimen yang membahas tentang tata letak menu masih sangat sedikit. Subbab ini membahas sejumlah penilaian subyektif tentang tata letak menu yang memerlukan validasi empiris. 5.3.1 Judul Menu Pemilihan judul buku merupakan pekerjaan yang sulit bagi penulis, editor, ataupun penerbit. Judul yang unik, menarik, dan mudah diingat akan membuat perbedaan yang nyata terhadap tanggapan pembaca Serupa dengan hal itu, pemilihan judul menu juga merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan memerlukan pemikiran yang serius. Untuk menu tunggal, judul singkat yang menjelaskan suatu situasi sudah memadai. Pada menu tersusun linear, judulnya harus secara akurat menunjukkan langkah-langkah yang perlu dilakukan secara berurutan. Penggunaan tata bahasa yang konsisten akan mengurangi kebingungan, dan penggunaan kata benda yang singkat tetapi tidak mendua seringkali sudah memadai. Pemilihan judul menu untuk struktur pohon perlu dilakukan dengan lebih berhati-hati karena harus secara tegas mencerminkan semua pilihan yang terdapat pada menu yang bersangkutan. Sebagai contoh, apabila pengguna memilih menu yang berjudul, misalnya, Menu Utama atau

penjelasan topik seperti Transaksi Bank maka pengguna secara pasti akan mengetahui posisinya saat itu, yaitu berada di awal sebuah sesi. Penggunaan pilihan yang lebih tinggi tingkatnya untuk judul pada menu yang ada di tingkat di bawahnya akan mempercepat pengguna menuju ke pilihan yang dimaksud. Hal ini dapat dianalogikan dengan sebuah buku. Pada daftar isi, misalnya judul pada Bab 1 adalah Pendahuluan, tetapi pada halaman yang dimaksud, ternyata judulnya adalah Pengantar. Meskipun barangkali kedua judul di atas mirip, tetapi karena ketidaksesuaian antara judul pada daftar isi dengan judul bab yang sebenarnya, hal ini akan membingungkan pembaca buku tersebut. Aturan ini sebaiknya digunakan baik pada antarmuka untuk program aplikasi tunggal maupun yang berbasis Web. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah penempatan judul dan fitur lain dari menu yang akan ditampilkan. Studi yang dilakukan oleh Teitelbaum dan Granda (1983) menunjukkan bahwa pengguna memerlukan waktu dua kali lebih lama untuk memilih menu yang sama ketika posisi menunya berpindah-pindah dibandingkan jika posisi menunya tetap. Dengan demikian perancang harus berusaha sebisa mungkin untuk menempatkan menu yang sama pada posisi yang sama Pemilihan Ungkapan Meskipun antarmuka menggunakan kata, ungkapan, atau kalimat dalam Bahasa Indonesia (atau bahasa apapun), hal ini tidak menjamin ungkapan yang digunakan akan mudah dipahami. Masing-masing kata yang digunakan belum tentu dimengerti oleh setiap pengguna, dan seringkali dua pilihan yang keduanya memenuhi keinginan pengguna, barangkali hanya satu pilihan yang melakukan apa yang diinginkan oleh pengguna (misalnya, singkirkan dan keluarkan). Sialnya, tidak ada penyelesaian terbaik untuk persoalan semacam ini. Meskipun demikian perancang dapat mengumpulkan saran dari teman kerja, pengguna, studi awal, tes untuk mencari dukungan, dan pemantauan kinerja pengguna. Beberapa aturan berikut ini sepertinya sudah jelas, tetapi ada baiknya ditulis kembali, karena hal itu paling banyak dilanggar: 1. Gunakan terminologi yang sudah dikenal dan konsisten. 2. Pastikan bahwa setiap pilihan berbeda satu dengan yang lain. 3. Gunakan ungkapan yang singkat tetapi jelas dan konsisten.

