6.1. Analisis Multiplier Output Bruto dan Nilai Tambah Intra Region
untuk pertama kali sebesar nilai guncangan itu. Dalam beberapa literatur
perubahan output pada tahap awal sebagai akibat adanya berubahan neraca
menyeluruh; dan sesuatu yang dimasukkan itu harus disebut secara spesifik.
Dalam model SAM, sumber yang menyebabkan output meningkat pada tahap
untuk menerangkan perubahan output pada tahap awal sebesar satuan tertentu
sebagai manifestasi dari perubahan neraca eksogen. Guncangan output ini pada
merupakan penjumlahan dari efek langsung (direct effect) dan efek tidak
langsung (indirect effect). Sebagai contoh, pada baris kedua kolom kedua
Tabel 12. terdapat koefisien multiplier output bruto sebesar 3.7242. Angka ini
mengandung arti bahwa apabila terjadi guncangan output sebesar satu rupiah pada
sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di Jawa maka output sektor tersebut
154
meningkat sebesar 3.7242 rupiah, dimana peningkatan output sebesar satu rupiah
merupakan efek langsung dan 2.7242 rupiah sebagai efek tidak langsung. Hal ini
permintaan input, baik input primer maupun input antara yang berasal berbagai
permintaan faktor produksi, termasuk permintaan input antara dari sektor tanaman
pangan dan tanaman lainnya. Demikian seterusnya sampai pada batas mana tidak
tanaman lainnya (efek tidak langsung). Proses ini berlangsung secara berantai dan
berulang, sehingga output sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya meningkat
lebih besar dari nilai guncangan outputnya. Koefisien multiplier nilai tambah
pada baris kedua kolom ketiga Tabel 12. sebesar 3.5483 menunjukkan bahwa
apabila terjadi guncangan output pada sektor tanaman pangan dan tanaman
lainnya sebesar satu rupiah maka nilai tambah sektor ini meningkat sebesar
3.5483 rupiah yang terdistribusikan pada tenagakerja sebesar 1.5745 rupiah dan
kapital sebesar 1.9738 rupiah. Dengan demikian, multiplier effect dalam model
produksi di Jawa, dan Tabel 13. menggambarkan multiplier output dan nilai
bahwa koefisien multiplier semua sektor dalam perekonomian Jawa lebih besar
multiplier output dan nilai tambah yang sangat ekstrim antara Jawa dan Sumatera
terjadi pada sektor jasa-jasa lainnya. Sektor ini antara lain meliputi: realestate dan
jasa perusahaan, pemerintah dan pertahanan, pendidikan, kesehatan, film dan jasa
hiburan lainnya, jasa sosial, dan jasa perseorangan. Ekstrimnya perbedaan sektor
jasa ini menunjukkan bahwa sektor jasa-jasa lainnya di Jawa sudah sangat
produksi di Jawa yang tergolong dalam kelompok lima besar adalah sektor jasa-
jasa lain, sektor konstruksi, sektor listrik, gas dan air, sektor kehutanan dan
sektor industri kertas, barang percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan
restoran dan hotel, dan sektor industri pemintalan, tekstil, dan kulit. Nampak
kecil dibandingkan dengan lima sektor yang disebutkan pertama. Ini berarti
industri pengolahan di Jawa relatif lebih banyak menggunakan bahan baku yang
berasal dari luar Jawa. Mengapa? Alasan yang rasional adalah bahwa efek
multiplier mengandung dua unsur, yakni efek lansung dan efek tidak langsung.
156
Tabel 12. Koefisien Multiplier Output Bruto, Nilai Tambah, Tenagakerja dan
Kapital Menurut Sektor Produksi di Jawa
Output Nilai
Sektor Produksi Tenagakerja Kapital
Bruto Tambah
3.724 3.548
Tanaman pangan dan tanaman lainnya
2 3 1.5745 1.9738
3.801 3.651
Peternakan
5 5 1.6690 1.9825
3.809 3.665
Kehutanan dan perburuan
5 6 1.6805 1.9851
3.806 3.653
Perikanan
8 1 1.6696 1.9835
3.516 3.284
Pertambangan dan Penggalian
8 1 1.3606 1.9235
3.665 3.451
Industri makanan, minuman dan tembakau
9 6 1.6452 1.8064
3.749 3.571
Industri pemintalan, tekstil dan kulit
4 8 1.6624 1.9094
3.630 3.401
Industri kayu dan barang-barang dari kayu
0 6 1.5758 1.8258
3.806 3.654
Industri kertas, cetak, alat angkutan, barang Logam dan Lainnya
9 1 1.6731 1.9810
3.745 3.571
Industri kimia, pupuk, barang dari tanah liat, semen dan logam dasar
4 8 1.6658 1.9060
3.815 3.651
Listrik,gas dan air
2 2 1.6627 1.9885
3.828 3.695
Konstruksi
0 3 1.8156 1.8797
3.763 3.608
Perdagangan, restoran dan hotel
2 4 1.6270 1.9814
3.743 3.567
Transportasi dan komunikasi
2 8 1.6245 1.9433
3.777 3.621
Keuangan dan perbankan
9 9 1.6943 1.9276
7.662 7.381
Jasa-jasa lainnya
6 8 3.7677 3.6141
Sumber : SAMIJASUM 2002 Updating (diolah)
kelompok 10 besar, industri kertas, barang percetakan, alat angkutan, barang dari
logam dan lainnya, dan sektor industri pemintalan, tekstil, dan kulit termasuk ke
dalamnya. Ini berarti bahwa kedua sektor industri pengolahan ini relatif lebih
produksi di Sumatera yang tergolong dalam kelompok lima besar adalah sektor
jasa konstruksi; sektor listrik, gas dan air; sektor jasa-jasa lainnya; sektor tanaman
157
pangan dan tanaman lainnya; sektor peternakan; dan sektor industri makanan,
kehutanan dan perburuan; sektor perdagangan, restoran dan hotel; sektor industri
kayu dan barang-barang dari kayu; sektor industri pemintalan, tekstil dan kulit;
dan sektor industri kertas, barang percetakan, alat angkutan, barang dari logam
dan lainnya. Koefisien multiplier sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya
ditempatkan pada urutan ketiga, dan sektor industri makanan, minuman dan
tembakau masuk pada urutan kelima. Dengan demikian sektor industri makanan,
yang relatif tinggi dengan sektor-sektor produksi lainnya di Sumatera. Ini berarti
bahwa dalam perspektif ekonomi intra region, sektor industri makanan, minuman
Sumatera. Industri pemintalan, tekstil dan kulit, dan industri kayu, dan barang dari
kayu menunjukkan perilaku yang serupa dengan industri makanan, minuman dan
tembakau. Di sisi lain, sektor industri kertas, barang percetakan, alat angkutan,
barang dari logam di Jawa relatif lebih mampu mendorong peningkatan sektor-
efek perubahan dari peubah-peubah dalam blok neraca eksogen terhadap peubah-
peubah dalam blok-blok neraca endogen. Dalam kaitan ini, koefisien multiplier
merupakan petunjuk mengenai berapa besar perubahan yang dialami oleh suatu
sektor tertentu dalam blok neraca sektor produksi atau dalam blok neraca institusi
ataupun dalam blok neraca faktor produksi apabila terjadi perubahan dalam blok
neraca eksogen. Sejalan dengan ini, koefisien multiplier dalam model SAM
multiplier pada SAM intra region (region tunggal), hanya saja di dalam SAM
terdapat dalam Tabel 14. kolom kedua dan ketiga, sedangkan koefisien multiplier
nilai tambah (value added multiplier) interregional pada kolom keempat dan
diterima oleh faktor produksi kapital. Makna dari koefisien multiplier output
multiplier output bruto sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya pada kolom
dua baris kedua sebesar 0.4399 dan nilai tambah (baris kedua kolom keempat)
sebesar 0.4619. Nilai koefisien ini mengandung makna bahwa apabila terjadi
guncangan output pada sektor tanaman pangan dan tanaman lain di Jawa sebesar
satu rupiah maka output bruto sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di
sejalan dengan logika ekonomi, yaitu apabila suatu sektor produksi tertentu di
output) maka sektor tersebut membutuhkan tambahan input (input primer dan
input antara) baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain.
