Anda di halaman 1dari 6

1

VIRUS PENYAKIT (Enzootic bovine leukosis) PADA SAPI (EBL) Nurmaulida Hasanah Nama Ilmiah: Enzootic leukosis Keluarga: Virology Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya 65145 Email: nurmaulida.hasanah@yahoo.com

ABSTRAK Disease bovine leukosis is a disease characterized by the rise in the number of leukocytes circulating in the blood generally suffered in cattle. The cause is the class of oncogenic virus RNA with the core particle type C. Clinical symptoms are generally in the form of emaciation and decreased activity of animals, on average showed swelling organ composed of lymphatic tissue. Sometimes there tympanic rumen, dysphagia, distention V, jugular, anemia, bone pain even until limp. Keywords: Bovine leukosis,

Pendahuluan Manajemen pencegahan dan pengendalian penyakit pada ternak sapi merupakan satu upaya yang tidak dapat terpisahkan dari proses budidaya ternak sapi. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi kandang,lantai kandang,juga kontak dengan sapi lain yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut. Prinsip

sanitasi yaitu secara fisik,kimiawi, dan mikrobiologi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi,yaitu: Ruang dan alat yang akan di sanitasi Metode sanitasi yang digunakan Bahan zat kimia serta aplikasinya Monitoring program sanitasi Keterampilan pekerja Bovine leukosis adalah suatu penyakit viral yang di tandai dengan meningkatnya sel-sel leukosit dalam darah terutama sel leukosit berinti 1 (limfosit). Hal ini terjadi karena adanya rangsangan oleh agens penyakit ini pada jaringan limfatik sehingga sel-sel jaringan tersebut mengalami hipertropi (pembengkakan). Karena hipertropi

dan ditambah dengan adanya penambahan sel (hiperplasia), maka manifestasi yang tampak berupa pembengkakan jaringan limfatik tersebut. Penyakit ini banyak menyerang sapi. Kambing, domba, babi dan kerbau juga merupakan hewan yang dapat diserang walaupun kejadiannya lebih jarang. Family: Retroviridae Subfamily: Orthoretrovirinae Genus: Deltaretrovirus Species: Bovine leukemia virus

Daging yang tidak boleh dikonsumsi jika ternak telah menunjukkan gejala klinis.

Etiologi Bovine leukosis sporadik (BLS) kejadiannya jarang dan penyebabnya belum diketahui. Umumnya menyerang sapi-sapi yang masih muda, karenanya disebut juga dengan Bovine leukosis juvenile. Penyebab Bovine leukosis enzootik (BLE) adalah jenis virus onkogenik yang mempunyai inti RNA (disingkat onkorna). Partikelpartikel yang dimilikinya berarti bertype C. Partikel inilah yang menyebabkan leukemia. Beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi timbulnya penyakit ini antara lain umur, route, faktor kepekaan herediter ras, dan musim. Dari faktor umur penyakit ini digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu: Bentuk muda yang menyebar,menyerang sapi berumur dbawah 6 bulan. Bentuk timus,menyerang sapi umur 6 bulan 2 tahun. Bentuk dewasa yang menyebar, biasa menyerang sapi-sapi berumur 4 11 tahun. Bentuk kulit, pada bentuk ini ternyata umur tidak spesifik sebab hewan yang dicoba ternyata berumur 10,15,dan 24 bulan, tetapi menunjukan gejala pada kulit.

Gangguan umum misalnya kekurusan dan penurunan aktifitas kerja hewan disebabkan oleh menurunnya nafsu makan akibat gangguan sistem alat pencernaan. Penyakit ini dapat menyebar, baik secara horizontal maupun vertikal. Yang menjadi masalah dari penyakit ini ialah bagaimana mendiagnosa secara awal, sebab jika sudah timbul gejala berarti penyakit ini sudah parah. Kerugian yang ditimbulkan dapat berupa: Kekurusan akibat nafsu makan yang menurun terus, menyebabkan kualitas maupun kuantitas daging menurun. Penurunan aktifitas kerja.

1.

2. 3.

4.

