Anda di halaman 1dari 27

REFLEKSI KASUS

SEORANG PEREMPUAN 68 TAHUN DENGAN NYERI PERUT KANAN


Disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh: Afifah Nur kartikasari 012.095.821

Pembimbing: dr. Setyoko ,Sp PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA RSUD DR. ADHYATMA TUGUREJO SEMARANG

2013

DAFTAR MASALAH

No 1. 2. 3.

Masalah aktif Observasi colic Abdomen Suspect ISK Hipertensi grade II

Tanggal 15 Juni 2013 15 Juni 2013 15 Juni 2013

Keterangan

LAPORAN KASUS

STATUS PENDERITA I. ANAMNESIS


A. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat No. CM Ruang Tanggal Masuk : Ny.Sudarmi : 68 tahun : Perempuan : Islam : Ibu Rumah Tangga : Wonolopo, RT 4/8, Mijen. : 41.88.225 : Mawar : 12 Juni 2013

Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2013

B. Keluhan Utama

: Nyeri Perut Kanan

C. Riwayat Penyakit Sekarang Onset : pasien mengeluh nyeri perut kanan semenjak 7 hari yang lalu Kronologi : Gejala pertama kali muncul secara tiba-tiba saat pasien sedang beraktifitas, nyeri perut kanan hilang timbul, berasal dari pinggang kanan dan menjalar ke pinggang kiri, kemudian kadang menjalar ke perut kiri bawah, disertai saat buang air kencing terasa anyang-anyangen dan saat buang air besar terasa seperti lem warna coklat kekuningan. Sudah diberikan obat yang dibeli di apotik untuk mengurangi nyeri perutnya tetapi keluhan tidak berkurang dan semakin bertambah,

sifatnya terasa menusuk tajam dan terjadi kurang lebih 45 menit 1 jam durasi lamanya Kuantitas : Nyeri perut kanan terasa hilang timbul, rasa nyeri kadang terasa tajam, kadang bersifat tumpul atau biasa. Kemudian menjalar ke perut kiri bawah kemudian disertai juga dengan nyeri pinggang kiri, kadang berkurang saat istirahat kemudian pasien tertidur,dan untuk mengurangi keluhan nyeri pinggang pasien minum jamu pegel linu, tetapi hari berikutnya nyeri pinggang muncul kembali. Kualitas : Nyeri perut sehari biasanya terjadi 3-4 kali, saat malam kadang pasien terbangun dan terasa anyang-anyangen saat buang air kecil. Nyeri perut sering disertai dengan nyeri pinggang, saat nyeri pinggang ikut kambuh, pasien sampai sulit melakukan aktivitas dan sakit untuk sekedar berjalan, turun dari tempat tidur. Factor pencetus : Nyeri perut kadang muncul saat pasien beraktivitas, pernah pasien merasakan mual dan muntah beberapa saat setelah makan, Pasien juga mengeluhkan nyeri perut da pinggang ketika melakukan aktivitas berat seperti mencuci baju dan mengangkat barang-barang. Faktor modifikasi : Gejala nyeri perut berkurang saat istirahat dan dibuat tidur, nyeri pinggang berkurang setelah pasien minum jamu pegel linu, oleh karena itu pasien rutin mengkonsumsi jamu pegel linu setiap hari. Tetapi anyang-anyangen saat buat air kecil tidak berkurang saat istirahat maupun pasien banyak minum. Urin pasien bewarna putih, kadang kuning tetapi tidak pernah menyerupai teh. Buang air besar warna coklat biasa tetapi kadang lengket seperti lem Gejala penyerta : Nyeri perut kanan disertai dengan nyeri pinggang, menjalar ke kiri, nyeri dirasakan juga pada daerah bawah pusar. kadang disertai keringat berlebih saat keluhan muncul (kumat), mual dirasakan bila pasien telat makan, dan

nyeri ulu hati juga kadang diraskan tetapi tidak sesering nyeri perut kanan, kiri bawah dan nyeri pinggang,

D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa : disangkal Riwayat tekanan darah tinggi : Disangkal Riwayat sakit gula tahun Riwayat penyakit liver : Diakui saat berusia 16 tahun, pasien sakit kuning, kemudian sembuh sendiri tanpa dirawat di rumah sakit. Riwayat sakit mag : Diakui semenjak tahun 2007, pernah di USG dikatakan bengkak ulu hati Riwayat sakit jantung : Disangkal Riwayat sakit paru : Disangkal Riwayat alergi Riwayat operasi Riwayat trauma : Disangkal : Disangkal : Disangkal : Diakui memiliki penyakit gula kurang lebih 6

Riwayat pengobatan lama : Obat-obatan diabetes, tetapi pasien tidak hafal nama obatnya Riwayat obesitas : Pasien mengakui pernah mengalami kegemukan selama 2 tahun yaitu pada tahun 2008-2010 . dengan BB : 87 kg TB: 163 , sehingga BMI : 32, 75 termasuk obesitas stage 1

E. Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga ada yang mengalami keluhan serupa : Disangkal Riwayat tekanan darah tinggi Riwayat sakit liver Riwayat sakit gula Riwayat penyakit paru : Disangkal : Suami pasien : Disangkal : Disangkal

Riwayat sakit jantung Riwayat batuk lama Riwayat pengobatan lama

: Disangkal : Disangkal : Disangkal

F. Riwayat Kebiasaan Riwayat Konsumsi jamu : Diakui Rutin setiap hari minum jamu pegal linu, sudah > 3 tahun Riwayat merokok : disangkal Riwayat minum alkohol : Disangkal Riwayat minum obat-obatan dan suplemen : Disangkal

G. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien bekerja sebagai wiraswasta memiliki 3 orang anak. Saat ini, pasien berobat dengan biaya dari JAMKESKOT

H. Anamnesis Sistem pada tanggal 15 juni 2013 Keluhan utama Kepala : : Mual dan kuning Sakit kepala (-), pusing (+), nggliyer (-), jejas (-), leher kaku (-) Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-), pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-). Hidung Telinga : : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-) Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-), darah (-). Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-). Tenggorokan Sistem respirasi : : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-). Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-) kental berwarna kuning, batuk darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-), sering terbangun malam hari karena sesak nafas (-)

Sistem kardiovaskuler :

Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Sistem gastrointestinal :

Mual (+),muntah (-),nyeri perut (+), diare (+), nafsu makan menurun (-), BB turun (-), BAB lem (+) sering , BAB hijau berbau menyengat (-), rasa panas dan terbakar di tenggorokan (-)

Sistem muskuloskeletal :

Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), nyeri pinggang (+), kaku otot (-).

Sistem genitourinaria

Sering kencing (-), anyang-anyangan saat kecing(+), nyeri saat kencing (-), keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai kencing (-), warna kencing kuning jernih, anyang-anyangan (-), berwarna seperti teh (-)

Ekstremitas: Atas

Luka (-), kesemutan (-), bengkak (-), sakit sendi (-), panas (-), berkeringat (-), bentolbentol merah (-)

Bawah

Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-), kesemutan ujung jari kaki (+), sakit sendi (-), bengkak (-) kedua kaki

Sistem neuropsikiatri

Kejang

(-),

gelisah

(-),

kesemutan

(-),

mengigau (-), emosi tidak stabil (-) Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-), bercak merah disertai vesikel (-), di punggung, dada, lengan atas kanan dan kiri

II.

PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 juni 2013: 1. Keadaan Umum Tampak baik, kesadaran compos mentis 2. Status Gizi BB: 56 kg

TB: 163 cm BMI= 18.819 kg/m2 Kesan : Normoweight 3. Tanda Vital Tensi Nadi : 180/90 mmHg : 110 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Respirasi : 20 x/menit Suhu 4. Kulit Ikterik (-), petekie (-), turgor menurun, hiperpigmentasi (-), kulit kering (-), kulit hiperemis (-) 5. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam hitam, mudah dicabut (-), luka (-), massa (-) 6. Wajah Simetris, moon face (-) 7. Mata Konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal, arcus senilis (-/-), katarak (-/-) 8. Telinga Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), gangguan fungsi pendengaran (-/-) 9. Hidung Napas cuping hidung ( -/- ), sekret (-/-), epistaksis (-/-), fungsi pembau baik 10. Mulut Sianosis (-), bibir kering (-), Pursed lips breathing (-), stomatitis (-), mukosa basah (-) gusi berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi (-) : 37 C (peraxiller)

11. Leher Simetris, deviasi trachea (-), KGB membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-), otot bantu nafas (-).

12. Thoraks I : Simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis (-), spider nevi (-), sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-), rambut ketiak rontok (-), ekspirasi memanjang (-) Pa : Nyeri tekan (-) Sela iga melebar (-), benjolan (-)

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V linea axila anterior sinistra 2 cm ke medial Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat , sternal lif(-), pulsus epigastric(-), pulsus parasternal(-) Perkusi : batas jantung kiri bawah sinistra kiri atas : ICS II linea sternalis sinistra : ICS V 2 cm ke medial linea midclavicularis

kanan atas : ICS II linea sternalis dextra pinggang Kesan Auskultasi Pulmo: Depan Inspeksi: Statis : simetris kanan kiri, retraksi (-) : SIC III linea parasternalis sinistra : konfigurasi jantung normal : BJ I-II reguler, bising (-), gallop(-)

Dinamis : simetris, retraksi (-) Palpasi: Statis : simetris, sela iga melebar (-), retraksi (-), tidak ada yang tertinggal Dinamis : Pengembangan paru simetris, tidak ada yang

10

tertinggal Fremitus : Sterm fremitus kan dan kiri sama Perkusi: Kanan Kiri Auskultasi: Kanan : Suara dasar vesikuler (+) normal, , suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (), ronki basah halus ( - ) Kiri : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (), ronki basah halus (-) : sonor : sonor

Depan

Belakang

SDV

Belakang: Inspeksi: Statis : normochest, simetris kanan kiri, retraksi (-)

Dinamis : simetris, retraksi (-), pergerakan paru simetris Palpasi: Statis : simetris, sela iga melebar (-), retraksi (-), tidak ada yang tertinggal Dinamis : Pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal Fremitus : fremitus raba kiri melemah

11

Perkusi: Kanan Kiri Auskultasi: Kanan : Suara dasar vesikuler (+), , suara tambahan Wheezing (-), ronki basah kasar (-) Kiri : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan wheezing (-), ronki basah kasar (-), ronki basah halus (-) 13. Punggung Kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok costovertebra (-), nyeri pinggang (+) 14. Abdomen Inspeksi : dinding tampak cembung spider nevi (-), sikatriks (-), striae (-) Auskultasi : peristaltik (+) meningkat, Bising usus (+) normal Perkusi Palpasi : pekak beralih (-), pekak sisi (-), timpani (-) : defens muscular (-), nyeri tekan seluruh lapang abdomen terutama perut kanan dan kiri bawah (+), hepar teraba (-), lien tidak teraba, nyeri menjalar ke pinggang (+), turgor kulit kembali cepat (+) 15. Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-) nyeri ketok ginjal kiri (+) 16. Kelenjar getah bening Tidak membesar 17. Ekstremitas Akral dingin ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-) Oedem ektremitas atas (-/-) ektremitas bawah (-/-) : sonor : sonor

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Pemeriksaan Hematologi Darah Rutin (14 Juni 2013)

12

Pemeriksaan Lekosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit RDW Eosinofil absolute Basofil absolute Neutrofil absolute Limfosit absolute Monosit absolute Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit

Hasil 9,81 4, 32 12,50 38,10 88,20 28,80 33, 40 209 12,10 0,19 0,02 4,6 1,64 0,40 2,80 0,30 66,90 L 24,10 6,90

Nilai Normal 3,8 10,6 4,4 5,9 13,2 17,3 40 52 80 100 26 34 32 36 150- 440 11,5 14,5 0,045 0,44 0 0,2 1,8 8 0,9 5,2 0,16 1 24 01 50 70 25 40 28

Pemeriksaan tanggal 14 juni 2013 Kimia klinik Pemeriksaan Hasil Nilai normal < 125 0-35 0-35 40,0 50,0 0,60 0,90

Glukosa sewaktu 111 SGOT SGPT Ureum kretainin 14 15 25,0 0,78

13

USG Abdomen Gallblader (Vesica Fellea)

Interpretation :ukuran normal, dinding tidak menebal, batu (-) Pancreas : ukuran normal, parenkim normal (-) Paraaorta gland : tidak membesar

Renal dextra - sinistra

Interpretation : Ren dextra :ukuran normal, parenkim normal, PCS tidak melebar, batu(-). Ren Sinistra : ukuran normal, parenkim normal, PCS tidak melebar, kalsifikasi Vesica urinaria :dinding tidak menebal, batu(-)

14

Liver

Interpretation : ukuran normal, tepi tajam, permukaan rata, nodul (-), parenkim homogen, v porta tidak melebar dan v hepatika tak melebar Spleen : ukuran normal, parenkim normal, v. Lienalis tak melabar, nodul (-)

