Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Heat exchanger, secara umum, merupakan alat penukar panas yang dapat digunakan untuk tujuan mendinginkan, memanaskan, atau mengubah fasa fluida dengan memanfaatkan perpindahan panas melalui mekanisme konduksi dan konveksi antara dua fluida yang memiliki beda temperatur. Heat exchanger yang difungsikan untuk tujuan berbeda dapat memiliki istilah berbeda seperti, cooler, heater, condenser,dan lain sebagainya, bergantung pada fungsi penukar panas tersebut terhadap fluida proses. Penukar panas juga memiliki desain dan konstruksi berbeda-beda. Dari segi desain dan konstruksi, terdapat beberapa tipe penukar panas seperti, shell and tube heat exchanger, double pipe heat exchanger, plate and frame heat exchanger, dan lain sebagainya. Penukar panas dengan tipe desain dan konstruksi yang berbeda memiliki masalah dan penanganan berbeda. Salah satu penukar panas yang banyak digunakan dalam industri proses, termasuk industri minyak dan gas, adalah shell and tube heat exchanger. Shell and tube heat exchanger pun memiliki beberapa desain untuk tingkat keperluan yang berbeda. Beberapa desain shell and tube heat exchanger didasarkan pada kemudahan dalam cleaning, pencegahan kontak langsung antar fluida jika terjadi kebocoran, atau bahkan keamanan. Masalah-masalah yang umum ditemukan pada penukar panas adalah biological fouling, scaling, dan korosi. Masalah-masalah tersebut dapat mempengaruhi kinerja penukar panas dan bahkan dapat menurunkan tingkat keamanan apabila dibiarkan. Sebagai contoh, fouling pada heat exchanger yang dibiarkan akan terakumulasi dan memperbesar resistensi perpindahan panas. Akibatnya, penukar panas tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan. Di PT PERTAMINA RU VI Balongan, penukar panas digunakan dalam berbagai unit proses. Heat Exchanger juga merupakan alat utama dalam upaya konservasi energi. Salah satu unit proses yang menjadi perhatian adalah Crude Distillation Unit (CDU). Crude Distillation Unit (CDU) merupakan unit utama

2
Laporan Penelitian Industri PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan - Indramayu Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

yang memproses crude oil menjadi fraksi-fraksi minyak bumi. Pada unit CDU terdapat beberapa preheater yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu cold preheat train dan hot preheat train. Crude oil dari Oil Movement (OM) sebelum masuk ke dalam desalter pertama-tama dilewatkan ke cold preheat train. Unit cold preheat tersebut terdiri atas 11-E-101, 11-E-102,11-E-103, 11-E-104,dan 11-E-105 yang terpasang secara berurutan. Setelah melewati cold preheat di desalter, crude tersebut dilewatkan ke hot preheat yang terdiri atas 11-E-106,11-E-1017 A/B,11E-108,11-E-109,11-E-110 A/B, dan 11-E-111 A/B yang tersusun secara berurutan. Tujuan dari pemasangan hot preheat tersebut adalah untuk mencapai kondisi target temperatur inlet di furnace (11-F-101) sehingga konsumsi fuel yang dipakai pada furnace dapat diminimalkan. Seiring dengan pemakaian peralatan yang terus menerus, maka setelah mencapai periode tertentu kinerja peralatan Heat Exchanger akan mengalami penurunan, sehingga diperlukan pemeriksaan terhadap kondisi Heat Exchanger agar tetap berfungsi sesuai dengan desain awalnya. Umur pakai dari Heat Exchanger tersebut tergantung dari jenis fluida yang mengalir dan kondisi perpindahan panas yang terjadi di dalamnya. Untuk dapat mengetahui kondisi dari peralatan Heat Exchanger tersebut perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan secara berkala agar tidak terjadi penurunan efisiensi dan kinerja. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul penelitian ini adalah Evaluasi Kinerja Hot Preheat Train di Crude Distillation Unit (CDU). 1.2 Identifikasi Masalah Heat Exchanger dirancang untuk mendapatkan panas sesuai dengan yang diharapkan. Pada hot preheat train yaitu, Heat Exchanger 11-E-106, 11-E-107 A/B, 11-E-108, 11-E-109, 11-E-110 A/B, dan 11-E-111 A/B di PERTAMINA RU VI Balongan memiliki fungsi sebagai pemanas desalted crude oil (umpan) sebelum masuk ke furnace (11-F-101) dan selanjutnya ke main fractionator (11C-101). Suhu keluaran hot preheat train sangat mempengaruhi beban kerja furnace yang dapat menyebabkan konsumsi bahan bakar berlebih. Hot preheat train diharapkan mampu memanaskan desalted crude oil hingga 280 C. Aktualnya, hot preheat train hanya mampu memanaskan desalted crude
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

