Anda di halaman 1dari 3

Biofuel di Brazil Brazil telah menjadi negara yang maju dalam ekspor energi, terutama biofuel.

Brazil mulai meneliti tentang biofuel pada tahun 1905-1920. Dan akhirnya berhasil menguji coba biofuel ke kendaraan pada tahun 1925. Pemerintah Brazil telah memulai program pengembangan produksi dan konsumsi etanol tebu sejak 1975 sebagai tanggapan terhadap embargo minyak yang memandekkan industri dalam negeri Brazil ketika itu. Program pengembangan industri etanol itu disebut dengan Pro-Alcohol Programme. Program ini oleh pemerintah militer ketika itu diharapkan dapat menjadi jawaban terhadap ketergantungan Brazil terhadap impor minyak dari Timur Tengah. Semangat patriotisme pemerintah militer Brazil tidak memperhatikan pertimbangan lingkungan ataupun aspek ekonomi. Insentif ditetapkan oleh pemerintah Brazil mendukung bertahannya program etanol tersebut. Agar program ini dapat terwujud, dua jenis subsidi merupakan intrumen kebijakan yang mendukung. Subsidi jenis pertama adalah subsidi kepada petani yang menanam tebu untuk diolah menjadi etanol sehingga mereka memperoleh pendapatan yang berimbang bila dibandingkan dengan petani yang tebunya diolah menjadi gula. saat ini pengembangan biofuel di Brazil telah menggunakan mekanisme pasar. Dari seluruh produksi tebu, 50 persen diantaranya digunakan untuk industri bioetanol, sedangkan sisanya untuk industri gula. Subsidi jenis kedua adalah subsidi harga pada stasiun pengisian bahan bakar yang membuat etanol menjadi lebih murah dari BBM. Di Brazil terdapat dua tipe etanol yang diproduksi yakni etanol anhidrat (etanol murni) dan etanol hidro. Etanol anhidrat adalah jenis yang dicampur dengan bensin dan etanol jenis ini dapat dipakai oleh kendaraan yang tidak termodifikasi mulai 10% kandungan gasoline hingga 25% dengan modifikasi sistem kalibrasi mesinnya agar dapat mendeteksi kandungan oksigen yang tinggi pada campuran etanol . Sedangkan etanol hidro (E100) merupakan etanol yang digunakan untuk mesin kendaraan khusus etanol dan mesin flex-fuel yang ditenagai oleh gasoline (E25) dan etanol hidro dengan perbandingan berapapun dalam satu tangki.

Brazil memiliki keunggulan alami dalam produksi etanol. Brazil memiliki luas lahan yang tidak terpakai atau jarang digunakan yang dapat dikonversi untuk produksi pertanian. Pemakaian lahan untuk perkebunan tebu di Brazil hanya sekitar 1,5% dari luas Brazil keseluruhan, yakni sekitar 6,5 juta hektar. Dari 6,5 juta hektar itu, 3,5 juta hektar untuk produksi etanol dan 3 juta hektar untuk produksi gula. Selain itu, iklim tropis cocok untuk produksi tebu. Pada tahun 2012, pemerintah Brazil meluncurkan Rencana Strategi untuk Sektor GulaAlkohol (The Plano Estrategico do Sector Sucroalcooleiro) yang bertujuan untuk memperbaiki beberapa kekurangan, terutama pertimbangan pasokan eksternal. Insentif dalam perencanaan tersebut bertujuan untuk memberikan pelatihan agrikultur dalam penggunaan teknik produksi terbaru, memperbaharui area penanaman untuk pemulihan produktivitas, mengembangkan produktivitas penggilingan dan mengembangkan teknik produksi etanol selulosa. Pelatihan teknik produksi terbaru penting dalam pelatihan tenaga-tenaga kerja supaya memahami teknologi terbaru dalam budidaya tanaman tebu sehingga menghasilkan hasil yang lebih maksimal. Dengan demikian, diharapkan bahwa produksi etanol dapat lebih efisien dan dapat berkembang ke arah pasar global. Industri Biofuel Brazil Industri biofuel di Brazil berkembang seiring dengan kebijakan pemerintah yang berupaya memperkenalkan etanol sebagai bahan bakar alternatif semenjak embargo minyak pada tahun 1970an. Program pengembangan bahan bakar alternatif tersebut disebut sebagai The National Alcohol Program (Program Alkohol Nasional) pada tahun 1975 atau biasa disebut Proalcool. Untuk mendukung kebijakan Program Alkohol Nasional ada empat kebijakan yang dilakukan pemerintah yakni: a. Menunjuk Petrobas, perusahaan minyak utama di Brazil untuk membeli produksi etanol b. Memberikan $ 49 milyar pinjaman bunga rendah untuk merangsang produksi etanol c. Memberikan subsidi sehingga harga etanol lebih murah 41% dibandingkan bensin d. Semua bahan bakar dicampur dnegan etanol minimal 22 persen (E22).

Industri tebu Brazil membutuhkan lahan yang luas untuk memproduksi gula dan etanol. Untuk daerah produksi penanaman tebu di Brazil memiliki zona tersendiri. Zona agrikultur untuk tebu berpusat di Sao Paulo. Dan penanaman tebu tersebut tidak menyentuh kawasan hutan lindung Amazon. Dengan demikian pengembangan etanol dari tebu tidak mengurangi kawasan hutan lindung Amazon. Hutan Amazon masih bisa menjadi paru-paru dunia, meskipun Brazil mengembangkan etanol dari tebu. The Sugarcane Technological Center (CTC) atau Pusat Teknologi Tebu adalah pusat penelitian terkemuka untuk tebu dan etanol di Brazil. Badan ini bertanggung jawab lebih dari 80% dari kegiatan penelitian dan pengembangan etanol. Brazil telah melakukan investasi besar dalam penelitian untuk meningkatkan varietas tebu dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian ini telah menghasilkan varietas yang lebih tahan terhadap kekeringan dan hama, bersama dengan hasil yang lebih tinggi dan kadar gula tinggi. Selama 30 tahun terakhir, hasil tebu telah meningkat tiga kali lipat. Terdapat 378 pabrik etanol di Brazil, 126 di antaranya merupakan pabrik produksi etanol saja sedangkan sisanya 252 pabrik merupakan pabrik yang memproduksi gula dan etanol. Dedini Corporation adalah pembangun pabrik etanol terbesar di Brazil. Mereka sedang mengembangkan sebuah proses yang dapat mengubah selulosa dari ampas tebu, atasan dan daun menjadi sukrosa untuk produksi etanol. Teknologi ini memiliki potensi untuk hampir dua kali lipat produksi etanol dari satu hektar tebu.

Anda mungkin juga menyukai