Diskusi Topik NAPZA Kesehatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

Disusun Oleh Ellia Marisa M. Ilham Malik Putu Yoana

Vindy Ariella
Pembimbing

dr. Asmarahadi, Sp.KJ

Pendahuluan
Zat psikoaktif atau biasa disebut NAPZA ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain ) , adalah zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran. Merupakan bahan / zat / obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak / susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan ( adiksi ) serta ketergantungan ( dependensi ) terhadap NAPZA.

Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah yang sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Tidak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari kalangan sosial-ekonomi menengah bawah sampai atas. Paling banyak terjadi pada usia 15 24 tahun.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA PENYALAHGUNAAN NAPZA

FAKTOR NAPZA

FAKTOR INDIVIDU

FAKTOR LINGKUNGAN

Faktor NAPZA
- Kerja NAPZA pada pusat penghayatan kenikmatan di otak, oleh karena itu sering diulang. - Potensi setiap NAPZA untuk menimbulkan ketergantungan tidak sama besar, makin luas pusat penghayatan kenikmatan yang terpengaruh, makin kuat ketergantungannya.

Faktor Individu
Sering terjadi pada remaja yg sedang mengalami : - Perubahan Biologik - Perubahan Psikologik - Perubahan Sosial

Faktor Lingkungan
- Keluarga - Sekolah / Pekerjaan - Masyarakat

Jenis NAPZA yang Sering Disalahgunakan


Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan menjadi tiga golongan : 1. Golongan Depresan ( Downer ) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi Aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida ( morfin, heroin / putauw, kodein ), Sedatif ( penenang ), hipnotik ( otot tidur ), dan tranquilizer ( anti cemas ) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan ( Upper )


Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin ( shabu, esktasi ), Kafein, Kokain. 3. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis ( ganja ), LSD, Mescalin.

Tingkat Pemakaian NAPZA


Pemakaian coba-coba ( experimental use ), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat. Pemakaian sosial / rekreasi ( social / recreational use ), yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat. Pemakaian Situasional ( situasional use ), yaitu pemakaian

pada saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan,


kesedihan, kekecewaan, dan sebagainnya, dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.

Penyalahgunaan ( abuse ), yaitu pemakaian sebagai suatu pola


penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik, perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif. Ketergantungan ( dependence use ), yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian NAPZA dihentikan atau

dikurangi dosisnya. Agar tidak berlanjut pada tingkat yang lebih


berat ( ketergantungan ), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan

pada keluarga dan masyarakat.

Cara Menegakkan Diagnosis


Sulit oleh karena manipulatif, tertutup, dan menghindar. Sehingga diperlukan :

- Sikap mental petugas - Teknik wawancara - Pemeriksaan

Sikap Mental Petugas


- Bersikap positif

- Penuh perhatian - Menerima apa adanya - Empati - Tidak menghina, mengkritik, mengejek, dan menyalahkan

Teknik Wawancara
- Alloanamnesis sebelum autoanamnesis - Alloanamnesis setelah autoanamnesis - Alloanamnesis dan autoanamnesis bersamaan

Pemeriksaan
- Fisik - Psikiatri - Penunjang Lab EKG, EEG, Foto Rontgen Evaluasi Psikologi, Sosial

Tanda dan Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA


ZAT TANDA / GEJALA INTOKSIKASI PUTUS ZAT

OPIOID (Heroin,P utauw)

Penekanan SSP, Sedasi Motilitas Gastro-Intestinal menurun sampai konstipasi Analgesia Mual Muntah Bicara Cadel Bradikardia Kontriksi Pupil Kejang

Mengantuk, disertai pilek / bersin Lakrimasi Dilatasi Pupil Pilo Ereksi Takikardi Tekanan Darah Naik Respirasi dan Suhu Badan Naik Mual-Muntah Diare Insomia Gemetar / Tremor Mengeluh Sugesti Ansietas , Gelisah Tidak Selera Makan

TANDA / GEJALA ZAT INTOKSIKASI KANABIS (Ganja, Marijuana, Hashis) Tremor Takikardi Mulut Kering Nistagmus Keringat Banyak Gelisah Mata Merah Ataksia Sering Kencing Fungsi sosial / pekerjaan terganggu Percaya diri meningkat Perasaan melambung Disorientasi Depersonalisasi Gangguan daya ingat jangka pendek Halusinasi visual / pendengaran Emosi labil, bingung Waham kejar dan paranoia, ilusi, cemas, depresi, panik serta takut mati Pusing, mual, diare, haus dan nafsu makan meningkat Perubahan proses pikir, inkoheren dan asosiasi longgar Merasa identitas diri berubah PUTUS ZAT Insomia Mual Mialgia Cemas Gelisah Mudah tersinggung Demam Berkeringat Nafsu makan menurun Foto fobia Depresif Bingung Menguap Diare Kehilangan berat badan Tremor

