Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI DIY Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pembina: UI Ardha

Disusun Oleh : Aprilia Vita Ari Puspita Cahyono I Nyoman. S Ika Putri. P (121131) (121133) (121134) (121144) (121146) Rudi Sandra Adi. P Sari Wahyu. N
Sujarwati

(121161) (121162) (121163) (121165) (121169)

Yuliana

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN KARYA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit yang terjadi pada wanita yang berhubungan dengan alat reproduksinya sebagian besar kurang mendapat perhatian. Penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit menular ini semakin tinggi karena semakin bebasnya hubungan seksual. Dalam melakukan

hubungan seksual sebagian remaja tidak terlindungi dari pengaruh lingkungan, sehingga menjadikan anak tersebut seorang pekerja seks komersial. Namun tidak menutup kemungkinan wanita-wanita yang status ekonominya rendah, ataupun ditinggal pasangannya menjadikan dia sebagai seorang pekerja seks komersial (PSK) lebih sering disebut pelacur. Atau kata yang lebih samar adalah kupu-kupu malam. Di Indonesia berdasarkan analisis situasi yang dilakukan oleh seorang aktivis Hak-hak Anak, Mohammad Farid, pada tahun 1998, diperkirakan ada 40.000-70.000 anak-anak yang dilacurkan atau 30% dari jumlah PSK di Indonesia. UNDP mengestimasikan tahun 2003 di Indonesia terdapat 190 ribu hingga 270 ribu pekerja seksual komersial dengan 7 hingga 10 juta pelanggan. 2. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengetian dari pekerja seks komersial 2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama terhadap pelacuran 3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya seks bebas pada remaja. 4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas 5. Untuk mengetahui pola pencegahan dan pengobatan penyakit menular seksual pada pekerja seks komersial

C. Manfaat Makalah ini diharapkan agar dapt menjadi salah satu tambahan pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang terjadi akibat seks bebas terutama yang dapat terjadi pada pekerja seksual sehingga dapat memberi gambaran remaja agar tidak terjerumus.

BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pekerja Seks Komersial Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Di Indonesia pelacur (pekerja seks komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Sundal selain meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan penyakit AIDS akibat perilaku sex bebas tanpa pengaman bernama kondom. Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan memperkosa para kaum pelanggannya perempuan justru baik-baik. akan Salah menyerang seorang dan yang

mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari Hippo (354430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."

Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan istilah gigolo.(http://id.wikipedia.org) Mengintip Gang III Yogyakarta, Lokalisasi Melek Teknologi
Ada banyak kesan yang saya dapatkan saat pertama kali

menginjakkan kaki di Gang III Pasar Kembang, pusat lokalisasi PSK yang terkenal di Yogyakarta. Gang III Pasar Kembang Yogyakarta, saat ini berubah modern, dengan beragam metode pemasaran jasa pekerja seks komersial yang lebih cerdas dan up-to-date.

Kawasan Pasar Kembang (Sarkem) adalah satu-satunya kawasan operasional jasa PSK yang dipantau khusus oleh pemerintah daerah Yogyakarta. Letaknya yang persis berdampingan dengan pusat wisata terpopuler Malioboro menjadikan Sarkem spesial. Di kota-kota lain, kebanyakan lokalisasi operasi PSK dilokasikan di pinggiran kota bahkan di sebuah kawasan tertentu yang terpencil. Mengikuti tren wisata yang semakin maju, Sarkem berubah dari sekadar kawasan khusus dengan julukan hot zone menjadi blok wisata bagi orang-orang berkebutuhan khusus terkait jasa seks dan pernak-perniknya. Kawasan Pasar Kembang sebetulnya terdiri dari beberapa gang dari pangkal hingga ujungnya di kawasan Sosrowijayan. Dari beberapa gang, adalah Gang III yang menjadi pusat operasi kawasan

lokalisasi.Meski sudah dilokalisasi, kegiatan jasa PSK sebetulnya sudah bocor kemana-mana. Di Jalan Mataram dekat Kali Code sama di depan sekitar stasiun ini sudah ramai kok, di luar gang ada beberapa yang operasi. Sebetulnya beberapa penduduk lokalisasi sempat melayangkan protes kepada beberapa PSK yang keluar dari lokalisasi, karena menurut mereka mengganggu kesepakatan lokalisasi yang bisa berbuntut sanksi dari pemerintah. Lokalisasi yang ditujukan sebagai wadah pemantauan pemerintah terhadap operasi pemberantasan HIV ini seharusnya tidak