Epidemiologi Penyakit bovine leukosis pernah terjadi di denmark pada tahun 1960 ( Stougard dan Flensburg, 1976). Tahun 1960 Britania Raya mengimpor sapi-sapi perah dari Canada yakni Canada Holstein. Ternyata pada tahun 1977 dapat dicatat bahwa pada sapi-sapi tersebut ditemukan gejala bovine leukosis, padahal tahun-tahun sebelumnya belum pernah dilaporkan. Tahun 1981 dilakukan survey dan pemeriksaan serologik terhadap sapisapi impor tersebut. Hasilnya dari 30.000 ekor sapi yang diperiksa terhadap reaktor ternyata hanya 67 ekor sapi yang positif reaktor, berarti hanya 0,23%. Ini terdapat pada sapi impor tersebut, sapi-sapi keturunannya, dan sapi-sapi yang berkontak dengannya (Robert & Bushnell, 1982). Tahun 1982, gejala penyakit yang sama ditemukan juga pada sapi-sapi di Papua New Guinea, hingga sekarang ini penyakit bovine leukosis menyebar hampir ke seluruh dunia. Patogenesis Jenis virus onkogenik yang mempunyai inti RNA (disingkat onkorna). Partikel-partikel yang dimilikinya berarti bertype C. Partikel inilah yang menyebabkan leukemia, salah satu sifat virus BLE ini ialah membentuk syncytium pada target selnya. Sifat inilah yang menyebabkan virus ini dapat di deteksi secara syncytium assay.

Target selnya dapat berupa sel-sel embrio sapi. Setelah virus ini masuk ke dalam tubuh, dia akan merangsang kerja jaringan limfatik sehingga menyebabkan bertumbuhnya secara abnormal jaringan tersebut. Keadaan inilah yang menyebabkan produk jaringan ini bertambah. Karena rangsangan yang terus-menerus, akibatnya sel-sel jaringan limfatik mengalami hipertropi. Karena hipertropi ditambah dengan hiperplasia (pertambahan sel), akibatnya seluruh jaringan limfatik tersebut membengkak. Manifestasi klinik yang tampak adalah pembengkakan organ-organ yang tersusun atas jaringan limfatik. Gejala Klinis Sebagaimana namanya, gejala yang utama terletak pada perubahan gambaran darahnya. Keadaan ini tak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus melaui teknik laboratorium. Gejala yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah gejala klinis. Secara umum gejala klinik dari penyakit ini ialah tampak kurus pada ternak dan penurunan aktifitas ternak tersebut. Hal ini terjadi karena ternak tersebut kekurangan energi akibat penurunan nafsu makan dan gangguan alat pencernaan. Dari sejumlah penderita bovine leukosis, kira-kira 75-90% ternak kurang menunjukkan adanya pembesaran limfoglandula.

Klasifikasi bovine leukosis berdasarkan gejala klinisnya sebagai berikut: Bovine leukosis sporadik Biasanya hanya terlihat pada sapisapi muda. Sebagai gejala utama adalah pembengkakan seluruh limfoglandula secara simetris sampai 10x lebih besar dari normalnya. Gejala yang tampak: a. Timus ikut terinfeksi sehingga membengkak b. Kesulitan menelan akibat tekanan dari luar oleh pembengkakan limfoglandula terhadap esofagus. c. Anemia,nyeri pada tulang, ataupun sampai pada kepincangan akibat adanya infiltrasi sel-sel tumor yang menekan sum-sum tulang. Bovine leukosis kulit Gejala yang paling parah adalah tumbuhnya tumor pada permukaan kulit . Seekor sapi dengan tumor kulit dan simpul getah bening. Bovine leukosis enzootik Gejala yang utama adalah limfoglandulomegali dengan pembesaran yang tidak teratur.keadaan ini disebabkan oleh adanya perkembangan yang neoplastik pada saluran sumsum punggung sehingga menekan syaraf pada tulang punggung. Hipertrofi, kelenjar getah bening parotis dan submandibular prescapular, di sini ditandai dengan cat putih pada kulit, dalam kasus leukosis sapi enzootic. Kulit telah dipotong pada gambar sisi kanan,