TANDA / GEJALA ZAT INTOKSIKASI PUTUS ZAT

KOKAIN

Takhikardia Dilatasi Pupil Meningkatnya Tekanan Darah Berkeringat Tremor Mual , Muntah Menungkatnya Suhu Tubuh Aritnia Halusinasi Visual Sinkope

Nyeri Dada Euforia Agitasi Psikomotor Agresif Waham Kebesaran Halusinasi Mulut Kering Percaya Diri Meningkat Nafsu Makan Menurun Panik

Keletihan Insomnia atau Hypersomnia Agitasi Psikomotor Ide Bunuh Diri dan Paranoid Mudah Tersinggung atau Iritabel Perasaan depresif

ZAT SEDATIF HIPNOTIKA (obat tidur / penenang, misalnya : BK, Rohyp, MG)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI Neurologis : Bicara cadel, Gangguan koordinasi motorik, cara jalan tidak stabil, Nistagmus Psikologis : Afek labil Hilangnya hambatan impuls seksual Agresif Iritabel Banyak bicara G. Pemusatan perhatian G. Daya ingat G. Daya nilai PUTUS ZAT Mual, muntah Lemah, letih Takhikardia Berkeringat Tekanan darah tinggi Ansietas Depresi Iritabel Tremor kasar pada tangan, lidah Kadang- kadang hipotensi ortostatik

ZAT AMFETAMIN (Ekstasi, Shabu)

TANDA / GEJALA
INTOKSIKASI Kardio Vaskuler : Palpitasi Angina Aritmia Hiper/ Hipotensi Keringat banyak Muka pucat/Merah Perilaku maladaptif Gangguan daya nilai Gangguan fungsi sosial Pernafasan Bronko-dilatasi Gastro-Intestinal Mual, diare, kram Ginjal Diuresis Endokrin Libido berubah, impotensi PUTUS ZAT Fase Awal Depresi Ansietas Anergia Capek

ZAT ALKOHOL

TANDA / GEJALA INTOKSIKASI Ringan : Euforia, cadel, kantuk, Ataksia Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, Hipotensi, Hipotermia, Kejang Sangat Berat : Reflek negatif G. Kesadaran G. Kognitif G. Afektif dan Perilaku PUTUS ZAT Halusinasi, ilusi Kejang Gemetar Mual / Muntah Muka Merah Conjunctiva Merah Kelemahan umum Insomnia Lemas, marah (Iritabel) Berkeringat Hipertensi Rindu dengan minuman alkohol

Pedoman Diagnostik
Dapat ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini : - Dorongan yang kuat untuk menggunakan zat - Kesulitan dalam mengendalikan perilaku - Keadaan sindroma putus zat - Adanya toleransi - Mengabaikan alternatif menikmati kesenangan - Terus menggunakan zat meskipun menyadari akibatnya

Diagnosis Berdasarkan PPDGJ-III


F10 - F19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif F10 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol F11 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida F12 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionoida F13 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau Hipnotika F14 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain F15 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia Lain Termasuk Kafein F16 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Halusinogenika F17 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau F18 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang Mudah Menguap F19 - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya

Kode empat dan lima karakter dapat digunakan untuk menentukan kondisi klinis sebagai berikut : F1x.0 Intoksikasi Akut .00 Tanpa Komplikasi .01 Dengan trauma atau cedera tubu lainnya .02 Dengan komplikasi medis lainnya .03 Dengan delirium .04 Dengan distorsi prsepsi .05 Dengan koma .06 Dengan konvulsi .07 Intoksikasi patologis

F1x.1 Penggunaan yang merugikan ( harmful use ) F1x.2 Sindrom Ketergantungan .20 Kini anstinen .21 Kini abstinen tetapi dalam lingkungan terlindung .22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan zat pengganti ( ketergantungan terkendali ) .23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi dengan obat aversif atau penyekat .24 Kini sedang menggunakan zat ( ketergantungan aktif ) .25 Penggunaan berkelanjutan .26 Penggunaan episodik ( dipsomania ) F1x.3 Keadaan putus zat .30 Tanpa komplikasi .31 Dengan konvulsi F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium .40 Tanpa Konvulsi .41 Dengan Konvulsi

F1x.5 Gangguan Psikotik


.50 Lir-Skizofrenia ( Skizofrenia-like ) .51 Predominan waham .52 Predominan halusinasi .53 Predominan polimorfik .54 Predominan gejala depresi .55 Predominan gejala manik .56 Campuran F1x.6 Sindrom Amnestik F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat .70 Kilas Balik ( flashback ) .71 Gangguan kepribadian atau perilaku .72 Gangguan afektif residual .73 Demensia .74 Hendaya kognitif menetap lainnya .75 Gangguan psikotik onset lambat F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT

Tujuan Terapi dan Rehabilitasi


Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong dengan meminimasi efek-efek yang langsung atau tidak langsungdari NAPZA. Sebagian pasien memang telah abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapi kemudian beralih untuk menggunakan jenis NAPZA yang lain.

Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah clean maka ia disebut slip. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan ia memang telah dibekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist Maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

Anda mungkin juga menyukai