Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Peranan bakteri baik yang menguntungkan ataupun yang merugikan dalam kehidupan kita dapat diketahui melalui proses isolasi dan identifikasi. Prinsip isolasi bakteri adalah memisahkan suatu mikroba dari mikroba lainnya sehingga diperoleh kultur murni. Identifikasi dilakukan setelah kultur murni yang berasal dari satu progeni didapatkan untuk diketahui potensinya. Ada beberapa metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Yang paling sering dilakukan adalah teknik cawan gores dan cawan tuang, dimana kedua metode ini didasarkan pada prinsip yang sama yaitu mengencerkan mikroorganisme sehingga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya, dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang nampak pada cawan petri setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal (Hadioetomo, 1985). Proses identifikasi bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri seperti sifat biokimia, morfologi koloni, dan morfologi selnya. Pengamatan dan pencatatan ciri morfologi serta ciri lainnya merupakan tahap pendahuluan yang penting sebelum identifikasi. Tingkat keakuratan identifikasi bergantung pada ketelitian dan kerja preparasi seperti pembuatan media, pembuatan reagen, pewarnaan dan ketelitian dalam melakukan, mengamati dan mencatat hasil uji. Ketika suatu spesies belum dapat diidentifikasi seperti spesies asing atau baru, kita dapat menduga bahwa kultur tersebut tidak murni lagi atau kita sudah membuat kesalahan dalam observasi dan pengamatan. Isolat murni yang didapat nantinya akan dapat digunakan untuk produksi biomassa, hasil fermentasi seperti metabolit primer atau metabolit sekunder (Pelczar dan Chan, 1988). Langkah awal dalam proses identifikasi adalah pengamatan dan pencatatan ciri morfologi serta ciri lainnya. Identifikasi bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri seperti sifat biokimia, morfologi koloni dan

morfologi selnya. Menurut Lay (1994), morfologi mikroorganisme berdasarkan bentuk, ukuran dan penataan biasanya tidak cukup untuk melakukan identifikasi. Ciri lainnya seperti sifat pewarnaan, pola pertumbuhan koloni, reaksi petumbuhan pada karbohidrat, dan penggunaan asam amino sangat membantu dalam identifikasi mikroba. Menurut Barrow and Feltham (1993), uji Indol-Methyl red-Voges Proskauer-Citrate (IMViC) digunakan juga sebagai uji untuk karakteristik dari mikroorganisme. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui spesies bakteri wild type yang diperoleh untuk selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan; selain itu proses tersebut juga berfungsi untuk mengecek ulang (uji konfirmasi) isolat yang telah diketahui spesies dan karakternya, sehingga dapat memperkecil kesalahan pada hasil uji yang dilakukan. Identifikasi dan klasifikasi mikroorganisme haruslah diketahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Ukurannya yang sangat kecil, tidaklah memungkin bagi kita untuk mempelajari satu mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakteristik suatu biakan yang merupakan populasi dari suatu

mikroorganisme. Biakan murni yang mengandung hanya satu macam mikroorganisme ini kemudian baru ditentukan spesiesnya (Bisset,1963). Pendekatan yang dapat dilakukan dalam uji identifikasi yaitu dengan pendekatan konvensial (mikrobiologis) dan pendekatan molekuler. Pendekatan yang banyak dan umum digunakan yaitu pendekatan konvensional

(mikrobiologis) dan pendekatan molekuler (analisis fragmen gen 16 S). Pendekatan secara molekuler dilakukan dengan mencocokkan urutan basa gen 16 S isolat uji dengan data yang ada dipangkalan data gen/gen bank, kemudian dianalisis kedekatan hubungan dan kemiripannya (homologinya). Pada pendekatan molekuler, tahapan pertama proses untuk mendapatkan fragmen gen 16 S yang akan di sekuens (proses untuk mengetahui urutan basa N), yaitu dilakukan isolasi DNA kromosomal sel (DNA kromosom secara keseluruhan). Pendekatan mikrobiologis biasanya dengan menumbuhkan pada media tertentu sehingga dapat diamati bentuk koloninya dan

beberapaperlakuan untuk menguji sifat biokimianya. Sedangkan metode

pewarnaan seperti pewarnaan Gram dan endospora dapat sekaligus melihat bentuk sel mikroba tersebut. Hasil ujinya kemudian dibandingkan dengan hasil uji standar, sehingga dapat diketahui genus dan spesies mikroba (Lay, 1994). Acinetobacter baumanii adalah pleomorphic basil gram-negatif aerobik (sama kelihatannya dengan Haemophilus influenzae pada pewarnaan Gram) umumnya terisolasi dari lingkungan rumah sakit dan dirawat di rumah sakit pasien. Infeksi Acinetobacter jarang tetapi, ketika mereka terjadi, biasanya melibatkan sistem organ yang memiliki kandungan tinggi (misalnya, saluran pernafasan, CSF, cairan peritoneal, saluran kemih) cairan, mewujudkan sebagai pneumonia nosokomial, infeksi yang terkait dengan dialisis peritoneal rawat jalan terus menerus (CAPD), atau kateter bacteruria terkait. Acinetobacter pneumonia terjadi dalam wabah dan biasanya dikaitkan dengan dukungan peralatan pernapasan terjajah atau cairan. meningitis nosokomial dapat terjadi pada pasien bedah saraf terjajah dengan tabung drainase ventrikular eksternal. Acinetobacter Multidrug tahan bukanlah fenomena baru atau yang muncul, namun A. baumanii selalu inheren organisme resisten terhadap antibiotik beberapa.

1.2

Maksud dan Tujuan Makalah ini dibuat sebagai acuan kepada pembaca : Memberi informasi kepada para pembaca mengenai Acinetobacter sp. Memaparkan penyakit, diagnose, pengobatan serta tes biokimia terhadap bakteri Acetobacter sp.

1.3

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : a) Apa yang dimaksud dengan bakteri Acenobacter sp? 3

b) Spesies Acenobacter apa saja yang termasuk bakteri patogen ? c) Apa saja penyakit yang disebabkan oleh bakteri Acenobacter sp? d) Apa saja gejala klinis yang timbul pada penderita? e) Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Acenobacter sp?

BAB II ISI
2.1 Mengenal Acinetobacter Acinetobacter adalah genus bakteri gram negative milik

Gammaproteobacteria. Acinetobacter spesies non-motil dan oksidase negatif, dan terjadi pada pasangan di bawah pembesaran. Acinetobacter adalah kata majemuk dari 'batang nonmotile / bergerak' ilmiah Yunani, yang berarti. Elemen pertama acineto- merupakan transliterasi yang tidak biasa dari Yunani -, romanisasi biasa dalam bahasa Inggris adalah akineto-, seperti dalam akinetic. Acinetobacter tersebar luas di alam, dan umumnya terjadi pada tanah. Mereka dapat bertahan hidup pada permukaan basah dan kering, termasuk di lingkungan rumah sakit. Beberapa strain telah diisolasi dari bahan makanan. Dalam air minum, mereka telah terbukti bakteri agregat yang dinyatakan tidak membentuk agregat. Mereka adalah penting organisme tanah, di mana mereka berkontribusi pada mineralisasi, misalnya, senyawa aromatik. Acinetobacter adalah sumber utama infeksi pada pasien lemah di rumah sakit, khususnya spesies Acinetobacte baumanii.

2.2

Patologi Pada individu yang sehat koloni Acinetobacter pada kulit berkorelasi dengan insiden rendah alergi. Acinetobacter dianggap alergi pelindung. Spesies A. baumanii adalah nonfermenting bakteri pada manusia. kedua-paling-sering terisolasi

Dalam immunocompromised individu, Acinetobacter beberapa menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa. Spesies tersebut

dapat juga

menunjukkan tingkat yang relatif luas resistensi antibiotik. Acinetobacter sering terisolasi di infeksi nosokomial, dan terutama terjadi di unit perawatan intensif, di mana kedua kasus sporadis

serta epidemi dan endemik kejadian umum. A. baumanii merupakan penyebab sering pneumonia nosokomial, terutama akhir-onset pneumonia ventilator

terkait. Hal ini dapat menyebabkan infeksi lain termasuk berbagai infeksi kulit dan luka, bakteremia, dan meningitis, namun A. lwoffi sebagian besar

bertanggung jawab untuk yang kedua. A. baumannii dapat bertahan hidup pada kulit manusia atau permukaan kering selama berminggu-minggu. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa Acinetobacter biofilm berperan dalam penyakit menular seperti cystic fibrosis, periodontitis, infeksi aliran darah, dan infeksi saluran kemih, karena kemampuan bakteri untuk menjajah berdiamnya peralatan medis (seperti kateter ). Penanda resistensi antibiotik sering plasmid-borne, dan plasmid hadir dalam strain Acinetobacter dapat ditransfer ke bakteri patogen lain melalui transfer gen horizontal. Kemampuan spesies Acinetobacter untuk mematuhi permukaan, untuk membentuk biofilm, dan untuk menampilkan resistensi antibiotik dan transfer gen memotivasi penelitian faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk penyebaran mereka.

2.3

Patogenesis Acinetobacter merupakan kuman oportunis. Meskipun hidup pada pH asam dan di suhu rendah, namun dapat menyerang jaringan vital. Acinetobacter memiliki daya toksik/virulensi yang setara dengan Escherichia, Serratia marcescens, and Pseudmonas aeruginosa. Kapsul tidak berhubungan dengan virulensi. Tetapi kapsul meningkatkan aktifitas bunuh E.coli, S. marcescens dan P. aeruginosa. Pada isolate klinik didapatkan kerusakan jarinagn lemak oleh karena enzim yang menghidrolisis asam lemak rantai

pendek. Endotoxin Acinetobacter menunjukkan aktifitas toksik yang sama dengan Enterobacteriaceae. Walaupun terdapat endotoxin yang merupakan senyawa lipopolisakarida, namun belum diketahui potensi endotoksik pada manusia. Kuman ini juga mampu memproduksi bakteriocin dan bertahan hidup dalam kondisi kering.

2.4

Manifestasi Klinik Tractus Respiratorius Merupakan tempat paling sering didapatkan Acinetobacter karena kolonisasi di faring di orang sehat dan pada tracheostomy. Pada anak sehat dapat menyebabkan community acquired bronchiolitis dan

tracheobronchitis. Dapat pula terjadi tracheobronchitis pada dewasa. CAP oleh karena Acinetobacter pada dewasa dapat didasari alkoholisme, merokok, COAD dan DM. Pasien biasanya mengalami sakit akut dengan gejala dyspnoea, demam, batuk produktif, dan nyeri dada oleh karena pleuritis. Perjalanan klinis dapat memburuk dengan adanya syok, hypoxemia berat, granulocytopenia dan kultur darah positif. CAP oleh karena Acinetobacter lebih sering terjadi pada daerah tropis, daerah dengan tingkat kesehatan rendah, penggunaan penicillin sering. Akibat terbesar yang ditimbulkan oleh infeksi Acinetobacter adalah nosokomial pneumonia, yang lebih banyak oleh karena pemakaian ventrikulator, VAP. Infeksi pneumonia nosokomial ini dapat dipicu oleh intubasi ET, tracheostomy, terapi antibiotic sebelumnya, didapatkan dari ICU, tindakan bedah yang baru saja, penyakit paru yang mendasari. ICU yang seharusnya steril dapat memberikan kontribusi penularan Acinetobacter dari alat ventrilator, hanscoen, perawat dengan kolonisasi Acinetobacter, cairan nutrisi parenteral yang terkontaminasi. Bacterecemia Nosokomial bakteremia oleh karena Acinetobacter biasanya

berhubungan dengan adanya penyakit pada tractus respirasi, i.v. cath,

tractus urinarius, luka, kulit, dan infeksi abdomen. Kadang disertai pula dengan syok septic dan dapat terjadi kematian pada Acinetobacter bakteremia. Genitourinary Pada pasien dengan urethritis menyerupai gonorrhea yang resistensi penicillin kadang disalahartikan sebagai akibat infeksi

