Anda di halaman 1dari 4

Sengketa Internasional dan ZEE

Sengketa Internasional Antara Jepang Dan China


Perebutan kepemilikan Pulau Daioyu/Senkaku antara China-Jepang telah berlangsung sejak tahun 1969. Sengketa ini diawali ketika ECAFE menyatakan bahwa diperairan sekitar Pulau Daioyu/Senkaku terkandung hidrokarbon dalam jumlah besar. Kemudian pada tahun 1970, Jepang dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian pengembalian Okinawa, termasuk pulau Daioyu/Senkaku kepada Jepang. Hal inilah yang kemudian diprotes China, karena China merasa bahwa pulau tersebut adalah miliknya.Sengketa ini semakin berkembang pada tahun 1978, ketika Jepang membangun mercusuar di Pulau Daioyu untuk melegitimasi pulau tersebut. Ketegangan ini berlanjut ketika Jepang mengusir kapal Taiwan dari perairan Daioyu. Meskipun protes yang terus menerus dari China maupun Taiwan, namun tahun 1990an Jepang kembali memperbaiki mercusuar yang telah dibangun oleh kelompok kanan Jepang di Daiyou. Secara resmi

Sengketa Batas Maritim di Teluk Bengal


Pada tanggal 16 Desember 2009, the International Tribunal for the Law of the SeaITLOS(selanjutnya disebut Tribunal) mengumumkan bahwa baru saja menerima berkas sengketa batasmaritim antar negara untuk diselesaikan. Sengketa tersebut melibatkan dua negara bertetangga di perairan Teluk Bengal, yaitu Banglades dan Myanmar. Di luar itu, perlu dicatat bahwaBanglades juga sedang mempersiapkan pengajuan sengketa batas maritimnya dengan India keMahkamah Internasional. Ada beberapa hal menarik yang bisa dicermati dari sengketasengketaini. Pertama, kasus antara Banglades dan Myanmar menjadi kasus delimitasi batas maritim pertama yang ditangani oleh Tribunal. Sebelumnya Tribunal telah menerima dan menyelesaikan 15 kasusdi bidang hukum laut internasional. Sebagai latar belakang, Tribunal dibentuk sebagai bagiandari tindak lanjut lahirnya Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982) yang manaTribunal memiliki kompetensi untuk menyelesaikan berbagai sengketa terkait hukum lautinternasional. Kedua, Myanmar menjadi negara anggota ASEAN pertama yang sepakat dan memilih untuk menyelesaikan sengketa batas maritimnya melalui jalur mahkamah internasional. Sebagaicatatan, beberapa negara ASEAN pernah bersengketa di mahkamah Internasional terkait masalahkelautan dan kedaulatan, namun tidak pernah terkait batas maritim. Sebagai contoh adalahMalaysia dan Singapura yang pernah bersengketa di Tribunal tentang reklamasi pantai Singapuradan di Mahkamah terkait kedaulatan beberapa karang dan elevasi surut di Selat Singapura.

Ketiga, sengketa antara Banglades, India dan Myanmar pada dasarnya bermula dari usaha keduanegara untuk menguasai sebagian perairan di Teluk Bengal yang sangat kaya dengan cadanganminyak dan gas. Kedua negara telah menetapkan beberapa zona blok konsesi migas di perairanyang mereka klaim, yang tentunya tidak diakui oleh pihak lainnya. Keempat, dari sisi konfigurasi geografis Teluk Bengal, hal ini mengingatkan para praktisi dan pengamat masalah batas maritim terhadap sengketa batas yang terjadi pada 1969 antara Jerman,Belanda dan Denmark.

