Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1.
Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi masalah
gizi yang cukup besar. Kurang gizi pada balita terjadi karena pada usia tersebut kebutuhan gizi lebih besar dan balita merupakan tahapan usia yang rawan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya angka konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). KEP merupakan salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya. KEP berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, di antaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Masalah gizi juga merupakan salah satu yang tercantum di dalam MDG (Millenium Development Goals). MDG menegaskan bahwa pada tahun 2015, setiap negara harus dapat menurunkan angka kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan pertama MDG adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi (indikator kelima). 1
Melihat angka prevalensi gizi buruk dan kurang di Indonesia serta pengaruhnya yang begitu tinggi dalam tumbuh kembang anak, pemerintah memasukkan program perbaikan gizi ke dalam salah satu program pokok puskesmas. Berbagai upaya untuk menghadapi permasalahan gizi di Indonesia saat ini antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akeses dan mutu pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di puskesmas perawatan dan rumah sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui keluarga sadar gizi. Dari hasil Program Bulan Penimbangan Balita Puskesmas Solokan Jeruk tahun 2012, ditemukan 0,2% gizi kurang, dan tidak ditemukan anak dengan gizi buruk. Meskipun persentase gizi kurang tersebut hanya 0,2%, jika tidak ditangani dengan baik maka status gizi kurang tersebut dapat berkembang menjadi gizi buruk yang berdampak pada tumbuh kembang anak. Ditambah lagi, berdasarkan pendataan posyandu terbaru, kini ditemukan beberapa kasus gizi buruk di beberapa RW di Solokan Jeruk. Masalah gizi ini harus segera ditanggulangi karena memiliki pengaruh yang sangat besar.
1.2.
Tujuan Tujuan umum pembuatan laporan pencegahan dan penanggulangan gizi buruk
ini adalah untuk mengetahui cara menanggulangi gizi buruk pada anak. Sedangkan tujuan khususnya yakni adanya perbaikan pada status gizi pada anak dengan gizi buruk menjadi gizi baik.
2.1 2.1.1
Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal lahir Usia Alamat Agama Pendidikan : 21 April 2009 : 4 tahun 3 bulan 2 hari : Desa Langensari RW 01, Kec. Solokan Jeruk : Islam : Belum sekolah
2.1.2
Profil Keluarga Nama orang tua Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan Jaminan : Bpk. U : 27 tahun : SD : Buruh :-
2.2
Riwayat Pasien Sekarang a. Riwayat tumbuh kembang : berjalan (+), berbicara (+) sesuai usia b. Riwayat nutrisi Usia ASI/ PASI SF SF SF SF SF : Buah/biskuit + Bubur + + Nasi Tim + Makanan Keluarga -
0-2 bulan 2-4 bulan 4-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan
2.3
Riwayat Pasien Dahulu a. Riwayat persalinan : lahir cukup bulan ditolong bidan dengan BB lahir 2500 gr. Riwayat kontrol saat hamil tidak diketahui. Riwayat konsumsi obat saat hamil tidak diketahui. Riwayat nutrisi saat hamil tidak diketahui. Pasien dirawat oleh neneknya sejak lahir. b. Imunisasi dasar : tidak lengkap, BCG (+), DPT 1(+)
2.4
3.1
Penegakan diagnosis Gizi buruk ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran
antopometri. Anak didiagnosis gizi buruk jika: a. BB/TB <-3 SD atau <70 % dari median (marasmus) b. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor BB/TB >3SD atau marasmik-kwashiokor BB/TB <-3SD) Apabila BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak terdapat lemak atau masa otot pada kedua bahu, lengan, bokong dan paha (baggy pants). KEP dapat dibagi menjadi 3 derajat :
KEP Ringan BB/U) 70-80% baku median WHO-NCHS; dan/atau BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS KEP Sedang BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS; dan/atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS KEP Berat BB/U < 60% baku median WHO-NCHS; dan/atau BB/TB < 70% baku median WHO-NCHS
3.1.1
Kriteria anak dengan gizi buruk Gizi buruk dapat dibagi menjadi 2 : Gizi buruk tanpa komplikasi o BB/TB : BB/TB: < -3 SD dan/atau; o Terlihat sangat kurus dan/atau; o Adanya Edema dan/atau; o LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan Pasien gizi buruk tanpa komplikasi dapat rawat jalan.