Acinetobacter. Meskipun tractus urinarius bagian bawah terdapat kolonisasi Acinetobacter, namun jarang invasif. Walaupun begitu ada data yang menunjukkan terjadinya cystitis dan pyelonephritis pada pasien dengan kateter menetap. Meningitis Meningitis oleh karena Acinetobacter jarang terjadi. Meskipun jika ditemukan berasal dari prosedur bedah saraf. Meningitis bermanifestasi kasar. Gambaran rash petechie tampak pada Acinetobacter meningitis. Jaringan lunak Acinetobacter dapat menimbulkan cellulitis yang dihubungkan dengan i.v cath. Pada luka, trauma, luka bakar, dan insisi post operasi. Hal ini karena Acinetobacter dapat tubuh subur pada jaringan dan benda asing. Jaringan lain Acinetobacter dapat menimbulkan infeksi di seluruh jaringan tubuh. Pada mata dapat menyebabkan conjungtivitis, endopthalmitis, perforasi kornea oleh karena kontaminasi contact lens. Endocarditis oleh karena katup buatan, osteomyelitis, septic arthritis, abses liver dan pancreas, juga pernah dilaporkan oleh karena Acinetobacter.

2.5

Mortalitas / Morbiditas

Meskipun Acinetobacter adalah terutama penjajah di lingkungan rumah sakit, kadang-kadang menyebabkan infeksi.

Angka Kematian dan tingkat morbiditas pada pasien yang sangat sakit dengan penyakit multisistem meningkat karena penyakit yang mendasarinya bukan infeksi dilapiskan dengan Acinetobacter. 8

2.6

Morfologi dan Biokimia Spesies yang berbeda dari bakteri dalam genus ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan Pendar-Laktosa-Denitrifikasi menengah (FLN) untuk menemukan jumlah asam yang dihasilkan oleh metabolisme dari glukosa . Secara morfologi, Acinetobacter merupakan kuman cocobacil yang kadang menyerupai Neisseria karena bentuk diplococcus, non motil, gram negative, tidak membentuk spora. Merupakan kuman aerob yang tidak menghasilkan warna ungu dalam reaksi dengan 1% tetramethyl p-

phenylenediamine (tes oxidase negative) dan hal inilah yang membedakan Acinetobacter dengan Neisseria. Namun menghasilkan gelembung oksigen saat bereaksi dengan H2O2 (tes katalase positif). Selain itu juga mereduksi nitrat. Tes identifikasi lain yang dapat diandalkan pada tingkat genus adalah DNA uji transformasi kromosom (CTA) : Dalam pengujian ini, triptofan alami kompeten auksotrofik mutan Acinetobacter baylyi diubah dengan DNA total dari Acinetobacter putative mengisolasi dan campuran transformasi berlapis pada otak agar jantung infus (BHI). Pertumbuhan tersebut kemudian dipanen setelah diinkubasi selama 24 jam pada 30 C, plating pada Acinetobacter agar minimal (AMM), dan inkubasi pada 30 C selama 108 jam. Pertumbuhan pada medium agar minimal menunjukkan alat tes transformasi positif dan confirmes isolat sebagai anggota genus Acinetobacter. E. coli dan A. calcoaceticus dapat digunakan sebagai kontrol negatif dan positif masing-masing.

2.7

Spesies Acinetobacter genus terdiri 27 sah bernama dan 11 tidak disebutkan namanya (genom) spesies. Namun, karena identifikasi rutin di laboratorium mikrobiologi klinik tidak (belum) mungkin, mereka dibagi dan dikelompokkan menjadi tiga kompleks utama :

Acinetobacter nonhemolytic

baumanii

calcoaceticus-kompleks: glukosa-pengoksidasi

Acinetobacter lwoffii: glukosa-negatif nonhemolytic Acinetobacter calcoaceticus : Meningitis Acinetobacter haemolitycus Acinetobacter alcaligenes Acinetobacter junii Acinetobacter jhonsonii

a. Acinetobacter baumanii Acinetobacter baumannii merupakan salah satu jenis bakteri gram-negatif (bakteri yang tidak memiliki methyl violet serta dapat menimbulkan radang paru-paru parah serta infeksi saluran kencing dalam Gram stain test) yang kebal terhadap banyak antibiotik. Acinetobacter dan kuman jenis gram-negatif lainnya lebih sulit menginfeksi dikarenakan struktur selnya, tapi dari waktu ke waktu kuman tersebut terus berkembang dan semakin kebal terhadap antibiotik yang ada. Acinetobacter baumanii adalah pleomorphic basil gram-negatif aerobik (sama kelihatannya dengan Haemophilus influenzae pada pewarnaan Gram). Umumnya terisolasi dari lingkungan rumah sakit dan dirawat di rumah sakit pasien. Infeksi Acinetobacter jarang tetapi, ketika mereka terjadi, biasanya melibatkan sistem organ yang memiliki kandungan tinggi (misalnya, saluran pernafasan, CSF, cairan peritoneal, saluran kemih) cairan, mewujudkan sebagai pneumonia nosokomial, infeksi yang terkait dengan dialisis peritoneal rawat jalan terus menerus (CAPD), atau kateter bacteruria terkait. Acinetobacter pneumonia terjadi dalam wabah dan biasanya dikaitkan dengan dukungan peralatan pernapasan terjajah atau cairan. 10

meningitis nosokomial dapat terjadi pada pasien bedah saraf terjajah dengan tabung drainase ventrikular eksternal. Acinetobacter Multidrug tahan bukanlah fenomena baru atau yang muncul, namun A. baumanii selalu inheren organisme resisten terhadap antibiotik beberapa. Kerajaan : Bakteri

Filum :
Kelas: Order: Keluarga: Genus:

Bakteri
Gammaproteobacteria Pseudomonadales Moraxellaceae Acinetobacter Brisou & Prevot 1.954

b. Acinetobacter calcoaceticus Acinetobacter calcoaceticus sebelumnya dikenal sebagai

Achromobacter anitratus. Anitratum Bakteri, Herellea vaginicola, Moraxella glucodolytica var nonliquifaciens dan Pseudomonas calcoacetica manamana di alam. Mikroorganisme ini hadir sebagai flora normal pada kulit dan tenggorokan manusia bersama dengan saprophytes lainnya. Namun, hal ini membuktikan tanpa keraguan bahwa ini adalah patogen oportunistik dengan tingkat yang sangat variabel virulensi. Organisme ini tampaknya memiliki kekuatan invasif kecil dan tergantung pada istirahat yang sudah ada sebelumnya dalam pertahanan tubuh normal seperti luka bedah untuk menyebabkan penyakit. Mereka juga dapat menyebabkan infeksi pada pasien lemah atau mereka obat imunosupresif diberikan.

Acinetobacter sebagai patogen manusia telah dilaporkan secara sporadis sejak deskripsi asli Debord tentang kelompok pada tahun 1939. Setelah itu, beberapa laporan muncul dalam literatur menggambarkan organisme ini