Sengketa Laut Cina Selatan


Cina mengklaim sebagian besar kawasan ini -terbentang ratusan mil dari selatan sampai timur di Propinsi Hainan. Beijing mengatakan hak mereka atas kawasan itu bermula dari 2.000 tahun lalu dan kawasan Paracel dan Spratly merupakan bagian dari bangsa Cina.Tahun 1947, Cina mengeluarkan peta yang merinci klaim kedaulatan negara itu. Peta itu menunjukkan dua rangkaian pulau yang masuk dalam wilayah mereka. Klaim itu juga diangkat Taiwan, yang masih dianggap Cina sebagai provinsinya yang membangkang.Vietnam menyanggah klaim Cina dengan mengatakan Beijing tidak pernah mengklaim kedaulatan atas kepulauan itu sampai tahun 1940-an dan mengatakan dua kepulauah itu masuk dalam wilayah mereka.Selain itu Vietnam juga mengatakan mereka menguasasi Paracel dan Spratly sejak abad ke-17, dan memiliki dokumen sebagai bukti. Negara lain yang mengklaim adalah Filipina, yang mengangkat kedekatan secara geografis ke kepualauan Spratly sebagai landasan klaim sebagian kepulauan itu.Tentara Filipina di pulau Thitu, Laut Cina Selatan menyambut anggota parlemen yang berkunjungMalaysia dan Brunei juga mengklaim sebagian kawasan di Laut Cina Selatan itu yang menurut dua negara itu masuk dalam zone ekslusif ekonomi, seperti yang ditetapkan dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun 1982. Brunei tidak mengklaim dua kepuluaan itu namun Malaysia menyatakan sejumlah kecil kawasan di Spratly adalah milik mereka.

Sengketa Internasional antara Spanyol dan Inggris


Wilayah Gibraltar telah jadi sengketa sejak bertahun-tahun lalu. Posisinya yang strategis di Selat Gibraltar memungkinkan akses ke Laut Tengah dan Suez, yang merupakan jalur penting pelayaran dan perdagangan internasional. Saat ini, kendali militer selat itu dipegang oleh Inggris dan Maroko meskipun Spanyol memiliki pangkalan militer yang cukup besar di area yang sama. Awalnya, Gibraltar dikuasai oleh kekuatan Anglo-Belanda pada tahun 1704. Kemudian pada tahun 1713 Spanyol menyerahkannya pada Inggris melalui Perjanjian Utrecht. Sejak itu, Spanyol tiga kali berusaha mengambil alih kembali Gibraltar namun tidak berhasil. Referendum yang diadakan pada 1967 dan 2002 yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah itu ke Spanyol, justru menghasilkan sebaliknya, 99% penduduk memilih untuk tetap berada di bawah kekuasaan Inggris. Memang tidak ada ketegangan berarti antara Spanyol dan Inggris terkait klaim wilayah ini, namun Spanyol tetap tidak mau melepaskan kekuasaan politiknya atas Gibraltar.

North Sea Continental Shelf Case 1969


Dalam kasus tersebut terjadi persengketaan batas landaskontinen di Laut Utara. Pada tanggal 31 Maret 1966 Belanda dan Denmark menandatangani persetujuantentang garis batas landas kontinen di Laut Utara. Jerman ternyata menentang keras persetujuantersebut karena dianggap sangat merugikan Jerman serta menghalang-halangi Jerman untukmemperoleh akses atas landas kontinen ke arah garis batas landas kontinen Inggris di Laut Utara. Faktalain yang dapat dikemukakan adalah bahwa Belanda dan Denmark sudah meratifikasi Konvensi LandasKontinen 1958, sedangkan Jerman tidak atau belum meratifikasinya. Dari keputusan MahkamahInternasional atas kasus tersebut dapat ditarik beberapa prinsip-prinsip dan peraturanperaturan hukuminternasional yang dapat diterapkan dalam menentukan garis batas di area landas kontinen antara lain : Bahwa Negara atau pihak yang tidak menyatakan maksudnya untuk terikat dengan caracara atautindakan-tindakan yang sesuai dengan kaidah hukum perjanjian internasional (international law of treaties) seperti ratifikasi dan aksesi, tidak terikat pada perjanjian internasional atau konvensi tersebut,principal of equidistant bukan merupakan hukum kebiasaan internasional. Oleh karena itu para pihaktidaklah berkewajiban untuk menerapkan median lain sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6Konvensi Landas Kontinen 1958, selain itu ditetapkan bahwa dalam menentukan garis batas landaskontinen jika tidak ada pengaturannya dalam bentuk persetujuan (agreement) antara para pihak, makaharuslah ditetapkan melalui persetujuan yang mencerminkan prinsip keadilan dan kepatutan, jugaditetapkan juga landas kontinen suatu negara haruslah merupakan perpanjangan atau kelanjutanalamiah (natural prolongation) dari wilayah daratannya dan tidak boleh melanggar landas kontinen yang juga merupakan perpanjangan atau kelanjutan secara alamiah dari wilayah daratan negara lain.