4. Gunakan kata kunci sebagai awal ungkapan. Tata Letak Grafik Sekelompok karakter seringkali digunakan secara bersamaan karena adanya keterbatasan dalam hal lebar dan panjang layar tampilan. Teknik penyorotan pilihan mempengaruhi tata letak grafis dari menu yang akan disusun. Penyajian nama-nama propinsi di Indonesia sebagai menu pilihan barangkali tidak akan mengalami banyak kesulitan pada layar yang besar dengan kecepatan tampilan yang tinggi. Di sisi lain, pada sistem dengan tampilan yang kecil, nama-nama propinsi tersebut harus dikelompokkan menjadi beberapa submenu. Format yang konsisten akan membantu pengguna menemukan informasi yang dicarinya, membantu pengguna untuk memfokuskan perhatian pada materi yang relevan, dan mengurangi kegelisahan pengguna dengan menawarkan suatu tingkat kepastian. Perancang menu harus mempunyai pedoman untuk menjaga konsistensi paling tidak untuk komponen menu berikut ini: 1. Penulisan judul. Beberapa pengguna lebih menyukai judul yang ditulis rapi tengah, tetapi rapi kiri biasanya lebih disukai, terutama untuk tampilan yang mempunyai kecepatan rendah. 2. Penempatan pilihan. Biasanya pilihan ditulis rapi kiri, dengan nomor atau huruf tertentu yang mendahului judul pilihan secara lengkap. Baris kosong seringkali digunakan untuk memisahkan kelompok pilihan tertentu. Jika menggunakan banyak kolom, penomoran atau penggunaan huruf harus tetap konsisten (sebagai contoh, penulisan menu ke bawah lebih mudah dipindai daripada penulisan menu ke samping). 3. Petunjuk. Petunjuk untuk setiap menu, jika ada, harus seragam untuk setiap pilihan yang ada dan harus ditempatkan di posisi yang sama. Aturan ini juga digunakan untuk petunjuk tentang penelusuran, pertolongan, atau penggunaan tombol fungsi. 4. Pesan kesalahan. Ketika pengguna memilih pilihan yang tidak dapat diterima, pesan kesalahan harus muncul pada posisi yang konsisten dan penggunaan istilah serta sintaksisnya juga harus konsisten. 5. Laporan status. Sejumlah sistem mempunyai semacam tanda yang menunjukkan dari menu yang sedang dikunjungi, halaman yang sedang dilihat, atau pilihan yang harus

dipilih untuk menyelesaikan suatu tugas. Informasi ini harus muncul pada posisi yang konsisten dan juga harus mempunyai struktur yang konsisten Sebagai tambahan, karena disorientasi merupakan persoalan serius, berbagai teknik yang dapat digunakan untuk menunjukkan posisi pengguna pada sebuah struktur menu perlu digunakan. Di dalam buku, penggunaan jenis dan ukuran huruf, serta penggunaan huruf tebal, huruf miring, dan huruf tegak dapat digunakan untuk membedakan bab, subbab, dan subsubbab. Dengan cara yang sama, pada menu berstruktur pohon, ketika pengguna menelusuri pohon tersebut, judulnya dapat digunakan untuk menunjukkan posisi tempat pengguna berada saat itu, dan seberapa jauhnya dari menu utama. Penggunaan berbagai gambar, jenis huruf, ukuran font yang berbeda, dan teknik penyorotan sangat membantu pengguna untuk mengetahui menu yang sedang dipilih. Perhatikan contoh seperti tersaji pada Gambar 6.19.

Tampilan di atas memberikan indikasi yang jelas ketika pengguna bergerak ke bawah. Ketika pengguna ingin melakukan penelusuran balik ke atas, atau ke pilihan pada tingkat yang sama, mereka akan merasa yakin akan tindakan mereka. Dengan antarmuka grafis, berbagai kemungkinan dapat dilakukan untuk menunjukkan posisi pengguna pada menu berstruktur pohon maupun menu linear. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah de-ngan menampilkan kotak-kotak menu secara agak menurun, atau sedikit ke arah kanan, dibanding pilihan pada tingkat di atasnya. Gambar 6.20 menunjukkan susunan menu makanan yang sama dengan Gambar 6.19 yang disusun secara vertikal. Dalam Gambar 6.20, antara menu utama dengan submenunya dapat diidentifikasi dengan mudah, meskipun semuanya ditulis menggunakan jenis huruf yang sama, karena menu pada tingkat yang berbeda ditulis menjorok ke kanan.

Pada menu yang bertumpuk atau menu berjalan (karena pengguna, pada satu saat harus berjalan melewati beberapa tingkat) secara perseptual sangat bermanfaat, tetapi akan menimbulkan tantangan motorik kepada pengguna karena pengguna harus menggerakkan kursor ke arah yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai