Anda di halaman 1dari 5

MATERI PELATIHAN

PRINSIP PERANCANGAN SISTIM SALURAN


ALUMINIUM GRAFITY CASTING

R. Widodo

DIVISI PENGECORAN LOGAM


POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG

PRINSIP PERANCANGAN SISTIM SALURAN GRAFITY CASTING


1. Sistim Saluran Grafity Casting.
Sistim Saluran terdiri dari:
Saluran Masuk.
Saluran Tuang.
Penambah/Pembuang.
Penambah/Pembuang

Saluran Tuang

Gambar 1. Sistim Saluran Grafity Casting.


2. Parameter dan Latar Belakang Perancangan Saluran Masuk.
Saluran Masuk harus dirancang sedemikian rupa agar memenuhi tuntutan:
Mengisi Rongga Cetakan dalam waktu secepat mungkin serta dengan aliran yang
tenang.
Mencegah kotoran ikut memasuki rongga cetakan.
Mendistribusikan temperatur secara merata kesemua bagian rongga cetakan.
Deangan demikian dalam menentukan Saluran Masuk perlu diperhatikan:
Dimensi (ukuran dan bentuk) saluran.
Posisi saluran atau arah cairan memasuki Rongga Cetakan.
Letak saluran atau bagian rongga yang menjadi sumber aliran.
3. Menentukan Luas Penampang Saluran Masuk dan Saluran Tuang.
Luas Penampang Saluran Masuk merupakan fungsi dari:
Q = Laju Penuangan [kg/s].
= Berat Jenis Cairan (Al = 2.65 kg/dm3).
h = Tinggi Penuangan [cm].
= Faktor hambatan alir (Al = 0.3 - 0.8)
Dituliskan:
A=

22 .6 Q

[cm2].

Untuk Saluran Masuk jamak maka A merupakan penjumlahan dari seluruh Saluran Masuk:
A = A1 + A2 + A3 +

Laju Penuangan merupakan fungsi dari:


Sifat Cairan (Cairan dengan kemampuan cor rendah menuntut Laju Penuangan lebih
besar).
Ketebalan dan Luas Dinding Coran (Coran tipis ataupun dinding Coran yang luas
memerlukan Laju Penuangan lebih besar).
Secara umum Laju Penuangan Aluminium Paduan terletak antara 0.1 - 1 [kg/s], sedangkan
untuk Tembaga Paduan diperlukan harga yang lebih besar.
Luas Penampang Saluran Tuang (AT)harus dibuat lebih besar dari Saluran Masuk, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan distribusi Cairan. Secara umum dimensi Saluran Tuang adalah:
AT =

AM

[cm2].

dimana:
AM = Luas Penampang Saluran Masuk [cm2].
= Faktor Hambatan Tuang (0.8 - 1).
4. Jenis Saluran.
Jenis Saluran dipilih berdasarkan pertimbangan sebagaimana telah dituliskan pada awal
tulisan ini sebagai berikut:
Penuangan Langsung.
Saluran Turun dengan Saluran Masuk Sekat.
Saluran Naik Jamak dengan Saluran Masuk Sekat.
Saluran Melingkar dengan Saluran Masuk Terbagi.
Saluran Naik dengan Saluran Masuk Sekat.

Gambar 2. Penuangan Langsung.

Gambar 3. Saluran Turun dengan


Saluran Masuk Sekat.

Gambar 5. Saluran Melingkar dengan


Saluran Masuk Terbagi.

Gambar 4. Saluran Naik Jamak dengan


Saluran Masuk Sekat.

Gambar 5. Saluran Naik Tunggal dengan


Saluran Masuk Sekat.

5. Penambah/Pembuang.
Penambah/Pembuang berfungsi sebagai:
Pembuang udara yang berada didalam rongga Cetakan pada saat penuangan.
Mengisi Rongga Susut yang terjadi saat pembekuan.
Untuk memenuhi kedua fungsi tersebut diatas, maka Penambah/Pembuang harus dibuat
dengan kriteria sebagai berikut:
Pada Penuangan Langsung berfungsi sekaligus sebagai Saluran Tuang/Saluran Masuk.
Terletak pada daerah dimana udara dapat terjebak (sebagai Pembuang biasanya pada
puncak rongga Cetakan).
Pada bagian dengan konsentrasi panas yang besar (sebagai Penambah pada bagian tebal
yang terisolasi).
Dimensi Penambah/Pembuang ditentukan dengan menggunakan prinsip pembekuan terakhir.
Agar Penambah/Pembuang dapat membeku terakhir, maka dia harus memiliki Modul lebih
besar dari bagian Coran yang ditempatinya.
4

6. Perhitungan Penambah.
Modul adalah Volume Cavity dibagi Luas Penampang dinding yang melepas panas,
dituliskan sebagai berikut:
M=

VC
AP

[cm].

Dimana:
VC = Volume Cavity [cm3].
AP = Luas Penampang Dinding Pelepas Panas [cm2].

Agar Penambah dapat membeku terakhir maka:


M P = f MC

Dimana:
MP = Modul Penambah [cm].
MC = Modul Cavity [cm].
f = Faktor pengali = 1.1 (penuangan langsung) - 1.3.

Untuk Coran dengan ketebalan sama dan tipis, Pembuang lebih diutamakan dari pada
Penambah sehingga perhitungan Modul tidak diperlukan.
7. Cacat Akibat Kesalahan Sistim Saluran.

Coran Dekok/Shrinkage Cavity akibat penempatan Saluran Masuk pada bagian tebal.
Dapat diatasi dengan memindahkan Saluran Masuk kebagian yang tipis dan atau
penerapan perhitungan Modul.
Coran Tidak Penuh akibat Saluran Masuk kurang besar. Dapat diatasi dengan
menentukan Laju Penuangan (Q) yang lebih besar dan atau membagi Saluran Masuk
kebeberapa tempat.

Referensi:
Roller R. ; Grund- und Fachkenntisse Giessereitechnischer Berufe (Technologie des
Formens und Giessens). Verlag Handwerk und Technik GmbH, 2000
Hamburg 63 - 1986.

Anda mungkin juga menyukai