Sengketa Karang Scarborough


Konflik aktual ini mulai dipicu 8 April saat pihak berwenang Filipina memergoki 8 kapal penangkap ikan Cina di Karang Scarborough. Ketika angkatan laut Filipina akan menangkap para nelayan tersebut, tindakan ini dihalangi aksi kapal Cina lainnya. Kedua negara mengklaim kepemilikan pulau kecil di Laut Cina Selatan itu, yang terletak sekitar 230 kilometer dari Filipina dan lebih dari 1200 kilometer dari Cina. Cina membatalkan tawaran wisatanya ke Filipina. Beijing telah mencabut ijin kunjungan wisata ke Filipina dan melakukan pemeriksaan untuk buah-buahan dari negara itu. Cina adalah satu-satunya pembeli utama pisang Filipina. Tidak masalah bagaimana besarnya keinginan kami membicarakan masalah itu, pimpinan Filipina saat ini berusaha menekan kami ke sudut dimana tidak ada opsi yang tertinggal selain menggunakan kekuatan, demikian tulisan harian China Daily. Gerhard Will, seorang pakar Asia Tenggara dari Pusat Kajian Jerman untuk Masalah Internasional dan Keamanan di Berlin mengatakan, pemerintah di Beijing telah mengisyaratkan tindakan intervensi militer di pers nasional dalam beberapa pekan belakangan,

tapi kini menggunakan media berbahasa Inggris untuk menyebarluaskan pesan ini secara global.Filipina menggelar aksi protes di depan kedutaan besar Cina di Manila. Pemerintah Filipina telah mengajukan protes lewat jalur diplomatik, dengan mengisyaratkan kepada pemerintah asing mengenai pandangannya terkait tekanan Cina dengan kebebasan berlayar atau navigasi, yang merupakan salah satu prinsip hukum kebiasaan internasional.

ZEE
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah lautterbuka diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesiamendapat kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zonaekonomi eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan laut tetap diakui sesuai dengan prinsipprinsip Hukum Laut Internasional, batas landas kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkantitik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya.Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh pemerintahIndonesia tanggal 21 Maret 1980. Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum Laut Internasional ke- 3 tahun 1982, pokokpokok negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept negara Indonesiadiakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Lawof the Sea) atau konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia meratifikasi Unclos1982 melalui UU No.17 th.1985 dan sejak 16 Nopember 1993 Unclos 1982 telahdiratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi hukum positif (hukum yang sedang berlakudi masing-masing negara). Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagikepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) danLandas Kontinen Indonesia. Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk menegakkan kedaulatan dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertikal terutamadalam memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan ekonomidan pertahanan keamanan. http://www.menkokesra.go.id/node/418 http://www.scribd.com/doc/66340893/ZEE#download http://www.scribd.com/doc/155051047/Sengketa-Batas-Maritim-Di-Teluk-Bengal http://www.scribd.com/doc/87167500/North-Sea-Continental-Shelf-Cases http://www.dw.de/sengketa-antara-cina-dan-filipina/a-15945850 http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_spratlyconflict.shtml

Anda mungkin juga menyukai