Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat memengaruhi system keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Membangun Indonesia sehat sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga (Sudiharto, 2012). Peran perawat keluarga sangat di butuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor pendidik atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya. Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia sehat 2010. Program

pemerintahan dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikut sertakan perawat keluarga secara optimal (Sudiharto, 2012). Keluarga memiliki tahap perkembangan, Tahap perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya sepanjang waktu.

Menggambarkan siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci 1

dalam setiap kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu sistem. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus di penuhi agar tahapan itu dapat dilalui dengan sukses. Kerangka perkembangan keluarga memberikan pedoman untuk memeriksa dan menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga di tandai oleh umur anak tertua (Wahit Iqbal, 2012). Tahap perkembangan yang dilalui oleh suatu keluarga di antaranya tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool). Tahap perkembangan ini dimulai pada anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja antara suami dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Pada tahap perkembangan pra sekolah ini banyak dilema yang dihadapi oleh keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarganya,

kuranganya pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga, sulitnya keluarga mengambil keputusan tindakan yang tepat, tidak mampunya keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, sulitnya mempertahankan lingkungan yang sehat, dan tidak menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, sehingga mempengaruhi kesehatan anggota keluarga khususnya pada tahap pra sekolah. Masa pra sekolah ini anak mengalami

lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga secara sosial dan emosional. Pada masa ini anak pra sekolah banyak melakukan aktivitas di luar rumah seperti mandi hujan hujanan, bermain kotor kotoran, makanan yang tidak sehat. Sehingga masa pra sekolah rentan dengan berbagai masalah kesehatan, masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Soetjiningsih, 2004). ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh balita, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia (Rasmaliah, 2004). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (Yamin dkk, 2007). Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang dialami oleh anak-anak tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat, makanan yang tidak sehat, lingkungan yang tidak sehat. Dalam hal ini di perlukan tugas keluarga dan perawat untuk meningkatkan kesehatan terutama dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pra sekolah. Tugas perawat diantaranya membantu keluarga mengenal masalah

kesehatan anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengajarkan keluarga cara merawat anggota keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), menyarankan memodifikasikan lingkungan terhadap keluarga Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), dan memberikan dorongan kepada keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006). Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama terutama balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 42% pada balita (Depkes RI, 2001). Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan kesehatan masyarakat Kota Padang. Pada tahun 2013 dari jumlah kunjungan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menempati urutan ke-1 penyakit terbanyak. Berdasarkan data jumlah kunjungan pada bulan Desember 2012-

Desember 2013 dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berjumlah 930 kasus dan 754 kasus diantaranya dialami oleh usia pra sekolah (Profil Pukesmas Anak Air, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Keluarga pada tahap pra sekolah dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan gambaran tentang asuhan keperawata keluarga pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu malakukan pengkajian pada keluarga pada tahap perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air. b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada keluarga pada tahap perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

c. Mahasiswa mampu malakukan intervensi pada keluarga pada tahap perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air. d. Mahasiswa mampu malakukan implementasi pada keluarga pada tahap perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air. e. Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada keluarga pada tahap perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan tentang kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan menerapkan mata kuliah metodeologi penelitian 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan bacaan untuk manambah pengetahuan mahasiswa dan akademik yang berkaitan dengan hubungan kejadian infeksi saluran pernapan akut (ISPA) 3. Bagi Puskesmas Untuk menambah informasi kepada tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan dan penyuluhan tentang kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) khususnya di Ruangan KIA.

E. Ruang Lingkup Penelitian Studi kasus ini hanya membahas kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak usia 1-5 Tahun bulan di Kelurahan. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Januari Tahun 2014.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga 1. Definisi Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Effendi, 1998). Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Nurul Chayatin, 2009). 2. Struktur Keluarga Macam macam struktur keluarga a) Patrilineal Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b) Matrilineal Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c) Matrilokal Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. d) Patrilokal Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. e) Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. Ciri-ciri struktur keluarga 1) Terorganisasi Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga 2) Ada keterbatasan Dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. 3) Ada perbedaan dan kekhususan Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masingmasing. 3. Tipe Keluarga Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social,

10

maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga. 1. Tradisional Nuclear Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah. 2. Extended Family Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. 3. Reconstituted Nuclear Pembentukan baru dari keluarga dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya bekerja di luar rumah. 4. Middle Age /Aging Couple Suami sebagai pencari uang, istri dirumah /kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah / perkawinan /meniti karier. 5. Dyanic Nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya /salah satu bekerja diluar rumah.