3
Laporan Penelitian Industri PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan - Indramayu Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

oil hingga 260 C. Suhu aktual keluaran hot preheat train tersebut tidak sesuai dengan desain sehingga kinerja dari hot preheat train perlu di evaluasi. Hot preheat train terdiri dari beberapa penukar panas yang tersusun seri. Kegagalan satu penukar panas pada hot preheat train dalam menaikkan suhu crude oil mencapai suhu sesuai desain dapat menyebabkan penukar panas selanjutnya tidak dapat menaikkan suhu crude oil seperti pada desain awal karena target suhu masuk crude oil penukar panas tersebut tidak tercapai. Oleh karena itu, penukar panas yang tidak dapat memberikan panas yang cukup untuk menaikkan suhu crude oil hingga target suhu seharusnya perlu diidentifikasi terlebih dahulu berdasarkan panas yang diterima crude oil. Kemampuan untuk mencapai suhu target tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: laju alir crude, suhu crude, heat duty, overall heat transfer coefficient (U), efficiency, dan fouling factor. 1.3 Perumusan Masalah Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh tren fouling factor (Rd) terhadap heat duty untuk penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B? 2) Bagaimana kondisi aktual penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B berdasarkan tren heat duty, overall heat transfer coefficient (U) dan Log Mean Temperature Difference (LMTD) dibandingkan dengan kondisi desain? 3) Berapa lama waktu maksimal penggunaan penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B setelah dilakukan cleaning agar heat duty dapat sesuai dengan desain? 1.4 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja hot preheat train di Crude Distillation Unit (CDU) untuk dapat memperbaiki kinerja sesuai rancangan awal. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Menentukan pengaruh tren fouling factor (Rd) terhadap heat duty untuk penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B.

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

4
Laporan Penelitian Industri PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan - Indramayu Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

2) Menentukan kondisi aktual penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B berdasarkan heat duty, overall heat transfer coefficient (U) dan Log Mean Temperature Difference (LMTD) dibandingkan dengan kondisi desain. 3) Menentukan waktu maksimal penggunaan penukar panas 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B setelah dilakukan cleaning dengan heat duty sesuai desain. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian industri adalah sebagai berikut: 1) Penelitian terhadap kinerja penukar panas dilakukan pada 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B di PT PERTAMINA RU VI Balongan. 2) Kinerja penukar panas dinilai berdasarkan parameter kinerja yaitu, target suhu keluaran sesuai atau mendekati data desain, heat duty, overall heat transfer coefficient, Log Mean Temperature Difference (LMTD). 3) Data sifat fisik fluida mengacu pada Data Book on Hydrocarbons oleh J.B. Maxwell. 4) Data aktual diambil berdasarkan waktu operasi periode bulan Agustus 2013. 1.6 Tahapan Penelitian Penelitian industri dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan berikut. 1) Tahapan Persiapan Studi literatur tentang penukar panas. Studi data sheet penukar panas 11-E-106 sampai 11-E-111. Pengambilan data kondisi operasi aktual penukar panas 11-E-106 sampai 11-E-111. Studi sifat fisik cairan yang mengalir pada hot preheat train. 2) Tahapan Analisis Awal Analisis awal dilakukan dengan membandingkan tren temperatur dan heat duty aktual dengan desain. Analisis ini dilakukan terhadap penukar panas 11-E-106 sampai 11-E-111 untuk mengidentifkasi penukar panas yang tidak

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

5
Laporan Penelitian Industri PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan - Indramayu Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

dapat memberikan panas sesuai dengan heat duty desain sehingga perlu dievaluasi. 3) Tahapan Evaluasi 11-E-107 A/B dan 11-E-110 & 111 A/B Menentukan Log Mean Temperature Difference (LMTD) Menentukan heat duty Menentukan overall heat transfer coefficient (U) Menentukan tren fouling factor (Rd) terhadap overall heat transfer coefficient 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal penelitian industri ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tahapan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian, yaitu evaluasi penukar panas pada hot preheat train di Unit 11 di PT PERTAMINA RU VI Balongan. Tinjauan pustaka ini meliputi dasar teori tentang perpindahan panas, alat penukar panas, evaluasi dan perawatan yang berhubungan dengan alat penukar panas yang akan dievaluasi. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam evaluasi kinerja penukar panas pada hot preheat train di Unit 11. Bab ini juga berisi langkahlangkah dalam pelaksanaan penelitian, jadwal pelaksanaan, serta data-data yang harus dipersiap kan dan diambil. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian yang dilakukan dalam mengevaluasi kinerja penukar panas pada hot preheat train di Unit 11. Bab ini juga menyajikan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan dalam

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

6
Laporan Penelitian Industri PT PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan - Indramayu Kilang Langit Biru Balongan (KLBB)

bentuk gambar untuk mempermudah pembacaan hasil evaluasi kinerja penukar panas secara visual berdasarkan tren terhadap U, LMTD, Q, Rd dan T aktual dibandingkan dengan disain awal peralatan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan dan rekomendasi yang diberikan kepada industri tempat melakukan penelitian industri.

Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

Anda mungkin juga menyukai