11

sebagai agen penyebab meningitis, fulminan septikemia, paru dan infeksi mata, kronis sinovitis, penyakit kulit dan infeksi luka. Dari India ada beberapa organisme laporan. Prakash ini dari et al dan klinis Mukherji melaporkan yang isolasi et

bahan

berbeda. Prakash

al menggambarkan organisme ini sebagai menyebabkan septicaemia dan Sujata et al melaporkan infeksi fatal yang disebabkan oleh Acinetobacter calcoaceticus. Dalal et al melaporkan kasus infeksi saluran kemih pasca operasi dan juga berusaha mendeteksi antibodi humoral terhadap organisme. Madhavan dan Jayakrishnan menemukan organisme ini

menjadi agen penyebab meningitis. Tes Biokimia Sebanyak 37 galur Acinetobacter calcoaceticus banyak ditemui dari bahan klinis dalam jangka waktu dua tahun. Sumber pengambilan sampel klinis dahak (15 sampel), urin (10 sampel), darah dan tips kateter vena (5 sampel masing-masing) dan nanah (2 sampel). Ini dikumpulkan dalam wadah steril dan segera diproses. Penyeka kapas steril dicelupkan ke dalam normal saline digunakan untuk

mengumpulkan eksudat minim. Pewarnaan Gram dilakukan dengan sampel masing-masing. Sampel kemudian diinokulasikan pada agar darah dan agar MacConkey. Setelah inkubasi 24 jam, koloni

karakteristik yang mencari dan mengidentifikasi. Dalam kasus kultur darah, 5 ml darah dikumpulkan dan diinokulasi dalam 25 ml kaldu Hartley. Setelah inkubasi 24 jam, media padat yang disebutkan di atas digunakan untuk sub-budaya dan identifikasi organisme. Dalam kasus "Tidak ada pertumbuhan" dari budaya sub pertama proses diulang pada hari alternatif selama 10 hari. Untuk sampel urin, jumlah koloni dilakukan. Karakteristik Acinetobacter calcoaceticus adalah sebagai berikut: Pada agar darah, ada yang besar, buram, berlendir, berkilau dan non-hemolitik koloni. Pada agar MacConkey ini koloni yang pucat dan berlendir. Organisme yang nonmotile, cocci Gram negatif dan coccobacilli. Semua strain katalase positif dan oksidase negatif. Mereka

12

tidak menyebabkan perubahan dalam medium besi gula triple; sitrat yang digunakan dan tes untuk urease dan indole negatif. Media Penjual menunjukkan pantat asam, basa miring dan band kuning akibat produksi asam dari dextrose 10%. Glukonat tidak dimanfaatkan.Strain masing-masing diuji untuk sensitivitas antibiotik dengan metode difusi cakram. Hasil Organisme menyebabkan infeksi saluran kemih pada 10 kasus dan dalam setiap kasus jumlah koloni menunjukkan lebih dari 105 organisme /ml urine. Dari jumlah tersebut, 5 pasien telah catheterised dan ini adalah penyebab predisposisi. Tiga kasus adalah gagal ginjal kronis dan dua kasus itu pasca-operasi infeksi. Pada 2 kasus infeksi saluran kemih Acinetobacter diisolasi dengan coli Escherechia dan dalam 3 kasus Proteus mirabilis adalah organisme terkait. Organisme yang sama dua kali diisolasi dari 3 kasus. Sehubungan dengan saluran pernapasan, Acinetobacter diisolasi dari 6 sampel dahak dan 9 swab trakea. Para penyeka trakea dikumpulkan dari kasus di antaranya trakeostomi telah dilakukan pada rekening alasan beragam seperti tetanus atau keracunan barbiturat. Kasus lain adalah penyakit paru obstruktif kronik dan infeksi saluran pernapasan. Dalam satu kasus infeksi diikuti penghapusan bronchoscopic benda asing di bronkus yang tepat. Organisme diisolasi dari darah dalam 5 kasus. Dua septicaemias mengikuti aortogram, satu berasal dari bayi prematur, salah satu dari kasus anemia dan satu operasi jantung berikut. Sampel nanah menghasilkan Acinetobacter calcoaceticus termasuk abses guinea cacing dan abses pada kaki pada pasien diabetes. Pola sensitivitas antibiotik dari strain ini 37 dari Acinetobacter calcoaceticus. Semua strain yang sensitif terhadap gentamisin. Obat-obat berikutnya yang paling efektif adalah streptomisin dan kloramfenikol. Semua strain yang resisten terhadap sulfadiazin.