11

6. Single Parent Satu orang tua sebagai akibat perceraian /kematian pasangannya dan anak-anak dapat tinggal dirumah /diluar rumah. 7. Dual Carrier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak. 8. Commuter Married Suami istri /keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. 9. Single Adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. 10. Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. 11. Institusional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. 12. Communalu Satu rumah terdiri atas dua /lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. 13. Group Marriage Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah manikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

12

14. Ummaried Parent and Child Ibu dan anak dimna perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi 15. Cohibing Couple Dua orang /satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan. Di Indonesia undang undang No.10 Tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami istri dan anak atau ayah /ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan,di Indonesia bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam Undang-Undang No. 10 disebut sebagai keluarga yang di bentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antar anggota dan dalam masyarakat. 4. Peran Keluarga Dan Peran Perawat Keluarga a) Teori dan Defenisi Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Ada dua perspektif dasar menyangkut peran orientasi structuralis yang menekankan pengaruh normative (cultural), yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya. Orientasi interaksi dan turner, yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interkasi sosial. Dalam teks ini peran didefenisikan dalam pemahaman yang lebih struktural, karena

13

preskripsi-preskripsi normative dalam keluarga, meskipun berbeda beda, secara relative masih didefenisikan lebih baik. b) Peran perawat keluarga Perawat keluarga memilki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Fridman menyatakan bahwa keluarga mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, di antara nya: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawtan membantu keluarga untuk menyelesaikan kesehatan dengan cara menigkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatn kesehatan keluarga antara lain: 1) Pendidik ( educator ) Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik perlu didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar.

14

2) Koordinator ( coordinator ) Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatn yang umum, menyeluruh dan berlanjut. Keperawatan berkelanjut dapat dilaksanakan jika direncanakan dan

dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah, maka kita diperlukan koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Koordinasi diperlukan pada

perawatan berkelanjutan agar tercapai pelayanan komprehensif. 3) Pelaksana perawat dan pengawas perawatan langsung Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik dirumah, klinik, maupun di rumah sakit, perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukannya dirumah, perawat dapat mendemostrasikan dan mengawasi keluarga untuk melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesahatan masyarakat. 4) Pengawas kesehatan Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

15

5) Konsultan atau penasihat Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan perawta keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Dengan demikian, keluarga mau meminta nasihat kepada perawat tentang maslah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sanga dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. 6) Kolaborasi Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. 7) Advokasi Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan.Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan. 8) Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang

16

ada. Kendala yang sering dialamai keluarga adalah keraguan dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah sosial budaya. Agar dapat melaksanakan pern fasilitator denga baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat. 9) Penemu kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi maslah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah. 10) Modifikasi lingkungan Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan sehat. 5. Tahap perkembanga keluarga Perkembanga keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada system keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya di sepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu system. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembanga yang harus di penuhi agar tahapan tersebut dapat dulalui dengan sukses.

17

Kerangka

perkembangan

keluarga

menurut

Evelyn

Duvall

memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisis perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selam siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh usia anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan

perkembangannya secara

unik, namun secara umum seluruh keluarga

mengikuti pola yang sama. Berikut tahap-tahap perkembangan di sertai dengan fungsi atau tugas perawat pada setiap tahap perkembangan. a) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family) Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru. Suami dan istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal yang lain perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang diharapkan.

18

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: 1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama 2) Menetapkan tujuan bersama 3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok social 4) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi oarng tua Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1998, Duval dan Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi: (a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan (b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis (c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). Fungsi perawat pada tahap ini adalah selain melakukan kegiatan asuahan keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya konsultasi tentang KB,perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya informasi tentang berbagai hal tersebut dapat menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut, atau cemas, rasa bersalah, dan kehamilan yang tidak direncanakan. b) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family) Keluarga yang menantikan dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertamadan berlanjut sampai anak pertama berusia 30

19

bulan (2,5 tahun ). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama member perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalahnya yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi ibu. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain: 1) Persiapan menjadi oarng tua 2) Membagi peran dan tanggung jawab 3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan 4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing 5) Memfasilitasi role lerning anggota keluarga 6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita 7) Mengadakan keagamaan secara rutin Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik, 1998, Duval dan Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi: (a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang menetap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga) (b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga

20

(c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan (d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambah peran-peran orang tua, kakek, dan nenek. Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana, serta

pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja. c) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah ( families with preschool ) Keluarga ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat kelahiran anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan ank, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja antara suami dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi

perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

21

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman. 2) Membantu anak untuk bersosialisasi. 3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap paling repot). 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak. Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik,(1988) serta duval dan miller,(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi hal-hal berikut: (a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan. (b) Mensosialisasikan anak (c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain. (d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) serta diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas),

22

Fungsi perawat tahap ini adalah melakukan perawatan dan penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang biasanya terjadi pada anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak, keluarga berencana, peningkatan kesehatan, dan mensosialisasikan anak. d) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children) Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masingmasing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik, aktivitas di sekolah maupun diluar sekolah. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Memberi perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, dan semangat belajar. 2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dan perkawinan. 3) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual. 4) Menyediakan aktivitas untuk anak.

23

5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak. Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik ( 1988 ) serta Duval dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi: (a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat (b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. (c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan konsultasi, baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada anak yang mengalami gangguan kesehata.perawat bekerja sama dengan guru sekolah dan orang tua anak. e) Tahap V keluarga dengan anak remaja ( families with teenagers ) Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja memberi tangging jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Sering kali muncul konflik antara orang tua dan remaja

24

karena anka mengingikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindarai kecurigaan, dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut. 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuahan. 4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval dan Miller (1985), tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi: (a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri. (b) Menfokuskan kembali hubungan perkawinan (c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. Fungsi perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan obat-obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada

25

remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya. f) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families ) Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meningagalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merada kosong karena anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.

26

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya. 5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga. 6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek. 7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya. Sedangkan menurut carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval dan Miller (1985) tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi halhal berikut: (a) Memperluas siklus keluarga dangan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak. (b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan. (c) Membantu orang tua usia lanjut dan sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri. Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi penyakit-penyakit yang juga dapat timbul. Misalnya penyakit kronis atau faktor-faktor predisposisi seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, menopause, serta peningkatan kesehatan dan pola hidup sehat yang juga perlu diperhatikan. g) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families) Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

27

Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas. Pola hidup sehat, diet seimbang olahraga rutin, menikmati hidup, dan mengisi waktu dengan pekerjaan. Pasangan juga mempertahakan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan pertemuan keluarga antar generasi atau anak cucu, sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek. Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan

memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat social dan waktu santai. 3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua. 4) Keakraban dengan pasangan. 5) Memelihara hubungan /kontak dengan anak dan keluarga. 6) Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan.

28

Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval dan Miller (1985) tugas perkembangan keluaraga meliputi: (a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan. (b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak. (c) Memperkokoh hubungan perkawianan. Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan konsultasi yang terkait dengan upaya menigkatan kesehatan, sepetri: kebutuhan istirahat yang cukup, aktivitas yang ringan sesuai dengan kemampuan, nutrusi yang baik, berat badan yang sesuai, dan sebagainya. h) Tahap VIII keluarga usia lanjut Tahap terakhir perkembanga keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari kerena berbagai proses stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya.

29

Hasil riset day (1993), wanita yang tinggal dengan pasanganpasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan file review dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain: 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,teman,kekuatan fisik, dan pendapatan. 3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. 5) Melakukan file review. 6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian. Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik ( 1988 ) serta Duval dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi: (a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. (b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. (c) Mempertahankan hubungan perkawinan. (d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. (e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.

30

(f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelahan dan integrasi hidup). Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan parawatan pada orang tua, terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai rehabilitasi. Memperhatikan peningkatan kesehatan seperti: nutrisi, istirahat, pemeriksaan mata, gigi, dan pencegahan kecelakaan di rumah (wahit Iqbal Mubarak dkk, 2009 )

B. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) 1. Pengertian ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Anik Maryunani, 2011). Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung akut 7 sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dan proses ini dapat berlangsung lebih 14 hari (http://www.klasifikasi ispa.com : diakses tanggal 14-01-2012). 2. Anatomi dan Fisiologi System pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, sampai dengan alveoli dan paru-paru.