meluas.Tetapioperasi PSK Sarkem sebetulnya sudah meluas tidak hanya terpusat di beberapa gang yang menjadi lokalisasi. Lokalisasi itu bagaimanapun tempat para pekerja mencari uang, menghidupi keluarga. Ini pekerjaan profesional, tidak harus selalu dikait-kaitkan dengan urusan moral. Moral itu kembali ke pelakunya masing-masing. Pemerintah Yogya harusnya berterima kasih, Sarkem ini kan pusat perputaran uang yang penting di Malioboro. Bahwa bagaimanapun sebagian uang wisata yang berputar di Malioboro akan beralih ke Sarkem, dan hal itu dihitung sebagai pendapatan penduduk yang menjadi indikator pencatatan di BPS. Tarif standar yang diatur antara Rp 100.000 hingga Rp 500.000 setiap layanan adalah alat pengukur pendapatan yang sangat jelas bagi para pekerjanya. Data Dinas Sosial DIY pada Desember 2010 mencatat penduduk kawasan lokalisasi Sarkem berjumlah 415 orang pria dan 446 wanita. Setiap penduduk diwajibkan mengikuti program pemantauan virus HIV secara berkala. Sebetulnya saat dilakukan survey ataupun operasi kesehatan oleh pemerintah, sebagian penduduk bisa saja tidak ada di lokalisasi. Setelah melakukan pencarian data, saya temukan fakta bahwa kawasan lokalisasi pada jam operasi sebetulnya dilakoni oleh tidak hanya warga asli, tetapi juga para pekerja yang datang dari luar lokalisasi. Setiap lepas maghrib puluhan PSK berdatangan ke lokalisasi dari berbagai daerah sekitar, kemudian berbaur dengan para pekerja yang memang tinggal di Sarkem. Uniknya, sejumlah PSK luar ini datang di tempat kerja dengan diantar langsung oleh suami atau pasangan masing-masing. Lokalisasi Sarkem beroperasi rutin dengan jam puncak antara pukul 20.00 hingga 03.00. Untuk siang dan sore, saat ini disediakan jasa penyediaan informasi bagi pencari berita, ataupun wisatawan yang ingin mengetahui lebih banyak tentang kompleks yang juga adalah pasar pernak-pernik alat seks tersebut. Saat berkunjung sore tadi, saya bertemu

dengan beberapa wisatawan asing yang khusus datang untuk mencari berbagai jajanan pernak-pernik, ataupun hewan seperti burung. Melek Teknologi Manajemen pemasaran jasa PSK di Sarkem. Ternyata, saat ini jasa-jasa malam sudah dikomunikasikan melalui berbagai jejaring sosialseperti facebook, twitter, dan pesan singkat. Selain memanfaatkan teknologi informasi, operasi sarkem juga mengikuti agenda pariwisata yang dipublikasikan Pemkot dan Pemda. Setiap ada gelaran budaya atau wisata di Malioboro dan sekitarnya, lembar-lembar publikasi yang berisi jadwal acara akan diantarkan ke Sarkem oleh beberapa relawan. Tak jarang, para pekerja sengaja mendatangi pusat kegiatan untuk menjemput pelanggan. Tidak ada data pasti kapan Sarkem berdiri. Beberapa sumber online menuliskan bahwa Sarkem berdiri sejak tahun 1818, di saat masa pemerintahan Hindia Belanda. Satu versi mengatakan, sarkem dulunya adalah kompleks tempat para buruh proyek rel kereta api beristirahat. Pemerintah Hindia Belanda saat itu sangat berorientasi bisnis kapitalis. Mereka membangun Sarkem dengan menyediakan jasa-jasa PSK bagi para pekerja. Dengan demikian, uang-uang gaji yang diterima pekerja proyek kereta api akan kembali ke kantong-kantong bisnis mereka melalui bisnis jasa seks yang mereka bangun. Meski demikian, bisnis ini baru memasuki masa suksesnya sekitar tahun 1850-an. Saat ini, Sarkem menjadi salah satu ikon wisata terkenal di Yogyakarta. Meski berdampingan langsung dengan wisata belanja dan kultural, Sarkem tidak menjadi lemah identitas dan menyimpan banyak keunikan bagi para pengamat dan penikmatnya. Sistem yang transparan dan tidak bertele-tele dinilai menjadi keuntungan yang bisa didapatkan para pelanggan. Meski demikian, beberapa tulisan media mengungkapkan bahwa pemantauan yang dilakukan pemerintah terhadap kawasankawasan lokalisasi seringkali mengalami bias data dan salah sasaran operasi kesehatan. Dan dengan modernisasi operasi yang dilakoni

