Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Ke-3 MK.

Patifisiologi Gizi

Tanggal : 3 Maret 2014

KASUS ANEMIA

Oleh: Kelompok 1 Arif Aulia R Aulia Damayanti Annisa Meilinda H Novie Amna Reschi Dosen Praktikum: dr. Naufal Muharam Nurdin, S.Ked dr. Karina R. Ekawidyani, M.Giz Koordinator Mata Kuliah: Dr. Rimbawan I14120003 I14120049 I14120107 I14120143

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Kasus III : Kasus Anemia 1. ASSESMENT


1.1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan 1.2. Biokimiawi Pemeriksaan Eritrosit Hb Ht Serum iron TIBC MCV MCHC 1.3. Klinis Pemeriksaan Fisik Mata Reproduksi Hasil Sklera pucat Menstruasi lebih banyak dari biasanya Gusi bengkak, pucat dan lidah bengkak Sesak Normal Keterangan abnormal abnormal Hasil 3.5 juta/mm3 7 g/dl 30 % Nilai Normal 12 g/dl Keterangan rendah rendah rendah tinggi rendah rendah : Nn. S : 18 tahun : Perempuan :-

Mulut

abnormal

Saluran pernapasan Denyut nadi Tubuh

abnormal

Berdebar debar abnormal Lemah dan cepat abnormal lelah Kesimpulan : Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, Os menderita anemia defisiensi besi

2. PROBLEM LIST Problem List Anemia Why Merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh gangguan pada proses pemanfaatan zat besi maupun kekurangan zat besi sehingga kandungan Hb penderita anemia berada di bawah kadar normal. Penyakit anemia memiliki banyak jenis yaitu disebabkan oleh kekurangan zat gizi tertentu, peradangan, kehilangan darah akut, atau faktor genetik (Escott-Stump 2012). Pasien memiliki Hb dan serum besi yang rendah disebabkan oleh menstruasi yang lebih banyak dari biasanya. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya anemia karena kehilangan banyak zat besi dalam darah dan dapat disimpulkan penderita mengalami anemia akibat defisiensi besi. Kehilangan darah yang berlebihan karena saat periode menstruasi, darah yang dikeluarkan terlalu banyak dan apabila periode menstruasi tidak teratur disebut metorrhagia. Kedua hal ini dapat menyebabkan penyakit anemia (Hurst 2008). Os mengalami menstruasi yang lebih banyak dari biasanya selama 6 bulan terakhir sehingga dapat disimpulkan Os menderita menorrhagia yang dapat memperparah resiko anemia pada Os. Salah satu gejala Anemia adalah kekurangan zat besi. Anemia terjadi ketika ada kekurangan dalam jumlah sel darah merah atau dalam kemampuan seluntuk membawa oksigen, sehingga mengakibatkan hipoksia karena kekurangan oksigen. Anemia disebabkan oleh kehilangan darah aktual, penghancuran sel darah merah, dan pembuatan sel darah merah yang rusak (Hurst 2008).

Menorrhagia (menstruasi berlebihan)

Defisiensi Fe

3. JAWABAN PERTANYAAN 1. Apa jenis anemia yang dialami os? Berdasarkan pemeriksaan klinis dan keluhan yang dialami pasien, dapat disimpulkan bahwa os mengalami anemia defisiensi besi. Hal ini sesuai dengan gejala yang terjadi pada pasien yaitu menstruasi yang lebih banya dari biasanya selama enam bulan berturut-turut. Pengeluaran haid yang berlebihan merupakan penyebab defisiensi besi yang sering terjadi pada perempuan (Sacher & McPherson 2004). 2. Bila anemia Os tidak diatasi, apa komplikasi yang mungkin terjadi? Os dapat menderita kegagalan jantung karena jumlah darah yang dipompa semakin lama semakin sedikit dan kerja jantung menjadi semakin berat sehingga dapat merusak jantung. Kegagalan jantung tersebut pun dapat berujung pada kematian (Escott-Stump 2012). 4. Jelaskan zat gizi apa saja yang diperlukan agar tidak mengalami anemia! Zat besi Anemia biasanya terjadi karena seseorang kekurangan asupan zat besi. Zat besi merupakan salah satu komponen utama penyusun hemoglobin yang bertugas sebagai pengikat oksigen, sehingga jika zat besi yang dikonsumsi kurang akan menyebabkan pengikatan terhadap oksigen menjadi tidak optimal (Hurst 2008). Asam folat Asam folat merupakan komponen yang penting dalam produksi DNA dan perkembangan sel darah merah. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan penurunan kematangan sel dan dan kesulitan diferensiasi sel yang menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah (Hurst 2008). Vitamin B12 Gangguan pada penyerapan usus yang menyebabkan penyerapan faktor intrinsik menjadi tidak maksimal, dan hal tersebut akan menyebabkan penyerapan B12 menjadi tidak optimal (Nelms et. al 2010) Vitamin C Vitamin C berfungsi sebagai enhancer terhadap penyerapan zat besi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi. Jika vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya dapat terpenhi, maka penyerapan zat besi dalam tubuh menjadi lebih optimal (Hurst 2008). Protein hem Hem yang berasal dari pangan hewani yang juga mengandung protein akan lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan pangan nabati, sehingga kekurangan konsumsi protein hem (Hurst 2008). 5. Apa saran anda sebagai ahli gizi untuk os? Penyakit anemia akibat defisiensi besi yang diderita pasien disebabkan oleh kekurangan besi akibat banyak kehilangan zat besi saat menstruasi. Hal ini harus diantisipasi dengan memberikan asupan makanan pangan hewani yang tinggi zat besi bentuk heme. Kemudian dikombinasikan dengan asupan asam askorbat untuk memudahkan penyerapan zat besi