Gizi buruk dengan komplikasi, bila disertai salah satu atau lebih tanda berikut : o Anoreksia o Pneumonia berat o Anemia berat o Dehidrasi berat o Demam sangat tinggi o Penurunan kesadaran Pasien harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
3.1.2
Alur pemeriksaan
3.1.3
Status nutrisi Untuk mengetahui status nutrisi pada anak dapat menggunakan Percent of
Ideal Body Weight (IBW), yang dinyatakan dalam persen (%). IBW adalah berat ideal anak untuk tinggi actual (ideal weight for actual height). Sedangkan persentasi IBW dapat dihitung dengan BB (saat diperiksa dibagi) dibagi dengan IBW ,dan dikalikan dengan 100% (Percent IBW is calculated as (actual weight divided by IBW) X 100% ) IBW ini sendiri berguna untuk mengklasifikasikan kondisi gizi anak: 120% 110 -120% 90-110% 80-90 70-80% 70% : obesity : overweight : normal : mild malnutrition : moderate malnutrition :severe malnutrition.
3.1.4
Menghitung kebutuhan energi Untuk menghitung kebutuhan energi pada anak dapat menggunakan RDA
(Recommended Dietary Allowance) Age (year) 0-1 1-3 4-6 7-9 10-12 12-18 RDA (kcal/kg Wt) 100-120 100 90 80 M : 60-70 F : 50-60 M : 50-60 F : 40-50
Sedangkan untuk mengejar pencapaian nutrisi pada anak malnutrisi dapat menggunakan rumus: Kcal = RDA (kcal/kg) for height age* x Ideal weight (kg)** * Age at which actual height is at the 50th %-ile ** Ideal weight for actual height
3.2
Penatalaksanaan Gizi Buruk Tatalaksana anak dengan gizi buruk dibagi menjadi beberapa fase, yaitu
fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Ada 10 hal yang harus dilakukan dalam menatalaksana anak dengan gizi buruk, yaitu:
Tabel 1. Kerangka Waktu Manajemen Anak dengan Gizi Buruk Stabilisasi Step 1. Hipoglikemi 2. Hipotermia 3. Dehidrasi 4. Elektrolit 5. Infeksi 6. Mikronutrien 7. Cautious feeding 8. Mengejar pertumbuhan 9. Stimulasi sensori 10. Persiapan follow-up
a. Hipoglikemi
tanpa zat besi dengan zat besi
Hari 1-2
Semua anak dengan malnutrisi berat beresiko hipoglikemia (glukosa darah <54mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit. Tanda anak hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan kehilangan kesadaran. Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia. Tatalaksana Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui NGT. Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2-3 jam, siang dan malam selama minimal 2 hari Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F75 Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10 % secara intravena Pemantauan (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT Beri antibiotik
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit. Jika kadar gula darah <54 mg/dl, ulangi pemberian larutan glukosa atau gula 10%. Jika suhu rektal <35,50C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia) Pencegahan Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.
b.
Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dahulu) Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup dengan selimut hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada anak) atau lampu di dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau perut ibunya (metode kangguru). Bila menggunakan lampu listrik, letakan lampu pijar 40 W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak. Pemantauan Beri antibiotik sesuai pedoman. Ukur suhu aksila anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36,50C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu setiap setengah jam. Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36,50C. Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada malam hari. Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia Pencegahan Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
10
Ganti pakaian dan seprei yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap kering Hindarkan anak dari suasana dingin Biarkan anak tidur dengan dipeluk orangtuanya agar tetap hangat terutama di malam hari Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.
c.
Dehidrasi Cukup sulit menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi
buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksana Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok Beri Resomal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik. o Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama o Setelah 2 jam, berikan resomal 5-10 ml kg/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam o Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia <1 tahun: 50-100 ml setiap BAB, usia 1tahun : 100-200 ml setiap BAB. Pemantauan Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap jam selama 2 jam pertama. Kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan yang bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian. Periksa frekuensi napas, frekuensi nadi, frekuensi miksi dan jumlah produksi urin, serta frekuensi BAB dan muntah. Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/Resomal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam
11
Pencegahan Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI Pemberian F-75 sesegera mungkin Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap BAB cair3
d.
Gangguan keseimbangan elektrolit Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium
yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum. Tatalaksana Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral Mix yang ditambahkan dalam F75, F-100 atau ReSoMal.
e.