IV. Daftar Abnormalitas Anamnesis 1. Nyeri perut kanan 2. Mual 3. Nyeri pinggang 4. Nyeri perut bawah pusar 5. Nyeri menjalar ke perut kiri bawah 6. Pusing 7. Susah tidur 8. Kadang Sering kencing di malam hari 9. Saat kencing terasa anyang-anyangan 10. BAB lengket seperti lem 11. Pernah memiliki riwayat mag 12. Memiliki riwayat DM 13. Memiliki Riwayat kegemukan / obesitas 15

14. Konsumsi jamu-jamuan (pegel linu) 15. Keringat berlebih

Pemeriksaan Fisik 16. Tekanan darah 180/90 17. Nadi 110 x/m 18. Suhu 37 C 19. Nyeri tekan seluruh lapang abdomen, terutama perut kanan dan kiri bawah 20. Nyeri ketok ginjal kiri (+) 21. Peristaltik meningkat Pemeriksaan Penunjang 22. Limfosit menurun 23. DAFTAR ABNORMALITAS 1. Abnormalitas 3,4,5,6,7,8,9,10,11,14,15,16,19,20 obsv. Colic Abd 2. Abnormalitas 1,2,10,11,12,13,14,16,17,18,20, Suspect ISK 3. Abnormalitas Hipertensi grade II

DAFTAR MASALAH 1. Observasi colic abdomen 2. Suspect ISK 3. Hipertensi grade II

Rencana Pemecahan Masalah Problem I. Obsv Colic Abdomen Assesment Ass. Faktor risiko Ass. Etiologi : *Mekanik : Karsinoma Cholelitiasis cholesistitis

16

Obtipasi Polip Intususepsi *Fungsional Ileus paralitik Entritis regional Ketidakseimbangan elektrolit Ureemia

Ip Dx : Vital sign PF abdomen, lokalisir nyeri Barium Enema , menunjukan kolom terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup Ip Tx : Nonfarmakologis Koreksi jika daa ketidakseimbangan elektrolit

Farmakologis IVFD RL 20 tpm Vitamin / Alinaminn F Cortison inj 3cc

IpMx : Ip Ex Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang diderita dan penatalaksanaannya Edukasi pasien untuk menghindari faktor resiko Meminum obat yang diberikan secara teratur Jangan minum manis, makan tinggi karbohidrat. 17 Keadaan umum Tanda tanda Vital GDS

Problem II.ISK Assesment Ass.Komplikasi Gagal ginjal kronis Ass.Faktor risiko Anatomi anomaly Hiperplasia Prostat Neurogenic Bladder Vesicouretral Refluks Pemasangan Kateter Cystoscope nfected Urinary Stone Ass.Etiologi: Mikroorganisme : enteroprteus, pseudomonas aeuginosa, staphylococus, candida albican, staphylococus aureus Virus : adenovirus Ass.Penatalaksanaan Non Farmakologis Diet cukukup vitamin A dan C untuk mempertahanakan epitel saluran kemih Farmakologis IP.DX 1. Px laoratorium untuk mengetahui adanya bakterriuri 2. Px Kultur 3. Px gram, untuk mengetahui gram + atau 4. Ureum & Kreatinin IP.MX IP.EX Upaya segera miksi setelah reflek miksi muncul KU TTV Darah rutin Ceftriaxon, 2-3 x 1 gr/ hari Doksisiklin untuk clamidia : 2x 100 mg/hari

18

Pada wanita bila setelah BABA BAK menggunakan tangan dari arah belakang tidak sampai mengenai vvagina dan orifisium uretra

Problem III.Hipertensi grade II Asessment Ass. Komplikasi Aterosklerosis Serangan jantung aneurisma

Ass. Faktor Resiko Obesitas atau overweigh DM Usia

Ass. Etiologi Hipertensi esensial Secondary hypertension ( tumar glan adrenal, ginjal hipertensi

Ass. Penatalaksanaan Non farmakologis : perubahan life style, latihan, diet Farmakologis : -HCT 1-2x (25 -50 mg) - ARBs : Lozartan 50 mg 1x1 Calcium chanel Blocker : amlodipin 5 mg 2x1 Ip.Dx : Electrocardiogram Urin test untuk cek proteinuri Darah rutin : mengetahui fungsi ginjal Ip.Mx : Penurunan MAP sebesar 25% untuk mencegah komplikasi Cek Tekanan darah, EKG, ophtalmoskop, untuk monitoring adanya komplikasi Cek faktor resiko lain sperti hipercolestrolemia atau DM Ip.Ex :