tersebut. Namun dalam tahap pengobatan, pasien diberikan preparat besi secara oral segera setelah makan dan dibarengi dengan konsumsi asam askorbat (Hurst 2008).
6. Jelaskan nilai abnormal laboratorium, gejala dan tanda klinis dari a. Anemia defisiensi besi b. Anemia pernicious c. Anemia Hemolitik d. Anemia Hemorrhagic e. Anemia akibat penyakit kronis Jawab :

a. Anemia defisiensi besi Nilai abnormal laboratorium pada anemia defisiensi zat besi adalah sebagai berikut: Karakteristik Nilai abnormal Hemoglobin Pria <13.5g/dL Wanita <12.0g/dL Hematokrit Pria <41% Wanita <36% Serum besi <30g/dL Serum Ferritin Pria <30g/dL Wanita <10g/dL Serum transferrin <2.3 g/L TIBC >428g/Dl Eritrosit bebas >0.64g/dL protoporfirin darah pucat, berukuran kecil diameter <6 mm dengan bentuk abnormal Mean Hb aktif (MCH) <26.0 pg/sel (MCH) 31.0 &konsentrasi Hb g/dL pak eritrosit Mean Volume sel hidup Pria dan Wanita <78m3 Luas pendistribusian >0.145 RBC Tanda dan gejala anemia defisiensi besi meliputi kedinginan ekstrim, wajah pucat, lelah, tidak enak badan, tarkikardia (detak jantung >100 detak/menit) (Nelms et al 2010). b. Anemia Pernicious Tanda dan gejala anemia pernicious diantaranya yaitu lemah, lidah meradang, kesemutan, pucat (akibat hipoksia), sclera kekuningan, pandangan memburam, pusing, perubahan kardiovaskular, penurunan

pengecapan, dll.Nilai abnormal laboratorium seperti penurunan level serum vitamin B12 (<0.1 g/mL), Hb rendah, hematrokit rendah, jumlah sel darah marah rendah (Hurst 2008). c. Anemia Hemolitik Tanda dan gejalanya yaitu terjadi peningkatan produk metabolisme hemoglobin yang berakibat letih, pendarahan, infeksi, penyakit kuning, dan keberadaan gangguan produk pada urin (hemoglobinuria) (Nelms et al.2010). d. Anemia Hemorrhagic Gejala dan tanda klinis anemia hemorrhagic yaitu terjadi pendarahan pada umbilikus setelah lahir, pendarahan pada saluran gastrointestinal, kulit, atau pos pengiriman udara (Nelmset al. 2010). Nilai abnormal laboratorium pada anemia hemorrhagic yaitu sebagai berikut. e. Anemia akibat penyakit kronis Jenis anemia ini ditandai dengan kelainan metabolism besi, sehingga terjadi hipoferemia dan penumpukan besi di makrofag. Secara garis besar pathogenesis anemia penyakit kronis dititikberatkan pada 3 abnormalitas utama: ketahanan hidup eritrosit yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit lebih dini, respon sumsum tulang karena respon eritropoetin yang terganggu atau menurun,dan gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi. Salah satu gejalanya adalah demam. 7. Orang tua pada umumnya memiliki selera dan nafsu makan yang rendah serta kemampuan indra pengecap yang menurun sehingga mereka hanya mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, kemampuan saluran pencernaan dalam proses penyerapan zat gizi dari makanan pun berkurang sehingga dapat memicu terjadinya anemia karena kemampuan penyerapan vitamin B12, asam folat dan zat besi berkurang. Orang tua yang memiliki status ekonomi rendah pun dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada mereka karena keterbatasan dalam akses kesehatan dan kepedulian terhadap kondisi mereka (Nelms et al. 2010). Resiko terkena penyakit anemia pada anak meningkat karena anakanak tidak dapat memenuhi kecukupan zat besi dari asupannya dan proses absorpsi yang tidak baik pada tubuh anak tersebut. Peningkatan resiko juga terjadi karena bayi maupun anak-anak sering mengonsumsi susu sapi yang tidak mengandung zat besi sehingga dapat menyebabkan anemia pada anak. Rendahnya kemampuan absorpsi dan meningkatnya jumlah kalsium berkontribusi pada peningkatan resiko anemia pada anak. Respon negatif dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu sapi dan formula dapat terjadi pada beberapa anak. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada jejunum dan timbulnya enteropthy yang dapat meningkatkan jumlah darah yang dikeluarkan sehingga meningkatkan resiko anemia (Nelms et al. 2010). Ibu hamil memiliki resiko terkena penyakit anemia yang meningkat karena zat besi sangat dibutuhkan saat masa kehamilan. Kebutuhan zat besi pada janin sangat tinggi untuk pekembangan volume darahnya sehingga ibu harus memberikan zat besinya dalam jumlah yang cukup banyak. Selera yang menurun untuk mengonsumsi makanan pun

juga dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya resiko anemia pada ibu hamil (Nelms et al. 2010). `

Daftar Pustaka
Escott-Stump S. 2012. Nutrition and Diagnosis-Related Care Seventh Edition. American: Lippincott Williams & Wilkins Hurst M. 2008. Hurst Review: Pathophysiology Review. United States of America (US): McGraw Hill. Mahan L K, Esscot-Stump S. 2008. Krauses Food and Nutrition Therapy. United States of America (US): Saunders. Nelms M, Sucher K, Long S. 2010. Nutrition Therapy and Pathophysiology. Belmont, CA: Thomson/Brooks-Cole. Sacher RA dan McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Pendit BU dan Wulandari D, penerjemah; Hartanto H, editor. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Widmanns Clinical Interpretation of Laboratory Tests. Ed ke-11

Anda mungkin juga menyukai