31

Fisiologi Pernafasan Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. 1) Saluran pernafasan bagian atas Saluran pernafasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring dan epiglottis yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan

melembabkan udara yang dihirup. a) Hidung Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan di tutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung Proses oksigenisasi diawali dari hidung pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan di saring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung) kemudian di hangatkan dan dilembabkan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 )

32

b) Faring Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak sampai denga esophagus yang terletak dibelakang naso faring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan dibelakang laring (laringo faring) (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008 ) c) Laring Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membrane yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah (A. Aziz Alimul Hidayat,2008 ) d) Epiglotis Merupaka katup tulang rawan yang berfungsi membantu laring ketika orang sedang menelan (A. Aziz Alimul Hidayat,2008) 2) Saluran pernafasan bagian bawah Saluran pernafasan bagian bawah terdiri atas trachea, tandan bronchus, segmen bronchus dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. a) Trachea Trackea di sebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang kurang lebih 9 cm di mulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra thorakalis kelima. Trackea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa

33

cincin. Trackea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas apitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing. (A. Aziz Alimul Hidayat,2008 ) b) Bronchus Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trackea yang terdiri atas dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronckus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian yang di sebut sebagai bronkhiolus (A. Aziz Alimul Hidayat,2008 ) c) Paru paru Merupakan organ utama dalam system pernafasan. Letak paru itu sendiri di dalam rongga thorak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura perietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak di sebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, dan memliki fungsi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.

34

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu: (a) Ventilasi Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar. (b) Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor yang dapat

memengaruhinya,diantaranya, (1) Luasnya permukaan paru (2) Tebal membrane respirasi yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya. Ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan

35

(3) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalisdan PCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. (4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menenbus dan saling mengikat Hb. (c) Transportasi gas Merupakan trasportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan berikatan dengan Hb membentuk oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%).kemudian pada transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%) dan larut dalam plasma (5%) kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%). 3. Etiologi Kebanyakan, infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus dan mikoplasma, kecuali epiglotitis akut. Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer, bahkan pada kasus tonsilo faringitis akut, sebagian besar penyakit berasal nonbakteri (Nelson, 1996). ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis kuman, baik berupa bakteri, virus maupun rickettsia (Anik Maryunani 2011).

36

4. Patofisilogi ISPA terjadi dapat karena masuknya virus kedalam saluran pernafasan atas, kemudia virus bereplika (membelah) pada sel epitel kolumner bersilia (hidung, sinus, faring) menyebabkan radang pada tempat tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan mediator histamin dalam sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan akibatnya terjadi odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah inefektif bersihan jalan nafas. Perubahan yang terjadi adalah edema pada mukosa, infiltrat sel mononuler yang menyertai, kemudian fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi berat sampai sedang epitel mengelupas, ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran nafas atas, masuk oklusi dan kelainan rongga sinus.

37

5. WOC
Virus

Saluran pernafasan Virus membelah Pelepasan histamin Permeabilitas Vaskuler Peradangan Sitokin di lepas

bronkus virus membelah inflamasi mukosa meningkat nekrosis peradangan di lapangan paru

saluran pendengaran inflamasi telinga sakit teling

MK:nyeri

oedema pada mukosa hidung tersumbat produksi mukosa meningkat akumulasi mukus

demam

batuk

ekspansi paru terganggu sesak

MK:hipertermi

MK:bersihan jalan nafas MK:pola nafas tidak efektif

MK:bersihan jalan nafas

38

6. Manifestasi Klinis Tanda atau gejala yang timbul dapat berupa: a. Batuk b. Kesukaran bernafas c. Sakit tenggorok d. Pilek e. Sakit telinga f. Demam (I. Nyoman, 2007). 7. Klasifikasi ISPA a. Anak umur 2 bulan 5 tahun 1) Pneumonia berat Tandanya: adanya tarikan dinding dada kedalam atau stidor. 2) Pneumonia Tandanya: nafas cepat (batas nafas cepat umur 2 sampai 12 bulan, frekuensi nafas 50 kali per menit atau lebih, sedangkan umur 12 bulan sampai 5 tahun frekuensi nafas 40 kali per menit atau lebih). 3) Bukan pneumonia, tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat. b. Anak bayi dibawah umur 2 bulan 1) Pneumonia berat Tandanya: adanya tarikan dinding dada ke dalam yang kuat atau nafas cepat 60 kali per menit atau lebih.

39

2) Bukan pneumonia Tandanya: tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada kedalam (Depkes RI, 2006). 8. Cara Penularan ISPA ISPA dapat ditularkan dengan mudah melalui bersin dan batuk. Bersin dan batuk dapat menularkan virus secara langsung dari orang yang satu ke yang lain. Virus juga dapat menyebar secara tidak langsung, dengan cara sebagai berikut: a. Seorang anak atau dewasa yang terinfeksi virus akan batuk-batuk, bersin-bersin dan memegang hidungnya, memuntahkan beberapa partikel virus ke tangannya. b. Kemudian dia akan menyentuh tangannya pada orang lain. c. Orang yang sehat itu menempelkan tangannya yang baru

terkontaminasi ke tangannya sendiri, sehingga kumannya menetap di sana dan tumbuh serta berkembang biak pada hidung. Ini akan menyebabkan timbulnya gejala pilek (Steven, 2005). 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Menurut Machmud Rizanda (2006), ada dua faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, yaitu: a. Faktor intrinsik, antara lain: 1) Umur ISPA berkaitan dengan daya tahan tubuh, demikian faktor daya tahan tubuh turut berperan dalam kaitan antara umur dan infeksi saluran pernafasan. Umur yang sangat muda dan sangat tua lebih rentan menderita ISPA.

