Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH MODEL CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) MELALUI METODE FUN LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh : Insani Mahardika NIM. 110210152007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

BAB 1. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pendahuluan yang meliputi (1) latar belakang; (2) rumusan masalah; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan aktivitas paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Hal ini dikarenakan dengan melalui kegiatan belajar mengajar tujuan pendidikan akan tercapai, yaitu dalam bentuk perubahan perilaku pada siswa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 29 tahun 2003 pasal 3 mengemukakan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan akan ditentukan oleh beberapa unsur yang saling menunjang satu dengan yang lain. Makmun (dalam Riduwan, 2006:190) menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), yaitu: (1) siswa dengan segala karakteristiknya yang berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar, (2) tujuan, ialah sesuatu yang diharapkan setelah adanya kegiatan belajar, (3) guru, selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar. Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam pembelajaran terdapat dua posisi subjek, yaitu guru dan siswa. Guru mempunyai posisi sebagai pengajar dan siswa adalah pihak yang diajar. Sebagai pengajar guru dituntut untuk senantiasa mengembangkan cara mengajarnya yang membuat siswa tertarik dan berminat untuk mempelajari pelajaran yang diberikan. Dengan demikian guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagian besar guru menggunakan metode ceramah untuk proses pembelajaran fisika, padahal metode ini tidak menuntut siswa untuk berpikir kritis

dan kreatif. Metode ceramah membuat siswa hanya terfokus ada apa yang disampaikan guru, aktivitas berpikir untuk mengevaluasi dan mencari kebenaran terhadap informasi yang benar menjadi tidak maksimal. Pada kenyataannya, pelajaran fisika merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa. Sehingga mengajar menggunakan metode yang sama secara berulang-ulang menyebabkan siswa merasa bosan, jenuh dan malas untuk belajar fisika. Berdasarkan observasi yang dilakukan Dwiguna (2013) didapatkan fakta bahwa sebanyak 86,67% siswa tidak menyukai pelajaran fisika, sebanyak 80% siswa menyatakan metode yang paling sering digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metode ceramah, dan 53,33% siswa menyatakan sulit untuk memahami fisika karena terlalu banyak rumus yang harus dihafalkan. Kemampuan berpikir merupakan salah satu modal yang harus dimiliki siswa sebagai bekal dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini. Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh kemampuan berpikirnya, terutama dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya (Ibrahim 2007). Kemampuan berpikir juga merupakan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu memecahkan masalah taraf tingkat tinggi (Nasution 2008:173). Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fisika dirasa masih sangat kurang. Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti, dimana hanya 7,14% siswa yang berpikir kritis, padahal pelajaran fisika merupakan pelajaran yang membutuhkan pemikiran kritis untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Kemampuan berpikir kritis yang biasa dikaji dalam penelitian meliputi kemampuan mengklasifikasi, mengasumsi, memprediksi dan hipotesis, membuat kesimpulan, mengukur, merancang sebuah penyelidikan, mengamati,

meminimalkan kesalahan percobaan, mengevaluasi, dan menganalisis. Untuk membangun Kemampuan Berpikir Kritis Siswa maka diperlukan metode pembelajaran yang mengarah terhadap kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan model

pembelajaran yang dapat membimbing siswa untuk meningkatkan kemampuan

berpikir kritis. Selain itu, model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) ini disertai dengan metode Fun Learning sehingga membuat siswa merasa senang dalam belajar fisika. Model CTL adalah model pembelajaran yang mengkaitkan isi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa atau dunia nyata siswa, sehingga akan membuat pembelajaran lebih bermakna (meaningful learning), karena siswa mengetahui pelajaran yang diperoleh di kelas akan bermanfaat dalam kehidupannya seharihari. Model CTL dengan berbagai kegiatannya menyebabkan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar ( M. Nur, 2003 ). Metode Fun Learning, ditinjau dari arti katanya, Fun berarti

menyenangkan dan Learning berarti belajar. Berdasarkan hal ini, maka metode Fun Learning berarti suatu metode pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Kegembiraan disini berarti

membangkitkan minat (gairah untuk belajar/ motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari. Pembelajaran fisika melalui model pembelajaran CTL melalui metode Fun Learning menekankan pada pembelajaran fisika yang menyenangkan dengan tetap menggali pola pikir kritis siswa. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang membuat siswa nyaman, aman, dan tenang hatinya, karena tidak ada ketakutan (dicemooh, delecehkan) dalam mengaktualisasikan

kemampuan dirinya. (Aqib, 2009: 23) Berdasarkan uraian yang telah disampaikan diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Model Contextual Teaching Learning (CTL) Melalui Metode Fun Learning Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah sebagi berikut:

1. Apakah model Contextual Teaching Learning (CTL) melalui metode Fun Learning berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa? 2. Apakah model Contextual Teaching Learning (CTL) melalui metode Fun Learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji pengaruh model Contextual Teaching Learning (CTL) melalui metode Fun Learning terhadap hasil belajar fisika siswa. 2. Mengkaji pengaruh model Contextual Teaching Learning (CTL) melalui metode Fun Learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi guru Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam memilih model pembelajaran yang lebiih efektif demi tercapainya ketuntasan belajar yang maksimal, juga sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan pola pikir kritis siswa . b. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di masa mendatang. c. Bagi peneliti Manfaat penelitian bagi peneliti adalah untuk menambah ilmu

pengetahuan dan melatih keterampilan yang diperoleh dari bangku kuliah agar dapat bersikap ilmiah dalam memecahkan masalah proses pembelajaran.

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danim, 2002) 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Jember pada kelas X semester genap tahun ajaran 2014/2015 3.3 Subyek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130) populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Jember yang berjumlah lima kelas yang homogen. 2. Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti. (Arikunto, 2006: 131) sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling dengan memilih 3 kelas secara acak dari 5 kelas SMA Negeri 3 Jember. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki oleh masing-masing sampel. Populasi tersebut diasumsikan normal dan dalam keadaan yang homogen. Setelah dipilih, kemudian ditentukan sebagai kelompok uji coba, kelompok eksperimen yaitu kelas X1 dan kelompok kontrol yaitu kelas X3.

3.4 Variabel Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. (Arikunto, 2006: 118) Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas a. Model CTL melalui metode Fun Learning 2. Variabel terikat a. Hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran CTL melalui metode Fun Learning b. Pola pikir kritis siswa setelah penerapan model pembelajaran CTL melalui metode Fun Learning 3.5 Definisi Operasional Agar tidak bermakna ganda, maka penulis memberikan definisi

operasional dari judul yang penulis buat. 1. Model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) Model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan model pembelajaran yang dimana pada proses pembelajarannya dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah untuk memahami masalah yang diberikan. 2. Metode Fun Learning Metode Fun Learning adalah metode yang digunakan guru agar suatu

pembelajaran berlangsung menyenangkan, menciptakan suasana belajar yang gembira serta nyaman untuk merangsang keterlibatan penuh siswa serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil

menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

4. Pola Pikir Kritis Berpikir keritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang dan akan terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah tersebut. 3.6 Desain Penelitian Desain penelitian yang diguanakan adalah control group pre-test post-test, dengan dua kelompok berbeda, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok akan diberi perlakuan yang berbeda. Sebelum pembelajaran dimulai, akan diberikan tes awal (pretest) dan setelah pembelajaran berakhir akan diberikan tedt akhir (posttest) dengan instrumen yang sama seperti sebelumnya. Tabel 3.1 Tabel Desain Penelitian Kelompok Eksperimen Kontrol Keterangan: O1 = tes awal (pretest) O2 = tes akhir (posttest) XE = perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan model CTL melalui metode Fun Learning XK = perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol dengan model Direct Instruction 3.7 Langkah-Langkah Penelitian Langkah-langkah penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahapan-tahapan ini dibagi menjadi beberapa alur sebagai berikut: pretest O1 O1 Perlakuan XE XK posttest O2 O2

Gambar 3.1 Alur Langkah Penelitian

3.8 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data sebagai penunjang dalam peneliti ini, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu sebagai berikut: 1. Metode Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang akan diambil sampel dalam penelitian ini dan untuk memperoleh data nilai ulangan IPA pada pokok bahasan sebelumnya yang bertujuan untuk menguji normalitas dan homogenitas sampel. 2. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengevaluasi kemampuan berpikir kritissiswa setelah proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diujicobakan untuk

merngetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dari tiaptiap butir tes. 3.9 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan dari hasil analisis ditarik suatu kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan sampel dan tahap analisis data untuk menguji hipotesis penelitian. 1. Analisis Data Awal a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan chi square, dengan hipotesis: H1 = Sampel dari populasi berdistribusi normal. H0 = Sampel tidak dari populasi berdistribusi normal. Langkah-langkah melakukan uji normalitas: 1) Menghitung harga frekuensi dengan rumus chi-kuadrat.

2) Membandingkan nilai

dengan

pada derajat kebebasan

dk = n - 1 dan taraf signifikansi = 0,05, dengan kriteria sebagai berikut: Jika harga Jika harga b. Uji Homogenitas Homogenitas varian merupakan syarat untuk menguji kesamaan dua ratarata atau lebih. Setiap perhitungan statistik harus dilandasi bahwa hargaharga varians dalam kelompok bersifat homogen atau relative sejenis. Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasipopulasi dengan varians yang homogen. Dalam hal lainnya disebut , maka data berdistribusi normal. , maka data berdistribusi tidak normal.

populasi-populasi dengan varians yang hetorogen. Langkah-langkah yang dilakukan: 1) Menentukan varians 2) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus

3) Menentukan

nilai

homogenitas,

jika

Fhitung<Ftabel

maka

data

berdistribusi homogen 2. Uji Hipotesis Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji-t. Uji t diperlukan untuk menguji hipotesis beda satu rata-rata. Taraf signifikansi yang digunakan disini adalah = 0,05. (Hasan, 1999; Lolombulan, 2004) 1) Uji statistik
t X 0 s/ n
__

Keterangan :
___

X = Harga rata-rata sampel

0 = Harga rata-rata populasi (diketahui)


S = Stndar deviasi sampel (simpangan baku) = n = Besarnya sampel
n X 2 ( X ) 2 n(n 1)

2) Formulasi hipotesis (Uji satu pihak kiri) H0 = A B H1 = A > B Keterangan A = nilai rata-rata hasil fisika yang telah diajarkan dengan model pembelajaran CTL melalui metode Fun Learning.

B = nilai rata-rata hasil fisika yang telah diajarkan dengan model pembelajaran Direct Instruction 3) Kriteria Pengujian Hipotesis Jika thitung ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika thitung > ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak

Anda mungkin juga menyukai