Mengobati infeksi Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,
seringkali tidak ada, pada hal infeksi ganda merupakan hal yang sering terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat Tatalaksana Antibiotik spektrum luas o Jika tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg SMZ+5TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari o Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau ampisilin oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari Pemantauan Vaksin campak jika berumur 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya, atau jika anak berumur >9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi bila syok.
12
Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak. Berikan setiap hari selama 2 minggu: f. Defisiensi zat gizi mikro Multivitamin Tatalaksana Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari) Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) Tembaga (0,3 mg Cu/KgBB/hari) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah BB naik (mulai fase rehibilitasi) Vitamin A diberikan secara oral pada hari ke-1 (kecuali bila telah diberikan sebelum dirujuk) dengan dosis 50.000 IU ( kapsul biru) untuk anak < 6 bulan, 100.000 IU (1 kapsul biru) untuk anak 6-12 bulan, dan 200.000 IU (1 Kapsul merah) untuk anak 1-5 tahun. 3 g. Pemberikan makanan Sifat utama dari pemberian makanan awal adalah : Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah laktosa Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral Energi 100 kkal/kgBB/hari Protein: 1-1,5 g/kgBB/hari Cairan : 130 ml/kgBB/hari (bila edema berat beri 100 ml/kgBB/hari) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi. h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar Tanda yang menunjukan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah kembalinya nafsu makan dan edema minimal atau hilang Tatalaksana Lakukan transisi secara bertahap dari F-75 ke formula tumbuh kejar (F100) : Ganti F-75 dengan F-100 beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturut-turut. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan F-100 Setelah transisi bertahap, beri anak : Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan anak) Energi: 150-220 Kal/KgBB/hari Protein : 4-6 g/KgBB/hari 13
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 Kal/sachet 92 g dapat dipergunakan pada fase rehabilitasi Pemantauan Hindari terjadinya gagal jantung. Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan napas cepat). Jika nadi maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/ menit dan nadi 25x/menit) dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya dan dicari penyebabnya. i. Lakukan segera : Kurangi volume makanan menjadi 100 ml/KgBB/hari selama 24 jam Tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut: 115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam beikutnya Selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana sebelumnya Atasi penyebab Penilaian kemajuan Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan mendapat F-100: Timbang dan catat BB setiap pagi sebelum diberi makan Hitung dan catat kenaikan BB setiap 3 hari dalam gram/kg/hari Jika kenaikan BB : Kurang (<5 g/kgBB/hari) anak membutuhkan penilaian ulang lengkap Sedang (5-10 g/kgBB/hari, periksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi Baik (>10g/kgBB/hari)
3.3
Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Gizi Buruk di Puskesmas Solokan Jeruk Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pencegahan dan
14
a. Upaya Preventif: Mendata semua keluarga yang memiliki ibu hamil, bayi dan anak balita. Melakukan penyuluhan kepada keluarga tersebut mengenai pentingnya makanan bergizi Melakukan penyuluhan kepada kelurga tersebut untuk rutin memeriksakan diri ke bidan dan memeriksakan bayi dan anak balita ke posyandu Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi dasar b. Upaya Promotif: Memberitahukan masyarakat mengenai gejala dan tanda malnutrisi Memberitahukan kepada masyarakat untuk bergerak aktif untuk segera memberitahukan kader/bidan desa setempat jika ada keluarga yang memiliki kemungkinan malnutrisi agar dapat diperiksakan ke pelayanan kesehatan dan mendapatkan penanganan selanjutnya. c. Upaya Kuratif Memberikan pelayanan rawat jalan didampingi oleh kader terlatih atau petugas kesehatan Memberikan makanan tambahan secara berkala Pemberian imunisasi dasar dan vitamin A
15
BAB IV PELAKSANAAN
Penemuan anak dengan gizi buruk di wilayah Solokan Jeruk, menggunakan data rutin hasil penimbangan anak di posyandu, hasil pemeriksaan di fasilitas kesehatan (Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan dokter/bidan praktek swasta), hasil (operasi timbang anak). Pada kasus ini, ditemukan anak dengan gizi buruk tanpa komplikasi, sehingga masih dapat dilakukan pengobatan rawat jalan. Adanya perkembangan pada kasus dapat dinilai dari evaluasi rutin yang dilakukan kader dan bidan desa saat posyandu rutin. laporan kader/masyarakat lainnya) dan skrining aktif
16
5.1
1) Status gizi Pengukuran BB setiap minggu, pengukuran TB setiap 1 bulan dilakukan oleh tenaga kesehatan saat posyandu 2) Pemeriksaan Klinis Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan.
5.2
Evaluasi
a. Dilakukan selama 6 bulan untuk anak yang mengikuti program pelayanan anak gizi buruk b. Evaluasi program satu tahun sekali: mencakup jumlah anak yang mengikuti program, lulus, Drop Out (DO), dan meninggal
5.3
Saran
a. Disediakannya formulir pencatatan kartu status b. Setiap keluarga dengan anak gizi buruk diberikan catatan harian yang diisi oleh kader atau keluarga
17
BAB IV PELAKSANAAN
18
Pelaksanaan pencegahan gizi buruk yang dapat dilaksanakan di Puskesmas Solokan Jeruk adalah sebagai berikut.
4.1.
Upaya Preventif Pelatihan kader dan bidan desa mengenai program kesehatan anak di puskesmas Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat yang dilakukan setiap berlangsungnya kegiatan posyandu mengenai topik-topik terkait kesehatan anak seperti: o Gizi seimbang o Pemberian ASI dan MP-ASI sesuai usia anak dan kondisi anak o Pentingnya pengukuran berat dan tinggi badan di posyandu setiap bulan o Pentingnya pemberian imunisasi dasar dan vitamin A Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita yang berat badannya tidak naik atau gizi kurang Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai
gangguan pertumbuhan Melakukan kunjungan rumah terhadap anak-anak yang KMS nya berada di garis kuning (gizi kurang) untuk menilai faktor risiko lingkungan
4.2.
Upaya Promotif Mengadakan sosialisasi dan pembekalan kepada para kader dan bidan desa mengenai gizi buruk dan cara pengenalannya di masyarakat (berdasarkan klinis dan KMS) Menyelenggarakan PMT penyuluhan yang dapat dilakukan pada waktu tertentu pada kegiatan posyandu
19
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai gizi buruk dan mengenali gejala-gejalanya yang melibatkan tenaga kesehatan dan petugas program gizi puskesmas
Melatih kader dan bidan desa untuk segera melapor apabila ditemukan kasus gizi kurang sehingga dapat segera ditatalaksana sebelum menjadi gizi buruk
Melakukan kunjungan rumah pada anak yang diketahui mengenai gizi kurang agar dapat diketahui faktor risiko lingkungannya
4.3.
Upaya Kuratif Memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM) berupa susu, kue, dan makanan gizi seimbang Merujuk pasien gizi buruk dengan komplikasi ke rumah sakit agar mendapat penanganan komprehensif Melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan balita dengan riwayat gizi kurang/buruk Mengaktifkan pusat pemulihan gizi (PPG) sebagai pemekaran posyandu agar dapat berfungsi sebagai tempat perawatan anak gizi buruk tanpa penyakit penyulit
20
5.1. Monitoring Keberhasilan program pencegahan/penanggulangan gizi buruk dilakukan melalui pemantauan usaha-usaha yang dilakukan puskesmas terkait gizi buruk oleh tenaga gizi puskesmas. Hal yang paling sederhana adalah pengawasan pemberian PMT terhadap anak yang berpotensi menjadi gizi buruk. Diperlukan juga kunjungan ke rumah anak yang sebelumnya dilaporkan gizi kurang/gizi buruk untuk menilai status gizinya saat ini.
5.2. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan meninjau data pelaporan gizi kurang/gizi buruk di Puskesmas Solokan Jeruk serta temuan kader di wilayah jangkauannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Masyarakat. Respon Cepat Gizi Buruk. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat; 2008. Behrman, Richard E., MD., et. al. 2000. Nelson Textbook of Pediatrics 16th ed. Pennsylvania : W. B. Saunders Company.
Management of Severe Malnutrition: A Manual for Physicians and Other Senior Health Workers. Geneva: World Health Organization; 1999.
Seal, A. Adopting the WHO Growth Standards for Diagnosis and Classification of Acute Malnutrition in Emergencies: An Assessment of Resource Implications. London: UCL Centre for International health and
Walker, W.A., Watkins, J.B., Duggan, C. Nutrition in Pediatrics. Hamilton: BC Decker Inc; 2003.
WHO Child Growth Standards and the Identification of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children. WHO and UNICEF; 2009.
22