40

2) Pemberian ASI Eksklusif ASI diketahui memiliki zat yang unik bersifat anti infeksi. ASI juga merupakan makanan pokok bagi bayi. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa selama 6 bulan semenjak lahir, anak harus disusui secara eksklusif. 3) Status imunisasi Hasil studi menunjukkan bahwa ISPA dapat dicegah dengan adanya imunisasi pertusis. 4) Status gizi Untuk mencegah ISPA, intervensi yang baik adalah dengan pencegahan malnutrisi dan pencegahan bayi lahir dengan berat badan rendah. b. Faktor ekstrinsik 1) Pengetahuan ibu Tingginya morbiditas (kesakitan) dan mortalaitas (kematian) anak disebabkan ISPA karena ibunya kurang tahu tentang pencegahan ISPA atau terlambat dibawa kepelayanan kesehatan. 2) Pencemaran lingkungan Penceamaran lingkungan berkaitan dengan penularan penyakit ke anak, yang berkaitan denga udara sebagai jalur penyebarluasan penyakit pernafasan pada anak.

41

3) Perumahan/ventilasi rumah Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, fungsi utama adalah untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. 10. Pengobatan ISPA a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus, di beri oksigen dan sebagainya. b. Pneumonia: diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin. c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari (http:// www. benih. net/ lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-pernafasan-akupenanggulangandan-pengobatan-ispa-balita.html : diakses pada tanggal 14-02 2012).

42

11. Penatalaksanaan ISPA di Rumah a. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Jika demam tinggi yaitu suhunya >390C, demamnya bisa diturunkan dengan parassetamol sehingga anak akan merasa lebih enak, Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Kalau demam tidak tinggi suhunya 38-390C, ibunya harus memberi cairan lebih banyak dan tidak perlu pemberian parasetamol. a. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis 1/2 sendok teh dicampur dengan kecap atau madu 1/2 sendok teh, diberikan tiga kali sehari. b. Pemberian makanan Untuk anak berikan makanan yang cukup gizi dan kalori yang tinggi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya. Berilah makanan pada anak selama anak menghendaki. Pemberian makanan setelah anak sembuh diusahakan pemberian makanan ekstra setiap hari selama seminggu atau sampai berat badan anak mencapai normal.

43

c. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan hangat (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita (Dep Kes, 1993). d. Lingkungan Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (http://

www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/ispa-infeksi-saluran-pernafasanakut-penanggulangan-dan-pengobatan-ispa-balita.html) : diakses pada tanggal 14-02-2012

44

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
I. Data Umum 1. Nama KK 2. Alamat 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Komposisi keluarga No Nama Hub L/P Usia Pddk : : : : : Imunisasi Ket BCG DPT Polio HEPATITIS CAMPAK

6. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan tipe/bentuk keluarga tersebut. 7. Suku Bangsa Mengkaji asal suku tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa yang terkait dengan kesehatan. Kalau ada perbedaan dalam keluarga bagaimana keluarga beradaptasi terhadap perberbedaan tersebut, apakah berhasil atau tidak dan kesulitan-kesulitan yang masih di rasakan sampai saat ini sehubungan dengan proses adaptasi tersebut.

45

8. Agama Mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan kepercayaan yang sama, kalau tidak bagaimana proses adaptasi dilakukan dan bagaimana hasilnya. 9. Status Social Ekonomi Status social ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik oleh kepala keluarga maupun oleh anggota keluarga yang lain. Selain itu status social ekonomi keluarga di tentukan pula oleh kebutuhankebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. 10. Aktivitas Rekreasi Keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu bersamasama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan musik atau radio juga merupakan aktivitas rekreasi.Seberapa sering rekreasi dilakukan dan apa kegiatan yang dilakukan baik oleh keluarga secara keseluruhan maupun seluruh anggota keluarganya. Eksplorasi perasaan keluarga setelah bereaksi, apakah keluarga puas/ tidak. Rekreasi dibutuhkan untuk memperkokoh dan mempertahankan ikatan keluarga, memperbaiki perasaan masingmasing anggota keluarga, curah pendapat sharing, menurunkan ketegangan dan untuk bersenang-senang.

46

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembanga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum tercapai. 3. Riwayat Keluarga Inti Menjelaskan mengenai riwayat pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan serta pengalaman pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. III. Pengkajian Lingkungan 1. Karakteristik Rumah Karakteristik rumah di identifikasikan dengan luasrumha, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septitenk dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. Apakah rumah dan lingkuangan sekitar telah memenuhi syarat lingkungan sehat, tingkat keamanan dalam penggunaan fasilitas yang ada dirumah, apakah privasi masing masing anggota tentang keadaan rumah puas/ tidak, memadai / tidak.

47

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan. 3. Mobilitas Geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. Tinggal di daerah sekarang sudah berapa lama dan apakah sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat. 4. Perkumpulan Keluarga dari Interaksi dengan Masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga. 5. Sistem Pendukung keluarga Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat. IV. Struktur Keluarga 1. Pola Komunikasi Keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga 2. Struktur Kekuatan Keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengibah perilaku

48

3. Struktur Peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal 4. Nilai atau Norma Keluarga Menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan V. Fungsi Keluarga 1. Fungsi Afektif Mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukunga keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. 2. Fungsi Sosialisasi Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku. VI. Stres dan Koping Keluarga 1. Stessor Jangkan Pendek Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih kurang 6 bulan dan jangka panjang yaitu dengan memerlukan penyelesaian dari 6 bulan 2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi atau Stresor Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor

49

3. Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan. 4. Stategi Adaptasi Difungsional Dijelaskan mengenai adaptasi difungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan VII. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.metode yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan di klinik. VIII. Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian,perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. B. Perumusan Diagnosa Keperawatan ( Mubarak, 2010) Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis, mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi - fungsi keluarga dan koping kelaurga, baik bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis

50

keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan yang dikenal dengan (PES) meliputi : a) Problem atau masalah (P) Adalah suatu penyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga. b) Etiologi atau penyebab (E) Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,

memelihara lingkungan, dan memanfaatakan fasilitas pelayanan kesehatan. c) Sign atau tanda (S) Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab. Tipologi dari diagnosis keperawatan : 1. Diagnosis aktual Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan

51

status kesehatan. Sedangkan faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 kategori yaitu : a) Patofisiologi (biologi atau psikologi) b) Tindakan yang berhubungan c) Situasional (lingkungan, personal) d) Maturasional Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya : a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi) b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi) c) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis 2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan. Faktor-faktor resiko untuk diagnosis resiko dan resiko tinggi

memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.

52

3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat

memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan : Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh bailon dan Maglaya (1978). Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawata a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat. b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah bobot

53

NO 1.

KRITERIA Sifat masalah. Skala : Aktual Resiko Potensial

SKOR

BOBOT

3 2 1

2.

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Dengan mudah 2 1 0 2

Hanya sebagian Tidak dapat

3.

Potensi masalah untuk dicegah Skala Cukup Rendah : Tinggi 3 2 1 1

4.

Menonjolnya masalah. Skala : Masalah berat harus ditangani. Masalah yang tidak perlu segera ditangani. Masalah tidak dirasakan 0 1 2 1

54

C. Rencana Asuhan Keperawatan keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ). No 1. Diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas pada An. A keluarga Tn. B berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) Tujuan umum Setelah dilakukan intervensi keperwatan selama 5 x 45 menit di harapkan keluarga mampu mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) Tujuan khusus Setelah dilakukan intervensi selama 1x45 menit di harapkan keluarga mampu : 1. Mengenal masalah Infeksi saluran Pernafasan Akut 1.1 menyebutkan pengertian Infeksi Saluran Pernafasamn Akut Kriteria evaluasi Standar evaluasi Intervensi

Respon verbal

(keluarga mamapu menyebutkan pengertian ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan minimal/laeflet ) ISPA merupakan suatu keadaan peradangan atau infeksi pada salah satu alat pernafasan yang terjadi secara akut

1.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang pengertian ISPA 1.1.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga 1.1.3 diskusikan pengertian ISPA dengan keluarga 1.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya 1.1.5 jawab pertanyaan keluarga 1.1.6 minta kembali keluarga menyebutkan pengertian ISPA 1.1.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.

1.2 Menyebutkan penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Respon verbal

(Keluarga mampu menyebutkan penyebab ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan

1.2.1 kaji pengetahuan pasien tentang pengertian penyebab ISPA 1.2.2 beri reinforcement positif

55

bantuan minimal /leaflet ) Penyebab ISPA : 1. cuaca 2. daya tahan tubuh 3. makanan yang kurang sehat

atas jawaban keluarga 1.2.3 diskusikan penyebab ISPA dengan keluarga 1.2.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya 1.2.5 jawab pertanyaan keluarga 1.2.6 minta kembali keluarga menyebutkan penyebab ISPA 1.2.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

1.3 Menyebutkan tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Respon verbal

(Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dan gejala ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet ) Tanda dan gejala ISPA: a. batuk b. pilek c. demam

1.3.1 kaji pengetahuan pasien tentang tanda dan gejala ISPA 1.3.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga 1.3.3 diskusikan tanda dan gejala ISPA dengan keluarga 1.3.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya 1.3.5 jawab pertanyaan keluarga 1.3.6 minta kembali keluarga menyebutkan tanda dan gejala ISPA 1.3.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.

56

1.4 Mengidentifikasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada keluarga

Respon verbal

keluarga mampu 1.4.1 menyebutkan tanda dan gejala ISPA yang dialami keluarga 1.4.2

Tanyakan pada keluarga tanda dan gejala ISPA yang dialami anggota keluarga. berikan reinforcement positif atas identifikasi yang diberikan keluarga.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 45 m3nit diharapkan keluarga mampu: 2. mengambil Respon keputusan yang verbal tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Infeksi Saluran pernafasan Akut. 2.1 menyebutkan akibat lanjut Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

(keluarga mampu menyebutkan akibat lanjut ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet) Akibat lanjut ISPA: a. pneumonia

2.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut ISPA 2.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga 2.1.3 Diskusikan akibat lanjut ISPA dengan keluarga 2.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya 2.1.5 jawab pertanyaan keluarga 2.1.6 minta kembali keluarga menyebutkan akibat lanjut ISPA 2.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

57

2.2 memutuskan merawat anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Afektif

Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ISPA.

2.2.1

2.2.2 2.2.3

Beri kesempatan keluarga untuk mengambil keputusan Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X 45menit diharapkan keluarga mampu : 3. Merawat anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut 3.1 menyebutkan cara perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Respon verbal

(Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet) Cara perawatan ISPA:

3.1.1 3.1.2 3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6

3.1.7

Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban keluarg Diskusikan cara perawatan ISPA dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan cara perawtan ISPA berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

58

3.2 menyebutkan diit bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Respon verbal

3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 3.2.6

3.2.7

Kaji pengetahuan pasien tentang penanganan ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan penanganan ISPA dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan penanganan pada ISPA. Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

3.3 menyebutkan keuntungan obat tradisional

Respon verbal

3.3.1

3.3.2 3.3.3

3.3.4 3.3.5 3.3.6

Kaji pengetahuan keluarga tentang keuntungan obat tradisional . Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan keuntungan obat tradisional dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan keuntungan

59

3.3.7

obat tradisional Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

3.4 menyebutkan obat tradisional untuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Psikomooto r

3.4.1

3.4.2 3.4.3

3.4.4 3.4.5 3.4.6

3.4.7

Kaji pengetahuan keluarga tentang obat tradisional pada ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan obat tradisional ISPA dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan obat tradisional bagi penderita ISPA Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

60

3.5 membuat obat tradisional bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Psikomotor

3.5.1

3.5.2 3.5.3

3.5.4 3.5.5 3.5.6

3.5.7

Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA dengan keluarga . Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan cara membuat obat ISPA Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

61

Setelah di lakukan intervensi keperawtan selama 1 X 45 menit diharapkan keluarga mampu : 4. Memodifikasi lingkungan bagi pendertia Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Psikomotor 4.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan cara memodifikasi lingkungan bagi ISPA dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

4.1.2 4.1.3

4.1.4 4.1.5 4.1.6

4.1.7

62

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x45 menit keluarga mampu : 5. memanfaatkan pelayanan kesehatan

Afektif

5.1.1

5.1.2 5.1 menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan Respon verbal 5.1.3

5.1.4 5.1.5 5.1.6

5.1.7

Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan manfaat pelayanan kesehatan dengan keluarga Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan. Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

63

5.2 menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat di gunakan dan waktu kunjungan

Respon verbal

5.1.1

5.1.2 5.1.3

5.1.4 5.1.5 5.1.6

5.1.7

Kaji pengetahuan keluarga tentang pelayanan kesehatan yang dapat di kujungi. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Diskusikan pelayanan keesehatan yang dapat di kunjungi dan waktu kinjungan dengan keluarga. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Minta kembali keluarga menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat di kunjungi oleh keluarga. Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

5.3 memberi dukungan pada keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan

Respon verbal

5.3.1 5.3.2

Dukung keluarga memutuskan tindakan. Evaluasi adanya penurunan sakit setelah menggunakan fasilitas pelayanan.

64

5.3.3

Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga

5.4 memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Respon Verbal

5.4.1

5.4.2

Minta keluarga untuk menunjukan kartu berobat atau obat-obat yang di resepkan dari fasilitas pelayanan kesehatan. Berikan reinforcement positif.

65

D. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ( mubarak, 2010) Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan dan membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini : a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara: 1. Memberikan informasi yang tepat. 2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.

3. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan. b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara : 1. Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan. 2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga. 3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan. c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : 1. Mendemonstrasikan cara perawatan.

2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah. 3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan

66

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara : a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga. b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin. c. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya dengan cara : 1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar

lingkungan keluarga. 2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

E. Evaluasi ( Mubarak, 2010 ) Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut : 1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut. 2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai. 3. Tentukan kriteria dan standar evaluasi. 4. Tentukan metode dan teknik evaluasi .

67

5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar untuk evaluasi. 6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal. 7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi. Evaluasi disususun dengan menggunakan SOAP secara operasional. S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan O : Hal-hal yang di temukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. A : Analisa dari Hasil yang telah di capai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan. P : Perencana yang akan datang setelah melhat respon dari keluarga pada tahp evaluasi Macam-macam Evaluasi Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu : a. Evaluasi kuantitatif Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan. b. Evaluasi kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.

68

1. Struktur atau sumber Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau bahanbahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. 2. Proses Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi. 3. Hasil Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan. Luasnya Evaluasi Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu : a) Efeseinsi atau tepat guna b) Kecocokan (appropriateness) c) Kecukupan (adequacy) Kegiatan dan evaluasi Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga bidang. a. Keadaan fisik b. Psikologis sikap c. Pengetahuan tentang perilaku

69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda penelitian Penelitian ini dengan metoda deskriptif dengan tipe study kasus yang

dilaksanakan terhadap keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA ).

B. Lokasi Lokasi pengambilan kasus adalah, Puskesmas Anak Air Padang, dengan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan masyarakat yang melakukan kegiatan kujungan keluarga dengan masalah kesehatan secara terjadwal. b. Puskesma Anak Air Padang merupakan pukesmas lahan praktek mahasiswa Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Padang.

C. Teknik Pengumpulan Data. a. Teknik Wawancara Wawacaran dilakukan langsung pada klien dan keluarga dengan menggunakan format pengkajian asuhan keperawatn keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) yaitu mengenai pengkajian data umum keluarga, riwayat perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga.

69

70

b. Teknik Observasi dan Pengukuran c. Observasi dilakukan dengan cara inspeksi dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat seperti thermometer, dan timbangan yang dilakukan pada pemeriksaan fisik. d. Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yaitu dengan melihat data-data tentang klien yang telah didokumentasikan baik dari hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen, catatan keperawatan dan catatan tim kesehatan lainnya.

D. Sumber Data a. Sumber data Primer Sumber data primer adalah keluarga . Dari sumber data primer ini dapat diperoleh data Subjektif dengan melakukan wawancara langsung dengan keluarga dan data objektif dengan melakukan observasi ataupun pemeriksaan fisik secara langsung terhadap keluarga. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah semua orang yang mengetahui keadaan keluarga yang akan kita kaji, yang dapat diwawancarai, dan anggota tim kesehatan serta semua informasi dari hasil pencatatan. Data yang diperoleh dari sumber sekunder adalah data objektif.

71

E. Jenis Data a. Data Subjektif Data Subjektif adalah data yang diperoleh dari keluarga itu sendiri , yang merupakan segala perasaan keluarga tersebut atau keluhan yang dirasakan. b. Data objektif Data Objektif adalah data yang didapatkan dari hasil observasi atau pengamatan, hasil pemeriksaan ataupun hasil pengukuran.

F. Pengolahan Data Data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara manual dengan jalan mengklasifikasikan, menginterprestasikan dan mendokumentasikan, selanjutnya disajikan secara tekstular.

Anda mungkin juga menyukai