beberapa pekerjanya, Kawasan Gang III Sarkem kini bertahan dan diakui oleh masyarakat Yogya, setelah lebih dari 1 abad berdiri. B. Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan terjadinya pergaulan kearah seks bebas.dimana menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan seks adalah sebagai berikut : 1) Tekanan yang datang dari teman pergaulannya Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri. 2) Adanya tekanan dari pacar Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa. 3) Adanya kebutuhan badaniah Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya dihadapinya. 4) Rasa penasaran Pada usia remaja. keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan. tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan

5) Pelampiasan diri Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas. Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. Untuk mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari kita bersama dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai pendidikan seks dan Pendidikan agama,Kalau tidak ada informasi dan pendidikan agama di khawatirkan remaja cendrung menyalah gunakan hasrat seksualnya tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua menyedihkan, dan sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan seksualitas yang merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri. Kalau dikaitkan dengan kondisi saat ini maka sudah

sewajarnyalah kita mendukung RUU APP. (http://www.univrab.ac.id) C. Penyakit Hubungan Seksual Penyakit hubungan seksual (PHS) adalah kelompok penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual. Yang termasuk dalam PHS adalah Sifilis, Gonore (GO), Chlamydia (limfogranuloma venerium), herpes genitalis, kondiloma akuniminata, dan kutu kemaluan (public lice). Penularan PHS umumnya adalah melalui hubungan seksual(90%), sedangkan cara lainnya yaitu melalui tranfusi darah, jarum suntik, ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, dan lain-lain. Sumber penularan utama adalah wanita pekerja seksual (80%). PHS sering juga disebut

penyakit kelamin, penyakit veneral, ataupun penyakit menular seksual (PMS). 1. Sifilis Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan kelainan bawaan kepada bayi tersebut. Sifilis sering dikenal sebagai lues, raja singa. a. Kuman penyebab : Treponema pallidum b. Perantara : Manusia c. Tempat kuman keluar : Penis, vagina, mulut, dan ibu hamil kepada bayinya. d. Cara penularan : Kontak seksual, ibu kepada bayinya e. Tempat kuman masuk : Penis, vagina, anus, mulut, tranfusi 2. Gonore (GO) Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah kencing nanah. Masa inkubasi 3-5 hari. a. Kuman penyebab : Neisseria gonorrhoea b. Perantara : Manusia c. Tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut d. Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut e. Cara penularan : kontak seksual langsung f. Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut 3. Limfogranuloma Venerium Masa inkubasi 1-4 minggu pada tempat masuknya

mikroorganisme berupa lesi yang tidak khas baik berupa erosi, papul, atau ulkus yang sembuh sendiri tanpa pengobatan. Beberapa minggu kemusian timbul pembengkakan kelenjar getah bening. Tumor tampak

merah dan nyeri, pelunakan yang terjadi tidak serentak sehingga memecah dengan fistel. Penyakit meluas ke kelenjar getah bening di rongga panggul. Pada wanita, disamping gejala diatas, manifestasi dapat terjadi pada kelenjar iliaka, sehingga terjadi nyeri waktu buang air besar atau berhubungan seksual. Nama lainnya : bonen a. Kuman penyebab : Chlamydia trachomatis b. Perantara : manusia c. Tempat kuman keluar : Penis, vagina, mulut. d. Cara penularan : kontak seksual e. Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut 4. Herpes Genetalis a. Nama lain : Jengger ayam (genital warts) b. Penyebab : Papilioma virus c. Perantara : Manusia d. Tempat kuman keluar : Penis, vagina, anus e. Cara penularan : hubungan seksual f. Tempat kuman masuk : penis, vagina, anus 5. Kutu kemaluan Kutu kemaluan Adalah suatu pennyakit kelamin yang ditandai gatal pada kemaluan yang disebabkan oleh sejenis kutu. a. Penyebab : Public lice, pediculus pubis, kutu pubis b. Perantara : rambut kelamin, pakaian dalam, alat tercemar kutu dan telurnya c. Tempat keluar kutu : rambur alat kelamin d. Penularan : hubungan seksual, terkena bahan tercemar.

