merupakan
kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot skeletal yang disebabkan kelainan elektrolit atau ion terutama ion kalium pada sel-sel otot sehingga menimbulkan gejala tubuh atau anggota badan tiba-tiba lemas atau lumpuh yang gejalanya dapat muncul berulang kali.
ETIOLOGI
Terjadi bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5 meq/L hipokalemi merupakan kejadian yang paling sering ditemukan. - Hereditary L-type Calcium Channel, 1 subunit ; Chromosome 1q31; Dominant SCN4A; Chromosome 17q13; Dominant (KCNE3); Chromosome 11q13; ? Dominant
Hereditary
Sodium Channel - subunit; Chromosome 17q13. Terjadi perubahan gene yang memproduksi protein (SCN4A).
keluarnya
Berkurangnya
DIAGNOSIS
Anamnesis : terjadi kelemahan tungkai terutma setelah olahraga / aktivitas berat atau setelah makan makanan tinggi
glukosa GK : Kelemahan pada otot Perasaan lelah Nyeri otot Restless legs syndrome Tekanan darah dapat meningkat Kelumpuhan atau rabdomiolisis (jika penurunan K amat berat) Gangguan toleransi glukosa Gangguan metabolisme protein Poliuria dan polidipsia Alkalosismetabolik
Anamnesis : hiperexitasi atau bisa juga terjadi kelemahan, biasanya terjadi saat istirahat. Selain kelemahan dapat juga rasa kaku dirasakan penderita. GK :Biasanya tanpa gejala. Tetapi dapat terjadi kelemahan pada otot, terjadi saat istirahat. Kelemahan dapat hilang dengan olahraga ringan. Kelemahan pertama dirasakan pada kaki lalu akan naik ke paha, punggung, bahu, lalu ke tangan.
Pemeriksaan elektrolit darah: Kadar K dalam serum. Hipokalemia : kurang dari normal Hiperkalemia : lebih dari normal Urinalisis Hipokalemia : normal atau lebih dari normal Hiperkalemia : normal atau kurang dari normal
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Penyakit Motor neuron (atau motor penyakit neuron) (MND) adalah kelompok gangguan neurologis yang secara selektif mempengaruhi motor neuron, sel-sel yang mengendalikan aktivitas otot-otot pada tubuh. Penyakit ini dapat terjadi akibat adanya degenerasi progresif yang khas dari medulla spinalis, batang otak dan korteks serebri Persamaan : - dapat merupakan penyakit autoimun dan akibat gangguan metabolism - terjadi kelemahan/kelumpuhan otot yang semakin lama semakin memburuk. Perbedaan : - kelemahan/kelumpuhan dapat berupa tipe UMN (spastik) dan tipe LMN(flaccid), sedangkan paralisis periodic hanya tipe LMN - terdapat degenerasi korteks serebri, batang otak, atau medulla spinalis.
3. POLIOMIELITIS
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut , menginfeksi saluran usus. Persamaan : Merupakan kelemahan tipe flaccid. Perbedaan : dapat terjadi, didahului oleh infeksi GIT lalu menyebar ke pembuluh darah limfe regional dan ke susunan saraf pusat. Kelemahan/kelumpuhan extremitas biasanya asimetris
PENATALAKSANAAN
Hipokalemia
Hindari kegiatan fisik belebihan Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium Pemberian K melalui oral atau iv untuk penderita berat. Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.
Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.
Hiperkalemia.
- Mengatasi hiperkalemia ada membrane dengan cara pemberian kalsium (IV) untuk serangan akut : kalsium glukonate (1-2 g)- IV.
- Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke interasel: Pemberian insulin 10 unit dalam glkosa 40%, 50 ml (IV), lalu diikuti pemberian dextrose 5 % untuk cegah hipoglikemia Pemberian natrium bikarbonat (50 meq/ IV) yang akan meningkatkan PH sistemik merangsang ion H ke luar dar intrasel, yang selanjutnya akan digantikkan oleh ion K Pemberan alpha 2 agonis yang akan merangsang pompa NaK-ATP ase s, kalim masuk ke dalam sel (albuterol, 10-20 mg)
- Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh: Diuretic: hydrochlorothiazide (about 0.5g daily), untuk menjaga agar kalium serum K di bawah 5 meq/L (tapi hati-hati penggunaannya, jangan sampai menyebabkan hipokalemia) Hemodialisa
Paralisis
periodik hipokalemik berespon baik dengan obat. Terapi yang baik bisa mencegah serangan dan mengembalikan progresifitas otot yang lemah. Meskipun kekuatan otot berada dalam batas normal diantara serangan. Serangan ulang bisa memperburuk gejala sisa secara permanen dan menyebabkan kelemahan otot diantara serangan tersebut.