19

Perubhan pola hidup (ex : menurunkan BB jika oobesitas, diet rendah garam, cafein )

V. Progress Note 1. 16 Februari 2013 1. S : nyeri pinggang (+), nyeri perut kanan (+) 2. O : a. KU : CM, tampak sesak b. TV : TD : 160/80 mmHg RR : 20x/menit HR : 78x/menit c. Kepala : Mesochepal d. Mata : C.P.A : (+/+), SI (-/-) e. Hidung : Nafas cuping hidung f. Mulut : sianosis (-) g. Thorax : BJ I-II reguler, SD Vesikuler (+ / +), h. Abdomen : Nyeri Tekan Epigastrium (+), Peristaltik (+) meningkat i. Ekstreminitas : dbn GDS : 190 3. P : Nonfarmakologis Istirahat Diet rendah karbohidrat,

Farmakologis IVFD RL 20 tpm Injeksi cefotaxim 2x1 gr IV

2.

17 Februari 2013 1. S : nyeri pinggang (+), nyeri perut kanan (+) 2. O : a. KU : CM, tampak sesak b. TV : TD : 160/80 mmHg RR : 20x/menit HR : 78x/menit

20

c. Kepala : Mesochepal d. Mata : C.P.A : (+/+), SI (-/-) e. Hidung : Nafas cuping hidung f. Mulut : sianosis (-) g. Thorax : BJ I-II reguler, SD Vesikuler (+ / +), h. Abdomen : Nyeri Tekan Epigastrium (+), Peristaltik (+) meningkat i. Ekstreminitas : dbn GDS : 190 3. P : Nonfarmakologis Istirahat Diet rendah karbohidrat,

Farmakologis IVFD RL 20 tpm Injeksi cefotaxim 2x1 gr IV

PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). B. ETIOLOGI 1. Mekanis Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik) Karsinoma Volvulus Intususepsi Obstipasi Polip Striktur 2. Fungsional (non mekanik) Ileus paralitik

Lesi medula spinalis

21

Enteritis regional Ketidakseimbangan elektrolit Uremia

C. MANIFESTASI KLINIK 1. Mekanika sederhana usus halus atas Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal. 2. Mekanika sederhana usus halus bawah Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi hush meningkat, nyeri tekan difus minimal. 3. Mekanika sederhana kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal. 4. Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare. 5. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. D. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus 2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup. 3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus. 4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik. E. PENATALAKSANAAN MEDIS/BEDAH 1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit : 2. Terapi Na+, K+, komponen darah 3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial 4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler 5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan. 6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis. 7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi. 8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung. 9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

22

10. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua. F. PENGKAJIAN 1. Umum : Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus (awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis. 2. Khusus : a. Usus halus Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi

Distensi ringan Mual

Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal Dehidrasi b. Usus besar Ketidaknyamana abdominal ringan

Distensi berat Muntah fekal laten Dehidrasi laten : asidosis jarang

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis. Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria hasil : a. Tanda vital normal b. Masukan dan haluaran seimbang Intervensi : c. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok d. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin e. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi f. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang benar g. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam h. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam i. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam j. Pantau elektrolit, Hb dan Ht k. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi l. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga

23

dengan mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau memberikan cairan setelah selang usus diangkat. m. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan jumlah absorpsi. n. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan. o. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus. p. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan. q. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat. r. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi 2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks. Intervensi : a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut. b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin d. Berikan periode istirahat terencana. e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam. f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit. g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan. h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri. 3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan. Tujuan : pola nafas menjadi efektif. Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan. Intervensi : a. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, pernafasan cepat b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat. c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam. e. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam. 4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan. Tujuan : ansietas teratasi Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas. Intervensi : a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu. b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan penenangan.

24

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit, tindakan dan prognosis. d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres. e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

Infeksi saluran kemih Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyanganyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis. ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. serta berhubungan dengan gonta ganti pasangan..yang kita tidak tau juga kalau pasangan itu membawa bakteri dari pasangan lain. terutama kalau sitem ketahanan tubuh sudah berkurang, apa saja jenis bakteri akan sangat gampang sekali masuk ke dalam tubuh selain gaya hidup yg kurang sehat terlalu banyak mengkonsumsi vitamin c dosis tinggi, dan mengkonsumsi kopi manis, dan susu sebagi pemicu terjadinya ISK karena urine yg melewati saluran kemih mengandung asam urat sehingga hal ini dapat memicu terjadinya batu ginjal pada saluran kemih yg dapat menyebabkan peradangan pada saluran kantung kemih. Pencegahan dan saran ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk membersihkan saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih ditekankan lagi karena ISK dapat menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria cenderung untuk menahan kemih, padahal menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK.seyogyanya banyak mengkonsumsi air minum 8 gelas sehari atau 2,5liter dalam sehari sehingga dapat mengurangi resiko terkena ISK.