13

2.8

Pengobatan Spesies Acinetobacter secara lahiriah resisten terhadap banyak kelas antibiotic, termasuk penisilin, kloramfenikol, dan sering aminoglikosida. Resistensi terhadap fluoroquinolones telah dilaporkan selama terapi, yang juga mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap golongan obat lain yang dimediasi melalui obat aktif penghabisan. Sebuah peningkatan dramatis dalam resistensi antibiotik di Acinetobacter strain telah dilaporkan oleh CDC dan carpabenems diakui sebagai standar emas dan pengobatan of the last resort. Acinetobacter spesies yang tidak biasa dalam bahwa mereka peka terhadap sulbaktam, sulbaktam yang paling sering digunakan untuk

menghambat bakteri beta-laktamase, tapi ini adalah contoh dari properti antibakteri sulbaktam itu sendiri. Pada bulan November 2004, CDC melaporkan peningkatan

jumlah infeksi aliran darah A. baumanii pada pasien di fasilitas medis militer di mana anggota layanan terluka dalam Irak / Kuwaitwilayah selama Operasi. Kebebasan Irak (OIF) dan di Afghanistan selama Operasi Enduring

Freedom (OEF) dirawat. Kebanyakan dari mereka resisten. Diantara satu set isolat dari Walter Reed Army Medical Center, 13 (35%) yang rentan terhadap imipenem saja, dan dua (4%) resisten terhadap semua obat yang diuji. Salah satu agen antimikroba, colistin (polimiksin E), telah digunakan untuk mengobati infeksi dengan multidrug-resistant A. baumannii, namun, kerentanan pengujian antimikroba untuk colistin tidak dilakukan pada isolat yang dijelaskan dalam laporan ini. Karena A. Baumanii dapat bertahan hidup pada permukaan kering hingga 20 hari, mereka menimbulkan risiko tinggi penyebaran dan kontaminasi di rumah sakit, berpotensi menempatkan kekebalan-dikompromikan dan pasien lain yang berisiko untuk obat-tahan

14

infeksi yang sering fatal dan secara umum, mahal untuk mengobati. Laporan menunjukkan bahwa bakteri ini rentan terhadap terapi fag. Terapi Sangat sedikit dari antibiotik yang digunakan secara efektif untuk menangani infeksi nosokomial oleh karena Acinetobacte, terutama pada pasien di ICU. Antibiotika Lactam hanya dapat dipakai setelah ada tes sensitivitas. Ticarcillin, sering dikombinasikan dengan sulbactam,

ceftazidime, atau imipenem, dapat dipakai. Aminoglycosida kadang efektif bila dikombinasi dengan Lactam, dan kombinasi lain dari Lactam dengan satu fluoroquinolone atau rifampin juga pernah dikemukakan. Pada sebuah survei retrospektif di Perancis dari kebiasaan penulisan resep pada ICU, yang pertama diberikan untuk infeksi Acinetobacter meliputi amikacin, imipenem, ceftazidime, atau salah satu quinolone (pefloxacin atau ciprofloxacin). Pada 56% kasus, imipenem dianggap baik sebagai agen tunggal atau dikombinasi dengan amikacin (18%), sementara ceftazidime ditambah amikacin ditemukan pada 17% kasus dan amikacin dipergunakan seperti agen tunggal pada 26% kasus. Pada penelitian penggunaan antibiotika setelah tes kepekaan secara in vitro, kombinasi dari imipenem dengan aminoglycoside dipergunakan pada 59% kasus, ceftazidime dengan aminoglycoside dipergunakan pada 30% kasus, dan ceftazidime dikombinasi dengan quinolone dipergunakan pada 11% kasus. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa imipenem dipergunakan sebagai monotherapy pada 20% dari 33 kasus infeksi nosokomial, imipenem di kombinasi dengan amikacin dipergunakan pada 40% kasus, dan pefloxacin ditambah amikacin atau tobramycin 20% oleh kasus. infeksi

(bergantung Kegagalan

kepada antibiogram) tata laksana dan

dipergunakan

pada

kematian

(disebabkan

Acinetobacter atau penyakit yang mendasari) terjadi pada 17% pasien yang mendapat antibiotika. Umumnya, antibiotika terbaru yang disrankan sebagai pilihan terapi infeksi Acinetobacter adalah penisilin spektrum luas, cephalosporins

15

spectrum

luas,

atau

imipenem,

dikombinasikan

dengan

satu

aminoglycoside.

16

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan Acinetobacter baumanii merupakan bakteri Gram negatif yang seringkali menjadi sumber infeksi nosokomial. Selain sebagai sumber infeksi, bakteri ini berpotensi mengalami resistansi multiobat. Pada keadaan normal, A. baumanii terdapat pada kulit manusia seperti pada daerah ketiak dan lipat paha. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa 43% orang dewasa yang sehat memiliki koloni bakteri di membran mukosanya. Koloni ini mungkin akan menjadi sumber infeksi ketika orang dewasa menjalani perawatan di rumah sakit, karena pada orang sehat A. baumanii tidak menimbulkan infeksi. Acinetobacter kelompok organisme yang saprophytes. Mereka telah diisolasi bahkan dari air dan tanah, dan kulit normal dan membran mukosa. Pada saat yang sama organisme ini telah dilaporkan menyebabkan infeksi serius dan fatal. Patogenisitas mereka juga telah terbukti berulang kali pada hewan. Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh Acinetobacter

berhubungan berharap masuk iatrogenik atau perlawanan tuan rumah terganggu. Pada seri ini sebagian besar kasus terdiri dari lemah pasien atau individu yang telah mengganggu untuk memberikan sebuah entri untuk organisme ke dalam jaringan. Dalam lima dari kasus infeksi saluran kemih kateterisasi mungkin telah menjadi sumber infeksi. Dua dari pasien memiliki gagal ginjal kronis. Kondisi ini dikenal sebagai kecenderungan untuk pathogen oportunistik. Dalam memberatkan organisme sebagai patogen dalam urin, perawatan harus dilakukan dalam menunjukkan organisme pada tingkat bakteriuria signifikan. Patogenisitas Acinetobacter pada saluran pernapasan dan sebagai penyebab-septikemia diketahui dengan baik. Sebuah laporan baru pada endokarditis infektif yang disebabkan oleh organisme telah dijelaskan terjadinya antibodi dalam serum pasien. Acinetobacter telah sering diabaikan sebagai patogen potensial. Namun, organisme ini mengasumsikan pentingnya

17

peningkatan mungkin karena banyak patogen dari hari sebelumnya sedang dikendalikan. Penelitian ini menekankan perubahan pola patogen

oportunistik. Perhatian besar harus diberikan pada spesies yang sebelumnya dianggap sebagai non-patogenik atau hanya sebagai keingintahuan

bakteriologis untuk kemungkinan peran sebagai penyerang oportunis.

3.2

Saran Dengan ini penyusun mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan bagi para pembaca sekalian. Sedangkan saran yang ingin disampaikan dari makalah ini yaitu agar kita semua bisa lebih memahami tentang bakteri patogen Acinetobacter sp. Semoga untuk pembuatan makalah yang selanjutnya dapat semakin baik dari makalah yang sekarang.

18

DAFTAR GAMBAR

Acinetobacter

BAB III Acinetobacter Baumanii

19

DAFTAR PUSTAKA

Diunduh pada tanggal 20 November 2012 :


http://begituampuh.blogspot.com/2012/08/infeksi-acinetobacter.html http://id.wikipedia.org/wiki/Acinetobacter_baumannii http:\Analis\Acinetobacter\sekilas-mrsa-bakteri-gram-negatif-dan.html http:\Analis\Acinetobacter\Acinetobacter-chabellita.html http://www.jpgmonline.com/article.asp

20

Anda mungkin juga menyukai