(hhttp://www.geocities.com)

D. Pencegahan dan Pengobatan PHS 1. Gejala-gejala yang dapat dilihat dari PHS : a. Perubahan pada kulit di sekitar kemaluan b. Saat membuang air kecil terasa sakit

c. Gatal pada alat kelamin d. Terasa sakit pada daerahh pinggul (wanita) e. Meski tanpa gejala, dapat menularkan penyakit bila sudah terkena f. Hanya dokter yang mapu menangani penyakit menular seksual 2. Akibat yang ditimbulkan PHS : a. Pada emosi : ketakutan, perasaan malu, bersalah b. Dapat menular dari ibu kepada bayinya c. Gangguan atau cacat pada bayi yang dikandung d. Kemandulan pada pria dan wanita e. Kematian 3. Rantai penularan penyakit menular seksual : Kuman, sebagai penyebab penyakit akan berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Ini menciptakan terjadinya penularan, sehingga setiap mata rantai merupakan bagian yang penting dalam penularan penyakit pada orang lain. Mengerti dan memutuskan salah satu mata rantai penularan adalah cara yang baik untuk mencegah penularan. 4. Rantai penularan PHS : a. Virus, bakteri, protozoa, parasit, dan jamur b. Manusia, bahan lain yang tercemar kuman c. Penis, vagina, anus, kulit yang terluka, darah, selaput lendir d. Yang paling umum adalah hubungan seks (oenis-vagina, penisanus, mulut-anus, mulut-vagina, mulut-penis) e. Hubungan seks, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama dari orang yang terkena PMS ke orang lainnya (obat suntik terlarang, tranfusi darah yang tiak steril, jarum tato, dan lainnya. 5. Pencegahan : a. Patahkan salah satu rantai penularan b. Pakailah kondom

6. Pengobatan : Datang dan berkonsultasi dengan dokter profesional. Berobat sendiri tanpa tahu dengan pasti sering berakibat semakin parah, dan menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap obat-obatan. 7. Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya angka kejadian PMS : a. Kontrasepsi, timbul perasaan aman tidak terjadi kehamilan b. Seks bebas, norma moral yang menurun c. Kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan PMS d. Transportasi yang makin lancar, mobilitas tinggi e. Urbanisasi dan pengangguran f. Kemiskinan g. Pengetahuan h. Pelacuran (http://www.geocities.com)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual untuk uang. Pekerja seks komersial sangat erat kaitannya dengan seks bebas yang sekarang seringkali ditemukan seks bebas pada remaja yang disebabkan beberapa faktor seperti: Tekanan yang datang dari teman pergaulannya, Adanya tekanan dari pacar, Adanya kebutuhan badaniah, Rasa penasaran, ataupun Pelampiasan diri. Pekerja seksual dengan seks bebas seperti inilah yang sering menularkan penyakit menular seksual kepada orang lain. 80% dari penyakit menular seksul ditularkan oleh pekerja seks komersial. Penyakit mennular seksual ini dapat dicegah dengan mmematahkan salah satu mata rantai penularannya serta memakai kondom dalam berhubungan. B. Saran Hendaklah kita sebagai masyarakat dapat membantu

mengurangi penyebaran penyakit menular seksual yang ditularkan oleh pekerja seks komersial dengan cara tetap setia berhubungan pada satu resmi kita. Serta turut serta membatu pemerintah untuk mengontrol remaja-remaja agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas khususnya pergaulan seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA 1. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan 2. http://id.wikipedia.org 3. (http://www.univrab.ac.id) 4. http://www.geocities.com

Anda mungkin juga menyukai