Anda di halaman 1dari 1

Memahami Apoptosis

Sel-sel dalam tubuh bisa diibaratkan dengan daun pada sebatang pohon. Ada saatnya daun menjadi kering dan mati, lalu digantikan dengan daun yang baru. Begitu pula dengan sel-sel dalam tubuh. Dalam dunia kedokteran, proses itu disebut apoptosis. Dari sisi bahasa, apoptosis berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yakni apo yang artinya dari, dan ptosis berarti jatuh. Dari sisi medis, apoptosis diartikan sebagai mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terencana. Apoptosis digunakan oleh organisma multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Asal tahu saja, dalam tubuh kita, jutaan bahkan miliaran sel mati setiap hari. Istilah apoptosis, kata Prof Dr Troeboes Poerwadi SpS (K), spesialis syaraf dari Rumah Sakit Dr Sutomo, Surabaya, pertama kali dikemukakan oleh Kerr Wyllie dan Currie pada 1972. ''Apoptosis merupakan fungsi vital pada kehidupan,'' kata Troeboes. Contoh nyata dari keuntungan apoptosis tampak dalam tumbuh kembang embrio. Di sini, apoptosis akan memahat bentuk janin menjadi sempurna. Apoptosis yang dialami oleh sel-sel yang berada di antara jari-jemari misalnya, menyebabkan masing-masing jari terpisah satu sama lain. ''Nah, ketika janin itu lahir lalu tumbuh menjadi manusia dewasa, apoptosis akan membuang sel-sel yang rusak.'' Dalam ensiklopedia bebas, Wikipedia, disebutkan, sekitar 50-70 milyar sel, mati setiap harinya karena apoptosis pada manusia dewasa. Dalam satu tahun, bobot sel yang mati mencapai kurang lebih sama dengan berat badan orang tersebut. Keseimbangan (homeostasis) tercapai ketika kecepatan mitosis (pembelahan sel) pada jaringan sama dengan kecepatan kematian sel. Namun, dalam tubuh manusia, tak selalu segalanya berlangsung normal dan seimbang. Ada kalanya, terjadi ketidaknormalan. Dalam hal ini, bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi ketimbang kecepatan kematian sel, maka akan terbentuk tumor. Sebaliknya, bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah ketimbang kecepatan kematian sel, akan terjadi penyakit karena kekurangan sel. Dua keadaan itu, sama-sama bisa berakibat fatal. Bukan hanya karena apoptosis Apoptosis bukanlah satu-satunya penyebab kematian sel. Prof Dr MK Tadjudin SpAnd dari Departemen Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, kematian sel dapat terjadi karena dua hal. Selain karena apoptosis, sel juga bisa mati karena faktor dari luar seperti trauma, gangguan nutrisi, dan racun. ''Pola kematian sel karena apoptosis merupakan suatu proses yang amat teratur dan terencana. Dan pemahaman mengenai proses apoptosis penting untuk mengerti patofisiologi dan mencari strategi pengobatan kanker,'' papar mantan rektor Universitas Indonesia ini. Lalu, mengapa dalam tubuh kita terjadi proses apoptosis? Menurut Tadjudin, ada dua penyebab. Pertama, apoptosis diperlukan dalam perkembangan organisma seperti pada metamorfosis dan pembentukan organ tertentu, misalnya menghilangkan selaput antara jari-jemari. Kedua, untuk menghilangkan sel-sel yang mungkin merupakan ancaman terhadap organisma seperti sel-sel yang terinfeksi virus. Dalam hal ini, sel limfokin sitotoksik akan membunuh sel yang mengandung virus. Misalnya, menghilangkan sel-sel sistem imun yang tidak diperlukan lagi untuk menghindari timbulnya penyakit autoimun seperti lupus, serta menghilangkan sel-sel yang telah mengalami kerusakan DNA. ''Ini untuk mencegah sel tersebut berkembang menjadi sel yang dapat menimbulkan kelainan bawaan atau menjadi sel kanker,'' kata Tadjudin. Lebih lanjut Tadjudin menekankan, pemahaman peristiwa apoptosis penting untuk mengetahui patogenesis tumor dan mencari pengobatannya. ''Cara kerja obat antikanker, baik yang berupa senyawa sitotoksik maupun maupun immunoterapi, antara lain melalui induksi apoptosis

Anda mungkin juga menyukai