yang memungkinkan visualisasi langsung dari kelenjar getah bening. Balai Penyedikan Penyakit Hewan Wilayah II Bukit Tinggi mengklasifikasikan 4 bentuk gejala , yaitu: Bentuk syaraf Gejala yang tampak berupa paralisis atau kepincangan. Hal ini terjadi karena penekanan tumor pada saraf perifer atau pada sumsum tulang belakang. Bentuk alat peredaran darah Perubahan yang terlihat dari bentuk ini adalah terjadinya perubahan denyut nadi dan hidroperikardium (penimbunan cairan di dalam kantong jantung). Perubahan denyut nadi yang terjadi berupa tachycardia (denyut yang cepat dan kuat), lebih kurang 96 kali denyut per menit. Hal demikian terjadi karena adanya tumor yang menekan kerja miokardium. Bentuk alat pencernaan Bila pertumbuhan tumor terjadi pada saluran pencernaaan sehingga system kerja alat pencernaan itu terganggu, maka manifestasi klinis yang tampak adalah turunnya nafsu makan (anoreksia). Juga penyerapan makanan terganggu yang menyebabkan diare. Bentuk alat pernafasan Terjadi bila kelenjar retrofaring membengkak dan menekan saluran pernafasan. Manifestasi klinis yang sering terjadi adalah sesak nafas, tapi kadangkala terjadi sebaliknya yakni tachypneuea (nafas betambah cepat) atu juga terjadi hyperneuea (nafas

dalam). Pertambahan kecepatan nafas dapat mencapai 36 kali per menit. Diagnosis Dengan mengetahui gejala klinis ataupun gejala patologi anatomis bovine leukosis, kita akan dapat menentukan apaka seekor hewan menderita penyakit ini atau tidak. Akan tetapi hal inipun belum dapat dipercayai 100% mengingat adanya gejala penyakit lain yang mirip (diagnosa differensial) dengan penyakit bovine leukosis ini. Untuk mendiagnosa suatui penyakit, tidak akan terjadi problem jika yang sakit telah menunjukan gejala/kelainan yang jelas. Apalagi tidak disangsikan dengan penyakit lain. Untuk itulah dipakai cara diagnosa laboratorium. Pemeriksaan hematologi Yang dikerjakan dalam pemeriksaan ini adalah menghitung jumlah eritrosit, jumlah leukosit dan differensiasinya, konsentrasi hemoglobin dan PCV (Pack Cell Volume). Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel darah. Pemeriksaan dengan isolasi virus Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah darah dan jaringan tumor. Pemeriksaan serologik Bahan yang digunakan adalah serum yang dikirim ke laboratorium dalam keadaan dingin. Teknik yang digunakan bisa dengan AGID test (Agar Gell Immuno Diffusion), CFT, atau juga dengan SIA ( Syncytia Infectivity Assay).

Pemeriksaan histopatologi Bahan yang dipakai adalah potongan organ yang mengalami perubahan atau yang terinfeksi.

Terapi Penyakit Bovine Leukosis belum ada obatnya,sehingga untuk mencegah penyakit ini masuk ke Indonesia, dilakukan dengan cara mengkarantinakan ternak sapi-sapi impor dan melakukan uji serologik dengan gel immunodifussion (AGID) tehadap penyakit ini dan memusnahkan ternak sapi yang positif terjangkit penyakit ini untuk menghindari penularan terhadap sapisapi lainnya. Tindakan Pengendalian Tidak mengimpor sapi-sapi dari daerah tertular Karantina yang ketat dengan pemeriksaan laboratorium yang teliti terutama tehadap sapi-sapi impor. Hewan yang positif secara serologik dagingnya dapat dikonsumsi, sedangkan yang sudah menunjukkan gejala klinis harus dimusnahkan. Aspek Kesehatan Veteriner Masyarakat

Ternak yang menderita panyakit bovine leukosis telah dilarang keras untuk di konsumsi daging maupun susunya, karena dalam daging tersebut telah tercemar oleh virus golongan onkogenik yang berinti RNA dengan partikel type C,

dengan perubahan-perubahan seperti bentuk daging, warna daging, warna susu yang di kuatirkan akan mengganggu kesehatan manusia atau lebih di kuatirkan bila penyakit ini akan berpindah ke manusia.

Sampai sekarang ini penyakit bovine leukosis belum ditemukan di Indonesia,karena itu penting di lestarikan yakni dengan pengendalian dan pencegahan penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Akosa,tribudi.1996.kesehatan ternak: panduan bagi petugas teknis ,mahasiswa, penyuluh dan peternak;kanisius. Yogyakarta. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Nusa Tenggara Barat. 2008. Situasi penyakit strategis di Nusa Tenggara Barat. Utoma, hardjo.1996.jurnal ilmu ternak dan Veteriner.Yogyakarta, Kanisius http//www.dpc.cdc.gov/dpdx. Image.antrax http//www.ntb.litbang.deptan.go.id http://heryahyadi.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai