Anda di halaman 1dari 6

13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang WHO-UNICEF (2008), mengeluarkan protokol baru tentang ASI segera, yang harus diketahui dan dijalankan oleh setiap tenaga kesehatan (Wiknojastro, 2008 hal: 196). Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang penyelenggaraan praktek bidan, sebagai salah satu tenaga kesehatan yang berwenang dalam memantau tumbuh kembang bayi, salah satunya melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi (sofyan, 2006 hal:185) Inisiasi Menyusu Dini, merupakan program yang sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu (http://blogspot,inisiasi menyusu dini, diperoleh hari rabu 8 september 2009 ). Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Inisiasi menyusu dini harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang, memandikan, mengukur atau pemberian vitamin K dan obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung secara skin to skin antara bayi dan ibu. Biarkan

Universitas Sumatera Utara

14 bayi di dada ibu salama satu jam bahkan sampai dapat menyusui sendiri. (Wiknjosastro, 2008, hal:198). Manfaat inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir adalah dapat meningkatkan refleks menyusui bayi secara optimal, perkembangan indra (sensory inpuls), menurunkan kejadian hipotermi, menurunkan kejadian asfiksia, menurunkan kejadian hipoglikemi, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, menigkatkan pengeluaran hormon oksitosin, memfasilitasi bonding attachment, dan yang paling utamanya adalah dapat meningkatkan keberhasilan ASI Esklusif dan menurunkan angka kematian bayi (http://inanooryati.inisiasi menyusui dini, 5 september 2009). Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia WHO, memperlihatkan bahwa angka kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3. fenomena itu terdiri dari, 2/3 kematiam bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada umur kurang dari satu bulan (neonatal), 2/3 kematian neonatal terjadi pada umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal dini terjadi pada hari pertama. Menurut data The World Health Report 2005, angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup, atau bisa dikatakan 10 bayi meninggal setiap 1 jam setelah dilahirkan (http:// yulianti, gambaran niat ibu hamil dalam penerapan inisiasi menyusu dini.com). Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari adalah gangguan pernafasan (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%) (http://pwskia.wordpress.com. kamis, 12 november 2009).

Universitas Sumatera Utara

15 Bayi baru lahir sering mengalami hipotermi karena ketidakmampuannya mempertahankan suhu tubuh, lemak subkutans yang belum sempurna, permukaan tubuh yang luas dibandingkan masa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin

(http://blogspot/asuhan keperawatan bayi sakit 2009). Bayi hipotermia adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Adapun suhu normal bayi dan neonatus adalah 36,5C-37C (suhu axila). Adapun gejala hipotermi, apabila suhu <36C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang (suhu 32-36C). disebut hipotermia berat bila suhu <32C (sarwono, 2001 hal:). Hipotermi merupakan salah satu penyebab kematian morbiditas dan mortalitas pada neonatal. Menurut laporan LB3 Dinkes Subdinnindal Yogyakarta 2003, angka kematian bayi hipotermi sebesar 281 dari 23,53/1000 kelahiran hidup

(http://skripsistikes,yusna,pengaruh mandi rendam neonatal.com). Menurut data dari hasil studi pendahuluan (Rizki,2009), di Puskesmas Pandanaran Semarang diperoleh data 5 dari 8 orang ibu bersalin yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini, bayinya mengalami hipotermi dengan suhu 35C sedangkan 3 ibu bersalin yang melakukan inisiasi menyusu dini bayinya tidak mengalami hipotermia dengan rata-rata suhu 36,5C.

(http:perpusnwu.dikti./biblio.hubunganinisiasimenyusudiniterhadaphipotermi.com). Maka oleh itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik bersalin Mariani Medan dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010 karena di Klinik Mariani dan Klinik Ramini tersebut belum pernah diadakan penelitian

Universitas Sumatera Utara

16 tentang pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi terhadap bayi baru lahir. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah Adakah Pengaruh Inisisai Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan Tahun 2010. b. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sesudah dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di Klinik Bersalin Mariani Medan Tahun 2010. c. Mengidentifikasi pencegahan hipotermi bayi baru lahir pada kelompok kontrol di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

17 d. Mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir sebelum dilakukan intervensi antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010. e. Mengidentifikasi pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir setelah dilakukan intervensi antara bayi yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini di Klinik Bersalin Mariani dan di Klinik Ramini Medan Tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

18 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktek Kebidanan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi kebidanan yang efektif untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir. 2. Bagi Pendidikan D IV Kebidanan Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada bayi baru lahir bahwa ada hasil evidence based tentang salah satu intervensi kebidanan yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermi bayi baru lahir berat melalui tehnik pemberian inisiasi menyusu dini. 3. Bagi Penelitian Kebidanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber data atau informasi bagi pengembangan penelitian kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai