TEORI Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di permukaan media setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras, interface) cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain dehumidifikasi, yaitu pengeringan udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat yang tidak diinginkan dari udara atau air menggunakan karbon aktif, ion exchanger untuk zat terlarut di dalam larutan dengan ion dari media exchanger. Artinya, pengolahan air minum dengan karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi
(Atkins, 1997).
Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible). Yang kedua, adsorpsi fisika (physical adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van der Waals
dan yang ketiga disebut ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis (Atkins, 1997). Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air membagi adsorpsi menjadi tiga langkah, yaitu (1) makrotransport: perpindahan zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban; (2) mikrotransport:
perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban; (3) sorpsi: pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan pembuluh kapiler mikroskopis (Atkins, 1997). Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu: (1) jenis adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll; (2) temperatur lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya makin rendah; (3) jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut, makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah diadsorpsi). Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi
digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor). Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena, C6H6) (Sukardjo, 1989).
Salah satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah) adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna, dan rasa air termasuk ionion logam berat. Karena merupakan fenomena permukaan maka semakin luas permukaan kontaknya makin tinggilah efisiensi
pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga menjadi porus dan kaya saluran kapiler. Yang belum aktif, ruang kapilernya masih ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik (Brady, 1999). Bagaimana proses pembuatannya? Tahap pertama, buatlah arang misalnya dari tempurung kelapa (arang batok, Cocos nucifera), kayu, batubara, merang, sekam, atau serbuk gergaji. Arang ini kemudian diaktifkan dengan cara pemanasan pada kondisi sedikit oksigen agar hidrokarbonnya lepas. Hasilnya berupa arang yang sangat porus sehingga luas permukaannya besar. Setelah itu barulah digunakan untuk mengolah air minum atau air buangan, misalnya memisahkan pencemar organik dan inorganik seperti air raksa, krom, atau untuk deklorinasi (pengurangan klor di dalam air) (Petruci,1987). Relatif mudah membuat filter arang aktif ini. Penjual filter skala rumah tangga di kota dan desa sudah biasa membuatnya bahkan tanpa berlatar pendidikan teknik. Hanya perlu keterampilan dan tahu sedikit tentang fungsi arang aktif dan kapan harus diganti. Bahkan penjual filter
ini bisa memiliki pelanggan setia untuk reparasi dan perawatan filter yang dibeli oleh warga. Selain menggunakan arang butir (granular) berdiameter 0,3 - 0,5 mm atau 1 2 mm, arang bubuk, serbuk atau tepung (powder) pun dapat diterapkan (Petruci,1987).
Terjadi karena gaya Van der Walls dimana ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka substansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Physisorption ini memiliki gaya tarik Van der Walls yang kekuatannya relatif kecil.
Chemisorption terjadi ketika terbentuknya ikatan kimia antara substansi terlarut dalam larutan dengan molekul dalam media. Contoh : Ion exchange
Adsorbat adalah substansi yang akan disisihkan Adsorben adalah padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan substansi yang disisihkan
Karakteristik Adsorben
Adsorben yang biasa digunakan berbentuk butiran, batangan, batu dengan diameter 0,5 sampai 10 mm. untuk pemakaian yang terus menerus diperlukan adsorben yang tahan terhadap suhu tinggi, tahan abrasi dan panas. Pada kebanyakan industri adsorben dibagi menjadi 3 kelas:
Oxygen-containing compounds: biasanya hydrophilic dan bersifat polar, contohnya yang terkandung dalam silica gel dan zeolites
Carbon-based compounds: biasanya hydrophobic dan nonpolar, contohnya yang terkandung dalam activated carbon dan graphite
Polymer-based compounds: terdiri dari poros porous polymer matrix mengandung polar atau nonpolar grup fungsi
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben
Jenis adsorbat
o
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibdaningkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar);
Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorb dibdaningkan rantai yang lurus.
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan Nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan
Konsentrasi Adsorbat
semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben
Temperatur
o
pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka
pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun
pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi
Kecepatan pengadukan
menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal
Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan), ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif), ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
III.
Volume 15ml
- Volume10ml
Volume 5 ml
- Volume 0 ml
2. Menghitung konsentrasi
Volume 25 ml
Volume 15ml
- Volume10ml
Volume 5 ml
- Volume 0 ml
yang terserap
Volume 20 ml
Volume 15 ml
Volume 10 ml
Volume 5 ml
Volume 0 ml
awal terhadap V
yang
terserap (y)
10
5. Perhitungan regresi V (x) 25 20 15 10 5 0 awal V terserap (y) 625 400 225 100 25 0 -5.1 -2.76 -1.8 -7.8 -9.0 0
11
12
13
Grafik hubungan V
GRAFIK SEBELUM REGRESI
0 0 -50 5
awal terhadap V
yang terserap
10
15
20
25
-100
-150
-200
-250
14
IV.
ANALISIS HASIL PENGAMATAN Adsorbsi merupakan penyerapan yang terjadi pada permukaan suatu
zat terlarut atau zat padat dalam suatu larutan. Ini merupakan suatu fenomena permukaan daripada zat terlarut atau zat padat oleh karena terjadinya ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan zat terlarut atau zat padat. Adsorbsi atau penyerapan molekul lebih besar terjadi pada permukaan zat terlarut atau zat padat daripada fase gas atau dari larutan.
15
Padatan yang mengadsorbsi gas atau zat terlarut dari suatu larutan disebut adsorbent, sedangkan zat terlarut atau gas yang terserap disebut adsorbat. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan menggunakan prinsip metode volumetri dimana dalam proses titrasi ini memakan waktu yang cukup lama untuk dapat menghasilkan Titik Akhir Titrasi yang sempurna. Pada perlakuan pertama dimana serbuk arang aktif atau karbon aktif yang dimasukkan ke dalam 6 erlenmeyer yang kemudian ditambahkan dengan asam asetat untuk memberikan suasana asam dalam larutan tersebut, namun penambahan asam asetat ini hanya ditambahkan ke dalam 5 erlenmeyer , karena Erlenmeyer yang terakhir, volume asam asetat yang ditambahkan 0 mL sehingga tidak perlu dilakukan penambahan asam asetat. Kemudian dilarutkan dengan aquades ke dalam 6 erlenmeyer yang masingmasing telah diberi ukuran volume yang berbeda-beda dengan interval 5 mL setiap volumenya. Penambahan aquades ini bertujuan untuk melarutkan campuran arang aktif dan asam asetat agar volume asam asetat dapat mencapai titik keseimbangan. Perlakuan selanjutnya yaitu mengocok keenam Erlenmeyer tersebut selama 30 menit kemudian didiamkan selama 1 jam. Dalam perlakuan ini, proses pengocokan larutan dalam Erlenmeyer bertujuan
16
agar asam asetat teadsorbsi dengan baik, sedangkan proses pendiaman larutan tersebut bertujuan untuk memisahkan asam asetat dengan arang aktif dan menstabilkan larutan agar pada saat proses penyaringan, larutan tersebut dapat tersaring dan menghasilkan larutan yang bening. Perlakuan selanjutnya yaitu proses penyaringan larutan dan mengambil hasil
penyaringan sebanyak 10 mL sebagai filtrat yang kemudian dititrasi dengan NaOH 0,05 N dengan menggunakan phenolftalein (PP) sebagai indikator sebanyak 2 tetes. Dalam proses titrasi ini volume NaOH pada saat mencapai Titik Akhir Titrasi berbeda-beda pada setiap Erlenmeyer. Ini disebabkan karena perbedaan volume asam asetat pada masing-masing Erlenmeyer dan perbedaan volume aquades yang ditambahkan, sehingga menyebabkan volume NaOH berbeda-beda saat Titik Akhir Titrasi berlangsung. Dari hasil pengamatan melalui percobaan ini praktikan dapat
menentukan volume asam asetat yang terserap oleh larutan dengan volume yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap Erlenmeyer. Ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi asam asetat saat proses pengenceran dari volume asam asetat yang berbeda dan perbedaan konsentrasi asam asetat saat dalam keadaan setimbang dari volume NaOH yag berbeda pula,
17
sehingga volume asam asetat yang terserap berbeda-beda pada masingmasing Erlenmeyer tersebut. Namun pada Erlenmeyer yang berisi 0 mL asam asetat tidak terjadi penyerapan pada asam asetat sehingga tidak ada konsentrasi asam asetat saat pengenceran dan saat mencapai titik kesetimbangan. Dalam percobaan ini dimana proses perlakuannya menggunakan metode titrasi volumetri, praktikan dapat menentukan fungsi dari titrasi dengan menggunakan larutan NaOH ini yaitu untuk mengetahui banyaknya volume asam asetat yang terserap oleh NaOH dan untuk mengetahui volume asam asetat saat mencapai kesetimbangan. II. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa : Praktikan dapat mempelajari adsorbsi suatu zat terlarut atau suatu penyerapan yang terjadi pada permukaan zat terlarut atau gas pada suatu larutan. Dapat menentukan adsorbsi asam asetat pada zat terlarut atau suatu arang aktif. Berikut hasil volume asam asetat yang terserap pada
18
Erlenmeyer 1 volume yang terserap sebanyak -6,005 mL Erlenmeyer 2 volume yang terserap sebanyak -6,005 mL Erlenmeyer 3 volume yang terserap sebanyak 12,01 mL Erlenmeyer 4 volume yang terserap sebanyak 21,0175 mL Erlenmeyer 5 volume yang terserap sebanyak 21.0175 mL Erlenmeyer 6 volume yang terserap sebanyak 0 mL. V.2 Saran Sebaiknya sebelum praktikum dimulai terlebih dahulu memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan agar tidak mengganggu proses praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E., 1999, Fundamentals of Chemistry, John Wiley dan Sons, Inc.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi Ke 3, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
19
Petrucci, Ralph, H., 1987, General Chemistry Principles and Modern Apilcation, Colier - McMillan, New Jersey.
20