Anda di halaman 1dari 52

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
Dalam kamus bahasa Indonesia model adalah ragam, cara yang
terbaik. Arends (1997) mengatakan model mempunyai dua makna yang
lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Model dapat berfungsi
sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang
mengajar di kelas, atau praktek mengawasi anak-anak.
24

Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks
dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu,
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan,
diperlukan berbagai keterampilan.
25

Menurut E. Mulyasa dalam Pemahaman Pelajar Terhadap
Pendidikan Budaya Politik Partisipan mengatakan bahwa pembelajaran
pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik.
Model pembelajaran adalah merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

24
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Tim
Prestasi Pustaka, 2007), hal. 4
25
. E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal.
69
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
26

Trianto mengatakan bahwa Model Pembelajaran Terpadu Dalam
Teori Dan Praktek adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran dalam tutorial.
27

Arends mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
28

2. Model-model pembelajaran
Sunaryo dalam Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial mengatakan bahwa model pembelajaran dibagi menjadi dua,
yaitu :
a. Model Ekspositori
Kata ekspositori berasal dari kata eksposisi yang berarti memberi
penjelasan. Dalam proses belajar, ekspositori berarti guru memberi
penjelasan kepada peserta didik tentang fakta, data, atau informasi yang
penting.
29

Tujuan model pembelajaran ekspositori adalah :

26
Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran Afektif dan Sikap, 2008
/http://akhmadsudrajat/model-pembelajaran-afektif-sikap/, diakses 15oktober 2008.
27
Trianto op.cit., hlm.1.
28
Ibid. hlm. 4
29
Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Malang: Penerbit IKIP
Malang, 1989), hal. 112
1) Jelas, memindahkan, pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai kepada
peserta didik.
2) Murni dan sederhana, yaitu menjelaskan kepada peserta didik sesuatu
yang dipersyaratkan di dalam kurikulum.
30

Macam-macam model pembelajaran ekspositori adalah :
1. Metode Ceramah
Merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pembelajaran.
Pada metode ini, guru menyajikan bahan melalui penuturan atau
penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik.
31

2. Metode Tanya Jawab
Merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan.
Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru, bisa juga dari peserta
didik, demikian halnya jawaban yang muncul bisa dari guru atau
peserta didik.
32

b. Model Inquiry
Inquiry berarti melibatkan diri dalam tanya jawab, mencari
informasi dan melakukan tindakan. Karena itu strategi inquiry yang
melibatkan peserta didik dalam tanya jawab, mencari informasi, dan
melakukan penyelidikan. Dan dalam pelaksanaan peserta didik
bertanggung jawab untuk memberi ide atau pemikiran dan pertanyaan
untuk eksplorasi, mengajukan hipotesa untuk diuji, mengumpulkan dan

30
Ibid, hlm. 118-119
31
E. Mulyasa, op.cit., hlm.114.
32
Ibid, hlm. 115
mengorganisir data yang dipakai untuk menguji hipotesa, dan sampai pada
pengambilan kesimpulan yang tentatif.
33

Tujuan utama pembelajaran inquiry adalah :
1) Menyediakan peralatan atau cara bagi peserta didik untuk
mengembangkan ketrampilan intelektualnya yang berkaitan dengan
berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Pengembangan proses mental seperti mengidentifikasi dan
menganalisis masalah, menyusun hipotesa, mengumpulkan data dan
mengklasifikasikan data yang relevan, menafsirkan dan memverifikasi
data, menguji hipotesa sampai pada suatu kesimpulan.
2) Memberi latihan untuk mengembangkan ketrampilan intelektual yang
khusus, tidak mencakup menspesifikasi faktor-faktor dari suatu ilmu.
Macam-macam model pembelajaran inquiry sangat banyak, yaitu
metode demonstrasi, metode pembelajaran Quantum Teaching And
Learning (QTL), metode pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) dan lain-lain.
34

1) Metode Demonstrasi
Merupakan suatu metode dimana guru memperlihatkan suatu
proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik.
Demonstrasi dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar

33
Sunaryo, op.cit., hlm.8.
34
Materi Pendidikan Pelatihan Profesi Guru/ PLPG (Malang: UIN Press Malang,
2008), hal. 46
memberikan pengetahuan yang sudah diterima peserta didik sampai pada
cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah.
35

2) Metode Pembelajaran Aktif (active learning)
Suatu metode pembelajaran yang bertujuan memberdayakan
peserta didik agar belajar dengan berbagai cara secara aktif. Dalam hal ini,
proses aktifitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik dengan
menggunakan otak untuk menemukan konsep, memecahkan masalah yang
sedang dipelajari dan menyiapkan mental dan melatih fisik
ketrampilannya.
36

3) Metode Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAKEM)
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
ketrampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja, sementara guru yang menggunakan berbagai sumber dan alat
bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran
lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
37

B. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
1. Deskripsi dan Sejarah Perkembangan PAKEM
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya
lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Hasil belajar

35
Ibid..
36
E. Mulyasa, op.cit., hlm.107.
37
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Pembelajaran Interaktif,
http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006.
pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik, karena sebagian
dari siswa belum mampu menggapai potensi ideal atau optimal yang
dimilikinya. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pembelajaran dari
kebiasaan yang berlangsung selama ini.
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
aktivitas, kreativitas dan kearifan guru dalam menciptakan dan
menumbukan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
progamkan, secara efektif dan menyenangkan.
38

Dalam hal ini pemerintah Indonesia berupaya memperkuat
kehidupan desentralisasi kekuasaan dan alokasi sumber daya dan dana
sampai ketingkat masyarakat sekolah yang merupakan bagian strategi
pemerintah Indonesia yang terangkum dan tersusun dalam manajemen
berbasis sekolah (MBS). Pada awalnya MBS ini dikembangkan pada
pertengahan tahun 1999 oleh pemerintah Republik Indonesia bekerja sama
dengan UNISCO dan UNICEF.
Adapun progam MBS di sini adalah menciptakan masyarakat
yang peduli anak, creating learning communities for childrendan lain-
lain. Untuk mendukung pengembangan dan diseminasi tiga komponen
dalam progam MBS ini adalah Manajemen Sekolah, PSM dan PAKEM.
Progam-progam tersebut mendapat dukungan dana yang cukup banyak
dari donor asing utama seperti NSAID, UNSAID dan AusAID maupun

38
E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hal.189
berbagai donor swasta lainnya dan telah cukup berhasil di daerah
mereka.
39

Adapun salah satu progam dari MBS adalah pembelajaran yang
kembangkan saat ini dan banyak dikenalkan seluruh pelosok tanah air
yaitu pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau
disingkat dengan PAKEM.
PAKEM merupakan suatu terobosan dalam sebuah pembelajara.
Konsep pembelajaran tersebut merupakan perpaduan dari aplikasi CBSA,
Contextual learning, Quantum learning, Quantum teaching, Accelereted
learning, Active learning.
PAKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan
ketrampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja, sementara guru yang menggunakan berbagai sumber dan alat
bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran
lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
40

PAKEM merupakan model pembelajaran yang diterapkan dalam
kurikulum yang telah disempurnakan di bawah binaan MBE (managing
basic of education) dari Unesco yang dalam aplikasinya pembelajaran
yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah.

39
Diknas, Paket Pelatihan Awal Untuk Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2005), hal. 4-5
40
Akhmad Sudrajat, Pembelajaran PAKEM, http://Akhmad Sudrajat//Pembelajaran-
PAKEM//pbmtutik.blogspot, diakses 08 Oktober 2007.
Dalam suasana kegiatan belajar mengajar, guru juga diharapkan
dapat menarik simpati peserta didik, merangsang kedua belahan otak
peserta didik secara seimbang serta melibatkan partisipasi aktif setiap
peserta didik akan membuat seluruh potensi peserta didik berkembang
secara optimal. Sehingga hasil belajar peserta didik dapat mencerminkan
tingkat kualitas dari keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan peserta didik.
Dalam buku Paket Pelatihan Awal untuk sekolah dan masyarakat
tentang (Depdiknas) pengertian Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM) dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dimaksudkan dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan proses aktif dan si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses aktif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran
tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
41

Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang
lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses

41
Diknas, op,cit.,hlm.77.
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Lebih dari itu pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis
dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa
belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
42

Dalam pembelajaran aktif guru lebih memposisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of
learning) kepada peserta didik. Sedangkan peserta didik terlibat secara
aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran dan guru lebih
banyak memberikan arahan dan bimbingan serta mengatur sirkulasi dan
jalannya proses pembelajaran.
43

b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan peserta didik.
44

Kreatif adalah suatu insting yang dibawa sejak lahir, yang
berhubungan dengan kemampuan dasar untuk berekspresi dalam
menghadapi berbagai masalah. Seorang guru yang kreatif tentu dapat
menciptakan kondisi(ice breaking) yang tepat dalam mengajak peserta
didik memulai mengerjakan tugas atau mengkondisikan kembali suasana

42
E. Mulyasa, op.cit., hlm.191.
43
Ibid, hlm. 192
44
Diknas, op.cit., hlm.77.
belajar yang mulai membosankan dan melelahkan menjadi semangat
kembali.
45

Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas
merupakan universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang,
dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang
kreator dan motivator yang berada di pusat proses pendidikan. Dalam hal
ini guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam
melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu yang rutin saja.
46

c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara
aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan
pembentukkan kompetensi. Dan dalam pelaksanaannya memerlukan
proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka
pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.
47

Dalam pembelajaran efektif harus ditunjang dengan lingkungan
yang memadai, dari situ guru harus mampu mengelola tempat belajar yang
baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran,
mengelola isi atau materi pembelajaran dan mengelola sumber-sumber
belajar seperti modul atau diktat.
48



45
Dewi Utama Faizah, Belajar Mengajar Yang Menyenangkan (Solo: Tiga Serangkai,
2003), hal. 9
46
E. Mulyasa, op.cit., hlm.52.
47
Ibid., hlm.193-194
48
Ibid, hlm.193
d. Pembelajaran Menyenangkan
Menyenangkan merupakan bagian yang terkait dengan ranah
afektif (perasaan). Dalam hal ini guru harus berani mengubah iklim suka
menjadi kebiasaan, guru harus bersikap ramah, suka tersenyum,
berkomunikasi dengan santun dan patut, adil terhadap peserta didik serta
sabar.
49

Suatu proses belajar yang baik haruslah menyenangkan, mampu
melibatkan unsur affective (sebuah perasaan yang berpusat pada hati
sanubari anak), sehingga anak terundang untuk berbuat atau berprilaku
(behavior) patut sebagai anak dengan mengasyikkan. Dengan cara
demikian akan dapat menyentuh unsur kecerdasan yang juga beragam,
bukan hanya unsur kognitif semata yang diistilahkan sebagai kecerdasan
beragam (multiple intelligences) yang akan mencerdaskan dan menguatkan
anak kita sebagai pembelajar di sekolah.
50

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan,
guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi
yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan peserta didik secara optimal.
51

2. Tujuan Pembelajaran PAKEM
PAKEM merupakan sebuah model pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan ketrampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada

49
Dewi Utama Faizah, op.cit., hlm.8.
50
Ibid, hlm. 7
51
E. Mulyasa, op.cit., hlm.194.
kepada belajar sambil bekerja, sementara guru yang menggunakan
berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan
supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Pembelajaran PAKEM bertujuan untuk menciptakan lingkungan
belajar yang lebih menyenangkan dengan menyiapkan peserta didik
memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan
kehidupan masa depannya. Di dalam PAKEM juga guru-guru dapat
mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda, termasuk
pembelajaran yang interaktif.
52

Tujuan pembelajaran PAKEM adalah merancang agar
mengaktifkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitas sehingga
efektif namun tetap menyenangkan. Dalam guru bertanggung jawab untuk
menciptakan situasi yang dapat mendorong prakarsa, motivasi, dan
tanggung jawab peserta didik dalam suasana yang menyenangkan dan
tidak kaku sehingga pembelajaran akan mudah dipahami dan berpusat
pada peserta didik. Selain itu guru juga harus mampu mengembangkan
kemampuan peserta didik yang beraneka ragam secara optimal sehingga
peserta didik mampu berperan dalam kehidupannya di masyarakat.
53

3. Ciri-ciri / Karakteristik Pembelajaran PAKEM
e. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik

52
Direktorat Pembinaan SMP, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Pembelajaran Aktif Kreatif Dan
Menyenangkan, http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006.
53
Ibid..
Merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat
menciptakan suasana yang demikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya.
Keaktifan peserta didik ini sangat penting untuk membentuk generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
juga orang lain.
f. Mendorong kreativitas peserta didik dan guru
Dalam mendorong kreativitas peserta didik guru dituntut untuk
lebih bisa kreatif, mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam
mengembangkan kecakapan berfikir maupun dalam melakukan tindakan.
g. Pembelajarannya efektif
Merupakan suatu pembelajaran menuntut keterlibatan peserta didik
secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi.
h. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik
Merupakan proses pembelajaran yang berkaitan erat dengan
suasana belajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik dapat
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajarnya.
54

4. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAKEM
a. Mengalami
Mengalami dapat diartikan peserta didik terlibat secara aktif baik
fisik, mental maupun emosional.

54
Akhmad Sudrajat, 2007, Ciri-ciri/Karakteristik pembelajaran PAKEM,
htpp://www.umy.ac.id/berita.php?=602, diakses 28 Agustus 2007.
b. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan kegiatan pembelajaran memungkinkan
terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik.
c. Interaksi
Interaksi dapat diartikan kegiatan pembelajarannya memungkinkan
terjadinya interaksi multi arah.
d. Refleksi
Refleksi dapat diartikan kegiatan pembelajarannya memungkinkan
peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pembelajaran PAKEM
a. Memahami sifat yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi perkembangan sikap/
berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
lahan yang harus kita olah, sehingga subur bagi berkembangannya kedua
sifat anugerah tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan
dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan
pertanyaan yang menantang dan guru mendorong anak untuk melakukan
percobaan.
b. Mengenal anak secara perorangan
Dalam PAKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak
selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya, anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila
mendapat kesulitan.
c. Memanfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar, seperti dalam melakukan
tugas atau membahas sesuatu anak dapat bekerja berpasangan atau
berkelompok.
Berdasarkan pengalaman anak akan menyelesaikan tugas dengan
baik bila mereka duduk berkelompok. Dengan duduk berkelompok
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran, namun anak
juga perlu menyelesaikan tugas perorangan agar bakat individunya
berkembang.
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan
memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, hal tersebut
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif memecahkan
masalah. Kritis dan kreatif berasal dari ingin tahu dan imajinasi keduanya
ada pada diri anak semenjak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka, seperti Apa yang terjadi jika...
e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruangan kelas yang menarik merupakan hal yang sangat
disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya
dipajang untuk memenuhi ruang kelas, seperti kerja perorangan,
berpasangan, atau berkelompok. Pajangan itu dapat berupa gambar, peta,
diagram, model, benda asli, puisi karangan.
Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan peserta
didik diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik
dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik lain serta dapat membantu
guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah.
f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan yang terdiri dari fisik, sosial dan budaya merupakan
sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar. Lingkungan dapat berperan
sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak
merasa senang dalam belajar. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah ketrampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasikan, membuat tulisan dan membuat gambar-gambar.
g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan
salah satu bentuk interaksi antara guru dengan peserta didik. Umpan balik
hendaknya lebih mengungkap kekuatan dari pada kelemahan peserta didik.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun, hal ini
dimaksudkan agar peserta didik lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya.
Guru harus konsisten dalam memeriksa hasil pekerjaan dan
memberikan komentar dan catatan, karena catatan guru berkaitan dengan
pekerjaan peserta didik akan lebih bermakna bagi perkembangan diri
peserta didik dari pada hanya sekedar angka.
h. Membedakan antar aktif fisik dan aktif mental
Dalam membedakan aktif fisik dan aktif mental guru lebih puas
apabila menyaksikan peserta didik kelihatan sibuk, bekerja dan bergerak.
Akan tetapi yang lebih diinginkan dalam PAKEM adalah aktif mental.
Adapun ciri-ciri dari aktif mental adalah sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain dan mengungkapkan gagasan.
Sedangkan syarat berkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut, seperti takut ditertawakan, takut disepelekan, takut
dimarahin bila salah.
55


55
Diknas, op.cit., hlm.73-76.

6. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Guru Dalam Melaksanakan
Pembelajaran PAKEM
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang
selama ini terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut
menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru dalam menciptakan
keadaan tersebut, seperti guru merancang dan mengelola KBM yang
mendorong peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran. Berikut ini
adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang
bersesuaian.
Kemampuan Guru KBM
Guru menggunakan alat bantu dan
sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan,
misal : alat yang tersedia atau yang dibuat
sendiri, gambar, studi kasus, nara sumber,
lingkungan.
Guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan
ketrampilan.
Peserta didik melakukan percobaan,
pengamatan, atau wawancara.
Guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengungkapkan
gagasannya sendiri secara lisan atau
tulisan.
Melalui diskusi lebih banyak pertanyaan
terbuka, hasil karya yang merupakan
pemikiran anak sendiri.
Guru menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan
peserta didik.
Siswa dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu). Bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan.
Guru mengaitkan pembelajaran
dengan pengalaman peserta didik
sehari-hari.
Siswa menceritakan/ memanfaatkan
pengalamannya sendiri. Peserta didik
menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari.
Menilai pembelajaran dan kemajuan
belajar peserta didik secara terus
menerus.
Guru memantau kerja peserta didik.
Guru memberikan umpan balik.
7. Model-model Pembelajaran PAKEM dan KYD (Kurikulum
Yang Disempurnakan)
a. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau
yang sering disingkat CTL merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan
implementasi KYD.
56

CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan
membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/
ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri
secara aktif pemahamannya
Dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan
belajar pada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai. Dalam pelaksanaan pembelajaran
kontekstual dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bisa datang dari peserta
didik (internal) dan dari luar dirinya atau dari lingkungan sekitarnya.
Zahorik (1995 ) dalam E. Mulyasa mengungkapkan lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki
oleh peserta didik.

56
E.Mulyasa, op.cit., hlm.217.
2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-
bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara :
a. Menyusun konsep sementara.
b. Melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan
dari orang lain.
c. Merevisi dan mengembangkan konsep.
4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung
apa-apa yang harus dipelajari.
5) Adanya refleksi terhadap pembelajaran dan pengembangan
pengetahuan yang dipelajari.
b. Bermain Peran
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk
memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi
masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut,
sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya
sebagai pengamat. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeran
dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang dan peran-
peran lainnya.
57

Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan
emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata

57
E.Mulyasa, op.cit., hlm.221-222.
dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran diharapkan peserta
didik dapat :
1) Mengeksplorasi perasaan-perasaannya.
2) Memperoleh wawasan tentang sikap, nilai dan persepsinya.
3) Mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam memecahkan masalah
yang dihadapi.
4) Mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai
cara.
Untuk menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai
model pembelajaran, antara lain :
1) Kualitas pemeranan.
2) Analisis dalam diskusi.
3) Pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan
dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
c. Modul Pembelajaran
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Selain itu, modul
adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu
yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para
guru.
58


58
E.Mulyasa, op.cit., hlm.231.
Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas,
maupun tenaga guru mencapai tujuan secara optimal.
Karakteristik pembelajaran sistem modul, antara lain :
1) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk
pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik, bagaimana melakukannya dan sumber belajar apa yang harus
dilakukan.
2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.
3) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan seefisien mungkin,
serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran
secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar, tetapi lebih dari
itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing),
simulasi dan berdiskusi.
4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga
peserta didik dapat mengetahui kapan dia mulai dan kapan mengakhiri
suatu modul, dan yang tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa
yang harus dilakukan atau dipelajari.
5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
59

Selain itu, pada umumnya modul pembelajaran memiliki beberapa
komponen yaitu sebagai berikut :
1) Lembar kegiatan peserta didik.
2) Lembar kerja.
3) Kunci lembar kerja.
4) Lembar soal.
5) Lembar Jawaban.
6) Kunci jawaban.
d. Belajar Tuntas
Definisi belajar tuntas (mastery learning) berasal dari para
behaviorist yang berpendapat bahwa belajar tuntas adalah suatu upaya
dimana peserta didik dituntut menguasai hampir seluruh bahan ajar.
60

Tokoh belajar tuntas Benyamin S. Bloom, Fred S. Keller dan
James H. Block berpendapat bahwa sekitar 95 % dari anak sesungguhnya
dapat menguasai secara tuntas bahan pelajaran yang diajarkan.
E. Mulayasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum yang
disempurnakan berpendapat bahwa belajar tuntas dilandasi dua asumsi.
Pertama, bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan
kemampuan potensial (bakat). Dalam hal ini diperkuat dengan pendapat

59
E.Mulyasa, op.cit., hlm.232.
60
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung:
Remaja Rosda karya, 2005), hal.190
Carrol bahwasanya apabila peserta didik didistribusikan secara normal
dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa
bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan
hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunjukkan distribusi normal.
Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua
peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.
Strategi Belajar Tuntas dapat dibedakan dari pengajaran yang non
belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut :
a. Pelaksanaan test secara teratur untuk dapat memperoleh balikan
terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa
kemajuan (Diagnostic Progress test).
b. Peserta didik dapat melangkah pada pelajaran berikutnya, setelah dia
menguasai bahan pelajaran sebelumnya.
c. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap peserta didik gagal
mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif.
Bloom (1968) dalam E. Mulyasa mengembangkan strategi belajar
tuntas menjadi tiga bagian, yaitu ;
1) Mengidentifikasikan pra kondisi.
2) Mengembangkan prosedur operasional.
3) Hasil belajar.
e. Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan sebagai keterlibatan
peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
Menurut Knowles (1970) indikator pembelajaran partisipatif adalah
sebagai berikut :
1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik.
2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam
mencapai tujuan.
3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta
didik.
Pelaksanaan pembelajaran partisipatif perlu memperhatikan
beberapa prinsip pembelajaran, sebagai berikut :
a) Berdasarkan kebutuhan belajar (learning needs based ) sebagai
keinginan maupun kehendak yang dirasakan oleh peserta didik.
b) Berorientasi kepada tujuan kegiatan belajar (learning goals and
objectives oriented). Prinsip ini berorientasi pada usaha
pencapaian tujuan yang telah diciptakan.
c) Berpusat kepada peserta didik (partisipated centered) yang
menunjukkan bahwa kegiatan belajar selalu bertolak dari
kondisi riil kehidupan peserta didik.
d) Berdasarkan pengalaman (experiental learning), bahwa
kegiatan belajar harus selalu dihubungkan dengan pengalaman
peserta didik.
61

Prosedur pembelajaran partisipatif adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.

61
E. Mulyasa, op.cit., hlm.242.
b. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar dapat saling belajar
dan membelajarkan.
c. Membantu peserta didik untuk saling mendiagnosis dan menemukan
kebutuhan belajarnya.
d. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.
e. Membantu peserta didik menyusun pola-pola pengalaman belajar.
f. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
g. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan
hasil belajar.
8. Peranan Pembelajaran PAKEM dalam meningkatkan
Kreativitas, Pemahaman dan Kemampuan Memecahkan
Masalah Pada Peserta Didik
Salah satu unsur dari pembelajaran PAKEM adalah kreatif. Dalam
hal ini guru sebagai fasilitator harus senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih dalam melayani peserta didik, sehingga
peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak
melakukan sesuatu yang rutin saja.
62

Sedangkan peserta didik diharapkan agar dapat mengembangkan
kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, hal tersebut
memerlukan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisa suatu masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif

62
Ibid, hlm. 52

memecahkan masalah, kedua hal tersebut berasal dari rasa ingin tahu dan
imajinasi yang keduanya ada pada diri peserta didik sejak lahir.
63

E. Mulyasa, dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru yang
Profesional mengatakan bahwa kreativitas merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan sekitar
kita.
64

David Campbell menekankan bahwa kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk meningkatkan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum
ada sebelumnya, menarik, aneh, dan berguna bagi masyarakat.
65

Oleh karena itu pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan
banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan atau disingkat PAKEM. Karena
pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan
kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
Dengan demikian para peserta didik dibimbing agar memiliki
kemampuan kreativitas, mampu berpikir kritis dan mampu memecahkan
masalah. Oleh karena itu, melalui proses belajar tertentu, diupayakan
tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi-
kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek
keluwesan, keaslian dan kualitas dari kreativitas yang dimiliki peserta
didik.

63
Diknas, op.cit., hlm.74.
64
E. Mulyasa, op.cit., hlm.51.
65
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm.104.
Benjamin Bloom mengatakan bahwa pemahaman merupakan
kemampuan menangkap makna dan arti sesuatu.
66
Sedangkan menurut
Aminuddin (1996) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengatakan
bahwa perencanaan pengajaran karakteristik harus dilandasi pemahaman
karakteristik proses berfikir peserta didik dalam mengolah, menghayati
dan menkonseptualisasikan isi pembelajarannya.
67

Bruner beranggapan bahwa perkembangan kognitif peserta didik
berkaitan dengan enaktif yakni peserta didik melakukan kegiatan
memahami lingkungan, ikonik yakni peserta didik memahami fakta
kehidupan dan konsep melalui gambar dan visualisasi verbal, simbolik
yakni peserta didik memahami fakta melalui pengolahan konsep dan
hubungan antar konsep secara logis.
Selanjutnya dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk
menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut
dapat diterima oleh akal sehat. Dan dalam pelaksanaannya, memerlukan
proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka
pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.
68

Dalam buku Paket Pelatihan Awal dikatakan secara garis besar,
PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut, Bahwa peserta didik dalam

66
Saiful Sagala,. Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 33
67
Kapita Selekta Pembelajaran Di Sekolah, Pembelajaran Bahasa Indonesia (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hal. 28
68
E. Mulyasa, op,cit., hlm.193.
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
69

Dalam buku Pelatihan Awal Untuk Sekolah dan Masyarakat
dikatakan pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah, hal
tersebut memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk
menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif memecahkan
masalah. Kritis dan kreatif berasal dari ingin tahu dan imajinasi keduanya
ada pada diri anak semenjak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan seringnya memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka, seperti Apa yang terjadi jika...
70

Nana Syaodih.S mengatakan bahwa memecahkan masalah
merupakan salah satu bentuk belajar diskaveri tahap tinggi. Peserta didik
dihadapkan kepada suatu masalah yang perlu memecahkan dan peserta
didik berusaha membatasi masalah, membuat jawaban sementara, mencari
data-data, mengadakan pembuktian hipotesis dan menarik kesimpulan.
71

Berpikir, memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang
baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan
yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir,
dan banyak masalah memerlukan memecahkan baru bagi orang-orang atau
kelompok. Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk
memecahkan masalah sebagai berikut :
a. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.

69
Diknas, op,cit., hlm.77.
70
Ibid..
71
Nana Syaodih Sukmadinata, op,cit., hlm.189.
b. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d. Mencari hubungan-hubungan untuk menemukan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji agar dapat ditentukan
untuk diterima atau ditolak.
e. Penerapan memecahkan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus
berlaku sebagai pengujian kebenaran memecahkan tersebut untuk
dapat sampai pada kesimpulan.
72

Dalam buku Paket Pelatihan Awal dikatakan bahwa Pembelajaran
aktif, aktif, kreatif dan menyenangkan (PAKEM) guru mendorong peserta
didik untuk menemukan caranya sendiri dalam memecahkan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasan, dan melibatkan peserta didik
dalam menciptakan lingkungan hidupnya.
Dengan demikian PAKEM disamping menjadikan anak aktif,
kreatif dalam mengembangkan potensi pada dirinya juga dapat
meningkatkan kreativitas, pemahaman dan kemampuan memecahkan
masalah pada peserta didik dalam proses belajarnya.
C. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Pada hakekatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan
penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru
dengan menggunakan sesuatu yang sudah ada. Sesuatu yang baru berupa

72
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengarhuinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hal. 142-143
perbuatan atau tingkah laku, suatu bangunan. Misalnya sebuah gedung,
hasil-hasil kasusteraan dan lain-lain.
David Campell menekankan bahwa kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum
ada sebelumnya, menarik aneh dan berguna bagi masyarakat.
73

Gordon memandang bahwa kreativitas didorong oleh kesadaran
yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur
latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain.
74

2. Ciri-ciri Individu yang Kreatif
Sund (1975) menyatakan bahwa individu yang kreatif dapat
dikenal melalui pengamatan, adapun ciri-cirinya adalah sebagai berkut :
a) Hasrat keinginan tahu yang cukup besar.
b) Bersifat terbuka dengan pengalaman baru.
c) Panjang akal.
d) Keinginan untuk menemukan dan meneliti.
e) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit.
f) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
g) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.
h) Berfikir fleksibel.
i) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih banyak.
j) Kemampuan membuat analisis dan sintesis.

73
Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm.104.
74
E.Mulyasa, op,cit., hlm.163.
k) Memiliki semangat bertanya serta meneliti.
l) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.
m) Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
75

3. Cara Mengembangkan Kreativitas
Davis (1973) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang perlu
diperhatikan di dalam pengembangan kreativitas :
a. Sikap individu
Mencakup tujuan untuk menemukan gagasan-gagasan serta
produk-produk dan memecahkan masalah baru. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1) Perhatian khusus bagi pengembangan kepercayaan pada diri peserta
didik perlu diperhatikan. Guru secara aktif membantu peserta didik
dalam mengembangkan kesadaran diri yang positif dan menjadikan
peserta didik sebagai individu yang seutuhnya dengan konsep diri yang
positif.
2) Rasa keinginan tahu peserta didik perlu dibangkitkan. Rasa keinginan
tahu merupakan kapasitas untuk menemukan masalah-masalah teknis
serta usaha untuk memecahkannya.
b. Kemampuan dasar yang diperlukan
Dalam hal mencakup kemampuan konvergen dan divergen yang
diperlukan.

75
Slameto, op,cit., hlm.147-148.
c. Teknik-teknik yang digunakan teknik - teknik untuk mengembangkan
kreativitas, antara lain :
1) Melakukan pendekatan inquiry.
2) Menggunakan tehnik-tehnik sumbang saran (brain stroming).
3) Memberikan penghargaan bagi prestasi kreatif.
4) Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media.
76

4. Beberapa Resep yang Dapat Dilakukan Guru untuk
Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik.
Menurut E. Mulyasa ada beberapa resep yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kreativitas peserta didik yaitu :
b. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam
pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru.
c. Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap,
mengeksplorasi pertanyaan dan mengemukakan gagasan yang original.
d. Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke
dalam situasi baru.
e. Berikan tugas-tugas independen.
f. Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat
merangsang otak.
g. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berfikir reflektif
terhadap setiap masalah yang dihadapi.

76
Ibid, hlm.154-159
h. Hargai perbedaan individu peserta didik, dengan melonggarkan aturan
dan norma kelas.
i. Jangan memaksakan aturan kepada peserta didik.
j. Tunjukkan prilaku-prilaku baru dalam pembelajaran.
k. Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang tumbuhnya
kreativitas.
l. Kembangkan rasa percaya diri pada peserta didik, dengan membantu
mereka menumbuhkan kesadaran dirinya secara positif tanpa
menggurui dan mendekte mereka.
m. Kembangkan kegiatan-kegiatan menarik, seperti kuis, teka-teki dan
nyanyian.
n. Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran,
sehingga proses mentalnya lebih dewasa dalam menemukan konsep
dan prinsip-prinsip ilmu.
D. PEMAHAMAN
1. Pengertian Pemahaman
Dalam Kamus Bahasa Indonesia pemahaman diartikan suatu
proses perbuatan, cara, memakai, memahamkan. Pemahaman merupakan
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari
suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu
kebentuk yang lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata,
membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data
tertentu).
77

Benjamin Bloom dalam mengatakan bahwa pemahaman
merupakan kemampuan menangkap makna dan arti sesuatu. Pemahaman
juga dapat diartikan menguasai sesuatu fikiran (comprehesion). Oleh
karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan
filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga
menyebabkan peserta didik dapat memahami suatu situasi. Pemahaman
atau comprehesion memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan
bagian-bagian belajar pada proposinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan
dan sikap tidak akan bermakna.
78

Gestalt dalam teori kognitifnya mengatakan bahwa pemahaman
disebut juga dengan Insight yang berarti pengamatan dan pemahaman
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam situasi
permasalahan.
79

Dalam buku Dinamika dalam Psikologi Pendidikan mengatakan
bahwa pengertian dari pemahaman (undrsestanding) dibagi menjadi
empat, antara lain :
a. Pemahaman berarti melihat hubungan yang belum nyata pada
pandangan pertama
Guru yang tak kenal peserta didik secara baik, tak melihat
hubungan kegelisaan peserta didik yang harus tinggal dalam ruangan yang

77
W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1991), hal.150
78
Saiful Sagala, op.cit., hlm.33.
79
Ibid, hlm. 47
bercuaca buruk atau tidak melihat hubungan antara kesukaran belajar di
kelas dengan keadaan kesukaran keuangan di rumah dan pransangka yang
meluas mengenai pendidikan dalam masyarakat.
b. Pemahaman berarti pula mampu menerangkan
Menerangkan sesuatu berarti pula melukiskan tentang aspek-aspek,
tingkatan, sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu guru sebagai
motivator dan fasilitator harus mampu menerangkan sesuatu pelajaran
dengan sudut pandang yang berbeda terkait dengan kemampuan peserta
didik dalam menerima, memahami materi yang disampaikan.
c. Pemahaman berarti pula memperkembangkan kesadaran akan faktor-
faktor yang penting
Guru harus mampu mengidentifikasikan bagian yang penting pada
suatu situasi, dimana bagian ini tidak dapat dipelajari dari buku-buku,
tetapi didapat dari pengalaman. Misalnya, seorang anak yang lamban
dalam reaksinya terhadap suatu perintah. Dari observasi terhadap si anak,
guru menganggap bahwa anak itu lamban, karena ia tak begitu mendengar
atau karena ia sedang memperhatikan anak lain.
d. Pemahaman berarti berkemampuan membuat ramalan yang beralasan
mengenai tingkah lakunya
Seorang guru harus mampu mempunyai pengertian yang cukup
mengenai dasar tingkah laku manusia. Guru dapat terjerumus dalam suatu
perangkap umum, dengan menilai tingkah laku peserta didik berdasarkan
akibat dirinya sendiri dari pada sebab-sebab kemungkinan, dalam
pengertian guru dapat membuat situasi yang lebih buruk dan juga dapat
memperbaikinya.
80

2. Ciri-ciri Dari Belajar Pemahaman (Ernest Hilgard) dibagi menjadi :
Menurut Saiful Sagala menyebutkan bahwa Ciri-ciri dari belajar
pemahaman (Ernest Hilgard) dibagi menjadi enam, yaitu :
a) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar, individu yang satu
dengan yang lain mempunyai kemampuan dasar yang berbeda.
b) Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu yang
relevan.
c) Pemahaman tergantung kepada pengaturan situasi, sebab insight itu
hanya mungkin terjadi apabila situasi belajar itu diatur sedemikian
rupa sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d) Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba.
e) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi.
f) Pemahaman dapat diaplikasikan atau dipergunakan bagi pemahaman
situasi lain.
81

3. Tingkatan Dalam Pemahaman
Taksonomi Bloom mengatakan bahwa pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori :
a. Pemahaman tingkat rendah
Merupakan pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam
arti yang sebenarnya. Misalnya, dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

80
Koesoer. P, Dinamika dalam Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali,1983), hal. 22-
24
81
Saiful Sagala, op.cit., hlm.50.
b. Pemahaman tingkat kedua (pemahaman penafsiran)
Merupakan pemahaman yang menghubungkan bagian-bagian
terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan
beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok
dan yang bukan pokok. Misalnya, menghubungkan pengetahuan tentang
konjugasi kata kerja subyek, dan possesive pronoun sehingga tahu
menyusun kalimat My friend is studying.
c. Pemahaman tingkat ketiga (tingkat tertinggi)
Merupakan pemahaman ekstrapolasi dimana seorang mampu
melihat balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi
atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun
masalahnya.
82

E. Memecahkan Masalah
1. Pengertian Memecahkan Masalah
Menurut Gagne (1985) adalah suatu masalah yang dihadapkan
pada peserta didik, pada akhirnya mereka bukan hanya sekedar
memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
83

Nana Syaodih.S mengatakan bahwa memecahkan masalah
merupakan salah satu bentuk belajar diskaveri tahap tinggi. Peserta didik
dihadapkan kepada suatu masalah yang perlu memecahkan dan peserta

82
Nana Sujana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Sinar Baru, 1989), hal. 24
83
E.Mulyasa, op.cit., hlm.111.
didik berusaha membatasi masalah, membuat jawaban sementara, mencari
data-data, mengadakan pembuktian hipotesis dan menarik kesimpulan.
84

Nasution dalam bukunya Berbagai Pendekatan dalam Proses
Belajar dan Mengajarmengatakan bahwa perlu kita hindari pengertian
yang keliru tentang memecahkan masalah, ada yang beranggapan bahwa
memecahkan masalah harus dilakukan dengan memberikan instruksi atau
petunjuk yang minimal dan aturan-aturan yang sedikit mungkin. Ternyata,
bahwa banyak soal-soal yang tidak dapat dipecahkan oleh peserta didik
bila sama sekali tidak diberikan suatu petunjuk, kecuali hanya tujuannya.
Memecahkan masalah atau discovery hanyalah taraf terakhir dalam
rangkaian kegiatan belajar yang meliputi hasil belajar masa lampau.
85

2. Rintangan-rintangan dalam memecahkan masalah
a. Rote Learning (menghafal)
Belajar dengan menghafal tidak mendorong pengembangan
kemampuan berpikir (reasoning). Belajar dengan menghafalkan sesuatu
biasanya hanya mempelajari fakta-fakta secara terpisah dan tidak
dihubungkan dengan fakta-fakta lain atau masalah inti.
b. Khayalan (perumpamaan)
Masalah yang dibahas di kelas sering masalah yang terdapat dalam
khayalan atau perumpamaan. Seharusnya guru lebih menitik beratkan pada
masalah yang nyata, sering dihadapi oleh peserta didik.

84
Nana Syaodih.S, op,cit., hlm.189.
85
Nasution. Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
1992), hal 58
c. Teacher is complex
Guru mempunyai kebiasaan ingin menjawab semua pertanyaan
peserta didik, kalau tidak menjawab pertanyaan dari peserta didik, guru
takut peserta didik akan memandang rendah kepadanya. Sehingga guru
lebih dominan dalam PBM dan peserta didik hanya menjadi pendengar
setia.
d. Masalah-masalah yang tidak sesuai dengan tingkat pengalaman peserta
didik tidak mendorong untuk berfikir.
Guru sebagai fasilitator dan motivator harus bisa mencari masalah-
masalah yang cukup berarti bagi peserta didiknya dan harus disesuaikan
dengan tingkat pengalaman mereka.
86

3. Langkah langkah dalam memecahkan masalah
Dalam memecahkan masalah peserta didik tindakan guru dalam
rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar
berlangsung efektif. Guru melakukan beberapa tindakan, antara lain :
a. Tindakan yang bersifat pencegahan (preventif)
Adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku
yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya
pembelajaran. Menurut Mulayani dalam mengembangkan ketrampilan
peserta didik yang bersifat preventif, guru dapat menggunakan
kemampuan dengan cara :
1) Menunjukkan sikap tanggap.

86
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta:
Bumi Aksara. 2007), hal. 144
2) Membagi perhatian.
3) Memusatkan perhatian kelompok.
4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5) Menegur.
6) Memberikan penguatan.
b. Tindakan yang bersifat penyembuhan (korektif)
Merupakan kegiatan yang bersifat penyembuhan. Johar Pemana
mengemukakan langkah-langkah pencegahan :
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Menganalisis masalah.
3. Menilai alternatif.
4. Mendapatkan balikan.
Davis dan Alexander (1974) mengemukakan langkah-langkah
memecahkan masalah sebagai suatu seri, yang meliputi:
1) Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial.
2) Merumuskan masalah.
3) Mencari jalan keluar.
4) Memilih jalan keluar yang paling tepat.
5) Melaksanakan memecahkan masalah.
6) Menilai apakah memecahkan masalah yang sudah dilaksanakan sudah
tepat.
87


87
E. Mulyasa,op.cit., hlm.111.
Sedangkan John Dewey telah menganalisis aspek-aspek
memecahkan masalah yang dewasa ini sebagai enam langkah
memecahkan masalah, yaitu :
a. Adanya kebutuhan yang dirasakan (felt need) pada individu.
b. Mengenal dan merumuskan masalah sekhusus mungkin.
c. Mengumpulkan data.
d. Merumuskan hipotesis.
e. Menguji hipotesis.
f. Merumuskan generalisasi.
88

Menurut Lawrence Senesh mengemukakan tiga tahapan dalam
proses memecahkan masalah, yaitu : tahap motivasi, tahap pengembangan,
tahap kulminasi.
Memecahkan masalah itu sendiri berada dalam tahap kedua yaitu
tahap pengembangan dengan langkah-langkah memecahkannya sebagai
berikut :
1. Menemukan gejala-gejala problematik (symptus of the problem).
2. Mempelajari aspek-aspek permasalahan (aspects of the problem).
3. Mendefinisikan masalah (definitions of the problem).
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan (scope of the problem).
5. Menganalisis sebab-sebab masalah (causes of the problem).
6. Menyelesaikan masalah (solution of the problem).
89



88
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1992), hal. 145
89
W.S.Winkel,op.cit., hlm.11.
F. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama Islam adalah upaya mendidikan agama Islam
atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan
dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat
berwujud : pertama, segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan
dan menumbuh kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk
dijadikan pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan
keterampilan hidupnya sehari-hari. Kedua, segenap fenomena atau
peristiwa perjumpaan antara dua orang / lebih yang dampaknya ialah
tertanamnya dan atau tumbuh kembangkannya ajaran Islam dan nilai-
nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.
90

Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran
di sekolah umum mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan
dalam pembentukan moral, akhlak dan etika peserta didik yang sekarang
ini sedang berada pada titik terendah dalam perkembangan masyarakat
Indonesia. Kegagalan pendidikan agama Islam untuk membuat dan
menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian Islam
tidak lepas dari kelemahan aktor utama dalam proses pendidikan agama

90
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 141
Islam, yakni kelemahan guru agama Islam dalam mengemas dan
mendesain serta membawakan mata pelajaran ini kepada peserta didik.
91

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan
agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh
orang dewasa yang telah memiliki kesadaran akan kemanusiaannya dalam
membimbing peserta didik agar mengembangkan segala potensinya berupa
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak
mulia, dan kepribadian yang baik menjadi manusia yang dewasa, mandiri,
dan bertanggung jawab.
2. Visi dan Misi PAI di Sekolah Umum
Visi pendidikan agama Islam di sekolah umum adalah
terbentuknya peserta didik yang memiliki kepribadian yang dilandasai
keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT serta tertanamnya nilai-
nilai akhlak yang mulia dan budi pekerti yang kokoh yang tercermin dalam
keseluruhan dan sikap dan perilaku sehari-hari.
92

Misi pendidikan agama Islam di sekolah umum meliputi usaha-
usaha sebagai berikut :
a. Melaksanakan pendidikan agama Islam sebagai bagian integral dari
keseluruhan proses pendidikan di sekolah.
b. Menyelenggarakan pendidikan agama Islam di sekolah dengan
mengitegrasikan aspek-aspek pengajaran, aspek pengamalan dan
pengalaman (KBM di kelas harus diikuti dengan pembiasaan

91
Depag, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam,
2003), hal. 1
92
Ibid, hlm. 2
pengalaman ibadah bersama di sekolah), kunjungan lingkungan
sekitar, serta penerapan nilai-nilai dan norma akhlaq dalam perilaku
sehari-hari.
c. Melakukan penguatan posisi dan peran guru agama Islam di sekolah
secara terus menerus, baik sebagai pendidik maupun sebagai
pembimbing dan penasehat, dan sebagai komunikator dan penggerak
bagi terciptanya suasana keagamaan yang kondusif di sekolah.
93

3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
1) Dasar Relegius
a) Alquran
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Quran
yang pertama kali turun adalah berkenaan dengan masalah
pendidikan disamping dengan masalah keimanan. Allah berfirman
yang artinya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah mencipatakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah
dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.