25

Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi. Macam[ Macam ISK antara lain: ISK primer Berdasarkan adanya gejala sistemik, ISK primer dibagi menjadi dua: 1. ISK lokal, diterapi dengan antibiotika lokal. 2. ISK dengan gejala sistemik, diterapi dengan antibiotika sistemik. Antibiotika yang sering digunakan yaitu amoksisilin. ISK sekunder ISK ini merupakan akibat dari penyakit atau kelainan yang lain. ISK berulang merupakan pertanda dari ISK sekunder, karena penanganan ISK yang tidak tepat. Penatalaksanaan ISK sekunder sesuai dengan penyebab ISK tersebut. Penyebab ISK sekunder biasanya adalah obstruksi saluran kemih (seperti batu saluran kemih, pembesaran prostat, dan striktur uretra).

REFERENCE 1. Browning JD, Horton JD. Molecular mediators of hepatic steatosis and liver injury. J Clin Invest2004;114:14752. 2. Haque M , Sanyal AJ. The metabolic abnormalities associated with non-alcoholic fatty liver disease. Best Pract Res Clin Gastroenterol2002;16:70931. 3. Paradis V , Perlemuter G, Bonvoust F, et al. High glucose and hyperinsulinemia stimulate connective tissue growth factor expression: a potential mechanism involved in progression to fibrosis in nonalcoholic steatohepatitis. Hepatology2001;34:73844. 4. Neuschwander-Tetri BA, Caldwell SH. Nonalcoholic steatohepatitis: summary of an AASLD single topic conference. Hepatology2003;37:120219. 5. Adams LA, Lymp J, St Sauver J, et al. The natural history of nonalcoholic fatty liver disease: a population based cohort study. Gastroenterology2005;129:113 21.

26

6. Fassio E , Alvarez E, Dominguez N, et al. Natural history of nonalcoholic steatohepatitis: a longitudinal study of repeat liver biopsies. Hepatology2004;40:8206. 7. Adams LA, Sanderson S, Lindor KD, et al. The histological course of nonalcoholic fatty liver disease: a longitudinal study of 103 patients with sequential liver biopsies. J Hepatol2005;42:1328. 8. Younossi ZM, Gramlich T, Matteoni CA, et al. Nonalcoholic fatty liver disease in patients with type 2 diabetes. Clin Gastroenterol Hepatol2004;2:2625. 9. Matteoni CA, Younossi ZM, Gramlich T, et al. Nonalcoholic fatty liver disease: a spectrum of clinical and pathological severity. Gastroenterology1999;116:1413 19. 10. Dam-Larsen S , Franzmann M, Andersen IB, et al. Long term prognosis of fatty liver: risk of chronic liver disease and death. Gut2004;53:7505. 11. Teli MR, James OF, Burt AD, et al. The natural history of nonalcoholic fatty liver: a follow-up study. Hepatology1995;22:171419. 12. Lee RG. Nonalcoholic Pathol1989;20:5948. 13. Lee RG. Nonalcoholic Pathol1989;20:5948. steatohepatitis: a study of 49 patients. Hum

steatohepatitis:

study

of

49

patients. Hum

14. Cortez-Pinto H , Baptista A, Camilo ME, et al. Nonalcoholic steatohepatitis--a long-term follow-up study: comparison with alcoholic hepatitis in ambulatory and hospitalized patients. Dig Dis Sci2003;48:190913. 15. Powell EE, Cooksley WG, Hanson R, et al. The natural history of nonalcoholic steatohepatitis: a follow-up study of forty-two patients for up to 21 years.Hepatology1990;11:7480. 16. Joy D , Thava VR, Scott BB. Diagnosis of fatty liver disease: is biopsy necessary? Eur J Gastroenterol Hepatol2003;15:53943. 17. Mottin CC, Moretto M, Padoin AV, et al. The role of ultrasound in the diagnosis of hepatic steatosis in morbidly obese patients. Obes Surg2004;14:6357.

27

Anda mungkin juga menyukai