160
ini berlangsung secara berantai dan berkesinambungan sampai pada batas mana
Efek multiplier dari suatu guncangan output yang melimpah ke wilayah lain
menunjukkan spillover effects yang diterima sektor tanaman pangan dan tanaman
lainnya di Sumatera sebagai akibat dari guncangan output pada sektor yang sama
di Jawa. Dengan demikian, Koefisien multiplier yang terdapat dalam Tabel 14.
pada dasarnya merupakan spillover effects sektoral yang diterima oleh sektor-
sektor produksi di wilayah yang disebut pertama sebagai akibat guncangan output
Tabel 14. Koefisien Multiplier Output Bruto, Nilai Tambah, Tenagakerja dan
Kapital Interregional Antara Jawa dan Sumatera
Output Bruto Nilai tambah Tenagakerja Kapital
Sektor Produksi
SM-JW JW-SM SM-JW JW-SM SM-JW JW-SM SM-JW JW-SM
Tanaman pangan dan tanaman lainnya 0.4399 2.0122 0.4619 2.0110 0.1979 0.9184 0.2640 1.0926
Peternakan 0.4135 2.0333 0.4159 2.0421 0.1785 0.9335 0.2374 1.1086
Kehutanan dan perburuan 0.4113 2.0452 0.4141 2.0656 0.1777 0.9411 0.2364 1.1245
Perikanan 0.4242 2.0709 0.4292 2.1058 0.1843 0.9584 0.2449 1.1474
Pertambangan dan penggalian 0.4020 2.1001 0.4183 2.1884 0.1773 0.9728 0.2410 1.2156
Ind. makanan, minuman dan tembakau 0.4548 2.0347 0.4890 2.0600 0.2140 0.9404 0.2750 1.1196
Ind. pemintalan, tekstil dan kulit 0.4323 2.1083 0.4496 2.1304 0.1941 0.9745 0.2555 1.1559
Ind. kayu dan barang-barang dari kayu 0.4548 2.1030 0.4847 2.1298 0.2099 0.9733 0.2748 1.1565
Ind. kertas, cetak, alat ang., brg. Lgm dan Lainnya 0.4137 2.1190 0.4183 2.1274 0.1796 0.9718 0.2387 1.1556
Ind. Kimia, pupuk, tanah liat, semen dan lgm dsr 0.4353 2.0636 0.4587 2.1277 0.1986 0.9732 0.2601 1.1545
Listrik,gas dan air 0.4308 2.0305 0.4313 2.0218 0.1848 0.9237 0.2465 1.0981
Konstruksi 0.3959 1.9737 0.4008 1.9706 0.1723 0.9007 0.2285 1.0699
Perdagangan, restoran dan hotel 0.4134 2.0360 0.4252 2.0757 0.1827 0.9457 0.2425 1.1300
Transportasi dan komunikasi 0.4307 2.0733 0.4457 2.1338 0.1917 0.9706 0.2540 1.1632
Keuangan dan perbankan 0.4186 2.0627 0.4305 2.0987 0.1856 0.9569 0.2449 1.1418
Jasa-jasa lainnya 0.7990 3.9791 0.8116 4.0282 0.3492 1.8455 0.4624 2.1827
Tabel 14. menunjukan bahwa spillover effects output bruto dari Sumatera ke
Jawa lebih besar dari satu pada semua sektor. Sebaliknya, spillover effects output
bruto dari Jawa ke Sumatera mempunyai nilai lebih kecil dari satu pada semua
sektor. Spillover effects output bruto sektoral yang diterima oleh perekonomian
Jawa dari Sumatera rata-rata hampir lima kali lipat dari spillover effects output
bruto sektoral yang diterima oleh perekonomian Sumatera dari Jawa. Hal ini
Sumatera, aliran uang dari Sumatera ke Jawa lebih besar daripada sebaliknya,
dalam arti impor Sumatera dari Jawa lebih besar daripada impor Jawa dari
Jawa. (3) peningkatan ekonomi Jawa tidak memberikan efek balik secara sepadan
menunjukan bahwa spillover effects nilai tambah, baik yang diterima oleh
semua sektor. Di samping itu, spillover effects tenagakerja dan kapital dari
Sumatera ke Jawa lebih besar dari spillover effects tenagakerja dan kapital dari
Jawa ke Sumatera. Bahkan spillover effects nilai tambah kapital yang diterima
perekonomian Jawa lebih besar dari satu. Ini berarti bahwa peningkatan nilai
tambah kapital didalam perekonomian Jawa sebagai akibat dari guncangan output
yang terjadi di Sumatera lebih besar dari nilai guncangan outputnya sendiri. Hal
perekonomian Sumatera yang berasal dari Jawa relatif lebih besar dari
penggunaan faktor produksi primer oleh perekonomian Jawa yang berasal dari
menyatakan bahwa guncangan output satu rupiah pada sektor tertentu (perubahan
neraca eksogen menyebabkan output sektor tertentu naik sebesar satu rupiah pada
guncangan output sebesar satu rupiah pada sektor tanaman pangan dan tanaman
Sub-bab ini akan membahas distribusi pendapatan institusi intra Jawa yang
diperagakan dalam Tabel 15. dan distribusi pendapatan institusi intra Sumatera
kenaikan pendapatan rumahtangga yang paling tinggi dan yang paling rendah
adalah kenaikan pendapatan perusahaan. Ini berarti bahwa input primer yang
berasal dari rumahtangga, kemudian dari pemerintah dan yang paling sedikit
tenagakerja tetapi juga kapital yang bersumber dari bagian pendapatan yang tidak
pada sektor jasa-jasa lainnya, baik di Jawa maupun di Sumatera, memberikan efek
output pada sektor produksi lainnya. Hal ini berarti bahwa sektor jasa-jasa lainnya
menggunakan input primer yang relatif lebih banyak daripada sektor produksi
lainnya, sehingga nilai tambah sektor ini meningkat lebih tinggi daripada sektor
dan perusahaan menerima share kenaikan pendapatan yang relatif kecil. Berarti
peranan rumahtangga pada sektor jasa-jasa lain relati jauh lebih besar daripada
pada sektor kehutanan dan perburuan dan sektor perikanan memberikan efek
165
pada sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya. Efek kenaikan pendapatan
berasal dari guncangan output pada sektor peternakan dan bagi pemerintah dan
penggalian.
kertas, barang cetakan, alat angkutan, barang dari logam dan lainnya di Jawa
terbesar kedua dalam kelompok ini bagi rumahtangga berasal dari guncangan
output pada sektor industri kimia, pupuk, barang dari tanah liat, semen dan logam
dasar dan bagi pemerintah dan perusahaan berasal dari guncangan output pada
sektor industri pemintalan, tekstil dan kulit. Sedangkan di Sumatera efek kenaikan
perusahaan berasal dari guncangan output pada sektor industri makanan, minuman
dan tembakau, dan sektor sektor industri kimia, pupuk, barang dari tanah liat,
kelompok ini bagi rumahtangga baik di Jawa maupun di Sumatera berasal dari
perusahaan baik di Jawa maupun Sumatera berasal dari guncangan output pada
tani (RBT), pengusaha tani (RPT), golongan rendah desa (GRD), golongan atas
desa (GAD), golongan rendah kota (GRK), dan golongan atas kota (GAK).
tunjukkan dalam Tabel 17. sedangkan di Sumatera dalam Tabel 18. Tabel 17.
Jawa (GRKJ) lebih besar dari satu pada semua sektor, kecuali yang bersumber
Transportasi dan komunikasi 0.3046 0.6210 0.4004 0.2607 1.0251 0.7668 3.3786
Keuangan dan perbankan 0.3078 0.6267 0.4046 0.2615 1.0594 0.7780 3.4380
Jasa-jasa lainnya 0.6184 1.2530 0.8131 0.5122 2.2913 1.5851 7.0731
dari satu pada semua sektor, kecuali pada sektor jasa-jasa lainnya. Inipun hanya
terhadap rumahtangga golongan atas kota (GAKJ) dan pengusaha tani (RPTJ).
dalam perekonomian Jawa adalah yang paling besar, terutama yang bersumber
dari sektor kehutanan dan perburuan; sektor perikanan; sektor industri kertas,
barang percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan lainnya; sektor jasa-jasa
rumahtangga lainnya, memang lebih kecil dari satu, namun share rumahtangga
golongan atas kota di Jawa (GAKJ) lebih besar dari share golongan rumahtangga
GRKJ.
Sementara itu, di Sumatera share yang paling besar dari setiap kenaikan
Sumatera berada pada posisi divergen baik secara sektoral maupun agregat.
dan golongan atas desa di Jawa berada pada interval yang relatif sempit
168
pendapatan antara rumahtangga buruh tani dan rumahtangga golongan atas desa di
Jawa termasuk dalam kategori konvergen. Hal serupa terjadi juga di Sumatera
antara rumahtangga buruh tani dan rumahtangga golongan atas desa. Segmen lain
semua golongan rumahtangga di Sumatera lebih kecil dari satu pada semua sektor,
kecuali yang bersumber dari sektor jasa-jasa lain untuk golongan rumahtangga
pengusaha tani (RPTS) dan rumahtangga golongan rendah kota (GRKS). Hal ini
menunjukkan bahwa efek guncangan output pada setiap sektor terhadap kenaikan
1 (Bagan Kerangka SAM-Interregional) oleh garis panah T24 dan T51. Garis panah
T24 menggambarkan aliran uang dari blok faktor produksi di region II (Jawa) ke
produksi yang dimilikinya yang beroperasi di Jawa. Disisi lain, garis panah T 51
blok institusi di region II (Jawa). Hal ini berati bahwa institusi yang ada di Jawa
beroperasi di Sumatera.
berada di Sumatera sebagai akibat adanya guncangan output pada berbagai sektor
koefisien multiplier pada baris kedua kolom kedua, keempat, dan keenam
berturut-turut sebesar 0.4845, 0.1920, dan 0.2911. Makna dari koefisien multiplier
ini adalah: guncangan output pada sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di
sebesar 0.4845 rupiah, perusahaan sebesar 0.1920 rupiah, dan pemerintah sebesar
0.2911 rupiah. Demikian halnya dengan koefisien multiplier pada baris yang sama
pada kolom ketiga (2.1940), kelima (0.8678), dan ketujuh (1.1944). Koefisien
multiplier ini menyatakan bahwa guncangan output pada sektor tanaman pangan
170
pemerintah yang berada di Jawa jauh lebih besar daripada yang sebaliknya.
sektoral terhadap pendapatan institusi tersebut berkisar antara 4.0 sampai 6.0
efek terhadap pendapatan institusi di Jawa berkisar antara empat sampai enam kali
Sumatera.
171
tunjukkan pada Tabel 20. dan Tabel 21. Tabel 20. menunjukkan efek guncangan
Interpretasi Tabel 20. baris kedua adalah bahwa guncangan output pada
sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di Sumatera sebesar satu rupiah
0.4099
golongan rendah kota (GRKJ) sebesar 0.6199 rupiah, dan rumahtangga golongan
atas kota (GAKJ) sebesar 0.5001 rupiah. Ini berarti bahwa rumahtangga golongan
rendah kota di Jawa (GRKJ) memperoleh bagian (share) terbesar dari kenaikan
sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di Sumatera. Disusul kemudian oleh
output pada setiap sektor produksi di Sumatera sebesar satu rupiah mengakibatkan
dengan 4.3370 rupiah. Bagian (share) kenaikan pendapatan terbesar dialami oleh
rumahtangga golongan rendah kota (GRKJ) dan rumahtangga golongan atas kota
(GAKJ). Ini berarti bahwa GRKJ dan GAKJ memiliki bagian yang paling besar
dari faktor-faktor produksi yang berasal dari rumahtangga Jawa, yang beroperasi
di Sumatera.
Tabel 21. baris kedua menunjukkan bahwa guncangan output pada sektor
produksi tanaman pangan dan tanaman lainnya di Jawa sebesar satu rupiah
golongan atas desa (GADS) sebesar 0.0446 rupiah, rumahtangga golongan rendah
173
kota (GRKS) sebesar 0.1055 rupiah, dan rumahtangga golongan atas kota
(GAKS) sebesar 0.0822 rupiah. Share terbesar dari kenaikan pendapatan ini
setiap kenaikan pendapatan adalah RPTS, disusul kemudian oleh GRKS dan
GAKS. Ini berarti golongan rumahtangga Sumatera yang memilik faktor produksi
lebih besar daripada efek guncangan output yang sama di Jawa terhadap kenaikan
pendapatan institusi di Sumatera. Ini berarti bahwa faktor produksi milik institusi
Jawa yang beroperasi di Sumatera jauh lebih besar daripada faktor produksi milik
hendak menjelaskan tentang efek berantai dari guncangan output pada salah satu
yang diamati. Efek guncangan output ini dapat berlangsung pada blok neracanya
sendiri, kemudian ke blok neraca lain dan akhirnya kembali ke blok neracanya
sendiri. Dalam kaitan ini, dekomposisi multiplier interregional terdiri atas: (1)
Own effect (Mr1) menunjukkan efek guncangan output dalam region yang sama,
(2) Open loop effect (Mr2) menunjukan efek guncangan output interregional yaitu
175
efek guncangan output dari satu region ke region lainnya, dan (3) Closed loop
effect (Mr3) menunjukkan efek guncangan output yang kembali pada blok neraca
semula.
dan Lampiran 10, yang secara teknis tidak dapat ditampilkan secara keseluruhan
(secara utuh) didalam sub-bab ini. Namun untuk kepentingan analisis yang
ditampilkan sebagian dalam bentuk rekapitulasi efek total dari suatu guncangan
output.
guncangan output pada setiap sektor produksi memberikan efek terhadap semua
dalam Own Effects, Open Loop Effects, dan Closed Loop Effects. Angka-angka
diperoleh koefisien multiplier untuk setiap faktor produksi, setiap institusi, dan
setiap sektor produksi. Dua baris terakhir pada setiap blok baris Lampiran tersebut
terdapat total efek interregional dan efek total. Efek total pada dasarnya
merupakan penjumlahan dari total efek interregional dan total efek intra region.
Tabel 22. dan Tabel 23. sesungguhnya merupakan rekapitulasi efek total yang
Tabel 22. dan Tabel 23. menggambarkan efek total yang terjadi melalui Own
Effects, Open Loop Effects, dan Closed Loop Effects, sedangkan efek total
176
interregional terjadi melalui Open Loop Effects, dan Closed Loop Effects, dan efek
total intra region terjadi melaui Own Effects dan Closed Loop Effects.
Pada blok baris yang pertama Tabel 22. menggambarkan bahwa guncangan
output pada sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya di Jawa (TPTJ) sebesar
satu rupiah memberikan efek total sebesar 15.5661 rupiah yang terdistribusikan
pada efek total yang terjadi di Jawa (intra region) sebesar 13.6980 rupiah dan efek
kata lain, efek total dari guncangan output sektor tanaman pangan dan tanaman
generate) sebesar 13.6980 dan spillover effects total ke Sumatera sebesar 1.8681.
Tabel 22. Rekapitulasi Efek Total dari Guncangan Output Sektoral Jawa
Open Closed
Awal Guncangan Own Multiplier
Efek Guncangan output I Loop Loop
output Effects M
Effects Effects
TPTJ DTOT INTRA REG 1 11.2326 0.0000 1.4654 13.6980
DTOT INTERREG. 1.6743 0.1938 1.8681
EFEK TOTAL 1 11.2326 1.6743 1.6592 15.5661
PTRJ DTOT INTRA REG 1 11.6455 0.0000 1.3484 13.9939
DTOT INTERREG. 1.5352 0.1783 1.7135
EFEK TOTAL 1 11.6455 1.5352 1.5267 15.7075
KPRJ DTOT INTRA REG 1 11.6916 0.0000 1.3432 14.0348
DTOT INTERREG. 1.5287 0.1776 1.7063
EFEK TOTAL 1 11.6916 1.5287 1.5209 15.7412
PRKJ DTOT INTRA REG 1 11.6219 0.0000 1.3855 14.0074
DTOT INTERREG. 1.5783 0.1832 1.7616
EFEK TOTAL 1 11.6219 1.5783 1.5687 15.7689
PPGJ DTOT INTRA REG 1 10.5192 0.0000 1.3403 12.8595
DTOT INTERREG. 1.5280 0.1773 1.7053
EFEK TOTAL 1 10.5192 1.5280 1.5176 14.5648
IMMJ DTOT INTRA REG 1 10.7238 0.0000 1.5197 13.2435
DTOT INTERREG. 1.7443 0.2010 1.9453
EFEK TOTAL 1 10.7238 1.7443 1.7207 15.1888
IPTJ DTOT INTRA REG 1 11.2658 0.0000 1.4288 13.6946
DTOT INTERREG. 1.6329 0.1890 1.8219
EFEK TOTAL 1 11.2658 1.6329 1.6178 15.5164
IKKJ DTOT INTRA REG 1 10.6083 0.0000 1.5159 13.1242
DTOT INTERREG. 1.7364 0.2004 1.9368
EFEK TOTAL 1 10.6083 1.7364 1.7163 15.0610
IKRJ DTOT INTRA REG 1 11.6505 0.0000 1.3537 14.0042
DTOT INTERREG. 1.5415 0.1790 1.7205
177
sebesar 88 persen dan spillover effects total sebesar 12 persen dari total efek
TPTJ.
Disisi lain Tabel 23. menunjukkan bahwa guncangan output pada sektor
yang sama di Sumatera (TPTS) sebesar satu rupiah menimbulkan efek total
sebesar 19.7147 rupiah, yang terdistribusi pada efek total intra region (self-
generate) sebesar 11.4354 rupiah dan spillover effects total sebesar 8.2793
rupiah. Dalam konteks ini nampaknya bahwa guncangan output pada sektor TPTS
memberikan efek total yang lebih besar dibandingkan dengan efek total yang
ditimbulkan oleh guncangan output pada sektor PTPJ. Namun demikian, self-
ditimbulkan oleh PTPJ di satu sisi dan disisi yang lain total spillover effects dari
guncangan output PTPS ke dalam perekonomian Jawa relatif lebih besar dari total
output pada sektor tanaman pangan dan tanaman lainnya (TPT) saja, tetapi juga
oleh semua sektor lainnya. Dengan demikian, guncangan output pada sektor yang
lebih besar daripada guncangan output pada sektor yang sama di Jawa. Namun
Jawa. Sedangkan spillover effects nya lebih besar daripada guncangan output
pada sektor yang sama di Jawa. Fenomena ini mengindikasikan bahwa guncangan
output pada sektor produksi yang manapun pada kedua wilayah, akan
sektoral di Jawa berkisar antara 1.6188-1.9453. Rata-rata spillover effects total per
sektor sebesar 1.76977. Disisi lain, spillover effects total yang ditimbulkan oleh
rata per sektor sebesar 8.45055. Perbedaan spillover effects rata-rata tersebut
atas rata-rata ke dalam perekonomian Sumatera adalah sektor tanaman pangan dan
industri kayu dan barang dari kayu (IKKJ), industri kimia, pupuk dan logam dasar
(IKPJ), listrik, gas dan air bersih (LGAJ), transportasi dan komunikasi (TPKJ).
(IPTS), industri kayu dan barang dari kayu (IKKS), industri kertas, alat angkutan,
barang dari logam dan lainnya (IKRS), industri kimia, pupuk dan logam dasar
(IKPS), transportasi dan komunikasi (TPKS), dan jasa keuangan dan perbankan
(KUBS).
interregional yang lebih tinggi, kecuali sektor jasa-jasa lainnya. Dengan demikian,
suatu sektor di suatu wilayah yang memeliki ketergantungan pada faktor input
dari wilayah lain yang relatif tinggi akan menimbulkan spillover effects total yang
lebih besar.
6.5. Rangkuman
1. Guncangan output yang sama besar pada sektor yang sama di wilayah yang
nilai tambah antara kedua wilayah tersebut terutama disebabkan oleh adanya
ekonomi di Jawa berada dalam spektrum yang relatif lebih ‘luas’ dan ‘dalam’
arti suatu sektor tertentu memiliki variasi atau ragam yang lebih banyak,
2. Secara keseluruhan koefisien spillover effects output bruto dan nilai tambah
dari Sumatera ke Jawa lebih besar dari satu pada semua sektor. Sebaliknya,
koefisien spillover effects output bruto dan nilai tambah dari Jawa ke
Sumatera mempunyai nilai lebih kecil dari satu pada semua sektor. Hal ini
menunjukkan bahwa spillover effects output bruto dan nilai tambah sektoral
Jawa. Spillover effects output bruto dan nilai tambah yang diterima
perekonomian Jawa lebih dari dua kali lipat nilai guncangan output yang
jasa-jasa lain sampai empat kali lipat nilai guncangan output. Sebaliknya,
spillover effects output bruto dan nilai tambah yang diterima oleh
perekonomian Sumatera dari Jawa hanya dengan kelipatan yang kurang dari
0.5 (kecuali sektor jasa-jasa lain). Perbedaan spillover effect pada dasarnya
wilayah, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan input. Ini
berarti bahwa tingkat kebutuhan impor Sumatera dari Jawa lebih besar dari
Jawa maupun Sumatera, bias kapital pada semua sektor kecuali pada sektor
jasa-jasa lainnya. Ini berarti bahwa faktor produksi tenaga kerja relatif lebih
rumahtangga yang lebih banyak dari jumlah institusi perusahaan dan institusi
kenaikan pendapatan dari setiap guncangan output pada semua sektor adalah
pendapatan pada tingkat rendah, pada tingkat sedang dan pada tingkat tinggi,
spillover effects nilai tambah, baik yang diterima oleh perekonomian Jawa
samping itu, spillover effects tenagakerja dan kapital dari Sumatera ke Jawa
lebih besar dari spillover effects tenagakerja dan kapital dari Jawa ke
perekonomian Jawa lebih besar dari satu. Ini berarti bahwa peningkatan nilai
output yang terjadi di Sumatera lebih besar dari nilai guncangan outputnya
sendiri.
pemerintah yang diterima Sumatera dari Jawa. Selain itu, rumahtangga Jawa
memperoleh peningkatan pendapatan dari semua sektor lebih dari dua kali
nilai guncangan output yang terjadi di Sumatera, bahkan yang bersumber dari
sektor jasa-jasa lainnya hampir empat kali lipat dari nilai guncangan output.
yang kurang dari 0.5 dari nilai guncangan output yang terjadi di Jawa, kecuali
yang bersumber dari sektor jasa-jasa lainnya dan sektor industri makanan,
di Jawa yang bersumber dari berbagai sektor, pada umumnya lebih besar dari
itu, koefisien multiplier pendapatan perusahaan di Jawa yang lebih besar dari
satu bersumber dari sektor jasa-jasa lainnya, dan sektor keuangan dan
lainnya di Jawa sebesar 4.0282 kali nilai guncangan output dan perusahaan
jasa keuangan dan perbankan sebesar 2.0987 kali nilai guncangan output.
perekonomian kedua wilayah yang lebih besar daripada dampak total yang
ditimbulkan oleh guncangan output pada setiap sektor produksi di Jawa. Akan
effects yang ditimbulkan oleh guncangan output pada setiap sektor produksi
10. Sektor-sektor yang menimbulkan total spillover effects yang lebih besar
memeliki tingkat ketergantungan pada faktor input dari wilayah lain yang
relatif tinggi, akan menimbulkan total spillover effects yang lebih besar.