Selain ayat di atas masih banyak ayat Al-Quran yang dapat
dijadikan sebagai dasar ilmu pendidikan Islam yaitu :
1. Manusia dapat dididik atau menerima pengajaran ; surat Al
Baqarah ayat 31.

93
Depag, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2003), hal. 45
9!% 7>, =. !9 | ! !.=s 7| `=-9 `3>:
Artinya Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan
kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana (QS.Al Baqarah ; 31).

2. Tujuan pendidikan ; surat Adz Dzariyaat ayat 56, Al Jumuah
ayat 2 dan Toha ayat 114.
! )=> >: _} | ,-9
Artinya Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adz
Dzariyaat ; 56).

3. Tempat-tempat pendidikan ; surat At Tahrim ayat 6, At Taubah
Ayat 18 dan An Nur ayat 36.
!| `- >. < <!, 9 > !% =.9
. 29 `9 _ | < .- 79` 3
.9
Artinya Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah
ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari
Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk (QS. At Taubah ; 18).

4. Sumber-sumber pembelajaran ; surat An Najm ayat 3 4, Al
Ankabut ayat 2 dan Al Fussilat ayat 53.

.> '_!9 ..` 9) ! `.`
Artinya Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi (Al Ankabut ; 2).

5. Asas-asas dan materi pendidikan ; surat Al Luqman ayat 12
19.
94

b) As Sunnah
As Sunnah adalah dasar kedua setelah Al-Quran terhadap segala
aktivitas umat Islam termasuk aktivitas dalam pendidikan.
95
As
Sunnah dapat dijadikan dasar kedua dari pendidikan agama Islam
karena :
1. Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk
mentaati Rasulullah dan wajib berpegang teguh atau menerima
segala yang datang dari Rasulullah. Firman Allah surat Al
Hasyr ayat 7.
2. Pribadi Rasulullah dan segala aktivitasnya merupakan teladan
bagi umat Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Ahzab
ayat 21.
)9 l. 39 < ` .> 9 l. `> <
9 > . < :.
Artinya Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah (QS Al Ahzab ; 21).


94
Cholil Uman, Ikhtisan Ilmu Pendidikan Islam (Surabaya: Duta Aksara, 1995), hal. 8
95
Ibid, hlm. 9
3. Banyak sekali hadits yang berhubungan dengan pendidikan
diantaranya Rasulullah saw bersabda
'-- ,- '=-- = ^-=- '--- - ,- ) ^= '- ,- - (
Artinya Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya, maka
tuhan akan mengekang dengan kekang api HR. Ibnu Majah.
96


c) Alijtihad
Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan ulama Islam
di dalam memahami nas-nas Al-Quran dan Sunnah Nabi yang
berhubungan dengan penjelasan dan dalil tentang dasar pendidikan
Islam, sistem dan arah pendidikan Islam.
97

2) Dasar Yuridis
1. Dasar Idiel (Pancasila)
Dasar Idiel pendidikan agama Islam adalah pancasila, yaitu sila
pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Makna dari
sila tersebut adalah setiap warga Negara Indonesia harus bergama
dan menjalankan syariat agamanya tersebut dengan baik dan
benar.
2. Dasar Konstitusional (UUD 1945)
Dasar konstitusional adalah dasar yang bersumber dari perundang-
udangan yang berlaku, yaitu UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang
berbunyi :
Ayat 1 : Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

96
Ibid, hlm. 9
97
Ibid, hlm. 10
Ayat 2 : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agamanya dan kepercayaan-Nya itu.
3. Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/
1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No. IV/MPR
1978 jo. Ketetapan MPR NP. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap.
MPR No II/MPR/1988 dan Tap MPR No. II/MPR/1993 tentang
GBHN.
98

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum
Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama
menyebutkan tujuan pendidikan agama Islam untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
99

Ibnu Kholdun menyatakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
mempunyai dua tujuan yaitu:
a. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga
ia menemuai Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang
diwajibkan ke atasnya.

98
Ibid, hlm. 11
99
Depag, op.cit., hlm.51.
b. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apabila yang
diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau
persiapan untuk hidup.
H.TB. Aat Syafaat, dkk mengatakan bahwa pendidikan agama
Islam bertujuan menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat
melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan indera.
Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua
aspeknya, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah,
maupun bahasanya (secara perorangan maupun kelompok). Pendidikan ini
mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian
kesempurnaan hidup.
100

Allah berfirman dalam QS. Al-Anam
% | .. 5. !> .! < , >-9
Artinya : Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam
(QS. Al-Anam : 162).

Ibnu Kholdun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah AL-Abrasyi,
merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan berpijak pada firman Allah
SWT. Adalah sebagai berikut :

100
Syafaat Aat, TB. dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal. 34
_ __ _ . .. . , ,, , ! !! ! 9 99 9 . .. . < << < $ $$ $! !! ! > >> > [ [[ [ . .. . 7 77 7 , ,, , . .. . ! !! ! 9 99 9
. .. . > >> > ! !! ! 2 22 2 . .. . > >> > < << < 9 99 9 | || | _ __ _ , ,, , . .. . ! !! ! . .. . 9 99 9 _ __ _ { {{ { | || | < << <
> >> > . .. . 9 99 9
Artinya Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Umum
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkunganya.
Sedangkan ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam
meliputi tujuh unsur pokok, yaitu :
1) Keimanan.
2) Ibadah.
3) Al-Quran.
4) Muamalah.
5) Syariah.
6) Tarikh.
101

6. Karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut Djamaluddin dan Abdullah Aly karakteristik pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan
duniawi dan ukhrowi dalam setiap langkah dan geraknya.
b. Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti.
c. Pendidikan Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah.
d. Pendidikan Islam diyakini sebagai tugas suci.
e. Pendidikan Islam bermotifkan Ibadah.
102
























101
Depag, op.cit., hlm.51-52.
102
Syafaat Aat, TB. dkk, op.cit., hlm.71.

Anda mungkin juga menyukai